KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN HASIL MEDIASI. (Studi di Pengadilan Agama Kabupaten Malang) SKRIPSI. Oleh: Lailatul Qomariyah NIM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sehingga ke tahap yang lebih besar dan kompleks seiring dengan perkembangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Tentang Lokasi Penelitian Pengadilan Agama Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Metode secara etimologi diartikan sebagai jalan atau caramelakukan atau

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT

BAB IV. tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan. 1

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

SEKITAR PENCABUTAN GUGATAN Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA,

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

PANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah

dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktidak tidak baik (Pasal 17 ayat 3).

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

Oleh Helios Tri Buana

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini

SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rima Nurhayati dengan judul Tinjauan Hukum Akta Perdamaian Yang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan suatu. dirugikan haknya dapat mengajukan gugatan. Pihak ini disebut penggugat.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan masyarakat kepada Lembaga Yudisial. untuk memperoleh keadilan melalui kewenangan

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN

Kecamatan yang bersangkutan.

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA BANK SYARI AH DENGAN NASABAH MELALUI PENGADILAN AGAMA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

DRAFT REVISI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENCABUTAN PERKARA DI PERADILAN AGAMA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA PANDEGLANG

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2012/PTA. Btn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUMULASI GUGATAN. Secara istilah, kumulasi adalah penyatuan; timbunan; dan akumulasi

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

BAB I PENDAHULUAN. esensial, yaitu keadilan (gerechtigheit), kemanfaatan (zwachmatigheit) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB IV MEDIASI DALAM PERKARA CERAI GUGAT DIPENGADILAN AGAMA SEMARANG TAHUN 2012

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

BAB III. Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara. oleh Pejabat Tata Usaha Negara

PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET

BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN DAMAI DALAM HUKUM PERDATA. A. Pengertian Perjanjian Dan Perjanjian Damai

Ditulis oleh Administrator Jumat, 05 Oktober :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 05 Oktober :47

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1. Contoh Akta Perdamaian/Putusan Perdamaian :

BAB I PENDAHULUAN. dan keadilan, Sehingga secara teoritis masih diandalkan sebagai badan yang

KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN MELALUI PROSES PENGADILAN DAN DILUAR PENGADILAN

MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN Oleh: Mashuri, S.Ag., M.H.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN PERDAMAIAN DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap

PERSELISIHAN HAK ATAS UPAH PEKERJA TERKAIT UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK) Oleh :

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perkara pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan no:

PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAHAN KULIAH KD 3 HUKUM ACARA PERDATA. Hukum Acara Perdata, FH UNS

FORMULIR ADMINISTRASI KEPANITERAAN PENGADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS. A. Status Hakam Berdasarkan Pasal 76 ayat (2) UU. No. 07 Tahun 1989

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

EKSEKUSI PUTUSAN YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROSES PEMERIKSAAN DI MUKA SIDANG DALAM PERKARA WARIS

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan musyawarah dengan para shahabatnya. pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam

PUTUSAN Nomor 0930/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA MELAKSANAKAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN ( PADA BANK SYARIAH) 1. Oleh : Drs.H Insyafli, M.HI

ELIZA FITRIA

EKSEPSI KOMPETENSI RELATIF DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PERADILAN AGAMA. Drs. H. Masrum M Noor, M.H EKSEPSI

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

PEMERIKSAAN GUGATAN SEDERHANA (SMALL CLAIM COURT)

A. Proses Mediasi dalam Pembatalan Pekawinan di Pengadilan Agama Lamongan (Studi Kasus Putusan Nomor 1087/Pdt.G/2012/Pa.Lmg)

BAB IV ANALISIS DUALISME AKAD PEMBIAYAAN MUD{ARABAH MUQAYYADAH DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

Transkripsi:

KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN HASIL MEDIASI (Studi di Pengadilan Agama Kabupaten Malang) SKRIPSI Oleh: Lailatul Qomariyah NIM 11210103 JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2015

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelesian sengketa yang sering dilaksanakan di Pengadilan Agama yaitu penyelesaian melalui mediasi. Pengertian Mediasi sendiri berasal dari bahasa inggris yang berarti menyelesaikan sengketa dengancara menengahi. Dalam PERMA No.1 tahun 2008, pengertian mediasi di sebutkan pasal 1 butir 7, yaitu: Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Menurut Tolberg dan Taylor (1986:27) yang di maksud dengan mediasi adalah suatu proses di mana para pihak dengan bantuan seseorang atau beberapa orang secara sistematis menyelesaikan permasalahan yang di sengketakan untuk mencari alternatif dan mencapai penyelesaian yang dapat mengakomodasi kebutuhan mereka. 1 Setelah adanya proses mediasi yang sampai kepada perdamaian maka terbentuklah akta perdamaian apabila para pihak menghendaki untuk di buat. Kekuatan hukum akta perdamain telah di atur didalam PERMA, KUHPerdata, HIR/RBG, telah menjelaskan pada kekuatan hukum akta perdamaian ataupun sanksi bagi pihak yang melanggar tidak banyak para pihak yang melaksanakan perdamaian melalui mediasi yang sampai kepada perdamaian yang dituangkan didalam akta perdamaian. Para pihak lebih memilih berdamai dengan cara kekeluargaan karena sampai pada saat ini para pihak yang membuat kesepakatan yang dituangkan didalam akta perdamaian tidak pernah meminta kepada Pengadilan Agama Kabupaten Malang untuk mengeksekusi pihak yang tidak melaksanakan isi perjanjian yang telah disepakati. Akta perdamaian itu dapat mendukung asas sederhana cepat, mengapa demikian karena tidak bisa dimintakan upaya hukum, sederhana langsung bisa dilaksanakan oleh pengadilan, tidak perlu ada panjar biaya dalam eksekusi atau upaya hukum. Akta perdamaian merupakan perjanjian antara dua belah pihak yang mana mereka memintakan kekuatan hukum yang di bantu oleh mediator dalam menerima serta 1 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan peradilan Agama(Jakarta:Putra Grafika, 2005), hlm. 175

menjalankan isi perjanjian yang telah disepakati. Putusan perdamaian mempunyai kekuatan eksekutorial sebagaimana di uraikan dalam pasal 1858 KUH Perdata, Pasal 130 HIR ayat (2) Pasal 130 HIR (3) sebagai berikut: pasal 130 ayat (2) HIR jika perdamaian yang demikian itu dapat di capai, maka pada waktu sidang di perbuat sebuah akta tentang itu, dalam mana kedua belah pihak di hukumkan akan menepati perjanjian yang di buat itu, surat mana akan berkekuatan dan akan di jlankan sebagai putusan yang biasa pasal 130 ayat (3) HIR: putusan yang sedemikian tidak bisa di bamding Jika pasal-pasal tersebut di atas di simpulkan maka penjabarannya sebagaiberikut: 1. Putusan perdamaian di samakan dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kakuatan hukum tetap. Yang melekatkan kekuatan hukum pada putusan perdamaian dalam undang-undang sendiri seperti yang dapat dilihat diatas. 2. Terhadap putusan perdamaian tertutup upaya banding dan kasasi. Berbeda dengan persetujuan perdamaian berbentuk akta perdamaian yang di buat para pihak diluar campur tangan pengadilan, terhadap akta perdamaian yang seperti itu para pihak masih bisa mengajukannya sebagai gugatan perkara. Dengan pernyataan ini jelas bahwa putusan perdamaian yang tertutup upaya hukum banding dan kasasi. 2 3. Putusan perdamaian memiliki kekuatan eksekusi, pada setiap putusan atau akta perdamaian melekat: a. kekuatan hukum mengikat keputusan pengadilan yang berbentuk putusan mengandung kebenaran hukum bagi bagi para pihak yang berperkara. Apabila dari gugatan bersifat contentiosa telah dijatuhkan putusan oleh pengadilan, kemudian putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, putusan tersebut menjadi kebenaran hukum bagi pihak yang berperkara. Bebbarengan dengan itu, putusan mengikat: putusan mengikat para pihak yang berperkara, terhadap orang yang mendapat hak dari mereka, dan terhadap ahli waris mereka. b. kekuatan hukum eksekusi 2 Nurna Ningsih Mediasi Penyelesaian Sengketa Perdata Di Pengadilan Agama, (Jakarta: Rajawali pers, 2011,) hlm. 104

sifat atau asas yang lain yang terkandung dalam keputusan pengadilan yang berbentuk putusan adalah kekuatan eksekutorial. Apabila dalam putusan tercantum amar yang bersifat condemnatoir, maka dalam putusan tersebut melekat kekuatan eksekutorial.jika pihak yang malah tidak mau menaati putusan secara sukarela, putusan dapat dijalankan dengan paksa berdasarkan ketentuan pasal 195 HIR atau Pasal 206 RBG. Peraturan yang mengatur mengenai akta perdamaian diatur juga di dalam KUHPerdata pasal 1858 ayat (1) perdamaian diantara para pihak sama kekuatannya seperti putusan hakim yang penghabisan. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kekuatan hukum akta perdamaian hasil mediasi serta sanksi yang diberikan kepada salah satu pihak yang melanggar? 2. Bagaimana proses hukum selanjutnya setelah adanya akta perdamaian? C. Definisi Operasional Untuk memperoleh pemahaman yang lebih jelas dari judul proposal skripsi Kekuatan Hukum Akta Perdamaian Berdasarkan Hasil Mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten Malang (Studi Di Pengadilan Agama Kabupaten Malang). 1. Akta adalah surat yang diberi tanda tangan yang memuat peristiwayang menjadi dasar dari suatu hak, atau perikatan yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian. 2. Akta Perdamaian adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih di hadapan badan yang berwenang (Hakim) yang di mintakan tingkatannya di dalam persidangan dan sifatnya mengikat. 3. Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. BAB II KAJIAN TEORI A. Akta Perdamaian 1. Pengertian Akta perdamaian

Akta perdamaian adalah suatu suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih di hadapan badan yang berwenang (Hakim) yang di mintakan tingkatannya di dalam persidangan dan sifatnya mengikat. Didalam PERMA NO.1 Tahun 2008 Akta Perdamaian adalah akta yang memuat isi kesepakatan perdamaian dan putusan hakim yang menguatkan kesepakatan perdamaian tersebut yang tidak tunduk pada upaya hukum biasa maupun luar biasa. 2. Manfaat Akta Perdamaian a. Mempunyai kekuatan hukum tetap b. Tertutup upaya banding dan kasasi c. Memiliki kekuatan ekskutorial Dalam referensi yang berbeda Akta Perdamaian suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, oleh atau dihadapan pegawai umum yang berkuasa ditempat akta itu dibuat. setiap produk yang diterbitkan hakim atau pengadilan dalam menyelesaikan permasalahan yang di ajukan kepadanya, dengan sendirinya merupakan akta otentik. 3. Dasar Hukum Akta Perdamaian Atau Perjanjian Dasar hukum yang melekat pada akta perdamaian itu telah di jelasakan di dalam PERMA No.1 Tahun 2008 pasal 17 yang menyatakan bahwa: 1. Apabila mediasi menghasilkan kesepakatan perdamaian, para pihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yang dicapai dan di tandatangani oleh mediator dan para pihak 2. Para pihak wajib menghadap kembali kepada hakim pada hari sidang yang telah ditentukan untuk memberitahukan kesepakatan perdamaian 3. Para pihak dapat mengajukan kesepakatan perdamaian kepada hakim untuk di kuatkan dalam bentuk akta perdamaian. Selain itu akta perdamaian juga memiliki dasar hukum dalam pasal 1858 KUH perdata, pasal 130 HIR/154 RBg sebagai berikut: pasal 1858 ayat 1 KUH perdata: segala perdamaian mempunyai di antara pihak suatu kekuatan seperti suatu putusan hakim dalam tingkat penghabisan. pasal 130 ayat 2 HIR : jika perdamaian yang demikian itu dapat di capai, maka pada waktu sidang di perbuat sebuah akta tentang itu, dalam mana kedua belah pihak di

hukumkan akan menepati janji yang di perbuat itu, surat mana akan berkekuatan dan akan di jalankan sebagai putusan yang biasa pasal 130 ayat 3 HIR: putusan yang demikian tidak bisa di banding 4. Kekuatan Hukum Yang Melekat Pada Penetapan Akta Perdamaian Kekuatan hukum yang melekat pada putusan perdamaian diatur dalam pasal 1858 KUHPerdata segala perdamaian mempunyai di antara para pihak suatu kekuatan seperti suatu putusan hakim dalam tingkat yang penghabisan tidak dapatlah perdamaian itu dibantah dengan alasan kehilafan mengenai hukum atau dengan alasan bahwa salah satu pihak dirugikan, pasal tersebutmemberikan posisi hukum yang sangat kuat terkait perdamaian, dimana segala perdamaian mempunyai di antara para pihak sesuatu kekuatan seperti suatu putusan hakim dalam tingkat yang penghabisan. Bahkan lebih jauh diatur bahwa tidak dapatlah perdamaian itu di bantah dengan alas an kekhilafan mengenai hukum atau dengan alasan bahwa salah satu pihak dirugikan.dan pasal 130 ayat 2 dan 3 HIR mengatur bahwa akta perdamaian itu berkekuatan dan akan dilakukan sebagai keputusan hakim yang biasa, dan terhadap keputusan tidak dapat dimintakan banding. Putusan perdamaian atau akta perdamaian memiliki bermacam-macam sifat diantara adalah: a. Bersifat partai b. Mengikat kepada para pihak c. Putusan mempunyai nilai kekuatan pembuktian d. Putusan mempunyai kekuatan eksekutorial BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu data yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang di pisah-pisahkan menurut kategori untuk mendapatkan kesimpulan.karena data-data yang tidak perlu di kuantifikasi.jadi jika melihat dari penelitian tersebut data kualitatif di peroleh dari hasil wawancara.

B. Sumber Data 1. Data Primer 2. Data Sekunder C. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Wawancara 2. Metode Dokumentasi D. Teknik Pengolahan Data 1. Editing 2. Classyifying 3. Verifikasi 4. Anaylising 5. Closing BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kekuatan Hukum Akta Perdamaian Hasil Mediasi Dan Sanksi Bagi Pihak Yang Melanggar Pendapat para hakim Pengadilan Agama Kabupaten Malang mengenai kekuatan hukum yang miliki oleh akta perdamaian hasil mediasi sesuai dengan undang-undang yang telah mengatur hal tersebut. Para hakim menggunakan dasar hukum untuk menguatkan pendapat mereka dengan menyebut pasal yang mengatur diantaranya: pasal 1851 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi perdamaian adalah suatu perjanjian dengan mana kedua belah pihak, dengan menyerahkan, menjajikan atau menahan suatu barang mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung ataupun mencegah timbulnya suatu perkara, pasal 130 HIR ayat 2 yang berbunyi jika perdamaian yang demikian itu dapat dicapai, maka pada waktu sidang diperbuat sebuah akta tentang itu, dalam mana kedua belah pihak dihukumkan menepati janji yang diperbuat itu, surat mana akan berkekuatan dan akan dijalankan sebagai putusan yang biasa, dan Perma No.1 tahun 2008, 1313 KUHPerdata suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang lainnya atau lebih. Perdamaian para pihak-pihak yang berperkara merupakan tahap pertama yang harus dilaksanakan hakim dalam menyidangkan suatu perkara, peran

hakim mendamaiakan pihak-pihak yang bersengketa itu lebih utama dari fungsi hakim yang menjatuhkan putusan terhadap suatu perkara yang diadilinya. 3 Hakim memiliki kekuasaan untuk memberikan keputusan terhadap akta perdamaian yang dibuat oleh para pihak dihadapan mediator ketika kesepakatan itu dibentuk.akta perdamaian dibuat ketika mediasi telah mencapai kesepakatan antar dua belah pihak dan akta perdamaian juga dituang kedalam sebuah tulisan yang diputus oleh hakim.kekuatan hukum yang melekat pada putusan perdamaian diatur dalam pasal 1858 KUHPerdata segala perdamaian mempunyai di antara para pihak suatu kekuatan seperti suatu putusan hakim dalam tingkat yang penghabisan tidak dapatlah perdamaian itu dibantah dengan alasan kehilafan mengenai hukum atau dengan alasan bahwa salah satu pihak dirugikan, pasal tersebutmemberikan posisi hukum yang sangat kuat terkait perdamaian, dimana segala perdamaian mempunyai di antara para pihak sesuatu kekuatan seperti suatu putusan hakim dalam tingkat yang penghabisan. Bahkan lebih jauh diatur bahwa tidak dapatlah perdamaian itu di bantah dengan alasan kekhilafan mengenai hukum atau dengan alasan bahwa salah satu pihak dirugikan.dan pasal 130 ayat 2 dan 3 HIR mengatur bahwa akta perdamaian itu berkekuatan dan akan dilakukan sebagai keputusan hakim yang biasa, dan terhadap keputusan tidak dapat dimintakan banding. Adapun kekuatan hukum atas akta kesepakatan perdamaian dan akta perdamaian tersebut dapat kita lihat dari pendapat bebrapa nara sumber sebagai berikut: Sebagaimana pendapat Suhardi, sebagai wakil ketua pengadilan Agama Kabupaten Malang mengatakan: Kekuatan hukum akta perdamaian dikuatkan dalam bentuk putusan yang mana putusan tersebut dimuat didalam akta perdamaian yang berbentuk surat perjanjian dari para pihak yang sepakat untuk membuat perjanjian tersebut dihadapan mediator. Kekuatan hukum akta perdamaian bersifat mengikat, sehingga tidak dapat lagy diajukan menjadi sebuah perkara apabila terbentuk dan dituangkan dalam akta perdamaian 4 3 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata, hlm. 151 4 Suhardi, Wawancara, 14 Januari 2015 di Pengadilan Agama Kabupaten Malang

Putusan perdamaian atau akta perdamaian dimintakan kekuatan kepada majelis hakim, hukum pada kesepakatan perdamaian sama dengan perjanjian biasa yang hanya mengikat para pihak karena kesepakatan tersebut belum dimintakan kekuatan atau putusan kepada majelis hakim, dan ketika ada permasalah lagi masih bisa diajukan menjadi perkara baru dan tidak dapat di eksekusi. Fungsi yang dimiliki akta perdamaian untuk pra pihak salah satunya adalah sebagai bukti damai dan sebagai alat bukti perjanjian yang sah dan mengikat.perkara yang bisa dibentuk dengan akta perdamaian hanya tercantum pada perkara non perceraian.akan tetapi perkara percaraian sendiri tidak dapat dibuat didalam akta perdamaian karena apabila perkara perceraian dibuat dalam akta perdamaian dikemudian hari ada percekcokan kembali sudah tidak bisa diajukan kembali perkaranya ke pengadilan dari ketentuan tersebut maka perkara perceraian apabila mencapai suatu kesepakatan cukup hanya mencabut perkaranya. Dengan demikian disimpulkan bahwa perjanjanjian perdamaian atau kesepakatan perdamaian tidak memiliki kekuatan hukum yang memberikan kepastian hukum bagi para pihak yang bersengketa. Kesepakatan perdamaian akan memiliki kekuatan hukum yang mengikat saat telah menjadi akta perdamaian melalui putusan hakim dalam pengadilan agama. Untuk menjadi sebuah akta perdamaian, perjanjian atau kesepakatan perdamaian tersebut haruslah dimintakan kekuatan kepada majelis hakim seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Jika kesepakatan ini masih belum berbentuk akta perdamaian, maka kekuatannya sangat lemah, karena kesepakatan tersebut hanya sebatas perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah pihak, tanpa ada pengawasan oleh lembaga yang berwenang dalam hal itu. Dengan kata lain, jika suatu saat akan terjadi permasalahan mengenai isi kesepakatan, maka meskipun kesepakatan itu telah disetujui oleh mediator atau pihak ketiga netral lainnya, mediator itu tidak dapat langsung melakukan tindakan atas terjadinya permasalahan terhadap isi perjanjian, sehingga para pihak dapat memperkarakan kembali sengketa tersebut. Berbeda jika perjanjian atau kesepakatan perdamaian itu telah diajukan ke pengadilan atau dimintakan penguatan dari majelis hakim di pengadilan agama, sehingga kedudukannya menjadi sebuah akta yang sama seperti putusan hakim yang memiliki kekuatan mengikat dan bersifat final itu. Dengan demikian, jika terjadi permasalahan di kemudian hari mengenai isi akta

perdamaian, pengadilan agama melalui panitera atau juru sita yang dipimpin oleh hakim 5 dapat langsung melakukan eksekusi terhadap isi akta perdamaian yang tidak dilaksanakan. Hal tersebut dilakukan untuk memerhatikan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Mengenai eksekusi terhadap akta perdamaian, lain halnya jika berbicara mengenai perceraian. perjanjian atau kesepakatan damai yang dapat dimintakan kekuatan kepada pengadilan hanya untuk perkara non perceraian. sedangkan untuk perkara perceraian hanya berbentuk persetujuan damai dengan dicabutnya gugatan cerai yang telah masuk dalam pengadilan. Hal tersebut adalah untuk lebih melindungi keluarga yang bersangkutan. Maksudnya adalah, jika suatu saat salah satu pihak ingin mengajukan gugatan kembali di pengadilan agama, maka diperbolehkan jika perceraian merupakan alternatif terakhir yang harus ditempuh oleh para pihak. jika tidak, maka akan muncul berbagai madharat bagi pihak-pihak tersebut. Seperti kita mengenal suatu kaidah yakni jalbul mashaalih wa dar ul mafaasid 6 yang artinya mewujudkan kemaslahatan dan menolak kemafsadatan. Jika pernikahan terus dipertahankan sedangkan pernikahan tersebut akan menimbulkan banyak dampak negatif, maka perceraian adalah cara yang dianggap lebih baik untuk dilakukan. B. Proses Hukum Selanjutnya Setelah Adanya Akta Perdamaian Dasar hukum yang memperkuat pendapat para hakim diatas menggunakan pasal 1858 ayat 1 KUHPerdata menyatakan segala perdamaian di antara pihak yang bersangkutan mempunyai suatu kekuatan seperti suatu putusan hakim dalam tingkat penghabisan.jika akta perdamaian memiliki kekuatan hukum tetap, mengikat dan sampai pada kekuatan eksekusi, ini berarti bahwa adanya perkara baru yang menyangkut isi dari akta perdamaian dapat langsung dilakukan eksekusi oleh hakim melalui juru sita pengadilan. Hal itu, sesuai dengan pendapat yang diberikan oleh seorang hakim mengenai hal tersebut yang disampaikan oleh Nur Syafiuddin yng manyatakan bahwa: Proses hukum ketikaterjadi salah satu pihak mengingkari atau tidak memenuhi isi putusan akta perdamain secara sukarela sebagaimana isi putusan akta perdamaian.tidak 5 M. Fauzan, pokok-pokok hukum acara peradilan agama dan mahkamah syar iyah di indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), 9 6 Rachmat Syafe i, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 272

lagidiajukan perkara baru dan tidakmengulang sidang, akan tetapi langsung dapat dimintakan eksekusi pada putusan yang telah disepakati didalam akta perdamaian. Hal tersebut sesuai dengan kekuatan hukum eksekutorial pada putusan akta perdamaian sebagai mana kekuatan pasal 130 ayat 2 HIR 7 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Hasil mediasi yang dikuatkan didalam akta perdamian mempunyai tiga macam kekuatan hukum yaitu disamakan kekuatannya dengan kekuatan hukum tetap, mempunyai kekuatan hukum eksekutorial dan putusan akta perdamaian tidak dapat dibanding dan kasasi. 8 Sanksi bagi para pihak yang melanggar isi perjanjian atau tidak melaksanakan perjanjian yang telah disepakati maka dapat langsung dimintakan eksekusi kepada pengadilan. 2. Proses hukum setelah adanya akta perdamaiantidak bisa di ajukan menjadi perkara baru dan tidak bisa disengketakan ulang serta tidak ada pelaksanaan sidang kembali.apabila wanprestasi terjadi saat kesepakatan telah berbentuk akta perdamaian maka langsung dilakukan eksekusi oleh pegadilan. 7 Nur Syafiuddin, Wawancara, 14 Januari 2015, di Pengadilan Agama Kabupaten Malang 8 Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakart; Sinar Grafika, 2007), hlm 280