JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP 073/J.A/07/1999

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURANJAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-145/A/J.A/02/2003

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KELUARGA BERENCANA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KELUARGA BERENCANA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 117 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL JAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

MEMUTUSKAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL.

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2012, No

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2002 TENTANG KENAIKAN JABATAN DAN PANGKAT HAKIM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-004/A/J.A/01/2002

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-X-230/C/10/2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM PENILAI DAN SEKRETARIAT TIM PENILAI JABATAN JAKSA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor

MEMUTUSKAN: 6. Jabatan...

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TUNJANGAN HAKIM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 1999 TENTANG RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 1998 TENTANG POLA UMUM PEMBINAAN KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL DI JAJARNA DEPARTEMEN DALAM NEGERI

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 19 TAHUN 2000 (19/2000) TENTANG TUNJANGAN HAKIM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA,

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA K E P U T U S A N JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-085/J.A/10/1990 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA,

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 21 SERI E PERATURAN BUPATI KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 473 TAHUN 2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tamba

III. PENGAWAS BENIH IKAN

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

PEMBINAAN TEKNIS TIM PENILAI PRANATA KOMPUTER - ADMINISTRASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2000 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2000 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

2 Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5121); 3. Peraturan Pemerint

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-409/A.J.A/10/2001

PENGANGKATAN DALAM JABATAN STRUKTURAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL MAHKAMAH KONSTITUSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 24 TAHUN 2014 T E N T A N G

Badan Pusat Statistik

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2014 Nomor 6,

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 16/KEP/M.PAN/3/2001 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 52 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP 073/J.A/07/1999 TENTANG POLA JENJANG KARIR PEGAWAI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan pegawai Kejaksaan Republik Indonesia perlu disusun suatu pola jenjang karir yang dapat menunjang pengembangan kepegawaian yang berdaya guna dan berhasil guna; b. bahwa Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : KEP- 027/J.A/3/1988 tentang Pola Jenjang Karir Kepegawaian Kejaksaan Republik Indonesia yang ada pada saat sekarang sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan dalam rangka mewujudkan Sumber Daya Manusia yang handal dan profesional; c. bahwa oleh karena itu perlu ditetapkan Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia sebagai pengganti Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia yang ada pada saat sekarang tentang Pola Jenjang Karir Kepegawaian Kejaksaan Republik Indonesia. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kepegawaian 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991 Kejaksaan Republik Indonesia 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tentang Pengangkatan Dalam Pangkat Pegawai Negeri Sipil 4. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1994 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil 5. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1994 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural 6. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil. 7. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1997 tentang Pegawai Negeri Sipil yang menduduki Jabatan Rangkap. 8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1991 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia. 9. Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : KEP- 035/J.A/3/1992 tanggal 25 Maret 1992 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia 10. Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : KEP- 109/J.A/10/1994 tanggal 6 Oktober 1994 tentang Persyaratan Peserta Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Republik Indonesia. 11. Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : KEP- 117/J.A/10/1995 tanggal 10 Oktober 1995 tentang Jabatan Struktural yang Tidak Mengelola Fungsi Jaksa. 12. Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : KEP- 049/J.A/10/1999 tanggal 4 April 1999 tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Kejaksaan. Memperhatikan : 1. Saran Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia dan Para Jaksa Agung Muda. 2. Hasil Rapat Tim Kecil Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia.

3. Hasil Rapat Koordinasi Kejaksaan Republik Indonesia tanggal 15 sampai dengan 17 Maret 1999. M E M U T U S K A N : Menetapkan : KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA TENTANG POLA JENJANG KARIR PEGAWAI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Didalam Keputusan ini yang dimaksudkan dengan : a. Jaksa adalah pejabat yang diberi tugas dan wewenang oleh Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. b. Jabatan Struktural adalah jabatan seperti yang ditentukan oleh Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : KEP- 035/J.A/3/1992 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia. c. Jabatan Fungsional adalah jabatan yang bersifat keahlian teknis dalam organisasi Kejaksaan Republik Indonesia, yang karena fungsinya memungkinkan kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenang Kejaksaan Republik Indonesia. d. Pola Jenjang Karir Pegawai Kejaksaan Republik Indonesia adalah suatu tatanan yang menjadi landasan objektif pengembangan karir dan peningkatan kemampuan dari pegawai Kejaksaan Republik Indonesia. Pasal 2 Pegawai Kejaksaan Republik Indonesia yang akan menduduki suatu jabatan struktural tertentu ditetapkan atas dasar pola jenjang karir. Pasal 3 Penyusunan pola jenjang karir dilandasi oleh unsur-unsur obyektif dalam upaya penataan pegawai berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. BAB II TAHAPAN JENJANG JABATAN STRUKTURAL Pasal 4 (1) Tahapan jenjang karir pegawai Kejaksaan Republik Indonesia ditetapkan 8 (delapan) jenjang jabatan struktural yang terdiri dari: a. Jenjang Kesatu adalah Jabatan Struktural Eselon V.b b. Jenjang Kedua adalah Jabatan Struktural Eselon V.a c. Jenjang Ketiga adalah Jabatan Struktural Eselon VI.b d. Jenjang Keempat adalah Jabatan Struktural Eselon IV/a e. Jenjang Kelima adalah Jabatan Struktural Eselon III.b f. Jenjang Keenam adalah Jabatan Struktural Eselon III.a

g. Jenjang Ketujuh adalah Jabatan Struktural Eselon II.b h. Jenjang Kedelapan adalah Jabatan Struktural Eselon II.a (2) Disamping melalui jabatan fungsional, karir pegawai Kejaksaan Republik Indonesia ditempuh melalui jenjang jabatan struktural seperti yang ditentukan oleh ayat (1), kecuali Jaksa Agung Republik Indonesia dan pejabat yang ditunjuk menentukan lain. BAB III SYARAT SYARAT Pasal 5 (1) Syarat umum untuk menduduki suatu jabatan struktural pada setiap jenjang jabatan struktural adalah sebagai berikut : 1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Memiliki kemampuan manajerial, kemampuan teknis fungsional dan kecakapan serta pengalaman yang diperlukan. 3. Memiliki integritas kepribadian yang tinggi 4. Memiliki potensi untuk berkembang 5. Memiliki potensi dedikasi dan loyalitas terhadap tugas dan organisasi. 6. Berprestasi dalam melaksanakan tugas 7. Mampu menjaga reputasi diri dan instansinya 8. Daftar Urut Kepangakan (DUK) menjadi pertimbangan. 9. Seluruh unsur penilaian Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan 2 (dua) tahun terakhir berturut-turut memperoleh kualifikasi baik dengan nilai setiap unsur minimal 80 (delapan puluh), dan khusus unsur kesetiaan minimal 91 (sembilan puluh satu). 10. Tidak sedang menjalani hukuman disiplin atau tidak sedang Clearance Kepegawaian dari Jaksa Agung Muda Pengawasan. (2) Syarat khusus untuk menduduki suatu jabatan struktural pada setiap jenjang jabatan struktural adalah sebagai berikut : a. Jabatan Struktural Eselon V.b yang dijabat oleh Kepala Urusan dan Kepala Sub Seksi pada Cabang Kejaksaan Negeri. 1. Pangkat Sena Darma Tata Usaha (II/d) sampai dengan Yuana Wira Tata Usaha (III/a) atau Ajun Jaksa Madya (III/a) 2. Diutamakan telah mengikuti dan lulus DIKLAT ADUM. b. Jabatan Struktural Eselon V.a yang dijabat oleh : b.1 Kepala Urusan, Kepala Sub Seksi dan Pemeriksaan Pembantu pada Kejaksaan Negeri. b.2 Kepala Urusan, Kepala Sub Seksi dan Pemeriksa Pembantu pada Kejaksaan Tinggi. 1. Pangkat Ajun Jaksa Madya (IIIA) atau Yuana Wira Tata Usaha (III/a) sampai dengan Ajun Jaksa (III/b) atau Muda Wira Tata Usaha (III/b) 2. Diutamakan Sarjana Hukum 3. Diutamakan yang sedang menjabat jabatan struktural Eselon V. 4. Diutamakan telah mengikuti dan lulus DIKLAT Diutamakan telah mengikuti dan lulus DIKLAT ADUM 5. ADUM dan salah satu c. Jabatan Stuktural Eselon IV.b yang dijabat oleh Kepala Cabang Kejaksaan Negeri

1. Berijazah Sarjana Hukum 2. Pangkat Ajun Jaksa(III/b) sampai dengan Jaksa Pratama (III/c). 3. Diutamakan yang sedang menjabat jabatan struktural Eselon III/c. 4. Diutamakan telah mengikuti dan lulus DIKLAT 5. Diutamakan telah mengikuti dan lulus DIKLAT ADUM dan salah satu d. Jabatan Struktural Eselon IV.a yang dijabat oleh : d.1 Kepala Bagian, Kepala Seksi dan Pemeriksa pada Kejaksaan Tinggi d.2 Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi dan Pemeriksa pada Kejaksaan Tinggi d.3 Kepala Sub Bagian, Kepala Sub Bidang, Kepala Seksi dan Pemeriksa pada Kejaksaan Agung Republik Idonesia 1. Serendah-rendahnya berijazah Sarjana Hukum kecuali untuk jabatan struktural yang tidak mengelola fungsi jaksa. 2. Untuk Jabatan Struktural yang tidak mengelola fungsi Jaksa dapat dijabat oleh pegawai tata usaha, diutamakan yang berijazah Sarjana. 3. Pangkat Jaksa Pratama (III/c) atau Madya Wira Tata Usaha (III/c) sampai dengan Jaksa Muda (III/d) atau Sena Wira Tata Usaha (III/d) 4. Diutamakan sedang menjabat jabatan struktural Eselon V.a dan IV.b sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun. 5. Telah mengikuti dan lulus DIKLAT ADUM dan salah satu e. Jabatan Struktural Eselon III.b e.1 Yang dijabat oleh Kepala Kejaksaan Negeri Tipe B 1. Berijazah serendah-rendahnya Sarjana Hukum 2. Pangkat Jaksa Muda (III/d) atau Sena Wira Tata Usaha (III/d) sampai dengan Jaksa Madya (IV/a) atau Adi Wira Tata Usaha (IV/a) 3. Pernah/sedang menjabat jabatan Eselon IV.a 4. Masa Pengabdian di Kejaksaan minimal 10 (sepuluh) tahun dan pengalaman di 2 (dua) daerah Kejaksaan. 5. Telah mengikuti dan lulus DIKLAT SPAMA 6. Diutamakan yang telah mengikuti dan lulus DIKLAT Fungsional Kejaksaan Tingkat Pertama dan salah satu e.2. Yang dijabat oleh Kepala Bagian Tata Usaha pada Kejaksaan Tinggi. 1. Berijazah serendah-rendahnya Sarjana 2. Pangkat Jaksa Muda (III/d) atau Sena Wira Tata Usaha (III/d) sampai dengan Jaksa Madya (IV/a) atau Adi Wira Tata Usaha (IV/a). 3. Pernah / sedang menjabat jabatan Eselon IV.a 4. Masa pengabdian di Kejaksaan Minimal 10 (sepuluh) tahun 5. Telah mengikuti dan lulus DIKLAT SPAMA 6. Diutamakan yang telah mengikuti dan lulus salah satu f. Jabatan Struktural Eselon III.a f.1 Yang dijabat oleh Asisten Kejaksaan Tinggi dan Kepala Kejaksaan Negeri Tipe A.

1. Berijazah serendah-rendahnya Sarjana 2. Pangkat Jaksa Madya (IV/a) sampai dengan Jaksa Utama Pratama (IV/b). 3. sedang menjabat jabatan Eselon III.b 4. Masa pengabdian di Kejaksaan Minimal 15 (lima belas) tahun 5. Telah mengikuti dan lulus DIKLAT SPAMA 6. Diutamakan yang telah mengikuti dan lulus salah satu DIKLAT Fungsional Kejaksaan Tingkat Pertama dan salah satu f.2 Yang dijabat oleh Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala Sub Direktorat dan Inspektur Pembantu pada Kejaksaan Agung Republik Indonesia. 1. Berijazah serendah-rendahnya Sarjana Hukum atau Sarjana Non Hukum 2. Pangkat Jaksa Madya (IV/a) atau Adi Wira Tata Usaha (IV/a) sampai dengan Jaksa Utama Pratama (IV/b) atau Nindya Wira Tata Usaha (IV/b). 3. Untuk jabatan struktural yang tidak mengelola Fungsi Jaksa dapat dijabat oleh Pegawai Tata Usaha. 4. Sedang menjabat jabatan struktural Eselon III.a 5. Masa pengabdian di Kejaksaan Minimal 15 (lima belas) tahun 6. Mengikuti dan lulus DIKLAT SPAMA 7. Bagi Jaksa diutamakan telah mengikuti dan lulus salah satu DIKLAT Fungsional Kejaksaan Tingkat Pertama dan salah satu DIKLAT Teknis dan bagi Tata Usaha telah mengikuti lulus salah satu DIKLAT Teknis sesuai dengan jabatannya. 8. Hasil Psikotest dipertimbangkan g. Jabatan Struktural Eselon II.b yang dijabat oleh Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi, Staf Umum dan Staf Khusus Jaksa Agung Republik Indonesia. 1. Berijazah serendah-rendahnya Sarjana Hukum 2. Pangkat Jaksa Utama Pratama (IV/b) sampai dengan Jaksa Muda Utama (IV/c) 3. Sedang menjabat jabatan struktural Eselon III.a 4. Masa pengabdian di Kejaksaan Minimal 20 (dua puluh) tahun 5. Mengikuti dan lulus DIKLAT SPAMA 6. Diutamakan telah mengikuti dan lulus DIKLAT Fungsional Kejaksaan Tingkat Menengah h. Jabatan Struktural Eselon II.a h.1 Yang dijabat oleh Kepala Kejaksaan Tinggi dan Staf Ahli yang diangkat oleh Jaksa Agung Republik Indonesia. 1. Diutamakan berijazah S-2 Hukum / Non Hukum atau serendah-rendahnya Sarjana Hukum 2. Pangkat Jaksa Utama Muda (IV/c) sampai dengan Jaksa Utama Madya (IV/d) 3. Diutamakan sedang menjabat jabatan struktural Eselon II.b 4. Masa pengabdian di Kejaksaan Minimal 25 (dua puluh lima) tahun 5. Mengikuti dan lulus DIKLAT SPAMEN 6. diutamakan telah mengikuti dan lulus DIKLAT Fungsional Kejaksaan Tingkat Menengah

h.2 Yang dijabat oleh Sekretaris Jaksa Agung Muda, Kepala Biro, Kepala Pusat, Kepala Direktorat dan Inspektur pada Kejaksaan Agung Republik Indonesia. 1. Diutamakan berijazah S-2 Hukum / Non Hukum atau serendah-rendahnya Sarjana Hukum / Sarjana Non Hukum 2. Pangkat Jaksa Utama Muda (IV/c) atau Muda Pati Tata Usaha (IV/c) sampai dengan Jaksa Utama Madya (IV/d) atau Madya Pati Tata Usaha (IV/d) 3. Sedang menjabat jabatan struktural Eselon II.a tersebut pada butir h.1, kecuali jabatan tersebut butir 5. 4. Masa pengabdian di Kejaksaan Minimal 25 (dua puluh lima) tahun 5. Untuk Jabatan yang tidak mengelola Fungsi Jaksa dapat dijabat oleh Pegawai Tata Usaha. 6. Mengikuti dan lulus DIKLAT SPAMEN 7. Bagi Jaksa diutamakan yang telah mengikuti dan lulus DIKLAT Fungsional Kejaksaan Tingkat Menengah, dan bagi Tata Usaha telah mengikuti dan lulus salah satu DIKLAT Teknis sesuai dengan jabatannya. 8. Hasil Psikotest dipertimbangkan BAB IV PERPINDAHAN WILAYAH KERJA ATAU JABATAN STRUKTURAL Pasal 6 (1) Dalam rangka pengembangan karir, peningkatan kemampuan, dan pengalaman, dalam jangka waktu tertentu para pejabat Kejaksaan RI dapat dilakukan perpindahan wilayah kerja atau jabatan struktural. (2) Perpindahan jabatan struktural sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan baik dalam jenjang jabatan struktural yang sama maupun untuk jenjang jabatan struktural setingkat lebih tinggi. (3) Perpindahan jabatan kedalam jabatan struktural yang lebih rendah tidak diperbolehkan. BAB V MASA JABATAN Pasal 7 (1) Dalam rangka memantapkan kemampuan dan pengalaman, para pejabat Kejaksaan diharapkan pernah menduduki baik jabatan struktural staf maupun jabatan struktural pimpinan. (2) Lamanya menduduki suatu jabatan seperti yang dimaksud oleh ayat (1) paling lama 2 (dua) tahun, kecuali ada pertimbangan lain dari pimpinan. BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 8 Jaksa Agung Republik Indonesia dapat menetapkan kebijaksanaan lain dari pada syarat-syarat yang ditentukan dalam pasal 5, terutama pada saat belum ada pejabat yang memenuhi seluruh persyaratan khusus.

BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 9 Jaksa yang telah menduduki suatu jabatan struktural sebelum berlakunya Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia ini, dianggap sudah memenuhi syarat untuk jabatan struktural tersebut. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 10 Pada saat berlakunya Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia ini, Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : KEP-027A/J.A/3/1988 tanggal 8 Maret 1988 tentang Pola Jenjang Karir Kepegawaian Kejaksaan Republik Indonesia dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 11 Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan Ditetapkan di : J a k a r t a Pada tanggal : 5 Juli 1999 Pjs. JAKSA AGUNG RI I S M U D J O K O, S.H.