NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Gizi Universitas Gadjah Mada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional dengan desain

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM DI RUMAH TANGGA DI KELURAHAN ULAK KARANG SELATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

Puskesmas Tajau Pecah, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP MOTIVASI IBU DALAM PEMBERIAN MENU SEIMBANG PADA BALITA DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

HUBUNGAN ANTARA SIKAP BIDAN DAN DUKUNGAN KADER TERHADAP PERILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

Nisa khoiriah INTISARI

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD NEGERI TANGKIL III DI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. rangka mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, terlebih pada

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN BALEDONO, KECAMATAN PURWOREJO, KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN :

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI)

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB III METODE PENELITIAN. penerapan 5 indikator kadarzi dan status gizi balita umur 6-59 bulan di Desa. Tanjung Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN ORANGTUA SERTA POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KOTA DAN KABUPATEN TANGERANG, BANTEN

Neneng Siti Lathifah Prodi Kebidanan Universitas Malahayati Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. merupakan unsur kualitas SDM. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DUKUH PUNDONG SRIHARDONO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN INTISARI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

ISSN Vol 2, Oktober 2012

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status

PERBEDAAN STATUS GIZI DAN KARAKTERISTIK KELUARGA PADA SISWA SD ANTARA PROGRAM FULL DAY SCHOOL

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalalah suatu keluarga yang mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB I PENDAHULUAN. cukup makan, maka akan terjadi konsekuensi fungsional. Tiga konsekuensi yang

SERIBU HARI UNTUK NEGERI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA BALITA DESA CIKONENG

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN GIZI DAN ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT

Z 2 α P Q n = d 2

HUBUNGAN ANTARA JARAK KELAHIRAN YANG DEKAT DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-3 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDONG BOYOLALI

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 I.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

I. PENDAHULUAN. Prevalensi gizi buruk pada batita di Indonesia menurut berat badan/umur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG KELUARGA MANDIRI SADAR GIZI (KADARZI) DENGAN STATUS KADARZI PADA KELUARGA ANAK USIA 5-59 BULAN DI PUSKESMAS MOYUDAN KABUPATEN SLEMAN NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Gizi Universitas Gadjah Mada Diajukan Oleh : DEWI SETIYANINGSIH 05/190361/EKU/00164 Kepada PROGRAM STUDI S-1 GIZI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2007

INTISARI Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Keluarga Mandiri Sadar Gizi (Kadarzi) dengan Status Kadarzi Pada Keluarga Anak Usia 5 59 Bulan di Puskesmas Moyudan Kabupaten Sleman, Dewi setiyaningsih 1, Lily Arsanti Lestari 2, Jazilah 3. Latar Belakang : Masalah gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kurang gizi berakibat menurunnya tingkat kecerdasan anak. Salah satu sasaran yang ingin dicapai pada program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 adalah terwujudnya minimal 80% Kadarzi. Pengetahuan dan sikap kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan kesehatan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang Kadarzi dengan status Kadarzi pada keluarga anak usia 5-59 bulan di Puskesmas Moyudan Kabupaten Sleman. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang Kadarzi dengan status Kadarzi pada keluarga anak balita usia 5-59 bulan di Puskesmas Moyudan Kabupaten Sleman. Metode Penelitian : Observasional dengan rancangan cross sectional. Kriteria inklusi populasi adalah mempunyai anak berusia 5 59 bulan, tinggal dan berdomisili di wilayah penelitian, mampu berkomunikasi dengan baik, dan dapat membaca. Jumlah sampel 100 orang, pemilihan sampel dengan metode sistematik random sampling dengan menggunakan interval (K = 18). Pengolahan data dengan program SPSS versi 11, analisa bivariat dengan korelasi. Hasil : Analisa univariat menunjukkan bahwa terdapat 34% responden dengan pengetahuan yang rendah dan 43% responden mempunyai sikap negatif terhadap Kadarzi, dan 60% belum kadarzi. Analisa bivariat (korelasi) menunjukkan ada hubungan linier positif antara pengetahuan dengan status Kadarzi (r = 0,390 ; p < 0,05) dan ada hubungan linier positif antara sikap dengan status Kadarzi (r = 0,300 ; p < 0,05). Hubungan tersebut bermakna dengan kategori rendah. Kesimpulan : Ada hubungan linier positif antara pengetahuan dan sikap ibu tentang keluarga mandiri sadar gizi (Kadarzi) dengan status Kadarzi pada keluarga anak balita usia 5-59 bulan di Puskesmas Moyudan Kabupaten Sleman. Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, status Kadarzi. 1. Program Studi S1 Gizi Kesehatan F. Kedokteran UGM 2. Program Studi S1 Gizi Kesehatan F. Kedokteran UGM 3. Politeknik Kesehatan Yogyakarta Jurusan Gizi

NASKAH PUBLIKASI Pendahuluan Masalah gizi perlu dipandang sebagai salah satu faktor penentu dalam menunjang kesejahteraan hidup, baik perorangan, keluarga maupun masyarakat menuju kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia, sebagai bagian dari pembangunan manusia seutuhnya 1. Dalam menuju ke arah paradigma sehat, pengentasan masalah kesehatan dan gizi sangat penting untuk dilakukan mengingat masih besarnya masalah kesehatan dan gizi yang terjadi di Indonesia. Pada aspek gizi, tingginya prevalensi penderita Kekurangan Kalori Protein (KKP), Anemia Gizi Besi (AGB) atau gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) pada saat ini menunjukkan pentingnya penanganan masalah gizi yang optimal dan efektif. Masalah gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Masalah gizi menimbulkan masalah pembangunan pada masa yang akan datang. Kurang gizi berakibat menurunnya tingkat kecerdasan anak. Menurunnya kualitas manusia usia muda ini berarti hilangnya sebagian besar potensi cerdik pandai yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan bangsa 2. Salah satu sasaran yang ingin dicapai pada program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 adalah terwujudnya minimal 80% keluarga mandiri sadar gizi (Kadarzi). Upaya ini merupakan langkah strategis mengingat sebagian masalah gizi timbul karena masalah pendidikan perilaku dan lingkungan yang tidak mendukung 3. Pengetahuan dan sikap kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh terhadap meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan 4.

Di dalam sebuah keluarga, biasanya ibu berperan sebagai pengatur makanan keluarga. Oleh karena itu, ibu adalah sasaran utama dalam pendidikan gizi untuk meningkatkan pengetahuan 5. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, dengan sampel diambil dari 3 Puskesmas, yaitu Puskesmas Moyudan, Minggir, dan Sayegan, menunjukkan bahwa keluarga yang telah melaksanakan Kadarzi sebesar 57,1% dan belum Kadarzi 42,9%. Dalam rekapitulasi data gizi (LB 3) selama satu tahun (2005) dapat diketahui bahwa wilayah Puskesmas Moyudan cakupan Kadarzinya paling tinggi apabila dibandingkan dengan Puskesmas lain di Kabupaten Sleman, yaitu 1.715 keluarga (20,24%) yang melaksanakan Kadarzi. Meskipun begitu, hal ini masih di bawah target yang telah ditetapkan dalam Undangundang nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) dan di dalam visi Indonesia Sehat 2010, yang menetapkan bahwa 80% keluarga menjadi Keluarga Mandiri Sadar Gizi/Kadarzi 6. Subyek dalam penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai anak umur 5-59 bulan. Anak pada usia ini merupakan kelompok yang rentan gizi dan paling sering menderita kekurangan gizi atau kurang kalori protein 7. Balita merupakan sumber daya masa depan, akan tetapi balita masih mempunyai masalah yang sangat besar, yaitu kasus gizi buruk 8. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang keluarga mandiri sadar gizi (Kadarzi) dengan status Kadarzi pada keluarga anak usia 5-59 bulan di Puskesmas Moyudan Kabupaten Sleman. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang keluarga mandiri sadar gizi (Kadarzi) dengan status Kadarzi pada keluarga anak balita usia 5-59 bulan di Puskesmas Moyudan Kabupaten Sleman?

2. Apakah ada hubungan antara sikap ibu tentang keluarga mandiri sadar gizi (Kadarzi) dengan status Kadarzi pada keluarga anak balita usia 5-59 bulan di Puskesmas Moyudan Kabupaten Sleman? Tujuan Penelitian Tujuan umum adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang keluarga mandiri sadar gizi (Kadarzi) dengan status Kadarzi pada keluarga anak balita usia 5-59 bulan di Puskesmas Moyudan Kabupaten Sleman. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional. Rancangan penelitian ini menggunakan desain potong melintang (cross sectional). Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga di Puskesmas Moyudan Kabupaten Sleman, yaitu sebesar 8.472 keluarga. 2. Sampel a. Syarat sampel Syarat sampel adalah keluarga yang mempunyai anak berusia 5 59 bulan. Dari keseluruhan keluarga di Puskesmas Moyudan (8.472 keluarga), yang mempunyai anak berusia 5 59 bulan adalah sebanyak 1847 keluarga. b. Besar sampel Besar sampel dihitung dengan menggunakan pendugaan P dalam jarak d persen. Dengan jumlah sampel minimal 91 orang. Kemudian ditambah 10%, sehingga jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang. c. Cara pengambilan sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode sistematik random sampling, yaitu dengan menggunakan interval.

Definisi Operasional 1. Pengetahuan Adalah kemampuan responden untuk menjawab pertanyaan mengenai kelima indikator keluarga mandiri sadar gizi berdasarkan kuesioner yang diberikan, kemudian diberi nilai, yaitu 0 untuk jawaban salah dan 1 untuk jawaban yang benar. Dengan parameter = jumlah nilai dari jawaban yang benar, dan skala = rasio. 2. Sikap Adalah bagaimana pendapat responden terhadap pernyataan mengenai kelima indikator keluarga mandiri sadar gizi. Hal ini berdasarkan instrument tes sikap yang diukur menggunakan skala Linkert dengan pembobodan 0-4, kemudian hasil tanggapan dibuat skor. Dengan parameter = jumlah skor dari jawaban yang benar, dan skala = rasio. 3. Status Kadarzi (Keluarga Mandiri Sadar Gizi) Adalah perilaku keluarga dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan keluarga sehat dengan mengacu pada kelima indikator keluarga mandiri sadar gizi (Kadarzi). Penilaian dilakukan dengan cara mengukur masing-masing indikator (dari 5 indikator). Dengan parameter : jumlah nilai dari kelima indikator, dan skala = rasio. Hasil dan Pembahasan 1. Gambaran Umum Responden a. Usia Responden Dari 85 responden, dapat diketahui bahwa usia minimum responden adalah 18 tahun dan usia maksimum adalah 45 tahun. Wanita yang berumur 15 45 tahun merupakan kelompok wanita usia subur, yang ditandai dengan menstruasi untuk pertama kali (menarche) dan diakhiri dengan masa menopause 9. b. Pendidikan Responden Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Umumnya dengan

pendidikan orang dapat menguasai banyak pengetahuan yang diinginkan, mulai dari pengetahuan yang sederhana hingga pengetahuan yang lebih kompleks 10. Sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah SLTA, yang mencapai 44 orang (51,8%). Sedangkan tingkat pendidikan Sarjana hanya sedikit, yaitu sebanyak 6 orang (7,1%). c. Pekerjaan Responden Dari kuesioner yang telah diisi oleh responden, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga, yaitu sebanyak 36 orang (41,9%). 2. Analisa Univariat a. Pengetahuan Ibu Tentang Kadarzi Sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan tentang Kadarzi yang tinggi, yaitu sebanyak 51 orang, dan yang pengetahuannya rendah adalah sebanyak 34 orang. Rata-rata skor pengetahuan responden adalah 25,72 dengan nilai minimum 19 dan nilai maksimum 30. Dalam penelitian ini sebagian besar responden yaitu 51 orang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi. Umumnya dengan pendidikan orang dapat menguasai banyak pengetahuan 10. b. Sikap Ibu Tentang Kadarzi Responden yang mempunyai sikap positif tentang Kadarzi dan sikap negatif tentang Kadarzi mempunyai perbandingan yang hampir sama besarnya, yaitu 49,6% dengan sikap positif dan 50,6% bersikap negatif. Sikap seseorang sering diperoleh dari pengalaman sendiri ataupun orang lain yang paling dekat, walaupun seseorang mempunyai pengetahuan tentang gizi yang kurang belum tentu mempunyai sikap yang kurang pula tentang gizi 4.

Selain dipengaruhi pengalaman pribadi, sikap juga dipengaruhi oleh kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga tertentu serta faktor emosi dalam diri individu yang bersangkutan 11. c. Status Kadarzi Sebagian besar responden belum memenuhi Kadarzi yaitu sebesar 60% (51 keluarga). Dan keluarga yang sudah memenuhi Kadarzi sebesar 40% (34 keluarga). Indikator yang paling sedikit dipenuhi adalah indikator 1 yaitu keluarga biasa mengkonsumsi aneka ragam makanan sebesar 37,66%. Mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam sangat bermanfaat bagi kesehatan dan akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur 12. Indikator keluarga mandiri sadar gizi yang paling banyak terpenuhi adalah indikator 3 yaitu keluarga hanya menggunakan garam beryodium untuk memasak makanannya (100%). Berdasarkan hasil penelitian dari 13, rata-rata kualitas garam yang dikonsumsi di tingkat rumah tangga kandungan yodium garamnya sebesar 18,9 ppm. Rata-rata konsumsi garam yodium per orang per hari adalah sebesar 146,1 µg/dl, sedangkan jenis garam yang tersedia dalam bentuk curah (17,6%), briket (77,8%), dan halus (4,6%). Dalam penelitian ini semua responden (85 orang) menggunakan garam beryodium, hal ini kemungkinan didukung oleh pengetahuan responden (60% dari responden mempunyai pengetahuan yang tinggi). Indikator 2 yaitu keluarga selalu memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarganya (khususnya balita dan ibu hamil), yang sudah terpenuhi sebesar 92,94%. Perilaku menimbang anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :

keadaan anak yang tidak memungkinkan dibawa ke posyandu (sakit), kesibukan keluarga, dan pindah ke suatu daerah baru. Penimbangan anak secara teratur setiap bulan akan diketahui gangguan pertumbuhan yang tadinya tidak dapat diamati, yang dapat disebabkan oleh kekurangan makan, sakit yang berulang, ketidaktahuan tentang makanan anak atau kelainan hormonal 14. Indikator 4 yaitu keluarga memberikan dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif, sebesar 68,24% keluarga sudah memberikan dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung zat gizi yang paling sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi 15. Gangguan proses pemberian ASI pada umumnya berakar pada kurangnya pengetahuan, rasa percaya diri, serta kurangnya dukungan dari keluarga dan lingkungan 15. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari 16, yang menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan tinggi memberikan ASI eksklusif sebanyak 46 orang (36,5%) dan tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 80 orang (63,5%). Sedangkan responden yang berpengetahuan rendah memberikan ASI eksklusif sebanyak 24 orang (25,3%) dan tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 71 orang (74,7%). Indikator 5 yaitu keluarga biasa sarapan/ makan pagi (90,59%). Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik 15.

Dengan mengkonsumsi makanan pada pagi hari sebelum beraktifitas akan memberikan peningkatan kadar glukosa dalam darah. Glukosa merupakan sumber energi bagi sel-sel dalam tubuh terutama otak 17. 3. Analisa Bivariat a. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kadarzi dengan Status Kadarzi Untuk melihat hubungan antara pengetahuan tentang Kadarzi dengan status Kadarzi, digunakan penilaian/pengujian terhadap nilai r, yakni semakin mendekati angka 1, maka menunjukkan hubungan yang sangat kuat. Kriteria yang lain adalah dengan menguji probabilitas/tingkat signifikasi. Jika probabilitas > 0,05 berarti tidak terdapat korelasi yang signifikan, sebaliknya jika probabilitas < 0,05 berarti terdapat korelasi yang signifikan 18. Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pengetahuan tentang Kadarzi dengan status Kadarzi diperoleh nilai r sebesar 0,390 dan probabilitas sebesar 0,000. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa ada hubungan linier positif antara pengetahuan tentang Kadarzi dengan status Kadarzi. Hubungan tersebut bermakna dengan kategori rendah (r = 0,390 ; p < 0,05). Semakin tinggi pengetahuan responden tentang Kadarzi maka akan semakin besar kemungkinan untuk melaksanakan indikator Kadarzi, sebaliknya semakin rendah pengetahuan responden tentang Kadarzi maka akan semakin kecil kemungkinan untuk menerapkan indikator Kadarzi. Hasil tersebut di atas sejalan dengan pendapat 4, bahwa salah satu faktor yang menentukan perilaku tentang kesehatan seseorang adalah pengetahuan dan sikap, semakin tinggi pengetahuan dan sikap mendukung seseorang, maka semakin dapat ia memanfaatkan kemampuan tersebut.

Pengetahuan akan membentuk kepercayaan yang selanjutnya akan memberikan perspektif pada manusia dalam mempersepsi kenyataan, memberikan dasar dalam pengambilan keputusan dan menentukan sikap terhadap objek tertentu. Kepercayaan yang dimaksud di sini adalah bahwa sesuatu itu benar atau salah atas dasar bukti, sugesti, sugesti otoritas, pengalaman atau intuisi. Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang 19. Penelitian lain yang berkisar tentang pengetahuan pernah dilakukan oleh 16, dimana hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif, ibu yang mempunyai pengetahuan tinggi menyusui secara eksklusif lebih besar jika dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pengetahuan rendah. b. Hubungan Antara Sikap Tentang Kadarzi dengan Status Kadarzi Melaksanakan kelima indikator Kadarzi merupakan suatu tindakan. Seseorang bertindak apabila ada niat. Terbentuknya niat ditentukan oleh sikap terhadap perilaku tersebut dan keyakinan normatif akan akibat perilaku tersebut. Sikap yang positif maupun sikap yang negatif terbentuk dari komponen pengetahuan. Makin banyak segi positif pengetahuan akan makin positif sikap yang terbentuk. Dalam kaitannya dengan perilaku kelima indikator Kadarzi, apabila semakin tahu tentang kelima indikator Kadarzi maka diharapkan sikapnya tentang Kadarzi juga semakin positif. Selanjutnya muncul niat untuk melaksanakan kelima indikator Kadarzi tersebut. Berdasarkan hasil analisis hubungan antara sikap tentang Kadarzi dengan status Kadarzi diperoleh nilai r sebesar 0,300 dan probabilitas 0,005. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa ada hubungan linier positif antara sikap tentang Kadarzi dengan status Kadarzi. Hubungan tersebut bermakna dengan kategori

rendah (r = 0,300 ; p < 0,05). Semakin positif sikap responden tentang Kadarzi maka akan semakin besar kemungkinan untuk melaksanakan indikator Kadarzi, sebaliknya semakin negatif sikap responden tentang Kadarzi maka akan semakin kecil kemungkinan untuk melaksanakan indikator Kadarzi. Penelitian lain yang berkisar tentang sikap pernah dilakukan oleh 16, dimana hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif, yang berarti semakin mendukung sikap ibu mengenai pemberian ASI eksklusif maka semakin besar kemungkinan untuk memberikan ASI eksklusif, sebaliknya semakin tidak mendukung sikap ibu mengenai ASI eksklusif maka semakin kecil kemungkinan untuk memberikan ASI eksklusif. Kesimpulan 1. Sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi tentang Kadarzi (60%), tetapi ada pula responden yang pengetahuannya tentang Kadarzi masih rendah (40%). 2. Responden yang mempunyai sikap positif sebesar 49,6% dan responden yang mempunyai sikap negatif sebesar 50,6%. 3. Sebagian besar keluarga belum memenuhi indikator Kadarzi yaitu sebesar 60% dan yang sudah memenuhi Kadarzi sebesar 40%. 4. Ada hubungan linier positif antara pengetahuan tentang Kadarzi dengan status Kadarzi. 5. Ada hubungan linier positif antara sikap tentang Kadarzi dengan status Kadarzi. Saran 1. Bagi instansi pengelola Kadarzi Mengingat masih banyaknya responden yang mempunyai pengetahuan yang rendah dan sikap yang negatif yang kurang mendukung terhadap Kadarzi, maka perlu mengintensifkan kembali kegiatan-kegiatan yang mungkin dapat memperbaiki pengetahuan

dan sikap, sehingga pada akhirnya dapat menerapkan Kadarzi dalam keluarga, yaitu dengan cara : a. Melakukan penyuluhan tentang Kadarzi melalui kader-kader Posyandu. b. Melakukan pemetaan Kadarzi oleh kader Posyandu dengan pemantauan yang rutin. c. Meningkatkan kerja sama lintas sektor (PKK) karena untuk meningkatkan Kadarzi perlu dukungan dari masyarakat, terutama ibu-ibu. 2. Bagi peneliti selanjutnya Perlu penelitian lanjutan yang lebih lengkap sehingga dapat memberi masukan yang lebih tepat kepada Puskesmas dalam rangka melakukan kegiatan untuk meningkatkan Kadarzi, antara lain : a. Disamping meneliti faktor pengetahuan dan sikap, perlu diteliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, sarana kesehatan, keterjangkauan layanan kesehatan, sikap dan perilaku petugas kesehatan, serta informasi dari keluarga dan teman) sehingga dapat diketahui fakor-faktor yang paling berperan terhadap kadarzi. b. Perlu peneliltian khusus tentang penggunaan dan penyimpanan garam serta tentang sarapan pagi, karena masyarakat kurang mendapat informasi tentang hal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes. 1993. Pedoman KIE UPGK. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 2. Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara, Jakarta. 3. Depkes. 2000d. Pedoman Kampanye Keluarga Mandiri Sadar Gizi (Kadarzi). Depkes, Jakarta. 4. Notoatmodjo, Soekidjo. 1993b. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset, Yogyakarta. 5. Sajogyo, dkk. 1994. Menuju Gizi Baik yang Merata di Pedesaan dan di Kota. Gadjah Mada University, Yogyakarta. 6. Dinkes-Sleman. 2005. Profil Kesehatan. Dinas Kesehatan Sleman, Yogyakarta. 7. Sediaoetama, Achmad Djaeni. 1999. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Dian Rakyat, Jakarta. 8. Taslim. 2006. Kasus Seputar Gizi Buruk. http://www.gizinet.co.id. 9. BKKBN. 2003. Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Melalui Program Keluarga Berencana Nasional (Propenas 2000 2004). BKKBN, Jakarta. 10. Atmarita dan Fallah, T.S. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan, dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. BPS, Depkes, Ristek, Bappenas, Badan POM dan Depten : LIPI, Jakarta. 11. Azwar, Saifuddin. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 12. Depkes. 2000a. Buku Pintar Konseling Keluarga Mandiri Sadar Gizi. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

13. Irawati, Endang. 2005. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Konsumsi Garam Beryodium Kaitannya dengan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium Ibu Hamil di Wilayah Kabupaten Gunung Kidul. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 14. Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 15. Depkes. 2003. Ibu Bekerja Tetap Memberikan Air Susu Ibu. Departemen Kesehatan, Jakarta. 16. Marlia, Linda. 2002. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Bantul Yogyakarta. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 17. Khomsan, dkk. 1999. Studi Pola Pengasuhan Anak, Stimulasi, Psikososial, Perkembangan Psikomotor dan Mental Anak Baduta. Media Gizi dan Keluarga. XII (2) : 1-7, Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga : IPB, Bogor. 18. Alhusin, Syahri. 2003. Aplikasi Statistik Praktis dengan SPSS 10 for Windows. Graha Ilmu, Yogyakarta. 19. Rahmat, J. 1998. Psikologi Komunikasi Remaja. Rosdakarya, Bandung.