BAB I PENDAHULUAN. Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai Apostel Batak yang menjadikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penginjil Rheinische Mission Gesellschaft (RMG) masih sedikit. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, kristenisasi 1 merupakan hal penting

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan

BAB V PENUTUP. dan masih akan terus berkembang dengan pesat. yakni Huta Dame, yang artinya desa-atau-kampung damai.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Tapanuli menjadi 4 Afdeling yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat Penyebaran agama Kristen sudah dilakukan secara sistematis di

BAB I PENDAHULUAN. pedalaman Sumatera Utara. Sumatera adalah Pulau terbesar kedua sesudah

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pada awal abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orangorang

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang

GEREJA HKBP DI SEMARANG

abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orang-orang disebut Onan Sitahuru (= pasar barter) di perkampungan Saitnihuta sekarang.

BAB II SEJARAH BERDIRINYA UNIVERSITAS HKBP NOMENSEN ( )

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

PROPOSAL JUBILEUM 70 TAHUN HKBP YOGYAKARTA ( ) DAN TAHUN KELUARGA HKBP 2016

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pariwisata di Indonesia mendapat perhatian cukup besar dari

BAB I PENDAHULUAN. ada sisi positif yang dihasilkan oleh misi pekabaran Injil yaitu sejalan dengan kata Brunner

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang mampu melakukan olah cipta sebab

BAB II SEJARAH DAN PROFIL GEREJA HKBP. 2.1 Sejarah Gereja Huria Kristen Batak Protestan

BAB I PENDAHULUAN. kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak

BAB II PENDIDIKAN THEOLOGI SEBELUM TAHUN Sumatera dilakukan oleh Zending-zending ke Tanah Batak (Tapanuli) yaitu dimulai

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran

BAB I PENDAHULUAN. pulau Sumatera. Pada tahun 1820, Gereja Baptis Inggris mengirimkan tiga orang

2014), hal , Th. Van den End, Harta Dalam Bejana. Sejarah Gereja Ringkas, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2003), hal 267.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas secara rinci mengenai metode dan teknik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masa lalu umat manusia. Pengisahan sejarah itu jelas sebagai suatu

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar

BABI PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik organisasi pendidikan maupun non pendidikan

BAB III ANALISIS SISTEM. yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk

Pendeta Perempuan dalam Kepemimpinan. di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Tesis. Diajukan kepada

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan bangsa dibina melalui dunia pendidikan. Dunia pendidikan sangat erat

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengantarkan orang untuk terbuka terhadap kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari beberapa Suku, Bahasa, dan Agama. Agama bagi mayarakat di

LAMPIRAN I. 1. Gambar salah satu sampel Gereja yaitu Gereja HKBP Padang Bulan. 2. Gambar salah satu sampel Gereja yaitu Gereja HKBP Simpang Limun

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia.

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Nama-namanya Peraturannya Tugasnya Masa depannya

BAB II GAMBARAN UMUM WISATA SALIB KASIH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

BAB II TINJAUAN GEREJA HKBP Tinjauan Umum Gereja Protestan di Indonesia

Gereja Menyediakan Persekutuan

KEKRISTENAN DAN ADAT BATAK Tumpak Manurung ABSTRAK

THE HISTORICAL OF SALIB KASIH DEVELOPMENT MONUMENT SALIB KASIH AS A RELIGION TOURISM OBJECT IN NORTH TAPANULI REGENCY

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi seluruh negeri. Tetapi satu hal yang tidak boleh di lupakan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari yaitu dengan bercocok

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Meliza Faomasi Laoli, 2013 Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kolonialisme Belanda di Nusantara, penyebaran agama Kristen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PEMAHAMAN DAN PRAKTEK MISI NOMMENSEN DAN HKBP. Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan baru bagi

Mengapa yesus naik ke surga?

Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pembaptisan Air. Pengenalan

BAB I PENDAHULUAN. dua benua yaitu benua Asia dan Australia dan memiliki pulau dengan lima

MARTIN HUTAGALUNG. Mengamen dari Medan Hingga Belanda ANDI ISTIABUDI

BAB I PENDAHULUAN. ketidak kesepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peranan sumber daya manusia dalam suatu organisasi sangatlah penting.

BAB I PENDAHULUAN. siapapun, baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat. bagi seluih umat manusia di dunia.agama menjadi sumber motivasi dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Pdt. Gerry CJ Takaria

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Gbr I.1.Peta Kab. Tapanuli Utara sumber : I.1. LATAR BELAKANG. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHALUAN. Dengan mencatat besarnya jumlah organisasi gereja di Indonesia, serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB I PENDAHULUAN. Masehi Injili di Timor). Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) pada waktu

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

Gereja Memberitakan Firman

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pendidikan Agama Kristen Protestan

BAB 4. Refleksi Teologis. dan kehidupan rohani setiap anggota jemaatnya tidak terkecuali anak-anak yang adalah

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

Bekerja Dengan Para Pemimpin

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian

UKDW. Bab I Pendahuluan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

TIDAK ADA BAB 5 BAB I. Pendahuluan. I.1. Permasalahan I.1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB IV PERBANDINGAN ANTARA PEMAHAMAN DAN PRAKTEK MISI NOMMENSEN DENGAN PEMAHAMAN DAN PRAKTEK MISI HKBP

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Tarutung merupakan salah satu kota wisata rohani bagi pemeluk agama Kristen. Daerah yang dulunya dikenal dengan nama Silindung ini merupakan sebuah lembah yang subur yang didiami oleh sebagian besar suku Batak Toba. Didaerah ini terdapat wisata rohani Salib kasih yang terletak diatas bukit Siatas Barita. Salib Kasih dibangun pada tahun 1993 untuk mengenang jasa I.L. Nomensen yang telah berhasil mengkristenkan seluruh Silindung. Nomensen merupakan tokoh sentral Pekabaran Injil di Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai Apostel Batak yang menjadikan suku Batak Toba menjadi suku bangsa yang maju. Ludwig Ingwer Nommensen yang di utus oleh Badan Pekabaran Injil Jerman, Rheinische Mission Gesellcshaft (RMG) tiba di Barus tahun 1862. Sebelum memulai misinya Nommensen tinggal bersama seorang ahli bahasa, Vander Tuuk (sebelumnya diutus oleh Lembaga Alkitab untuk belajar bahasa Batak tahun 1849) untuk belajar bahasa Batak. Kemudian pada tahun 1864, Nommensen mendirikan pusat misi di Silindung, yang sekarang adalah Tarutung. Dari tempat tersebut ia akan memperluas misinya kedaerah Toba yaitu dari Balige sampai ke Sigumpar. Aster dalam Nainggolan (2012:186) menyatakan, sesudah 15 tahun berkarya ditengah-tengah orang Batak jumlah orang yang menjadi penganut Protestan masih sekitar 2.000 orang. Tetapi 5 tahun kemudian sudah mencapai 7.500 orang. Pada pesta 50 tahun Zending di tanah Batak (1911) jumlah orang Kristen sudah menjadi 100.000 orang. Seluruh Silindung dikatakan pada waktu itu menjadi daerah Protestan. Dan daerah Toba

hanya 1/6 yang belum protestan. Tahun 1936, 25 tahun kemudian, jumlah protestan di tanah batak sudah menjadi 350.000 orang. Para zending yang datang ke tanah Batak tidak saja melayani di bidang kerohanian. Mereka juga menyelenggarakan pendidikan sebagai sarana untuk menyokong pemberitaan injil. Para zending menyadari bahwa sebuah gereja tidak dapat berdiri ditengah-tengah masyarakat yang buta aksara. Oleh karena itu, para zending mendirikan sekolah-sekolah di tanah Batak agar orang Batak dapat membaca dan menulis terutama membaca kitab suci. Seiring dengan berkembangnya agama Protestan di tanah Batak maka jumlah sekolah yang didirikan Zending pun semakin banyak. Biasanya setiap memasuki daerah baru, Zending mendirikan sekolah yang juga di gunakan sebagai pos penginjilan. Karena semakin banyak sekolah dan gereja yang didirikan, maka kebutuhan akan tenaga pendeta dan guru semakin meningkat sementara jumlah para penginjil RMG ( Rheinische Missiongesellscaft) masih sedikit. Guna menambah jumlah tenaga pelayanan, para zending di tanah Batak sepakat untuk mendidik orang Batak menjadi guru yang berjiwa penginjil. Tenaga guru bertugas untuk mengajar anak-anak dalam bidang pengetahuan umum dan kerohanian di sekolah-sekolah yang didirikan oleh Zending dan sekaligus memimpin satu jemaat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka zending mendirikan sekolah guru atau Seminari di Pansur Napitu tahun 1877 yang merupakan kelanjutan dari Seminari Parausorat, Sipirok yang didirikan tahun 1867 Sekolah guru atau seminari dalam perkembangannya, menjadi tulang punggung dan dapur utama sistem pendidikan zending. Seminari Pansur Napitu merupakan sarana untuk mendidik orang-orang pribumi menjadi guru di sekolah dan sekaligus menjadi penginjil dalam satu gereja atau jemaat. Minat orang Batak untuk mengikuti pendidikan

di Seminari Pansur Napitu sangat besar tinggi. Hal ini disebababkan, masyarakat melihat bahwa pendidikan di seminari ini membuka kesempatan bagi anak-anak mereka untuk menjadi guru ataupun pegawai pemerintah, kedudukan yang menurut mereka jauh lebih terhormat dari sekedar pekerja kasar (petani). Hal ini mendorong para orang tua untuk berlomba-lomba menyekolahkan anaknya di Seminari demi mencari kehormatan. Jumlah murid yang terus bertambah, membuat lokasi seminari Pansur Napitu tidak memadai lagi akibatnya seminari Pansur Napitu tidak dapat lagi menampung seluruh siswa-siswanya. Untuk mengatasi keadaan ini zending Batak memutuskan untuk memindahkan Seminari Pansur Napitu ke Sipoholon tahun 1901. Kemudian pada masa pendudukan Jepang Seminari ini terpaksa ditutup pada tahun 1942. Seiring dengan perkembangan gereja HKBP ( Huria Kristen Batak Protestan), maka HKBP merasa perlu untuk memiliki sebuah sekolah untuk guru jemaat. Maka pada tahun 1962 dibuka kembali Sekolah Guru Jemaat di Seminari Sipoholon yang setara dengan sekolah menengah dibawah pimpinan Pdt. K. Lumbantoruan. Sejak 1962, Sekolah Guru Jemaat di Seminari Sipoholon dipersiapkan khsusus untuk menjadi guru jemaat yang melayani di gereja, bukan lagi menjadi guru sekolah umum. Sehingga kurikulum yang digunakan pun sudah berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Jabatan guru jemaat hanya dikhususkan untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan disebut dengan Bibelvrow. Seminari Sipoholon kemudian ditetapkan menjadi Sekolah Tinggi pada tahun 1987 menjadi Sekolah Tinggi Guru Huria HKBP Seminarium Sipoholon setara pendidikan diploma. Lokasi Sekolah tinggi HKBP Semarium sangat luas dan sejuk. STGH HKBP Seminarium Sipoholon dilengkapi fasilitas asrama untuk mahasiswa, gedung kuliah yang nyaman, gedung ibadah dan lapangan olah raga. Di dalam areal

kampus juga terdapat lahan pertanian dan kolam ikan yang digunakan sebagai kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa. Pekerjaan orang Batak sebagai penatua, guru maupun pendeta memegang peranan yang luar biasa dalam perkembangan agama Kristen di tanah Batak. Orang Kristen pribumi adalah pekabar injil yang paling berlaku dan berhasil. Seminari Pansur Napitu dan Seminari Sipoholon menerima suatu kedudukan khusus bagi masyarakat Batak yang beragama kristen, sampai hari ini Seminari Sipoholon dianggap sebagai sikola natimbo (Sekolah Tinggi) bangsa Batak. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut, oleh karena itu penulis mengangkat judul Perkembangan Sekolah Tinggi Guru Huria HKBP Seminarium Sipoholon 1901-2014 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis mengemukakan identifikasi masalah, yaitu sebagai berikut : 1. Latar belakang berdirinya Sekolah Tinggi Guru Huria ( STGH) HKBP Seminarium Sipoholon 2. Perkembangan Sekolah Tinggi Guru Huria (STGH) HKBP Seminarium Sipoholon (1901-sekarang) C. Perumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana latar belakang berdirinya Sekolah Tinggi Guru Huria (STGH) HKBP Seminarium Sipoholon

2. Bagaimana perkembangan Sekolah Tinggi Guru Huria (STGH) HKBP Seminarium Sipoholon (1901-2014) D. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Sekolah Tinggi Guru Huria (STGH) HKBP Seminarium Sipoholon? 2. Untuk mengetahui perkembangan Sekolah Tinggi Guru Huria (STGH) HKBP Seminarium Sipoholon (1901-2014)? E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Untuk memberikan pengetahuan bagi pembaca tentang sejarah berdirinya Sekolah Tinggi Guru Huria HKBP Seminarium Sipoholon 2. Sebagai bahan perbandingan untuk mahasiswa atau peneliti lain khususnya dalam meneliti hal yang sama pada lokasi yang berbeda 3. Sebagai pengabdian dan pengembangan keilmuan penulis khususnya dalam bidang penelitian 4. Sebagai perbendaharaan perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.