I. PENDAHULUAN. suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya seorang anak dilahirkan sebagai akibat dari hubungan

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PENTINGNYA PENCATATAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 12 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pria dan wanita diciptakan oleh Tuhan untuk hidup berpasang-pasangan

PEMERINTAH KABUPATEN PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2013

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PADANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2014 SERI E.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 18 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Repub

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015

BUPATI PESISIR SELATAN

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 7 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

2 alamat, pindah datang untuk menetap, tinggal terbatas, serta perubahan status orang asing tinggal terbatas menjadi tinggal tetap. Sedangkan Peristiw

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UU ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UU 23 TAHUN 2006 DIPERBAHARUI UU 24 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2014

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

FORMULIR DAN BUKU YANG DIGUNAKAN DALAM PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu

WALIKOTA LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. pesat. Jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Menurut

2. SETIAP PERKAWINAN HARUS DICATAT Menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 ayat 2)

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya harus tetap berusaha melayani kepentingan masyarakat dan mengayomi

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2012

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

TENTANG BUPATI MUSI RAWAS,

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG FORMULIR DAN BUKU YANG DIGUNAKAN DALAM PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

BUPATI BULUNGAN. Jalan Jelarai Tanjung Selor Kaltim, Telp. (0552) , Fax (0552) 21009

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 20 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 20 TAHUN 2006

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR PELAYANAN Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Banda Aceh

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya. Hikmahnya ialah supaya manusia itu hidup

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 3 Tahun 2009 Seri C

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 2 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya negara untuk memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak sipil setiap warga negara atas barang, jasa, dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan kepada negara untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara demi kesejahteraannya sehingga efektivitas suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan pelayanan publik. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pun secara tegas menyatakan bahwa salah satu tujuan didirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan publik dan mencerdaskan kehidupan bangsa (Surjadi, 2009:17). Salah satu bentuk pelayanan adminstrasi yang diberikan oleh negara adalah pelayanan administrasi di bidang kependudukan, yang meliputi peristiwa penting dan peristiwa kependudukan. Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan menyatakan bahwa pada hakikatnya negara berkewajiban untuk memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk yang berada di

2 dalam dan atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perlindungan dan pengakuan tersebut akan berjalan efektif apabila instansi pelaksana yang berwenang mampu melaksanakan peranannya dengan baik dan profesional. Suatu instansi dikatakan berperan atau memiliki peran apabila perilaku atau tindakan yang dilakukan telah sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dalam konteks di atas, peran suatu instansi yang ditentukan oleh aturan hukum merupakan peran yang seharusnya dilakukan. Apabila peran ini dilakukan sesuai dengan peraturan, berarti aparat penegak hukum yang bersangkutan melakukan peran yang diharapkan (expected role) atau peran yang ideal menurut konsepsi pembuat peraturan (Wahyu Sasongko, 2011:11). Instansi pemerintah mendapatkan tugas berdasarkan hukum publik sehingga dalam menjalankan berbagai aktivitasnya tunduk pada ketentuan hukum publik, khususnya hukum administrasi negara. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyelenggara kenegaraan dan pemerintahan, instansi pemerintah harus memiliki legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh undang-undang (Ridwan HR, 2006:100). Sebagai suatu instansi pemerintah, legitimasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil diperoleh dari Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, selanjutnya disebut sebagai UU Adminduk yang secara jelas disebutkan dalam Pasal 1 Angka 7 bahwa Instansi Pelaksana adalah perangkat pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan berwenang melaksanakan pelayanan dalam urusan administrasi kependudukan.

3 Salah satu bentuk administrasi kependudukan adalah pencatatan peristiwa penting. Pasal 1 Angka 17 Undang-Undang Adminduk, Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama, perubahan status kewarganegaraan, dan kematian. Perkawinan sebagai salah satu peristiwa penting harus mendapatkan pengakuan status hukum oleh negara. Pengakuan status hukum merupakan bagian dari pelayanan publik yang diberikan oleh negara kepada penduduknya. Untuk mendapatkan pengakuan hukum maka perkawinan perlu dicatatkan terlebih dahulu. Indonesia sebagai negara hukum telah mengatur tentang perkawinan yang tertuang dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan telah dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 yaitu tentang pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dan mengenai pencatatan perkawinan yang terdapat dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, serta Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI), dan peraturan-peraturan lainnya mengenai perkawinan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang selanjutnya disebut Undang-Undang Perkawinan, pengertian perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

4 Mengenai sahnya perkawinan dan pencatatan perkawinan terdapat pada Pasal 2 ayat (1) Undang -Undang Perkawinan, yang berbunyi: Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Menurut Pasal 2 ayat (1) ini diketahui bahwa sebuah perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Hal ini berarti bahwa jika suatu perkawinan telah memenuhi syarat dan rukun nikah atau ijab qabul telah dilaksanakan (bagi umat Islam) atau pendeta/pastor telah melaksanakan pemberkatan atau ritual lainnya maka perkawinan tersebut adalah sah terutama bagi agama dan kepercayaan masyarakat. Akan tetapi, sahnya perkawinan berdasarkan agama dan kepercayaan masyarakat perlu mendapat pengakuan dari negara yang dalam hal ini ketentuannya terdapat pada Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan, tentang pencatatan perkawinan adalah tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pencatatan perkawinan bertujuan agar keabsahan perkawinan mempunyai kekuatan hukum. Jadi, tidak menentukan sah/tidaknya suatu perkawinan. Pencatatan perkawinan meskipun tidak menjadi penentu sah/tidaknya suatu perkawinan, namun demi terciptanya tertib administrasi kependudukan dan berbagai manfaat lainnya bagi orang yang bersangkutan maka masyarakat baik WNI maupun WNA sebaiknya mencatatkan perkawinan mereka. Kenyataan yang ada bahwa banyak masyarakat yang belum melakukan pencatatan perkawinan dikarenakan kurangnya pemahaman warga mengenai pentingnya pencatatan perkawinan. Pencatatan perkawinan yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil diperuntukkan bagi warga negara yang beragama non-islam dan warga negara asing.

5 Sejak berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang selanjutnya diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2004, diharapkan dapat memberikan dampak nyata yang luas terhadap peningkatan pelayanan terhadap masyarakat. Pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke daerah memungkinkan terjadinya penyelenggaraan pelayanan dengan jalur birokrasi yang lebih ringkas dan membuka peluang bagi pemerintah daerah untuk melakukan inovasi dalam pemberian dan peningkatan kualitas pelayanan (Surjadi, 2009:8). Berdasarkan asas desentralisasi maka pelayanan di bidang pencatatan sipil (perkawinan) menjadi kewenangan dan tanggung jawab daerah. Oleh karena itu, masing-masing daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat membentuk instansi pemerintah ini. Di Kabupaten Lampung Timur, pembentukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil didasarkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur No 22 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur sebagai pelaksana otonomi daerah khususnya di bidang pencatatan sipil, memiliki fungsi sebagai penyelenggara urusan pemerintahan dan pelayanan publik (Pasal 49 Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur No 22 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah). Hakikat kinerja pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Kinerja pelayanan publik yang prima dapat dinilai dari proses

6 dan produk layanannya. Sejak awal proses registrasi, pencatatan, hingga produk layanan berupa kutipan akta perkawinan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur tidak luput dari berbagai kendala, seperti lamanya jangka waktu penerbitan kutipan akta yang menunjukkan bahwa tidak diperolehnya kepastian waktu bagi masyarakat yang melakukan pencatatan perkawinan. Masalah lain muncul dari ketersediaan fasilitas yang kurang mendukung sehingga Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur terkendala dalam penerbitan akta. Hal-hal tersebut secara tidak langsung menjadi penyebab rendahnya tingkat kepatuhan hukum masyarakat dalam mencatatkan peristiwa penting yang mereka alami. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur peneliti ambil sebagai suatu contoh kasus dalam pemberian kepastian hukum bagi masyarakat yang melakukan pencatatan perkawinan, sebab Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur merupakan dinas yang cukup inovatif di bidang kependudukan sehingga menjadi contoh bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang ada di Provinsi Lampung. Administrasi dan prosedur pencatatan perkawinan yang ada sekarang setidaknya dapat dijadikan sebagai suatu bahan penilaian keefektifan kinerja pelayanan publik oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai keefektifan pelayanan pencatatan perkawinan dengan judul: EFEKTIVITAS KINERJA PELAYANAN PUBLIK DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN LAMPUNG TIMUR.

7 B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup 1. Rumusan Masalah a. Mengapa perkawinan penting untuk dicatatkan oleh pasangan suami istri? b. Bagaimana efektivitas kinerja pelayanan publik Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur dalam pencatatan perkawinan? 2. Ruang Lingkup Ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada pencatatan perkawinan, yang meliputi: pentingnya pencatatan perkawinan, substansi hukum, struktur hukum, dan kultur hukum. Oleh karena itu, lingkup kajian skripsi ini adalah pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No 63 Tahun 2003, serta Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur No. 22 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah. C. Tujuan Penelitian a. Menganalisis pentingnya pencatatan perkawinan bagi pasangan suami istri. b. Menganalisis efektivitas kinerja pelayanan publik Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur dalam pencatatan perkawinan.

8 D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoretis Hasil penelitian ini secara teoretis berguna dalam pengembangan ilmu hukum administrasi negara, yang berkaitan dengan kinerja pelayanan publik di bidang administrasi kependudukan khususnya dalam pencatatan perkawinan. 2. Kegunaan Praktis a. sebagai bahan pertimbangan bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur dalam meningkatkan pelayanan pencatatan sipil kepada masyarakat, b. sebagai bahan informasi bagi Pemerintah Daerah dalam mendukung pengembangan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur, c. sebagai bahan informasi bagi masyarakat luas yang ingin mengetahui, mendalami, dan membuat akta catatan sipil khususnya mengenai perkawinan sebagai pemenuhan hak individu, d. sebagai bahan referensi dan informasi awal bagi peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut, e. sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum.