RANCANG BANGUN PEMANAS INDUKSI BERKAPASITAS 600 W UNTUK PROSES PERLAKUAN PANAS DAN PERLAKUKAN PERMUKAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MODEL MESIN HARDENING SISTEM INDUKSI UNTUK MEMPERCEPAT WAKTU PEMANASAN

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

Pengaruh Variasi Media Karburasi Terhadap Kekerasan Dan Kedalaman Difusi Karbon Pada Baja ST 42

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

PENGAMATAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADA RODA GIGI PASCA PENGERASAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN PEMANAS INDUKSI

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan logam dalam pembuatan alat alat dan sarana. Untuk memenuhi kebutuhan ini, diperlukan upaya pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Penelitian Sifat Fisis dan Mekanis Roda Gigi Transduser merk CE.A Sebelum dan Sesudah Di-Treatment

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN. Diketahui : Ditanya : m Al : 200g : 0,2kg Q :... (Joule) c Al

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN AWAL GENERATOR AXIAL MAGNET PERMANEN KECEPATAN RENDAH

ANALISA PROSES SPRAY QUENCHING PADA PLAT BAJA KARBON SEDANG

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN BAJA KARBON RENDAH DENGAN METODE FLAME HARDENING WAKTU TAHAN 30 MENIT 1 JAM DAN 1 ½ JAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

RANCANG BANGUN PEMANAS INDUKSI BERDAYA RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN SOLENOID COIL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 SKRIPSI

Studi Pengerasan Permukaan Dengan Cara Pengerasan Induksi Pada Baja Paduan Rendah

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ARANG KAYU JATI DAN ARANG CANGKANG KELAPA DENGAN AUSTEMPERING

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

Rancang Bangun Sistem Pegontrolan Temperatur dan Waktu untuk Proses Heat Treatmet

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi

ANALISA QUENCHING PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN MEDIA SOLAR

Pengaruh Proses Quenching Terhadap Kekerasan dan Laju Keausan Baja Karbon Sedang

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

Pengaruh Penambahan Barium Karbonat Pada Media Karburasi Terhadap Karakteristik Kekerasan Lapisan Karburasi Baja Karbon Rendah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

STUDI METALOGRAFI HASIL PENGELASAN SPOT WELDING TIPE KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS. R. Bagus Suryasa Majanasastra 1)

Karakterisasi Material Sprocket

INVERTER FREKUENSI TINGGI SEBAGAI PEMANAS PIRINGAN LOGAM DENGAN METODE INDUKSI PADA APLIKASI PEMANAS ROTI

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

I. PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan dalam komponen

BAB IV PENGUJIAN DAPUR BUSUR LISTRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 1045 MELALUI PROSES NITRIDASI MENGGUNAKAN MEDIA UREA

BAB I PENDAHULUAN. pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan

III. METODE PENELITIAN. Adapun tempat pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

PENGARUH TINGKAT KEKERASAN DAN KEDALAMAN DIFUSI KARBON PADA BAJA ST 42 DENGAN METODE PACK CARBURIZING

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

PENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Poros adalah bagian terpenting dari setiap mesin. Peran poros yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

Jurnal Teknik Mesin, Volume 6, Nomor 1, Tahun

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

KAJIAN METALOGRAFI HASIL PENGELASAN TITIK (SPOT WELDING) ALUMINIUM PADUAN DENGAN PENAMBAHAN GAS ARGON

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pengenalan Sistem Catu Daya (Teknik Tenaga Listrik)

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kompor induksi type JF-20122

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

PENGARUH PROSES ANNEALING PADA HASIL PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA KARBON RENDAH

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

PENGARUH HEAT TREATMENT

PERANCANGAN ALAT UJI KEMAMPUKERASAN JOMINY TEST UNTUK LABORATORIUM TEKNIK MESIN UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI. Taufiqur Rokhman 1)

Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. 2 No. 2, Juli 2016 ISSN :

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBONISASI DENGAN BAHAN ARANG KAYU BK

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

medan flux...(1) tegangan emf... (2) besar magnetic flux ini adalah Φ dan satuannya Weber (Wb = T.m 2 ). Secara matematis besarnya adalah :

PERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH. Jl Kaliurang km 14,5 Sleman Yogyakarta

Rubijanto ) ABSTRAK. Kata kunci : Perlakuan panas,proses pendinginan. ) Staf Pengajar Jurusan Mesin UNIMUS. Traksi. Vol. 4. No.

Transkripsi:

D.20 RANCANG BANGUN PEMANAS INDUKSI BERKAPASITAS 600 W UNTUK PROSES PERLAKUAN PANAS DAN PERLAKUKAN PERMUKAAN Wahyu Purwo Raharjo *, Bambang Kusharjanta Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret (UNS) Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan Surakarta 57126 * E-mail: wahyutrias@gmail.com Abstrak Proses perlakuan panas adalah upaya meningkatkan kekuatan dan kekerasan baja dengan cara memanaskan baja sampai temperatur austenit diikuti quench sehingga timbul fasa martensit. Perlakuan permukaan hampir sama prinsipnya namun hanya dilakukan pada bagian permukaan material. Tujuannya adalah untuk mendapatkan komponen dengan permukaan yang keras namun bagian dalamnya masih tetap ulet. Metode perlakuan panas dan perlakuan permukaan yang praktis dapat dilakukan menggunakan pemanas induksi. Pemanas induksi listrik menggunakan prinsip pemanasan akibat arus eddy yang ditimbulkan oleh fluks magnetik yang berasal dari kumparan yang dialiri arus listrik bolak-balik. Perancangan dan pembuatan pemanas induksi berdaya 600 W ini dilakukan dengan merangkaikan komponenkomponen utama yang terdiri atas transformator, dioda, dioda Schottky, transistor Mosfet, resistor, kapasitor dan induktor. Pemanas induksi ini selanjutnya diuji coba untuk melakukan proses perlakuan permukaan pada spesimen baja AISI 1040. Temperatur pada spesimen diukur menggunakan termometer inframerah. Waktu perlakuan divariasikan 1, 2, 3, 4 dan 5 menit, kemudian spesimen di-quench menggunakan media pendingin air. Selanjutnya dilakukan preparasi permukaan mengacu pada standar ASTM E3. Pengujian kekerasan dilakukan menggunakan mesin uji micro Vickers berdasarkan standar ASTM E384. Hasilnya menunjukkan bahwa temperatur maksimum pada permukaan spesimen yang dipanaskan mencapai 743 0 C. Sementara itu kekerasan maksimum spesimen adalah 372 VHN untuk pemanasan selama 5 menit. Pengerasan efektif yang diperoleh berjarak 1,5 mm dari permukaan spesimen. Kata kunci: kekerasan, martensit, pemanas induksi, perlakuan panas, perlakuan permukaan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Baja (steel) adalah paduan besi karbon yang mengandung kadar karbon kurang dari 2% (Smallman dan Bishop, 2000). Hingga saat ini baja mempunyai peranan penting sebagai material konstruksi dan manufaktur. Hal ini disebabkan baja mempunyai keunggulan dalam sifat mekanik, seperti kekuatan, kekerasan dan ketahanan aus. Sungguhpun demikian terus dilakukan upaya untuk memperbaiki sifat-sifat mekanik tersebut untuk mendapatkan material berkekuatan dan kekerasan yang tinggi dengan massa jenis yang tetap. Perlakuan panas (heat treatment) adalah proses yang melibatkan pemanasan dan pendinginan secara sengaja untuk mengubah sifat fisik logam, khususnya struktur mikro, sehingga diperoleh penguatan atau pengerasan maupun pelunakan material. Untuk baja, pengerasan dilakukan dengan memanaskan material di atas temperatur transformasi atas (A 3 ) selama beberapa saat kemudian didinginkan dengan cepat (quench) menggunakan media pendingin brine, air, minyak maupun udara bertekanan. Proses ini menghasilkan struktur mikro martensit yang keras. Untuk menghindari efek pembesaran butir yang mengurangi kekuatan dan kekerasan, temperatur pemanasan tidak boleh terlalu jauh melebihi A 3. Pengerasan induksi (induction hardening) adalah salah satu metode perlakuan panas dimana proses pemanasan logam menggunakan pemanasan induksi.pada pemanas induksi, arus listrik bolak-balik dari power unit mengalir melalui koil yang terbuat dari tembaga. Arus ini akan menimbulkan medan elektromagnet yang besarnya berubah-ubah. Medan ini akan membangkitkan arus listrik pada material logam yang ada di dalamnya. Arus listrik yang timbul (arus eddy) menimbulkan panas yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk memanaskan dan mencairkan logam tersebut. Prosiding SNST ke-4 Tahun 2013 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 119

Rancang Bangun Pemanas Induksi Berkapasitas 600 W (Wahyu P. Raharjo dan Bambang Kusharjanta) 1.2 Tinjauan Pustaka Apabila suatu pada suatu koil pemanas dilewatkan arus listrik, maka besarnya daya yang diberikan pada koil tersebut dapat dihitung menggunakan persamaan: E = i 2.R.t = v.i.t (1) Sementara itu panas yang digunakan untuk menaikkan temperatur benda kerja dapat dihitung menggunakan persamaan: Q = m.c. T (2) Efek pemanasan pada permukaan benda kerja disebabkan oleh arus Eddy yang timbul akibat arus bolak-balik pada koil. Besarnya penetrasi panas ke dalam benda kerja dipengaruhi oleh frekuensi arus bolak-balik (Curtis, 1944) menurut persamaan: (3) Pada kenyataannya panas cenderung menyebar lebih dalam yang disebabkan oleh sifat konduktivitas material. Noviansyah (2006) merancang pemanas induksi berkapasitas 200 W. Alat ini terdiri atas 3 bagian yaitu power supply, pembangkit arus bolak-balik dan kumparan kerja. Dalam uji coba, pemanas ini mampu mencairkan baut berdiameter 12 mm terbuat dari aluminium dalam waktu 3 menit. Aung dkk. (2008) melakukan kalkulasi desain dan menguji kinerja koil pemanas pada mesin perlakuan permukaan dengan metode induksi. Dari eksperimen tersebut didapatkan bahwa bentuk dan ukuran koil sangat berpengaruh terhadap kinerja keseluruhan, termasuk diantaranya frekuensi resonansi, Q factor, efisiensi dan faktor daya. Nasution dkk. (2009) membuat tungku induksi berkapasitas 1500W untuk mencairkan paduan aluminium dan tembaga. Dari rancangan semula dengan temperatur bagian dalam tungku mencapai 1200 0 C dan temperatur permukaan luar tungku 25 0 C, ternyata temperatur maksimum yang mampu dicapai hanya 730 0 C sehingga tidak mampu dipakai untuk mencairkan tembaga. 2. METODOLOGI Perancangan dan pembuatan alat pemanas induksi ini mengikuti sistematika tahapan perancangan menurut Harsokoesoemo (2004) dan Batan (2012), Gambar 1. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Penetapan Spesifikasi Teknis Alat Spesifikasi teknis alat ditentukan berdasarkan survei dan literatur. Hasilnya diperlihatkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Spesifikasi Teknis Produk Kinerja T max benda kerja = 1000 0 C Kondisi lingkungan atmosfer Kondisi operasi lain - Jumlah produk yang akan dibuat 1 Dimensi produk p, l dan t 1000 mm Berat produk 50 kg Ergonomik - Keamanan dapat dihidupkan dan dimatikan dengan mudah Harga Rp 1000.000,- Selanjutnya dapat ditentukan beberapa kriteria dan pembobotannya (Tabel 2). 120 ISBN 978-602-99334-2-0

D.20 MULAI Identifikasi masalah dalam proses heat treatment Penetapan fungsi dan spesifikasi teknis alat Pengembangan dan pemilihan konsep alat Perwujudan desain dan rancangan komponen Pembuatan prototipe alat Pengujian prototipe alat Evaluasi Kesimpulan SELESAI Gambar 1. Diagram alir rancang bangun alat pemanas induksi Tabel 2. Kriteria pemanas untuk heat treatment No. Kriteria Pembobotan 1. Biaya konstruksi 0,107 2. Biaya operasional 0,071 3. Kemudahan pengaturan temperatur 0,214 4. Temperatur maksimum yang dicapai 0,179 5. Kemudahan perawatan 0,107 6. Resiko terjadi kerusakan 0,250 7. Umur 0,036 8. Dampak terhadap lingkungan 0,036 Total 1,00 Terdapat 3 konsep yang feasible digunakan dalam pemanasan benda kerja yaitu menggunakan bahan bakar gas, tahanan listrik dan induksi listrik (Tabel 3). Pemanas gas menggunakan LPG atau asetilen sebagai fuel gas yang akan bereaksi dengan oksigen menghasilkan panas. Pemanas tahanan listrik memanfaatkan tahanan listrik elemen pemanas untuk mengkonversikan arus listrik menjadi panas sementara itu pemanas induksi membangkitkan panas pada benda kerja menggunakan arus eddy. Tabel 3. Pemilihan konsep alat Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 Konsep 10,7% 7,1% 21,4% 17,9% 10,7% 25% 3,6% 3,6% Pemanas gas x x x x x Pemanas tahanan listrik x x x Pemanas induksi x Dari 3 konsep diatas, pemanas induksi mendapatkan skor tertinggi. Hal ini disebabkan oleh penggunaan arus induksi yang timbul pada benda kerja sehingga pada komponennya relatif tidak terjadi peningkatan temperature, karenanya tidak membutuhkan komponen khusus yang mahal. Sementara itu pemanas tahanan listrik membutuhkan material elemen pemanas. Prosiding SNST ke-4 Tahun 2013 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 121

Rancang Bangun Pemanas Induksi Berkapasitas 600 W (Wahyu P. Raharjo dan Bambang Kusharjanta) 3.2 Perancangan Detail Alat Pemanas induksi dirancang dengan beberapa komponen yang dirangkai menjadi satu, yang dapat dibagi atas bagian power supply, pembangkit arus bolak-balik dan kumparan kerja. Skema diperlihatkan dalam Gambar 2. Bagian power supply terdiri atas sebuah trafo tunggal (trafo engkel) yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 220 menjadi 60V dan 4 buah diode berkapasitas masing-masing 40A yang berfungsi untuk menyearahkan arus listrik keluaran dari trafo. Trafo engkel adalah trafo yang hanya memiliki 1 jalur lilitan sekunder. Trafo yang dipakai memiliki kapasitas maksimum 10 A, yang dibatasi dengan sekering 8 A untuk mencegah trafo overheat akibat arus listrik yang berlebihan. Sebagai tambahan pula, dipasangkan kipas di dekat trafo (Gambar 3) R 1 dan R 2 adalah resistor dengan nilai tahanan masing-masing 470 dan daya 2 W. Besarnya tahanan menentukan kecepatan Mosfet menyala. Untuk itu nilai tahanan sebaiknya kecil sehingga kecepatan Mosfet cukup tinggi namun juga tidak terlalu rendah sehingga dapat tereliminasi oleh diode pada saat Mosfet yang lain dalam posisi on. Diode D 1 dan D 2 dipakai untuk mengosongkan gate Mosfet. Untuk itu dipakai diode dengan forward voltage drop rendah sehingga gate dapat benar-benar kosong dan Mosfet dapat sepenuhnya off ketika yang lain on. Diode Schottky dapat dipilih karena memiliki voltage drop yang rendah (12 V) dan kecepatan tinggi. Tegangan yang diijinkan pada diode harus cukup untuk mengantisipasi kenaikan tegangan pada sirkuit resonansi. Power supply Pembangkit arus bolak-balik L 1 47-200 µh i max =10A L 2 47-200 µh i max =10A IRFP250 Choke C = 10000µF 470 470 Diode Schottky P max = 1W V max = 12V C = 10 x 0,27µF Kumparan kerja IRFP250 Diode 5408 V max =1200V Diode 5408 V max =1200V Gambar 2. Skema rangkaian alat pemanas induksi Transistor MOSFET T 1 dan T 2 dengan spesifikasi IRFP250 dengan i max = 30A dan V max =200V (Gambar 4) dipasang pada heatsink untuk mencegah kerusakan akibat kenaikan temperatur yang tinggi. MOSFET dipilih dengan tahanan drain yang rendah dan response time yang tinggi. Induktor L 1 dan L 2 dipakai sebagai choke untuk menjaga osilasi frekuensi tinggi cukup jauh dari power supply dan membatasi arus pada batas yang diperbolehkan. Sirkuit dapat bekerja tanpa choke namun kurang efisien dan dapat menyebabkan kerusakan pada power supply atau control circuit. Nilai induktansi sebaiknya cukup besar namun juga harus dibuat dari kawat yang diameternya cukup besar untuk dapat dilewati arus yang tinggi. Jika tidak ada choke atau induktansi terlalu kecil, ada kemungkinan sirkuit tidak dapat berosilasi. Pada pemanas ini choke 122 ISBN 978-602-99334-2-0

D.20 masing-masing dibuat dari cincin ferit berdiameter dalam 6 mm dengan 20 lilitan kawat tembaga berdiameter 1 mm. Gambar 3. Kipas pendingin trafo Gambar 4. Mosfet IRFP250 Kumparan kerja, yang berdiameter 60 mm, terdiri atas 6 lilitan kawat tembaga dengan diameter 3 mm. Kumparan ini berfungsi untuk mengalirkan arus listrik bolak-balik di sekeliling benda kerja untuk membangkitkan arus eddy. Bagian power supply dan pembangkit arus bolak-balik diletakkan di dalam casing yang terbuat dari kayu, untuk mencegah agar tidak ikut terinduksi oleh arus-bolak-balik. 3.3 Pembuatan Prototipe Alat Komponen-komponen yang sudah ditentukan kemudian dirangkaikan menjadi prototype alat pemanas induksi (Gambar 5) yang selanjutnya diuji coba.. Gambar 5. Prototipe alat pemanas induksi Gambar 6. Pemanasan spesimen 3.4 Pengujian Prototipe Alat Alat pemanas digunakan untuk melakukan proses perlakuan permukaan pada spesimen baja AISI 1040. Temperatur pada spesimen diukur menggunakan termometer inframerah. Waktu perlakuan panas divariasikan 1, 2, 3, 4 dan 5 menit, kemudian spesimen di-quench menggunakan media pendingin air. Selanjutnya dilakukan preparasi permukaan mengacu pada standar ASTM E3. Pengujian kekerasan dilakukan menggunakan mesin uji micro Vickers berdasarkan standar ASTM E384. Hasilnya diperlihatkan pada Gambar 7 dan 8. Setelah pemanasan selama 5 menit, termometer infra merah menunjukkan temperatur maksimum 743 0 C. Kekerasan permukaan maksimum yang didapatkan setelah proses quench adalah 372 VHN. Dibanding kekerasan raw material baja AISI 1040 (198 VHN), terjadi peningkatan kekerasan sebesar 87%. Pengujian kekerasan mikro pada penampang spesimen dengan jarak 0.5, 1, 1.5, 2 dan 2.5 mm dari permukaan memberikan hasil seperti diperlihatkan dalam Gambar 9. Prosiding SNST ke-4 Tahun 2013 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 123

Kekerasan (VHN) Temperatur (oc) Kekerasan (VHN) Rancang Bangun Pemanas Induksi Berkapasitas 600 W (Wahyu P. Raharjo dan Bambang Kusharjanta) 800 600 400 200 0 0 2 4 6 Waktu pemanasan (menit) 400 350 300 250 200 150 100 50 0 0 2 4 6 Waktu pemansan (menit) Gambar 7. Temperatur permukaan benda kerja sebagai fungsi dari waktu pemanasan Gambar 8. Kekerasan permukaan benda kerja sebagai fungsi dari waktu pemanasan 400 300 200 100 0 0 1 2 3 Jarak dari permukaan (mm) Gambar 9. Kekerasan benda kerja sebagai fungsi jarak dari permukaan 4. KESIMPULAN a. Temperatur maksimum pada permukaan spesimen yang dipanaskan mencapai 743 0 C. b. Kekerasan maksimum spesimen yang didapatkan adalah 372 VHN untuk pemanasan selama 5 menit. c. Pengerasan efektif yang diperoleh berjarak 1,5 mm dari permukaan spesimen. DAFTAR NOTASI c kalor jenis material (J.kg -1.K -1 ) R tahanan pada koil ( ) E energi (J) t waktu (detik) f frekuensi (Hz) T kenaikan temperatur (K) i arus listrik (W) penetrasi panas (m) m massa material (kg) μ permeabilitas spesifik Q panas (J) DAFTAR PUSTAKA Aung, S.S., Wai, H.P. & Soe, N.N., (2008), Design Calculation and Performance Testing of Heating Coil in Induction Surface Hardening Machine, World Academy of Science, Engineering and Technology 18 2008. Batan, I.M.L., (2012), Desain Produk, Edisi 1, Guna Widya, Surabaya. Curtis, F.W., (1944), High Frequency Induction Heating, 1 st ed. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc. Harsokoesoemo, H.D., (2004), Pengantar Perancangan Teknik, Ed. Ke-2, Penerbit ITB, Bandung. Nasution, A.K., Havendri, A., Budiman, H., Pramudia, G. dan Jofendra, E., (2009), Rancang Bangun dan Pengujian Tungku Induksi untuk Peleburan Logam, PDII LIPI, Jakarta. Noviansyah, (2006), Perancangan Pemanas Induksi berkapasitas 200W, Prosiding Semnas Ilmu Rekayasa Universitas Gunadharma 20-21 Nopember 2006, Jakarta. Smallman, R.E. and Bishop, R.J., (2000), Metalurgi Fisik Modern & Rekayasa Material, Erlangga, Jakarta. 124 ISBN 978-602-99334-2-0