Struktur Populasi Monyet Ekor Panjang di Kawasan Pura Batu Pageh, Ungasan, Badung, Bali

dokumen-dokumen yang mirip
Buletin Veteriner Udayana Vol.1 No.2. :47-53 ISSN : Agustus 2009

Sebaran Geografi Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Semenanjung Badung

AKTIVITAS MENDAPATKAN MAKAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis Raffles) DI DESTINASI WISATA PURA LUHUR ULUWATU, BALI

DAFTAR PUSTAKA. Departemen Kehutanan Buku Informasi 50 Taman Nasional di Indonesia. Jakarta: Departemen Kehutanan Republik Indonesia

Aktivitas Harian Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) yang telah divasektomi di Wenara Wana Ubud

UKURAN KELOMPOK MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI HUTAN DESA CUGUNG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG GUNUNG RAJABASA LAMPUNG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

AKTIVITAS HARIAN KERA EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI TAMAN WISATA ALAM SANGEH, KABUPATEN BADUNG, BALI

JUMLAH INDIVIDU DAN KELOMPOK BEKANTAN (Nasalis larvatus, Wurmb) Di TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

VASEKTOMI PADA MONYET EKOR PANJANG (MACACA FASCICULARIS)DI LOKASI WISATA SANGEH

DAFTAR PUSTAKA. Alikodra H.A Pengelolaan satwa Liar Jilid I. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Menurut Napier dan Napier (1985) monyet ekor panjang dapat. Superfamili : Cercopithecoidea

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. M11, dan M12 wilayah Resort Bandealit, SPTN wilayah II Balai Besar Taman

Aktivitas Harian Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

Aktivitas Harian Bekantan (Nasalis larvatus) di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah

Azhari Purbatrapsila, Entang Iskandar, Joko Pamungkas. Kata Kunci: Macaca fascicularis, pola aktivitas, stratifikasi vertikal, Pulau Tinjil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

I. PENDAHULUAN. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis, Raffles 1821) telah hidup berdampingan

BAB I PENDAHULUAN. Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih

ARTIKEL ILMIAH. OLEH Azrul Ahmar RSA1C FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JANUARI 2018

BAB I PENDAHULUAN. Satwa dalam mencari makan tidak selalu memilih sumberdaya yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi

EKOLOGI, DISTRIBUSI dan KONSERVASI ORANGUTAN SUMATERA

GROOMING BEHAVIOUR PATTERN OF LONG-TAILED MACAQUE (Macaca fascicularis, Raffles 1821) IN PALIYAN WILDLIFE SANCTUARY, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

Kadar Glukosa Darah Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Obesitas di Pura Luhur Uluwatu Bali

TINJAUAN PUSTAKA. (1) secara ilmiah nama spesies dan sub-spesies yang dikenali yang disahkan

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

Struktur populasi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat

Jantan Dewasa/Adult (Macaca Maura).

PEMANFAATAN HABITAT OLEH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI KAMPUS IPB DARMAGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. menguntungkan antara tumbuhan dan hewan herbivora umumnya terjadi di hutan

MENGENAL BEBERAPA PRIMATA DI PROPINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM. Edy Hendras Wahyono

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

VARIASI MORFOMETRI MONYET EKOR PANJANG (Macaca. fascicularis) DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO DAN TAMAN NASIONAL BALURAN SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Monyet ekor panjang merupakan mamalia dengan klasifikasi sebagai berikut

I. PENDAHULUAN. tailed macaque) (Lekagul dan Mcneely, 1977). Macaca fascicularis dapat ditemui di

STRUKTUR KELOMPOK MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis Raffles, 1821) DAN INTERAKSINYA DENGAN PENDUDUK SEKITAR SUAKA MARGASATWA PALIYAN

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di

STUDI JENIS TUMBUHAN PAKAN KELASI (Presbitis rubicunda) PADA KAWASAN HUTAN WISATA BANING KABUPATEN SINTANG

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi 2) Alumni Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi * korespodensi:

IV. METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah siamang berdasarkan bentuk morfologinya yaitu: (Napier and

I. PENDAHULUAN. Macaca endemik Sulawesi yang dapat dijumpai di Sulawesi Utara, antara lain di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

" Fakultas Kedokternn Hewtln IPB, Bogor

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Hewan primata penghuni hutan tropis

Aktivitas Makan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Hutan Nepa Kabupaten Sampang Madura

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Populasi Lokal Monyet Ekor Panjang di Kawasan Jawa Timur, Pulau Bali, dan Pulau Lombok

METODE PENELTIAN. Penelitian tentang keberadaan populasi kokah (Presbytis siamensis) dilaksanakan

3. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang ukuran kelompok simpai telah dilakukan di hutan Desa Cugung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA. Alikodra, S. H Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

STRUKTUR DAN KERAGAMAN GENETIK POPULASI LOKAL MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI JAWA TIMUR, BALI, DAN LOMBOK I NENGAH WANDIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepariwisataan diperkirakan mengalami perkembangan dan mempunyai

DAFTAR PUSTAKA. Alikodra, H.S Dasar-dasar Pembinaan Margasatwa. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Analisis Populasi Kalawet (Hylobates agilis albibarbis) di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah

STUDI POPULASI DAN POLA PENGGUNAAN RUANG MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kajian Perilaku Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dan Lutung (Trachypithecus auratus) di Coban Rondo, Kabupaten Malang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

STUDI POPULASI DAN POLA PENGGUNAAN RUANG MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT ANDOKO HIDAYAT

SERANGAN AWAL KERA EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) PADA HTI Acacia mangium DI PT. MUSI HUTAN PERSADA SUMATERA SELATAN

PENDUGAAN PARAMETER DEMOGRAFI DAN MODEL PERTUMBUHAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI PULAU PEUCANG, TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

065 PERILAKU SEKSUAL MONYET EKOR PANJANG (Mncncn fascic~lnris) Di BUM1 PERUMAHAN PRAMUKA CIBUBUR, JAKARTA LILA MULYATI

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. Pertumbuhan populasi manusia yang begitu pesat dalam 20 tahun terakhir menyebabkan

Evaluasi Tatalaksana Pemeliharaan dan Tingkah Laku Sosial Macaca di Taman Marga Satwa Tandurusa Kecamatan Aertembaga Kota Bitung Sulawesi Utara

Keberadaan Burung Gosong Kaki-Oranye (Megapodius reinwardt) di Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara

Perilaku Agresif Monyet, Macaca fascicularis (Raffles, 1821) terhadap Wisatawan di Hutan Wisata Alam Kaliurang, Yogyakarta

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.1

PERILAKU MAKAN DAN JENIS PAKAN ORANGUTAN(Pongo pygmaeus) DI YAYASAN INTERNATIONAL ANIMAL RESCUE INDONESIA (YIARI) KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

Status Populasi Satwa Primata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Halimun Salak, Jawa Barat

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDUGAAN POPULASI RUSA TOTOL ( Axis axis ) DI ISTANA BOGOR DENGAN METODE CONTENTRATION COUNT. Oleh :

Transkripsi:

Struktur Populasi Monyet Ekor Panjang di Kawasan Pura Batu Pageh, Ungasan, Badung, Bali POPULATION STRUCTURE OF LONG TAILED MACAQUE IN PURA BATU PAGEH, UNGASAN, BADUNG, BALI Muh Imam Subiarsyah 1, I Gede Soma 2,3, I Ketut Suatha 1,3 1. Laboratorium Anatomi Hewan 2. Laboratorium Fisiologi 3. Pusat Kajian Primata, Lambaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl. P.B.Sudirman, Denpasar, Bali. Tel./fax. 0361-223791 Email : imam_subiarsyah@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur populasi monyet ekor panjang di kawasan Pura Batu Pageh. Jumlah populasi monyet dihitung secara langsung dan dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan umur. Luas habitat ditentukan berdasarkan daerah jelajah yang merupakan tanah milik Pura, tanah pemerintah atau hutan yang bukan merupakan tanah milik masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan jumlah total populasi monyet ekor panjang di kawasan Pura Batu Pageh adalah 189 ekor terdiri atas 22 ekor (11,6%) jantan dewasa, 37 ekor (19,6%) betina dewasa, 106 ekor (56,1%) monyet muda dan 24 ekor (12,7%) anakan, yang terbagi menjadi empat kelompok sosial yaitu kelompok Parkir, kelompok Barat, kelompok Utara dan kelompok Timur. Rasio monyet jantan dewasa dengan betina dewasa adalah 1 : 2. Luas habitat monyet ekor panjang di kawasan Pura Batu Pageh adalah 1 hektar. Disimpulkan bahwa struktur populasi monyet ekor panjang di kawasan Pura Batu Pageh didomonasi oleh monyet muda dan tingkat kepadatan populasi adalah 189 ekor/hektar. Kata Kunci: monyet ekor panjang, struktur populasi, pura batu pageh. ABSTRACT The study aim is to determined the population structure of long-tailed macaque in Pura Batu Pageh. Total population was calculated and differentiated by sex and age. Habitat area is determined based on cruising area is land owned by the temple, the government or forest land which is not owned by the society. Our result showed total population was 189 monkeys consisted of 22 (11.6%) adult males, 37 (19.6%) adult female, 106 (56.1%) juvenile and 24 (12.7%) infant, which is divided into four social group i.e., Parking area group, West group, North group and East group. Ratio of adult male adult female was 1 : 2. Total habitat of long-tailed macaque in Pura Batu Pageh is 1 hectare. In conclusion, population structure of long-tailed macaque in Pura Batu Pageh was dominated by juvenile and population densities is 189 monkeys/hectare. Keywords: long-tailed macaque, population structure, pura batu pageh. 183

PENDAHULUAN Indonesia adalah negara yang memiliki beragam jenis satwa liar, salah satunya adalah satwa primata. Satwa primata yang banyak ditemukan di Indonesia adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Secara geografis, monyet ekor panjang tersebar dari kawasan Asia Tenggara hingga daratan utama Asia. Monyet ekor panjang banyak ditemukan di Indonesia, Malaysia, Filipina, Kamboja, Thailand, Vietnam, Laos, Birma dan India, terutama di pulau Nicobar (Fittinghoff dan Lindburg 1980 ; Groves 2001). Monyet ekor panjang hidup di kawasan hutan sekunder, hutan mangrove, pesisir pantai dan hutan di pinggiran sungai dengan ketinggian kurang lebih 2000 meter di atas permukaan laut (Rowe, 1996). Di Bali populasi monyet ekor panjang dapat ditemukan di beberapa lokasi diantaranya Alas Kedaton, Alas Nenggan, Sangeh, Wanara Wana Padang Tegal Ubud, Pura Luhur Uluwatu, dan Pura Pulaki (Fuentes dan Garmel, 2005). Monyet ekor panjang merupakan salah satu satwa penghuni hutan yang memiliki arti penting dalam kehidupan di alam. Umumnya monyet ekor panjang ditemukan pada lokasi hutan hujan tropis dengan iklim lembab dan curah hujan tinggi (Supriatna et al., 1996 ; Umapathy et al., 2003). Di habitatnya monyet ekor panjang dapat menjalankan fungsi ekologisnya, yakni sebagai penyemai biji tanaman buah yang penting bagi konservasi jenis tumbuhan. Selain itu monyet ekor panjang juga sebagai pengendali populasi serangga dengan cara memangsanya (Seponada dan Firman, 2010). Monyet ekor panjang memakan serangga, batang, daun muda dan tua, bunga, biji, rumput, jamur, invertebrata, telur burung, tanah liat dan kulit (Wheatley, 1980; Yeager, 1996). Di kawasan Semenanjung Badung monyet ekor panjang ada di beberapa lokasi yaitu Pura Dalem Karang Boma, Pura Gunung Payung, Pura Batu Pageh, dan Pura Luhur Uluwatu (Kusumadewi, 2012). Pura Batu Pageh merupakan tempat ibadah dan kawasan pura tersebut kini menjadi tempat wisata yang sering di kunjungi wisatawan mancanegara maupun nusantara. Keberadaan monyet ekor panjang di daerah tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk berkunjung. Namun bila jumlah monyet ekor panjang melebihi daya tampung (carrying capacity) habitatnya akan menimbulkan efek yang kurang baik 184

kepada monyet itu sendiri, pengunjung, dan masyarakat sekitar. Insiden pengunjung tergigit oleh monyet (Wheatley, 1989) akan meningkat pada populasi yang padat. Perluasan daerah jelajah paling sering terjadi disebabkan oleh gangguan habitat dan pakan. Untuk memenuhi kebutuhan pakan monyet ekor panjang akan masuk ke perumahan warga dan fasilitas pariwisata seperti hotel untuk mencari makan. Keadaan ini akan merugikan penduduk akibat kerusakan lahan pertanian atau perkebunan yang ditimbulkan (Wandia, 2007). Menurut Crockett dan Wilson (1980), kondisi habitat berpengaruh terhadap kepadatan populasi monyet ekor panjang. Kepadatan yang tinggi akan meningkatkan ketegangan dan agresivitas di antara anggota populasi (Alikodra, 2002). Selain itu, perbandingan antara jantan dan betina yang tidak seimbang dapat mempengaruhi keberlangsungan suatu populasi. Pejantan yang jumlahnya banyak sering meningkatkan ketegangan/perkelahian dalam memperebutkan betina birahi dan demikian sebaliknya. Struktur umur dapat dipakai untuk menilai keberhasilan perkembangbiakan satwa liar, karenanya pula dapat digunakan untuk menilai prospek kelestarian satwa liar (Alikodra, 2002). Pura merupakan tempat peribadatan bagi umat Hindu, salah satunya adalah Pura Batu Pageh yang berada di pesisir pantai Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Di Bali, pura menjadi salah satu tempat favorit bahkan dijadikan sebagai daerah habitat oleh monyet ekor panjang karena dapat menyediakan sumber pakan yang berupa sisa sesaji dari persembahyangan umat Hindu dan aman dari gangguan manusia. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul Struktur Populasi Monyet Ekor Panjang di Kawasan Pura Batu Pageh, Ungasan, Badung, Bali. Tulisan ini adalah untuk mengetahui struktur populasi monyet ekor panjang di kawasan Pura Batu Pageh. METODE PENELITIAN Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah monyet ekor panjang yang ada di kawasan Pura Batu Pageh. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi dan sensus (Wandia, 2007). Observasi dilakukan dengan melihat langsung adanya spesies monyet ekor 185

panjang, pohon tidur sebagai pendukung dalam menentukan kelompok. Sensus dilakukan untuk mengetahui jumlah populasi dan struktur populasi monyet ekor panjang. Untuk mengetahui jumlah populasi, sensus dilakukan dengan menghitung seluruh jumlah monyet pada masing-masing kelompok sosial, dan untuk mengetahui demografi, penghitungan dilakukan dengan membedakan jenis kelamin yaitu jantan dewasa, betina dewasa dan umur yaitu muda dan anakan pada masing-masing kelompok sosial. Monyet jantan dewasa ditandai oleh adanya skrotum, bantalan duduk menyatu dan tingkah lakunya relatif superior. Monyet betina ditandai oleh bantalan duduk kiri dan kanan terpisah, adanya vulva vagina, ambing dan puting susunya sudah menggelantung (pendulus). Pada kelompok muda, monyet jantan badannya lebih kecil dan tingkah lakunya permisif terhadap jantan dewasa, dan betina muda yang belum menunjukkan puting susu yang menggelantung. Sedangkan, monyet yang baru lahir dan monyet yang masih memiliki warna hitam pada rambut kepala dikelompokkan sebagai anakan (Soma et al., 2009). Sensus dilakukan pada pagi hari saat monyet ekor panjang turun dari pohon tidurnya dan pada sore hari ketika monyet naik ke pohon tidur. Kepadatan populasi monyet ekor panjang dihitung dengan menggunakan rumus : Luas habitat ditentukan berdasarkan luas wilayah habitat yang merupakan tanah milik Pura, tanah pemerintah atau hutan, dan bukan merupakan tanah milik masyarakat yang di dalamnya terdapat adanya spesies monyet ekor panjang dan pohon tidur. Luas habitat monyet ekor panjang di kawasan Pura Batu Pageh adalah 1 hektar (Kusumadewi, 2012). Data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif mengenai jumlah kelompok sosial, jumlah populasi, struktur populasi, kepadatan populasi dan luas habitat. Struktur populasi meliputi jumlah anggota populasi, komposisi umur, rasio jantan dewasa dengan betina dewasa. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah keseluruhan populasi monyet ekor panjang yang ada di lokasi wisata Pura Batu Pageh berdasarkan hasil penghitungan adalah sebanyak 189 ekor. Jumlah tersebut 186

meliputi jantan dewasa 22 ekor, betina dewasa 37 ekor, monyet muda 106 ekor, dan anakan 24 ekor (Tabel 1). Populasi monyet ekor panjang yang berada di lokasi wisata Pura Batu pageh terdiri atas empat kelompok sosial yaitu kelompok parkir, kelompok barat, kelompok utara, dan kelompok timur. Pemberian nama kelompok disesuaikan dengan wilayah yang ditempati oleh masing-masing kelompok sosial. Kelompok Parkir berjumlah 49 ekor terdiri atas jantan dewasa 7 ekor, betina dewasa 10 ekor, monyet muda 27 ekor, dan anakan 5 ekor. Kelompok Barat berjumlah 39 ekor terdiri atas jantan dewasa 4 ekor, betina dewasa 9 ekor, monyet muda 20 ekor, dan anakan 6 ekor. Kelompok Utara berjumlah 46 ekor terdiri atas jantan dewasa 5 ekor, betina dewasa 8 ekor, monyet muda 27 ekor, dan anakan 6 ekor. Kelompok Timur berjumlah 55 ekor terdiri atas jantan dewasa 6 ekor, betina dewasa 10 ekor, monyet muda 32 ekor, anakan 7 ekor (Tabel 2). Luas habitat 1 hektar dan kepadatan populasi monyet ekor panjang di kawasan Pura Batu Pageh yaitu 189 ekor/hektar. Tabel 1. Jumlah anggota populasi monyet ekor panjang berdasarkan kelompok sosial Kelompok MEP JD BD Muda Anakan Jumlah Parkir 7 10 27 5 49 Barat 4 9 20 6 39 Utara 5 8 27 6 46 Timur 6 10 32 7 55 Jumlah 22 37 106 24 189 Tabel 2. Jumlah Populasi Monyet Ekor Panjang berdasarkan jenis kelamin dan umur Monyet Ekor Panjang (MEP) Jantan Dewasa (JD) Betina Dewasa (BD) Muda Anakan Jumlah (%) 22 (11,6%) 37 (19,6%) 106 (56,1%) 24 (12,7%) 187

Jumlah 189 (100%) Dinamika kehidupan monyet ekor panjang dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi pada kawasan tempat tinggalnya atau habitatnya. Dari hasil wawancara dengan penduduk yang telah berumur tua, diketahui sejarah monyet ekor panjang yang ada di kawasan Pura Batu Pageh sudah ada sejak tahun 1940-an dengan populasi 15 ekor. Namun seiring berjalannya waktu jumlah populasi monyet ekor panjang semakin bertambah karena kawasan Pura Batu Pageh pada saat itu memiliki daya dukung habitat yang baik, hingga pada saat ini jumlah populasi monyet ekor panjang di kawasan Pura Batu Pageh adalah 189 ekor. Sedangkan jumlah monyet ekor panjang yang di laporkan oleh Kusumadewi (2012) pada bulan April yaitu 187 ekor. Hal ini disebabkan oleh terus bertambahnya jumlah populasi monyet ekor panjang di kawasan Pura Batu Pageh. Peningkatan jumlah populasi akan dibatasi oleh menurunnya tingkat kenyamanan yang menyebabkan keluarnya beberapa anggota populasi walaupun sumber pakan relatif cukup tersedia. Keadaan ini akan merugikan penduduk karena kerusakan pertanian atau perkebunan yang ditimbulkannya (Wandia, 2007). Dari jumlah populasi 189 ekor tersebut terpecah menjadi empat kelompok sosial yaitu kelompok Parkir, kelompok Barat, kelompok Utara, dan kelompok Timur (Tabel 2). Ukuran kelompok monyet ekor panjang adalah jumlah individu yang terdapat dalam suatu kelompok monyet ekor panjang (Priyono, 1998). Menurut Bismark (1984), faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran kelompok monyet ekor panjang adalah kelahiran, kematian, emigrasi, imigrasi, cara menghadapi kelompok lain dan cara pembentukan kelompok. Secara umum tampak kelompok umur muda menempati jumlah yang paling tinggi (56,1%) (Tabel 1). Hal yang sama juga tampak pada tiap kelompok sosial (Tabel 2). Tingginya jumlah monyet ekor panjang umur muda pada tiap kelompok monyet ekor panjang menunjukkan populasi monyet ekor panjang yang ada di kawasan Pura Batu Pageh merupakan populasi yang berkembang (progressive population). Struktur umur dapat dipakai untuk menilai keberhasilan perkembangbiakan satwa liar, sehingga dapat digunakan pula untuk menilai prospek kelestarian satwa liar (Alikodra, 2002). Pada masing-masing kelompok rasio jantan dewasa dengan betina dewasa berturut-turut adalah sebagai berikut kelompok Parkir 1 : 2, kelompok 188

Barat 1 : 2, kelompok Utara 1 : 2 dan kelompok Timur adalah 1 : 2. Jika jumlah pejantan dewasa lebih banyak dari jumlah betina dewasa dapat menyebabkan tingginya tingkat ketegangan (perkelahian) dalam memperebutkan betina birahi. Pejantan yang kalah dalam persaingan akan meninggalkan kelompoknya/bermigrasi keluar tempat kelahirannya dan membuat kelompok baru (Swindler, 1998). Namun dengan rasio antara jantan dewasa dengan betina dewasa yang seimbang akan dapat menurunkan tingkat ketegangan/perkelahian antar jantan dewasa. Monyet ekor panjang lebih memilih daerah hutan dekat dengan sumber air dan monyet ekor panjang ditemukan dalam kepadatan tinggi didaerah tepi sungai, tepi danau, atau disepanjang pantai laut (Van Schaik et al., 1996). Kepadatan populasi monyet ekor panjang di lokasi wisata Pura Batu Pageh yaitu 189 ekor/ha jauh melebihi batas kepadatan maksimum di habitat liar yaitu sekitar 3-4 ekor/ha (Lesson et al., 2004). Kepadatan yang tinggi akan meningkatkan ketegangan dan agresivitas di antara anggota populasi (Alikodra, 2002). Wilayah jelajah (homerange) merupakan daerah yang dikunjungi satwa liar. Luas daerah jelajah sangat bervariasi bergantung kepada ketersediaan jumlah pakan dan besar kecilnya kelompok. Luas daerah jelajah monyet ekor panjang di kawasan Pura Batu pageh yang pernah di laporkan oleh Kusumadewi adalah 400 hektar (2012). Menurut Wheatley (1980) dan Rowe (1996) luas daerah jelajah monyet ekor panjang adalah 125 Ha. Dengan jumlah populasi 189 ekor monyet ekor panjang terlihat tidak terlalu padat jika dibandingkan dengan luas daerah jelajah yang mencapai 400 Ha. Namun, jika daerah jelajah dengan luas 400 hektar digunakan sebagai habitat oleh monyet ekor panjang maka akan berdampak negatif bagi masyarakat di sekitar habitat, karena monyet ekor panjang juga di kenal gemar memasuki rumah dan mencuri makanan (Gurmaya et al., 1994) SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa struktur populasi monyet ekor panjang di kawasan Pura Batu Pageh didominasi oleh monyet muda dan kepadatan populasi adalah 189 ekor/hektar. SARAN 189

Perlu dilakukan tindakan kontrol terhadap jumlah populasi monyet ekor panjang yang ada di kawasan Pura Batu Pageh untuk mengurangi efek negatif dari kelebihan populasi. DAFTAR PUSTAKA Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar. Jilid I. Bogor. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bismark M. 1984. Biologi dan konservasi primata di Indonesia. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Crockett, CM dan Wilson WL. 1980. The ecological separation of Macaca nemestrina and Macaca fascicularis in Sumatra. Dalam : Lindburg, D.G (Ed): The Macaques: Studies in ecology behaviour and evolution. New York. Van Nostrand Reinhold Company. Pp. 148-181. Fittinghoff, NAJr dan Lindburg DG. 1980. Riverine refuging in east Bornean Macaca fascicularis. In: The macaques: studies in ecology, behavior and evolution. Lindburg, D. G. (ed). 1980. Van Nostrand Reinhold, New York. Fuentes, A dan Garmel, S. 2005. Dispropotionte participation by age/sex clases in aggressive interaction between long-tailed macaque (Macaca fascicularis) and human tourist at padangtegal monkey forest, Bali, Indonesia: Brief Report. America Journal of Primatology 66: 197-204. Groves, C. 2001. Primate Taxonomy. Washington. Smithsonian Institution Press. Pp 350. Gurmaya, KJ., Adiputra, IMW., Saryatiman, AB., Danardono, SN., dan Sibuea TTH. 1994. A preliminary study on ecology and conservation of the Java primates in Ujung Kulon National Park, West Java, Indonesia. In: Thierry B, JR. Anderson, JJ. Roeder, N. Herrenschmidt, editors. Current Primatology. Volume 1, ecology and evolution. Strasbourg (France): Univ Louis Pasteur. Pp 87-92. Kusumadewi, MR. 2012. Pemetaan Sebaran Geografi Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Semenanjung Badung. Skripsi. Denpasar. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Lesson, C., Kyes, RC., dan Iskandar E. 2004. Estimating population density of Longtailed macaques (Macaca fascicularis) on Tinjil Island, Indonesia, using the line transect sampling method. Jurnal Primatologi Indonesia 4(1):7-14. Lindburg, DG. 1980. The Macaques : Studies in Ecology, Behavior and Evolution. Departement of Anthropology. University of California. 190

Priyono, A. 1998. Penentuan ukuran populasi optimal monyet ekor panjang (Macaca fascicularis Raffles) dalam penangkaran di alam bebas : Studi kasus di PT. Musi Hutan Persada. Thesis. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Rowe, N. 1996. The Pictorial Guide to The Living Primates. New York. Pogonias Pr. 263 p. Seponada dan Firman. 2010. Hutan Monyet Lembah Sarijo.http://wisata.kompasiana.com/jalanjalan/2010/04/25/hutan-monyet-lembah-sarijo/ (Diakses pada : 10 Mei 2012). Soma, IG., Wandia, IN., Suatha, IK., Widyastuti, SK., dan Rompis, ALT. 2009. Dinamika populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Hutan Wisata Alas Kedaton, Tabanan. Buletin Veteriner Udayana 1(2). :47-53. Supriatna, JA., Yanuar., Martarinza., Wibisono, HT., Asinaga, R., Sidik I., dan Iskandar, S. 1996. A preliminary survey of long-tailed and pig-tailed macaques (Macaca fascicularis and Macaca nemestrina) in Lampung, Bengkulu, and Jampi provinces, Southern Sumatera, Indonesia. Tropic Biodiv 3(2): 131 140. Swindler, DR. 1998. Introduction to the Primates. Seatle. University of Washington Press. Pp 284 Umapathy, G., Singh, M., dan Mohnot, SM. 2003. Status and distribution of Macaca fascicularis umbrosa in the Nicobar Island, India. Int J Primatol 24(2): 281-93. Van Schaik, CP., Van Amerongen, A., dan Van Noordwijk, MA. 1996. Riverine Refuging by Wild Sumatran Long-Tailed Macaques. In: Evolution and Ecology of Macaque Societies, Fa, JA, and D.G. Linburg (Eds.). New York. Cambridge Univ. Press. Pp. 160-181. Wandia, IN. 2007. Struktur dan Keragaman Genetik Populasi Lokal Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Jawa Timur, Bali, dan Lombok. Disertasi. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Wheatley, BP. 1980. Feeding and Ranging of East Bornean. In: The Macaques: Studies in Ecology, Behaviour and Evolution, Lindburg, D. (Ed). Van Nostrand Reinhold Co., New York. Pp. 215-246. Wheatley, BP. 1989. Diet of Balinese temple monkeys (Macaca fascicularis). Kyoto University Overseas Research, report at studies on Asian non-human primates no 7. Yeager, CP. 1996. Feeding ecology of long-tailed macaque (Macaca fascicularis) in Kalimantan Tengah, Indonesia. Int J Primatology 17(1):51-62. 191