1. Pendahuluan ANALISIS PENGARUH TINGKAT EFISIENSI TENAGA KESEHATAN TERHADAP ANGKA PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS (TB) PARU DI GORONTALO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

Kata Kunci : Data Envelopment Analysis, Technical Efficiency, Scale Effficiency

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

CLASTERING PROGRAM STUDI TEKNIK DENGAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar. dan HIV/AIDS, Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang diinginkan sesuai dengan kerangka kerja yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013)

Pengembangan Kawasan Andalan Probolinggo- Pasuruan-Lumajang Melalui Pendekatan Peningkatan Efisiensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit ini juga dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

Pengukuran Tingkat Efisiensi Pelayanan Unit Hemodialisis di Rumah Sakit H1 dan H2 dengan Data Envelopment Analysis (DEA)

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

Y u s t i n a N g a t i l a h Teknik Industri FTI-UPNV Jatim

PENGUKURAN EFISIENSI PERUSAHAAN DENGAN METODE DEA ( DATA ENVELOPMENT ANALYSIS ) (Studi Kasus Di : PT.Trakindo Utama Surabaya Branch East Area) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengukuran Efisiensi Menggunakan Allocation Model Dalam Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Pada Divisi Doorlock PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bakteri Mycobacterium Tuberculosis atau tubercel bacillus dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengembangan Kawasan Andalan Probolinggo- Pasuruan-Lumajang Melalui Pendekatan Peningkatan Efisiensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang

EVALUASI DUA TAHAP EFISIENSI CABANG BANK MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

Mengukur Efisiensi Relatif Pialang Bursa Berjangka Jakarta

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI KINERJA MENGGUNAKAN MODEL DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PADA PT XYZ

PROGRAM KERJA PENERAPAN STRATEGI DOTS

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis faktor-faktor..., Kartika, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Salah satu ciri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder

BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang

54 Universitas Indonesia Efisiensi relatif..., RR. Retno Wulansari, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN. berobat dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB III METODOLOGI. Sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari DMU,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TUBERKULOSIS PARU DI PROVINSI SULAWESI UTARA BERDASARKAN DATA RISKESDAS TAHUN 2010

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNIVERSITAS INDONESIA EFISIENSI RELATIF OPERASIONAL PUSKESMAS-PUSKESMAS DI KOTA SEMARANG TAHUN 2009 TESIS RR. RETNO WULANSARI NPM.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

Analisis Efisiensi Pelayanan Kesehatan di Kabupaten/Kota se-jawa Timur dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI

BAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengukuran Efisiensi Produksi dengan Metode Data Envelopement Analysis di Divisi Wire Rod Mill

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan


I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak lepas terkait dengan status gizi ataupun kesehatan setiap. individu. Indikator yang digunakan salah satunya adalah Indeks

Pengukuran Efisiensi Produksi Dengan Metode DEA (Data Envelopement Analysis) Di Divisi Wire Rod Mill PT.XYZ

PENGUKURAN EFISIENSI BANK BUMN DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

Transkripsi:

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 ANALISIS PENGARUH TINGKAT EFISIENSI TENAGA KESEHATAN TERHADAP ANGKA PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS (TB) PARU DI GORONTALO 1 Kholis Ernawati, 2 Qomariyah, 3 Aslichan, 4 Abrista Devi, 5 Artha Budi Susila Duarsa, 6 Nita Ismayati 1,2,3,4,5 Fakultas Kedokteran, Universitas YARSI, Jakarta e-mail: kholisernawati@yahoo.co.id Abstrak. Kemampuan dasar dan pengelolaan sumber daya dapat mencerminkan tingkat efisiensi pelayanan kesehatan program penanganan tuberkulosis (TB) paru. Tujuan penelitian adalah melakukan analisis pengaruh tingkat efisiensi tenaga kesehatan terlatih terhadap angka penemuan kasus TB paru di Gorontalo tahun 2013. Penelitian menggunakan metode data envelopment analysis (DEA), metode yang biasa digunakan dalam pengukuran efisiensi suatu unit. Variabel output yang digunakan dalam penelitian ini adalah case detection rate (CDR) atau penemuan kasus baru TB Paru, sementara variabel input yang digunakan adalah tenaga kesehatan (dokter, paramedis, dan petugas laboratorium) terlatih dan aktif. Sampel dalam penelitian ini adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo tahun 2013 yaitu Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Boalemo, Pohuwato, Bone Bolango, dan Gorontalo Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi terjadi hanya di Gorontalo Utara dan Kota Gorontalo. Untuk mencapai efisiensi maka untuk Boalemo dapat mengurangi petugas laboratorium hingga 5,83%; paramedis terlatih dikurangi hingga 5,83%; dan dokter terlatih dikurangi hingga 17,36%. Bona Bolango perlu mengurangi petugas laboratorium hingga 40%, paramedis terlatih hingga 30,77%; dan dokter terlatih hingga 14,29%. Kabupaten Gorontalo perlu mengurangi petugas laboratorium hingga 58,05%,; paramedis terlatih hingga 37,08%; dan dokter terlatih hingga 48,37%. Pahuwato perlu mengurangi petugas laboratorium hingga 68,27%, paramedis terlatih hingga 64.3%, dan dokter terlatih dikurangi hingga 68,27%. Kata kunci: TB Paru, tenaga kesehatan, tingkat efisiensi, data envelopment analysis (DEA) 1. Pendahuluan Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia meskipun upaya pengendalian dengan strategi DOTS telah diterapkan sejak 1995. Menurut laporan WHO tahun 2013, diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus pada tahun 2012, 1,1 juta orang (13%) diantaranya adalah pasien TB dengan HIV positif. Sekitar 75% pasien tersebut berada di wilayah Afrika dan pada tahun 2012, diperkirakan terdapat 450.000 orang menderita TBMDR dan 170.000 orang di antaranya meninggal dunia. Kegagalan program pengendalian TB selama ini diakibatkan oleh a) tidak memadainya komitemen politik dan pendanaan; b) Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh masyarakat, penemuan kasus/diagnosis yang tidak standar, obat tidak terjamin penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan, serta pelaporan yang standar, dan sebagainya); c) tidak memadainya tata laksana kasus (diagnosis dan panduan obat yang tidak standar, gagal menyembuhkan kasus yang telah didiagnosis); d) Salah persepsi terhadap manfaat dan efektivitas BCG; e) infrastruktur 203

204 Kholis Ernawati, dkk. yang buruk; dan f) belum terdapat sistem jaminan kesehatan yang bisa mencakup masyarakat luas secara merata (Kemenkes RI, 2014). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menyatakan bahwa prevalensi nasional tuberkulosis paru (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah 0,99%. Pada Riskesdas tahun 2010, prevalensi TB Provinsi Gorontalo menempati urutan kelima setelah Papua, Sulawesi Utara, Banten, dan DKI Jakarta. Pada Riskesdas tahun 2013, data TB paru Provinsi Gorontalo menempati urutan keempat setelah Jawa Barat, Papua, dan DKI Jakarta. Tenaga kesehatan menjadi salah satu aspek yang menentukan keberhasilan program TB. Tenaga kesehatan yang terlatih akan meminimalisir pelayanan TB yang tidak memadai. Tenaga kesehatan yang terkait dengan program TB adalah dokter, tenaga paramedis dan petugas laboratorium. Oleh karenanya, penelitian ini bertujuan mengukur tingkat efisiensi tenaga kesehatan (dokter, tenaga paramedis, dan petugas laboratorium) yang merupakan sumber daya (input) dari program penanganan tuberkulosis (TB) paru di Gorontalo untuk mencapai output, yaitu case detection rate (CDR) atau penemuan kasus baru TB paru. Penelitian ini tidak hanya mengukur bagaimana tingkat efisiensi masing-masing kota atau kabupaten yang ada di Gorontalo, akan tetapi juga penelitian ini akan memberikan rekomendasi dan saran terkait potential improvement (potensi pengembangan) bagi kota atau kabupaten yang tidak efisien. Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah DEA (data envelopment analysis). DEA merupakan salah satu metode dalam pengukuran efisiensi kinerja suatu organisasi. Metode DEA dapat digunakan untuk mengukur sekaligus membandingkan produktivitas antara unit-unit yang dibandingkan. DEA merupakan metodologi nonparametrik yang didasarkan pada linear programming dan digunakan untuk menganalisis fungsi produksi melalui suatu pemetaan frontier produksi. DEA dapat berorientasi terhadap input maupun output. Jika berorientasi terhadap input, dilakukan pengukuran atau minimalisasi dari penggunaan input dengan level output ditetapkan dalam kondisi konstan. Jika berorientasi pada output, dilakukan maksimalisasi dari output pada level input yang konstan (Wulansari, 2012). Metode DEA menghitung efisiensi teknis untuk seluruh unit. Skor efisiensi untuk setiap unit adalah relatif, bergantung pada tingkat efisiensi unit-unit lainnya di dalam sampel. Setiap unit dalam sampel dianggap memiliki tingkat efisiensi yang tidak negatif dan nilainya antara 1% dan 100% dengan ketentuan 100% menunjukkan efisiensi yang sempurna. Selanjutnya, unit-unit yang memiliki nilai 100% ini digunakan dalam membuat envelope untuk frontier efisiensi, sedangkan unit lainnya yang ada di dalam envelope menunjukkan tingkat inefisiensi. Berdasarkan penjelasan di atas maka perlu dilakukan analisis pengaruh tingkat efisiensi tenaga kesehatan terhadap angka penemuan kasus tuberkulosis (TB) paru di Gorontalo. 2. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Waktu penelitian bulan Februari April 2015. Penelitian menggunakan data sekunder, yaitu data cakupan program TB Tahun 2013 Dinas Kesehatan Propinsi Gorontalo yang meliputi penemuan kasus baru (case detection rate/cdr), jumlah dokter terlatih dan aktif pada tiap-tiap kota kabupaten di Provinsi Gorontalo. Metode analisis yang digunakan adalah metode Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan

Analisis Pengaruh Tingkat Efisiensi Tenaga Kesehatan Terhadap Angka.. 205 DEA. Metode DEA adalah metode nonparametrik yang digunakan untuk menilai tingkat efisiensi relatif decision making unit (DMU). Untuk memperoleh skor efisiensi dari DMU yang akan diperbandingkan, penulis melakukan pengolahan data dengan menggunakan Software Banxia Frontier Analyst 3 dan Software MaxDEA. Suatu DMU akan dinyatakan telah mencapai efisiensi relatif jika mencapai skor 1 atau 100% dan semakin tidak efisien jika semakin jauh dari nilai 1 atau 100%. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian dengan menggunakan metode DEA adalah sebagai berikut: a) menentukan DMU, variabel input, dan output; b) melakukan pengukuran efisiensi dengan DEA dan membuat pemetaan kabupaten/kota di Gorontalo berdasarkan status efisiensi tenaga kesehatannya (efisien atau tidak efisien); dan c) melakukan proyeksi perbaikan kabupaten/kota di Gorontalo yang tidak efisien. Perhitungan efisiensi relatif ini dihitung dengan menggunakan model matematis DEA berdasarkan constant return to scale input oriented yang mengevaluasi efisiensi secara tepat berdasarkan skala produksi dari DMU terbaik. CRS primal digunakan untuk menentukan DMU mana yang efisien (=1) dan yang inefisien (<1) serta untuk mengetahui nilai bobot variabel. Sementara CRS dual dan VRS digunakan untuk mencari nilai scale efficiency (SE). Nilai SE ini akan menunjukkan apakah DMU beroperasi dengan optimal atau tidak. Dikatakan optimal bila nilai VRS > SE dan tidak optimal bila nilai VRS < SE. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Menentukan DMU, Variabel Input, dan Output Proses pemilihan DMU dalam metode DEA mempunyai beberapa kriteria di antaranya DMU yang dipilih semuanya memiliki variabel input dan output yang sama (homogen). (Charnes, 1978), Penelitian ini difokuskan pada CDR (penemuan kasus baru) (Y) sebagai variabel output. Sementara variabel input yang digunakan adalah dokter terlatih dan aktif (X1), paramedik terlatih dan aktif (X2), dan petugas laboratorium terlatih dan aktif (X3). Sampel dalam penelitian ini adalah beberapa kabupaten/kota di Gorontalo tahun 2013. Jumlah kabupaten/kota di Gorontalo yang menjadi unit pengambilan keputusan (UPK) adalah berjumlah enam kabupaten/kota, yaitu (1) Kota Gorontalo, (2) Kabupaten Gorontalo, (3) Kabupaten Boalemo, (4) Kabupaten Pohuwato, (5) Kabupaten Bone Bolango, dan (6) Kabupaten Gorontalo Utara. Data sampel penelitian adalah data cakupan program TB Tahun 2013 Dinas Kesehatan Propinsi Gorontalo yang meliputi penemuan kasus baru (case detection rate/cdr), jumlah dokter terlatih dan aktif pada tiap-tiap kota kabupaten di Provinsi Gorontalo. Data ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Data Sampel Penelitian DMU Dokter Terlatih (X2) Paramedis Terlatih (X3) Petugas Lab (X4) CDR (Y1) Kota Gorontalo 9 13 2 414 Kab Gorontalo 13 16 8 349 Boalemo 7 9 2 279 Pohuwato 6 8 3 99 Bone Bolango 7 13 5 312 Gorontalo Utara 4 6 2 208 pissn 2477-2364, eissn 2477-2356 Vol 1, No.1, Th, 2015

206 Kholis Ernawati, dkk. 3.2. Melakukan Pengukuran Efisiensi terhadap Pelayanan Kesehatan di Kabupaten/Kota se- Gorontalo dengan DEA Setelah data dikumpulkan, maka data pada Tabel 1 diolah dengan alat analisis Banxia Analyst 3 untuk melihat tingkat efisiensi (Tabel 2). Tabel 2 Tingkat Efisiensi Kab/Kota Gorontalo Unit CRS VRS Scale Score Gorontalo Utara 100 100 100 Konstan Kota Gorontalo 100 100 100 Konstan Boalemo 94,17 100 94,17 Menurun Bone Bolango 85,71 93,20 91,96 Naik Kab Gorontalo 62,92 67,45 93,28 Naik Pohuwato 35,70 75,00 47,60 Menurun Sumber : Diolah dari software Banxia Analyst Keterangan: CRS : Constant Return to Scale VRS : Variable Return to Scale Berdasarkan Tabel 2 di atas maka dari beberapa DMU yang diteliti, terdapat 2 DMU yang sudah efisien dan dalam kondisi konstan baik secara technical efficiency dan scale efficiency, yaitu Gorontalo Utara dan Kota Gorontalo, sedangkan ada 3 DMU yang sudah efisien secara pure technical efficiency, yaitu Gorontalo Utara, Kota Gorontalo, dan Boalemo. Technical efficiency adalah efisiensi yang menggambarkan kemampuan suatu unit bisnis untuk memaksimalkan output dengan input yang telah ditetapkan dengan asumsi efisiensi skala pada kondisi optimal. Scale efficiency adalah pencapaian skala ekonomis dari suatu unit bisnis dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Pure technical efficiency adalah efisiensi yang menggambarkan kemampuan suatu unit bisnis untuk memaksimalkan output dengan input yang telah ditetapkan tanpa melihat efisiensi skala. Hasil penelitian di atas juga menunjukkan bahwa dua DMU yang berada dalam kondisi menurun, yaitu Boalemo dan Pohuwato, sedangkan dua DMU lainnya berada dalam kondisi naik, yaitu Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo. Kondisi increasing memungkinkan untuk terus meningkatkan kapasitas output-nya dengan mempertahankan input yang ada karena penambahan input justru tidak efektif mengingat sumber daya yang digunakan masih belum berfungsi secara optimal. Adapun kondisi decreasing menuntut adanya pengurangan input, karena jumlah input dengan output yang dihasilkan sudah tidak ideal. Hasil perhitungan benchmark juga menunjukkan bahwa DMU yang paling banyak dirujuk oleh DMU lainnya adalah Gorontalo Utara dirujuk oleh 4 DMU dan Kota Gorontalo 3 DMU. Hasil perhitungan benchmark efisiensi juga dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Grafik reference set Kab/Kota Gorontalo tahun 2013 Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan

Analisis Pengaruh Tingkat Efisiensi Tenaga Kesehatan Terhadap Angka.. 207 3.3 Melakukan Proyeksi Perbaikan Kabupaten/Kota di Gorontalo yang tidak Efisien Bagi DMU yang tidak efisien, hasil perhitungan Banxia Frontier Analyst juga memberikan informasi potential improvement (variabel-variabel apa saja yang perlu dikurangi [dengan pendekatan input] atau variabel-variabel apa saja yang perlu ditambah [dengan pendekatan output]). Penelitian ini menggunakan pendekatan input sehingga informasi potential improvement yang disajikan adalah DMU yang tidak efisien seperti Boalemo perlu mengurangi petugas lab hingga 5,83%, paramedik terlatih dikurangi hingga 5,83%; dan dokter terlatih dikurangi hingga 17,36%. Bona Bolango perlu mengurangi petugas lab hingga 40%; paramedik terlatih dikurangi hingga 30,77%; dan dokter terlatih dikurangi hingga 14,29%. Kab Gorontalo perlu mengurangi petugas lab hingga 58,05%; paramedik terlatih dikurangi hingga 37,08%; dan dokter terlatih dikurangi hingga 48,37%. Pahuwato perlu mengurangi petugas lab hingga 68,27%, paramedik terlatih dikurangi hingga 64,3%; dan dokter terlatih dikurangi hingga 68,27% untuk mencapai efisiensi. Tabel 3 Informasi Potential Improvement Kab/Kota Gorontalo Tenaga Kesehatan Boalemo Bona Bolango Kab Gorontalo Pohuwato Petugas lab (X3) -5,83-40 -58,05-68,27 Paramedis terlatih (X2) -5,83-30,77-37,08-64,3 Dokter terlatih (X1) -17,36-14,29-48,37-68,27 CDR (Y1) 0 0 0 0 Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa sumber inefisiensi Boalemo ada pada variabel dokter terlatih, Boalemo perlu mengurangi jumlah dokter terlatih sebesar 17,36% untuk mencapai kondisi yang efisien. Sementara sumber inefisiensi Bona Bolango dan Kabupaten Gorontalo ada pada variabel petugas lab, oleh karena itu hendaknya Bona Bolango dan Kabupaten Gorontalo perlu mengurangi jumlah petugas lab sebesar 40% untuk Bona Bolango dan 58,05% untuk Kab Gorontalo untuk mencapai kondisi yang efisien. Sumber inefisiensi Pohuwato ada pada petugas lab dan dokter terlatih yang memiliki tingkat proporsi potential improvement yang sama yaitu 68.27% sehingga Pahuwato perlu mengurangi petugas lab dan dokter terlatih untuk mencapai kondisi yang efisien. Bagi DMU yang sudah efisien seperti Gorontalo Utara dan Kota Gorontalo tidak ada informasi potential improvement, sehingga kedua kota tersebut dapat menjalankan aktifitasnya dengan input yang tersedia saat ini. Hasil potential improvement output menunjukkan 0, artinya variabel output (CDR) memiliki kontribusi bagi DMU sehingga dapat mencapai hasil yang efisien. Karena sudah berkontribusi terhadap tingkat efisiensi optimal maka tidak ada PR lagi untuk penambahan output. Artinya, DMU yang tidak efisien sebetulnya bisa mencapai tingkat efisiensi dengan pencapaian output (CDR TB) yang sudah ada saat ini dengan menggunakan input yang lebih minim (mengurangi tenaga kesehatan). Tetapi jika tidak memungkinkan untuk mengurangi tenaga kesehatan maka perlu ada evaluasi untuk pencapaian CDR TB paru pada tahun berikutnya untuk kabupaten Boalemo, Bona Bolango, Gorontalo, dan Pohuwato. Hasil penelitian dengan metode DEA untuk menilai efektivitas input pada layanan kesehatan yang lain antara lain penelitian Pradipta dkk (2013) tentang efektivitas PKM di Surabaya. Dari 10 PKM hanya 2 PKM berada dalam kondisi tidak efisien. Kedua puskesmas tersebut dinilai kurang mampu memanfaatkan sumber daya yang ada untuk bisa menghasilkan jumlah pasien yang maksimal seperti puskesmas lain yang berada pada kategori efisien. Faktor-faktor yang digunakan untuk menilai pissn 2477-2364, eissn 2477-2356 Vol 1, No.1, Th, 2015

208 Kholis Ernawati, dkk. efektivitas, yaitu jumlah tenaga non medis, jumlah tempat tidur, jumlah bidan, jumlah dokter umum, jumlah pasien rawat inap, jumlah pasien KIA, jumlah pasien gigi dan mulut, jumlah pasien pengobatan umum, jumlah perawat dan jumlah dokter gigi. Penelitian Asmaliza dkk (2007) menyatakan bahwa dari 42% RSUD di Provinsi Sumatera Barat menunjukkan kinerja yang efisien. Input pelayanan dan input manajemen sangat mempengaruhi efisiensi pemanfaatan RS. Efisiensi pemanfaatan RSUD tidak dipengaruhi oleh daya beli atau kemampuan masyarakat. 4. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi untuk tenaga medis dalam rangka penanganan tuberkolosis (TB) paru di Gorontalo dengan menggunakan DEA (data envelopment analysis), maka dapat ditarik kesimpulan yaitu kota Gorontalo Utara dan Kota Gorontalo untuk jumlah tenaga kesehatan (dokter, paramedis, dan petugas laboratorium) sudah efisien jika dilihat dari pencapaian angka case detection rate (CDR) atau penemuan kasus baru TB paru. Saran bagi Dinkes Provinsi Gorontalo adalah perlu ada evaluasi untuk pencapaian CDR TB paru pada tahun berikutnya, terutama untuk kabupaten Boalemo, Bona Bolango, Gorontalo, dan Pohuwato. Saran bagi peneliti lain, yaitu penelitian dapat diperluas dengan menambah variabel input dan output yang relevan. Ucapan Terima Kasih Penelitian ini mendapatkan hibah riset DP2M DIKTI skema Unggulan Perguruan Tinggi Tahun 2015. Terima kasih kepada Penanggung jawab Program TB Provinsi Gorontalo yang telah memberikan data-data tentang program TB Provinsi Gorontalo tahun 2013. Daftar Pustaka Charnes A, Cooper WW, Rhodes E. Measuring The Efficiency of Decision Making Unit. European Journal Of Operation Research. 1978: (2); 429-44. Departemen Kesehatan (Depkes) RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta. 2008. Kementerian Kesehatan, Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Direktorat Jenderal P2PL. 2014 Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta. 2010. World Health Organization (WHO). Global Tuberculosis Report 2013. http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/91355/1/9789241564656_eng.pdf Wulansari, Y. (2012), Analisis Tingkat Efisiensi Pelayanan Instalasi Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit A dan B dengan Data Envelopment Analysis. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan