BAB I PENDAHULUAN. Fund, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes. No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu perlu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. bayinya, akibatnya bayi tidak mendapatkan ASI secara Eksklusif dan apabila

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan kehidupan manusia, dengan menyusui ibu telah

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit tersebut. Payudara

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sudah tercantum dalam Firman Allah SWT Al-Qur an, QS. Al- penyusuan dan apabila keduanya ingin menyapih (sebelum 2 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan bahwa 57% tenaga kerja Indonesia adalah wanita Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui atau dalam bahasa asing disebut breasting adalah pemberian air

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU YANG BEKERJA DI POSYANDU MELATI SEMPU BUMIREJO LENDAH KULON PROGO KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. vitamin dan mineral yang merupakan zat-zat yang dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 25 kematian

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat stategis, namun keadaan sosial budaya yang bersnekaragam menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu dengan memberikan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi. Pada ibu bekerja

Disusun Oleh: Wiwiningsih

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pemberian ASI dari ibu ke bayi yang dilakukan dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Vivian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. garam-garam organik yang di sekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, serta

ANALISA HUBUNGAN PENGARUH CARA MENYUSUI DENGAN KEJADIAN PAYUDARA BENGKAK PADA IBU POST PARTUM

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, dan Depkes dalam

B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim dan semua bagiannya, untuk

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui merupakan cara alami memberi makan bayi. Sejak terjadinya pembuahan, tubuh ibu mempersiapkan diri untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN PAYUDARA DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI (ENGORGEMENT) PADA IBU NIFAS

BAB I PENDAHULUAN. Air susu ibu (ASI) merupakan cairan yang berisi zat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena penyakit kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. dan penyediaan energi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal.

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar belakang. Air susu ibu (ASI) merupakan air susu yang berasal dari payudara ibu. Di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi, ibu maupun lingkungan. Bayi yang diberikan ASI eksklusif akan

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. besarnya janin sesuai usia kehamilan pada setiap dilakukan pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. tua dan keluarga. Calon orang tua terutama calon ibu perlu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati


BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting, terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi. ASI juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG BREAST CARE DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu yang baru saja melahirkan dan diberikan kepada bayi langsung

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rendah. Berdasarkan Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

BAB 1 PENDAHULUAN. anak yang kemudian diterapkan diseluruh belahan dunia yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia melakukan adanya pembangunan kesehatan sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

Pengetahuan Tentang Proses Menyusui Pada Ibu Nifas di RS Mardi Rahayu Kudus 20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization, United Nations Children and Education Fund, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah merekomendasikan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi yang diberikan selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun. The American Academy of Pediatrics merekomendasikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama dan selanjutnya minimal 1 tahun. Kepmenkes RI. dalam UU No. 13 Pasal 83 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan telah memberikan hak untuk menyusui kepada pekerja/buruh yang mempunyai anak masih menyusu (Prasetyono, 2009). Tahun 2008 di Indonesia hanya 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya. Berdasarkan data dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002, hanya 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama dan pemberian ASI pada bayi umur kurang 2 bulan sebesar 64%, antara 2-3 bulan 45,5%, antara 4-5 bulan 13,9% dan antara 6-7 bulan 7,8%. Data Dinas Kesehatan Yogyakarta tahun 2008 menunjukkan jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif di Kabupaten Kota xiv

sebanyak 30,58%, Kabupaten Bantul 24,62%, Kabupaten Kulon Progo 21,80%, Kabupaten Gunung Kidul 28,35%, dan Kabupaten Sleman 63,07%. Beberapa penelitian yang telah dilakukan didaerah perkotaan dan pedesaan di Indonesia dan negara berkembang lainnya, menunjukan bahwa faktor sistem dukungan, pengetahuan ibu terhadap ASI, promosi susu formula dan makanan tambahan mempunyai pengaruh terhadap praktek pernberian ASI. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat memberikan dampak negatif maupun positif dalam memperlancar pemberian ASI eksklusif (Santosa, 2004). Faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI adalah faktor sosial budaya ekonomi (pendidikan formal ibu, pendapatan keluarga dan status kerja ibu), faktor psikologis (takut kehilangan daya tarik sebagai wanita, tekanan batin), faktor fisik ibu (ibu yang sakit, misalnya mastitis, dan sebagainya), faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif (Soetjiningsih, 1997). Mastitis merupakan suatu inflamasi atau infeksi jaringan payudara yang terjadi paling umum pada payudara wanita yang menyusui, meskipun hal ini dapat terjadi pada wanita yang tidak menyusui (Smeltzer et al, 2002). Payudara menjadi merah, bengkak diikuti rasa nyeri dan panas, dan suhu tubuh meningkat (Ambarwati, 2008) Kejadian mastitis berkisar 2-33% ibu menyusui dan lebih kurang 10 % kasus mastitis akan berkembang menjadi abses (bernanah), dengan gejala xv

yang makin berat (Prawirorahardjo, 2008). Insiden yang dilaporkan masalah kejadian mastitis bervariasi dari sedikit sampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya di bawah 10% (WHO, 2003). Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2008, ibu yang tidak memberikan ASI atau bayi terpisah dengan ibu sementara waktu, ibu dianjurkan memerah ASI nya dan diberikan kepada bayinya dengan sendok atau cangkir, sebaiknya tidak menggunakan dot karena akan mempersulit bayi bila kembali menyusu (bingung putting). Bingung puting adalah masalah menyusui yang timbul karena bayi yang masih terlalu kecil mengalami kebingungan antara menghisap puting dengan botol susu. Perlu diketahui oleh ibu menyusui bahwa posisi dan sikap menyusui yang benar dapat menghindari peradangan payudara. Kesalahan sikap saat menyusui menyebabkan terjadinya sumbatan duktus. Menggunakan penyangga bantal saat menyusui dapat pula membantu membuat posisi menyusui menjadi lebih baik (Prawirorahardjo, 2008). Kurangnya pengetahuan ibu dalam menangani mastitis menyebabkan keadaan payudara menjadi lebih buruk. Payudara yang bengkak, harus segera dikoreksi penyebab gangguan aliran ASI. Ditemukan atau tidak penyebab gangguan aliran ASI, ibu tetap dianjurkan untuk menyusui sesering mungkin, diberikan analgetik untuk mengurangi nyeri dan kompres hangat diantara waktu menyusui (Siswosudarmo, 2008). xvi

Mastitis dan abses payudara sangat mudah untuk dicegah, bila menyusui dilakukan dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkatkan statis ASI, dan bila tanda dini seperti bendungan sumbatan saluran payudara, dan nyeri puting susu diobati dengan cepat. Ibu atau siapa saja yang merawat, perlu mengetahui tentang penatalaksanaan menyusui yang benar efektif, pemberian makan bayi dengan adekuat dan tentang pemeliharaan kesehatan payudara (WHO, 2003). Bayi sebaiknya terus menyusu, dan jika menyusui tidak memungkinkan karena nyeri payudara atau penolakan bayi pada payudara yang terinfeksi, pemompaan teratur harus terus dilakukan. Pengosongan payudara dengan sering akan mencegah statis air susu (Kriebs et al, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyanto (2008) di Kota Tanjungpinang Propinsi Kepulauan Riau menunjukkan bahwa dari ketujuh variabel yang diteliti yaitu: umur, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, pengetahuan, dorongan keluarga, dan dorongan kesehatan, hanya satu variabel yang terlihat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan perilaku pamberian ASI yaitu variabel pengetahuan. Ibu tidak memberikan ASI dikarenakan ketidaktahuan ibu perihal ASI dan manfaatnya. Bila ibu mengetahui perihal ASI dan manfaatnya, ibu akan melakukan perilaku yang dianggap baik seperti memberikan ASI sebagai makanan terbaik untuk bayinya. Sesuai dengan pendapat Roesli (2007) bahwa dengan pengetahuan xvii

yang benar tentang menyusui, seorang ibu semakin mudah untuk memberikan ASI secara eksklusif. Hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan di Wilayah Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta terdapat 544 ibu menyusui. Dari jumlah 544 ibu menyusui hanya 170 orang (31,25%) ibu yang memberikan ASI kepada bayinya. Berdasarkan uraian di atas, mastitis pada ibu menyusui dapat menimbulkan resiko komplikasi yang cukup berat, bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat. Untuk itu penulis merasa tertarik untuk meneliti hubungan tingkat pengetahuan tentang mastitis dengan usaha-usaha pencegahannya pada ibu menyusui. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis berkeinginan untuk mengangkat permasalahan tentang Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Mastitis Dengan Usaha-usaha Pencegahannya Pada Ibu Menyusui di Wilayah Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta? xviii

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Mastitis Dengan Usahausaha Pencegahannya Pada Ibu Menyusui di Wilayah Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta. 2. Tujuan khusus a) Diketahui Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Mastitis di Wilayah Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta. b) Diketahui Usaha-usaha Pencegahan Mastitis Pada Ibu Menyusui di Wilayah Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi pendidikan ilmu keperawatan maternitas Dapat dijadikan sebagai masukan dan untuk menambah pengetahuan bagi ibuibu menyusui dalam mencegah terjadinya mastitis. 2. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi ibu-ibu menyusui untuk meningkatkan pemahaman tentang pencegahan dan penanganan mastitis. xix

3. Bagi petugas kesehatan Masukan bagi petugas kesehatan di tempat penelitian untuk dapat meningkatkan pelayanan kepada penderita mastitis di Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta. E. Penelitian Terkait Sepengetahuan penulis belum ada penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang mastitis dengan usaha-usaha pencegahannya pada ibu menyusui. Namun ada beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini : 1. Penelitian oleh Losu (2002) dengan judul Hubungan Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Poliklinik Tumbuh Kembang RSU Dr. Sardjito Yogyakarta dengan metode deskriptif rancangan cross sectional, menunjukkan hasil terdapat hubungan positif dengan tingkat sedang yang signifikan antara pengetahuan ibu menyusui dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif di Poliklinik Tumbuh Kembang RSU Dr. Sardjito Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat penelitian dan variabel terikat. 2. Penelitian oleh Retnaningsih (1995) dengan judul Masalah Menyusui Pada Ibu pengunjung Poliklinik Laktasi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan metode observasional pendekatan cross sectional, menunjukkan xx

hasil 56,9% para ibu menunjukkan tehnik menyusui yang benar dan 43,1% mempunyai satu kesalahan atau lebih kesalahan tehnik menyusui. Perbedaan dengan penelitian ini adalah berbeda tempat penelitian, metode penelitian, dan variable terikat. 3. Penelitian oleh Gambir (2001) dengan judul Pengetahuan sikap Ibu Menyusui (ASI Eksklusif) yang Berkunjung di Poliklinik Tumbuh Kembang anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan metode deskriptif analitik menunjukkan hasil dari jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 57 orang, 39 orang (68,4%) diantaranya menyusui secara eksklusif dan 18 orang (31,6%) tidak eksklusif, yang berarti pencapaian ASI eksklusif belum mencapai target yang ditetapkan pemerintah yaitu 80% pada tahun 2000. Perbedaan dengan penelitian ini adalah metode penelitian, tempat penelitian, dan variabel terikat. xxi