BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Pejalan kaki yang tertabrak kendaraan pada kecepatan 60 km/jam hampir

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN PADA ZONA SELAMAT SEKOLAH DI YOGYAKARTA. Jaya Yogyakarta. Atma Jaya Yogyakarta ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

BAB III LANDASAN TEORI

PANDUAN SURVAI DAN PERHITUNGAN WAKTU PERJALANAN LALU LINTAS NO. 001 /T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PENERAPAN ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PADANG ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3.

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PEKANBARU 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh)

Golongan 6 = truk 2 as Golongan 7 = truk 3 as Golongan 8 = kendaraan tak bermotor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) DI KOTA PADANG

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

ANALISIS TERHADAP FASILITAS DAN KESELAMATAN PENGGUNA ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZOSS)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN SOEKARNO HATTA BANDUNG

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

ABSTRAK. Kata kunci: keselamatan pengguna jalan, kecepatan pengemudi kendaraan, ZoSS

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penggunaan Teori Bilangan Untuk Perhitungan Waktu Perjalanan Lalu-Lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN)

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik

EVALUASI KINERJA JALAN DAN PENATAAN ARUS LALU LINTAS PADA AKSES DERMAGA FERRY PENYEBERANGAN SIANTAN

ABSTRAK. Kata Kunci: Evaluasi, pola pergerakan, efektivitas, ZoSS. iii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Transportasi

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISA EFEKTIFITAS ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) DITINJAU DARI PENURUNAN KECEPATAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG UNTUK PERTEMUAN JALAN MAYOR ALIANYANG DENGAN JALAN SOEKARNO-HATTA KABUPATEN KUBU RAYA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

terjadi, seperti rumah makan, pabrik, atau perkampungan (kios kecil dan kedai

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundang undangan dibidang LLAJ. pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

disatukan dalam urutan tahapan sebagai berikut :

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Jalan adalah sarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk

II. TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN H.E.A MOKODOMPIT KOTA KENDARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).

BAB II LANDASAN TEORI. permukaan air, terkecuali jalan kereta, jalan lori, dan jalan kabel. (UU No. 38

Iin Irawati 1 dan Supoyo 2. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Semarang, Jl. Soekarno Hatta Tlogosari Semarang

BAB II TINJAUAN TEORI

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermotor, manusia atau hewan (Suryadharma, Hendra Susanto, Benediktus,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Konversi Satuan Mobil Penumpang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang serupa, sehingga arus pada suatu ruas jalan tertentu selalu bervariasi.

BAB II DASAR TEORI. Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini.

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

BAB II TINNJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perhubungan Darat : SK.43/AJ 007/DRJD/97).

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA A. JENIS KENDARAAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengamatan untuk mengumpulkan data akan dilaksanakan pada hari Senin dan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Zona Selamat Sekolah (ZoSS) ZoSS adalah lokasi di ruas jalan tertentu yang merupakan zona kecepatan berbasis waktu untuk mengatur kecepatan kendaraan di lingkungan sekolah. Kecepatan yang rendah memberikan waktu reaksi yang lebih lama untuk mengantisipasi gerakan anak-anak yang spontan, tak terduga dan beresiko menimbulkan kecelakaan sehingga tidak menimbulkan kecelakaan di area sekolah tersebut. Pejalan kaki yang tertabrak kendaraan pada kecepatan 60 km/jam hampir selalu berakhir dengan kematian. Sedangkan pada kecepatan 45 km/jam, sebanyak 60 % dari korban mengalami luka berat yang kemungkinan akan ditanggung sepanjang sisa hidupnya. Dengan dasar itu maka dapat disimpulkan bahwa setiap kecelakaan pada kecepatan rendah akan menimbulkan resiko yang lebih rendah. (Dirjen Perhubungan Darat, 2007) Gambar 2.1 ZoSS untuk Jalan Nasional Tipe 2/2UD Sumber: (Dirjen Perhubungan Darat, 2006) 5

6 2.2 Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel (Dirjen Perhubungan Darat, 2007) Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 pasal 8 Tentang Jalan, Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. 1. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepataan rata-rata tinggi, dan jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. 2. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. 3. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. 4. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

7 2.3 Volume Lalu Lintas Menurut Direktorat Jendral Bina Marga, (1992) volume lalu lintas didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang lewat pada suatu titik di ruas jalan, atau pada suatu lajur selama interval waktu tertentu. Satuan dari volume lalu lintas secara sederhana adalah kendaraan, walaupun dapat di nyatakan dengan cara lain yaitu Satuan Mobil Penumpang (smp) tiap satu satuan waktu. Arus atau volume lalu lintas pada suatu jalan diukur berdasarkan jumlah kendaraan yang melewati titik tertentu selama waktu tetentu. Dalam beberapa hal lalu lintas dinyatakan dengan lalu lintas harian ratarata per tahun yang disebut AADT (Average Annual Daily Traffic) atau lalu lintas harian rata-rata (LHR) bila periode pengamatannya kurang dari 1 tahun. Arus lalu lintas pada suatu lokasi tergantung pada beberapa faktor yang berhubungan dengan kondisi daerah setempat. Besaran ini sangat bervariasi pada tiap jam dalam sehari, pada tiap hari dalam seminggu dan pada tiap bulan dalam setahun. Nilai arus lalu lintas (Q) mencerminkan komposisi lalu lintas dengan menyatakan arus dalam satuan mobil penumpang (smp). Semua nilai arus lalu lintas (per arah dan total) diubah menjadi satuan mobil penumpang (smp) dengan menggunakan ekivalensi, mobil penumpang (smp) yang diturunkan secara empiris untuk tipe kendaraan sebagai berikut : 1. Kendaraan ringan (LV) termasuk mobil penumpang, minibus, truck, pick up dan jeep. 2. Kendaraan berat (HV) termasuk truck dan bus 3. Sepeda motor.

8 2.4 Pejalan Kaki Menurut surat keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat, no : SK> 43/AJ 007/DRDJ/97 dalam Setiawan, (2008) menjelaskan bahwa para pemakai jalan adalah pengemudi kendaraan dan atau pejalan kaki, sedangkan yang dimaksud dengan pejalan kaki adalah orang yang melakukan aktifitas berjalan kaki dan salah satu unsur pengguna jalan, sementara wisconsin departemen of transportation (2002), menyatakan bahwa pejalan kaki terbagi dalam dua kategori, yaitu : pejalan kaki secara umum, dan pejalan kaki dengan keterbatasan dimana berjalan adalah hal yang sulit dan tidak mungkin. Sebagian besar dari jalan-jalan di kota mempunyai volume pejalan kaki yang besar. Pada beberapa daerah yang mempunyai aktifitas yang tinggi seperti pada jalan- jalan pusat perkotaan, tempat pendidikan, dan pasar/ pertokoan, maka suatu pertimbangan harus diberikan untuk melarang kendaran- kendaraan untuk memasuki daerah tersebut dan membuat daerah khusus pejalan kaki pedestrian precints. 2.5 Kecepatan Menurut Direktorat Jendral Bina Marga, (1990) Kecepatan adalah tingkat pergerakan lalu-lintas atau kendaraan tertentu yang sering dinyatakan dalam kilometer per jam. Terdapat dua kategori kecepatan rata-rata. Yang pertama adalah kecepatan waktu rata-rata yaitu rata-rata dari sejumlah kecepatan pada lokasi tertentu.yang kedua adalah kecepatan ruang rata-rata atau kecepatan perjalanan yang mencakup waktu perjalanan dan hambatan. Kecepatan ruang ratarata dihitung berdasarkan jarak perjalanan dibagi waktu perjalanan pada jalan tertentu. Kecepatan ini dapat ditentukan melalui pengukuran waktu perjalanan dan

9 hambatan. Karakteristik dari waktu perjalanan/kecepatan perjalanan diperlukan untuk aktivitas-aktivitas sebagai berikut : 1) Untuk menentukan perlunya peraturan lalu-lintas dan penempatan alat-alat pengatur seperti: batas kecepatan, rute sekolah, penyeberangan pejalan kaki, lokasi rambu-rambu lalu-lintas, dan lampu lalu-lintas. 2) Studi untuk mengatasi tingkat kecelakaan yang tinggi pada lokasi-lokasi tertentu, dimana dapat ditentukan korelasi antara kecepatan dan kecelakaan. 3) Evaluasi tingkat perbaikan lalu-lintas, misalnya mempelajari sebelum dan sesudah peningkatan jalan. 4) Menganalisa daerah kritis yang banyak terjadi keluhan. 5) Untuk penentuan elemen-elemen perencanaan geometrik jalan, seperti gradien, super elevasi dan persimpangan. 6) Untuk menentukan tingkat keperluan penegakan hukum. 7) Untuk evaluasi ekonomi seperti menghitung biaya operasi kendaraan dari peningkatan jalan atau pengaturan lalu-lintas. 8) Penentuan rute yang efisien untuk arus lalu-lintas. 9) Untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi kemacetan lalu-lintas. 10) Untuk studi perencanaan transportasi seperti pada proses alokasi lalulintas.

10 2.6. Perubahan Kecepatan Kendaraan akibat ZoSS 1) Setiawan (2008) Hasil analisis menunjukan bahwa program ZoSS pada tiga lokasi belum aman, hal ini ditandai pada beberapa data berikut: Kecepatan rata-rata kendaraan pada tiga lokasi penelitian(sd Kanisius Kalasan, SD Dukuh Seleman, SLTP Kanisius Sleman) berkisar antara 30 km/jam -34 km/jam. Dengan demikian belum aman, karena melampau kecepatan rata-rata yang dianjurkan 25 Km/jam. 2) Wahyuni (2011) Berdasarkan analisis data kecepatan sesaat kendaraan (spot speed) di lima sekolah di Pekanbaru yang diteliti, kecepatan rata-rata kendaraan sebelum memasuki ZoSS dan di lokasi ZoSS relatif mengalami penurunan kecepatan, yaitu sebelum memasuki ZoSS sebesar 40,39 km/jam untuk sepeda motor dan 33,85 km/jam untuk kendaraan ringan sedangkan kecepatan rata-rata di lokasi ZoSS sebesar 32,19 km/jam untuk sepeda motor dan 26,74 km/jam untuk kendaraan ringan, namun nilai kecepatan rata-rata tersebut masih lebih besar dari batas kecepatan maksimum yang diizinkan (20km/jam) di lokasi ZoSS, artinya masih belum sesuai dengan pedoman ZoSS. Sehingga dapat disimpulkan untuk karakteristik dari segi kecepatan kendaraan dikatakan belum aman. 3) Permana (2009) Dari analisis data kecepatan di lokasi penelitian SD Kanisius Kalasan diketahui, sebagai berikut; kecepatan sepeda motor 59,96 km/jam,

11 kendaraan ringan 58,14 km/jam, dan kendaraan berat 50,07%, sehingga belum aman, karena masih di atas kecepatan maksimum yang dianjurkan pada ZoSS, yaitu 25 km/jam. 2.7 Kesuksesan Program ZoSS di Beberapa Daerah 1) Sumut Pos, 14 Desember, 2012 memberitakan Keselamatan pejalan kaki perlu diperhatikan terutama anak-anak. Selain zebra cross dan jembatan penyeberangan sebagai fasilitas pejalan kaki, Zona Selamat Sekolah (ZoSS) juga diperlukann sekolah-sekolah dasar di Medan agar anak sekolah dapat pergi, belajar, dan pulang dengan aman dari sekolah dasar Anak sekolah banyak yang bermain di halaman sekolahnya dengan lalulintas yang padat. Ini tentu membahayakan bagi mereka. Jadi perlu sekali adanya ZoSS. Kalau bisa semua sekolah yang ada di pinggir jalan yang padat perlu ada ZoSS-nya, Erna guru SD. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan ZoSS sangatlah penting, karena dengan adanya ZoSS akan memberikan kenyamanan pada anak-anak maupun pengguna lainya. Keberadaan ZoSS di Medan dan permintaan masyarakat untuk menambah jumlahnya, menunjukan bahwa program ZoSS di daerah tersebut berhasil dan mendapat apresiasi masyarakat. 2) Harian Sragen, 29 November, 2012 Sejumlah sekolah dasar (SD) yang terletak di jalan protokol Solo-Surabaya belum memiliki zona selamat sekolah (ZoSS). Tercatat baru tiga SD yang sudah memiliki zona tersebut.. SD yang belum memiliki zona selamat sekolah diimbau menurunkan pendamping siswa di jam berangkat dan pulang. Pentingnya ZoSS juga

12 dirasakan oleh warga sekitar. Kami mersa lebih nyaman dengan keberadaan ZoSS, karena lebih leluasa dalam menyeberang Reni ibu dari anak SD. Dari fakta tersebut jelaslah bahwa keberadaan ZoSS sangatlah berpengaruh dan terbukti berhasil memberikan kenyamanan bagi orang tua dari anak-anak