Factors Related to Measures Of Exclusive Breast-Feeding Mothers In The Working Area of The District Health Center Tilongkabila Bone Bolango 2014

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI (0-6 BULAN) DI KELURAHAN BANTAN KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

ARTIKEL PENELITIAN. Meike Ibrahim 1) A. J. M Rattu 2) J. N Pangemanan 2)

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

Kata Kunci: Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Keluarga, ASI Eksklusif.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN

Novianti Damanik 1, Erna Mutiara 2, Maya Fitria 2 ABSTRACT

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, STATUS PEKERJAAN IBU DAN PERAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS WEDARIJAKSA PATI TESIS

Sri Janatri* STIKES Kota Sukabumi ABSTRAK

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA CATURTUNGGAL DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN IMD PADA PASIEN PASCA PERSALINAN DI BPM RATNA WILIS PALEMBANG TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPM NURTILA PALEMBANG

Susmaneli, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Rambah Hilir I Kabupaten Rokan Hulu 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF. Risa Devita Akademi Kebidanan Aisyiyah Palembang

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PROMOSI SUSU FORMULA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ARJASA KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU YANG BERKUNJUNG DI PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 25 kematian

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMANFAATAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HARAPAN RAYA PEKANBARU

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA IBU NIFAS TAHUN 2015

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA BAYI DI KELURAHAN WARNASARI KECAMATAN CITANGKIL KOTA CILEGON

PENELITIAN. MOTIVASI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA PRIMIPARA Di Wilayah Kerja Puskesmas Jetis, Ponorogo. Oleh: NIA TRI HIDAYANA NIM:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI UMUR 0 6 BULAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2009 T E S I S. Oleh SRI MARYATI /IKM

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU

1

Faktor Maternal yang Berpengaruh dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Pertama Kelahiran

Putri, et al, Hubungan Antara Faktor Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian ASI... Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat 2

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

ANALISIS PENGARUH ASPEK HUKUM, PERAN BIDAN DAN HAK ANAK TERHADAP PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KABUPATEN KLATEN

2014, sebagai penjabaran operasional

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

KARYA ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BARATAN KECAMATAN BINAKAL KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2014

* Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BERDASARKAN STATUS BEKERJA IBU YANG MEMILIKI BAYI USIA 6-11 BULAN DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS KARANGAWEN 1 KABUPATEN DEMAK

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA KARYAWATI UNSIKA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado 2) Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

ANALISIS PERILAKU IBU MENYUSUI DI KELURAHAN PAROPO KECAMATAN PANAKUKKANG KOTA MAKASSAR. * Ignata Apolonia B * Dosen tetap Prodi Kebidanan Sandi Karsa

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF 6-11 BULAN DIKELURAHAN KARUWISI UTARA KOTA MAKASSAR

Rice Noviawanti, Faktor-faktor yang Beruhubungan dengan PASI / MP-ASI Bayi < 6 Bulan di Kelurahan Labuh Baru Barat Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

Kusnanto*, Elida Ulfiana*, M.Hadarani**

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU BALITA MENIMBANG ANAKNYA KE POSYANDU

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Kata Kunci : PHBS, Peran Guru, Peran Orang Tua, Pengetahuan, Sikap, Sarana Prasarana

Ica Fauziah Harahap 1, Albiner Siagian 2,Elmina Tampubolon 3. Abstract

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, STATUS PENDIDIKAN, DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara dengan Motivasi Menyusui di RSUD Datu Sanggul Rantau Tahun 2012

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

PENGETAHUAN IBU MERUPAKAN FAKTOR DOMINAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Disusun Oleh : NOVIC ISMAN J PROGRAM FAKULTAS

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBU KABUPATEN DONGGALA

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

Transkripsi:

ARTIKEL PENELITIAN Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Ibu dalam Pemberian ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014 Factors Related to Measures Of Exclusive Breast-Feeding Mothers In The Working Area of The District Health Center Tilongkabila Bone Bolango 2014 Rabia Zakaria Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo Abstrak ASI adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal, dan tidak diberikan minuman dan makanan lain (termasuk air jeruk, madu, dan air gula) sampai bayi berumur 6 bulan. Di Indonesia saat ini pemberian ASI ekslusif masih rendah, Riskesdas 2013 persentase ASI ekslusif hanya 30,2% sementara Kementerian Republik Indonesia menargetkan 80% Tahun 2014. Puskesmas Tilongkabila Tahun 2013 hanya mencapai 5,7%, tiga faktor yang mempengaruhi tindakan pemberian ASI yaitu faktor predisposisi (predisposing factor), berupa pengetahuan, sikap, dan pendidikan, faktor pendukung (enabling factor) mencakup keterpaparan informasi, promosi susu formula, dan faktor penguat (reinforcing factors) mencakup dukungan tenaga kesehatan dan dukungan suami serta keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif mengunakan metode penelitian deskriktif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah ibuibu yang memiliki balita usia 6-24 bulan dengan jumlah sampel 134 responden. Analisis data penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square, serta analisis multivariat dengan analisis Regresi Logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan, pengetahuan, sikap, promosi susu formula, dukungan tenaga kesehatan serta dukungan suami dan keluarga berhubungan dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI ekslusif, serta tidak terdapat hubungan keterpaparan informasi dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI ekslusif. Kata Kunci : ASI Eksklusif, Tindakan Ibu. Abstract Exclusive breastfeeding is breastfeeding (BMS) as early as possible after birth, given without schedule, and not given drinks and other foods ((including orange juice, honey, sugar and water ) until the baby is 6 months old. In Indonesia currently still low exclusive breastfeeding, exclusive breastfeeding Riskesdas 2013 percentage is only 30.2 %, while the Ministry of the Republic of Indonesia is targeting 80 % In 2014.. PHC Tilongkabila In 2013 only 5.7 %, the three factors that affect the action of exclusive breastfeeding are predisposing factors (predisposing factors ) form of knowledge, attitudes, and education, supporting factor (enabling factors ) include exposure information, promotion of infant formula, and reinforcing factors ( reinforcing factors) include support for health workers and support of her husband and family. This study aims to determine the factors associated with maternal action in exclusive breastfeeding in Puskesmas Tilongkabila Bone County Bolango Year 2014. This research is a quantitative research using research methods deskriktif analytic crosssectional study design. The sample in this study were mothers who have children aged 6-24 months with a sample of 134 respondents. The data analysis of this research is the analysis of univariate and bivariate with Chi-square test, and multivariate analysis with multiple logistic regression analysis. The results of this study shows that education, knowledge, attitudes, promotion of infant formula, the support of health professionals and support of her husband and family -related measures in exclusive breastfeeding mothers, and there was no correlation with measures of exposure information in exclusive breastfeeding mothers Keywords : Action mother, exclusive breastfeeding. 281

JIKMU, Vol. 5, No. 2, April 2015 Pendahuluan Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Upaya perbaikan gizi melalui penerapan pemberian ASI telah diamanatkan melalui undang-undang No. 36 Tahun 2009 pasal 128 dan 129 bahwa bayi berhak mendapatkan ASI dan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 2012 bab II pasal tiga, pasal empat, dan pasal lima yang menyebutkan bahwa pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kab/kota bertanggung jawab dalam program pemberian ASI. Selanjutnya pada bab III pasal enam menyebutkan bahwa setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI kepada bayi yang dilahirkan (Anonimous, 2013). United Nation International Children Education Found (UNICEF) menyatakan sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan sepuluh juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya, dapat dicegah melalui pemberian ASI secara selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi (Anonimous, 2007). ASI adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal, dan tidak diberikan minuman dan makanan lain (termasuk air jeruk, madu, dan air gula) sampai bayi berumur 6 bulan (Jannah, 2011). Prevalensi pemberian ASI dibeberapa negara berdasarkan hasil penelitian belum mencapai target yang diharapkan, Amerika Serikat (2007) hanya 16,8% telah ASI, Ethiopia (2010) menunjukkan durasi rata-rata pemberian ASI hanya sampai 3 bulan sebanyak 71,3%, di Tanzania utara (2011) pemberian ASI hingga 6 bulan sebanyak 20,7%, Bangladesh (2011) pemberian ASI 36% lebih rendah dari angka yang diharapkan 64% sementara di Tehran (2014) pemberian ASI sampai 6 bulan hanya mencapai 46,5%. Estimasi angka kematian bayi di Indonesia dari tahun 1991-2012 kurang mengembirakan, Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2012 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup dibandingkan dengan target MDGS sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup ditahun 2015. Menurut SDKI 2012 terdapat 27 provinsi menunjukkan peningkatan kematian bayi antara tahun 2007-2012 termasuk Provinsi Gorontalo dengan Angka kematian bayi tertinggi setelah Provinsi Papua barat sebesar 62 per 1.000 kelahiran hidup. Penurunan angka kematian bayi yang melambat antara tahun 2003 sampai 2012 yaitu dari 35 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup memerlukan akses seluruh bayi terhadap intervensi kunci seperti ASI (Anonimous, 2012). Di Indonesia saat ini pemberian ASI secara masih rendah bahkan cenderung menurun setiap tahunnya. Menurut hasil Riskesdas tahun 2010 persentase menyusui 15,1%, sementara data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa persentase pemberian ASI saja dalam 24 jam terakhir semakin menurun seiring meningkatnya umur bayi dengan persentase terendah pada anak umur enam bulan sebanyak 30,2%. UNICEF dan WHO membuat rekomendasi pada ibu untuk menyusui selama enam bulan kepada bayinya. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui rencana aksi akselerasi pemberian telah menargetkan cakupan ASI enam bulan sebesar 80% pada tahun 2014, namun demikian angka ini sangat sulit untuk dicapai bahkan trend prevalensi ASI dari tahun ketahun tidak menunjukkan peningkatan yang berarti. Data Susenas tahun 2004-282

Zakaria, Faktor-faktor yang Berhubungan 2011 menunjukkan persentase bayi usia enam bulan yang mendapat ASI saja () tahun 2004 sebanyak 19,5%, sementara di tahun 2011 sebanyak 38,5%. Propinsi Gorontalo berada pada peringkat 13 terbawah dari 33 propinsi dengan cakupan Pemberian ASI tahun 2011 sebanyak 49,6% (Anonimous, 2013). Penerapan pola pemberian ASI belum dilaksanakan dengan baik beberapa masalah dalam hal pemberian ASI karena ibu tidak percaya diri bahwa dirinya mampu menyusui dengan baik sehingga mencukupi seluruh kebutuhan gizi bayi, hal ini antara lain karena kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI, kurangnya keterpaparan informasi tentang manfaat ASI, kurangnya dukungan keluarga, kurangnya dukungan tenaga kesehatan, dan promosi makanan bayi dan susu formula (Anonimous, 2013). Pemberian ASI di Provinsi Gorontalo belum mencapai target sesuai indikator yang diharapkan yaitu 67%, tahun 2010 persentase cakupan pemberian ASI sebesar 37,43% merupakan peringkat 11 dari cakupan terendah dari 33 Provinsi, tahun 2011 meningkat menjadi 49,6% atau peringkat 13 cakupan terendah dari 33 Provinsi, sementara tahun 2012 menurun menjadi 20,85%. Berdasarkan cakupan jumlah bayi yang diberi ASI untuk kabupaten/kota menunjukan bahwa Kabupaten Bone Bolango berada paling rendah dari enam kabupaten/kota dengan capain 0,5% (Anonimous, 2012). Kabupaten Bone Bolango tahun 2013 persentase bayi yang diberikan ASI cenderung mengalami penurunan yaitu sebanyak 0,8% angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya. Tahun 2010 persentasi ASI sebanyak 2,85%, tahun 2011 sebanyak 1,1%, dan tahun 2012 sebanyak 1,19%. Selain nilai persentasi terus mengalami penurunan, angka tersebut masih sangat jauh jika dibandingkan dengan target standar pelayanan minimal untuk ASI yaitu 80% (Anonimous, 2013). Puskesmas Tilongkabila merupakan salah satu puskesmas dari dua puluh puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Bone Bolango yang cakupan ASI nya termasuk rendah dibandingkan puskesmas lainya, tahun 2011 sebanyak empat bayi (5,7%) dari sasaran 69 bayi, tahun 2012 sebanyak tiga bayi (3,9%) dari 78 bayi, tahun 2013 pemberian ASI sebanyak empat bayi (5,7%) dari 69 bayi, data terahir tahun 2014 bulan September 4 bayi (7,2%) dari sasaran 55 bayi, sangat jauh dari target dinas kesehatan yaitu sebesar 60% dan target nasional sebesar 80% (Anonimous, 2013). Masalah pemberian ASI eklusif sangat dipengaruhi oleh perilaku kesehatan (overt behavior) atau tindakan ibu, menurut Green (2007) bahwa tindakan manusia dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing factor), berupa pengetahuan, sikap, dan pendidikan, faktor pendukung (enabling factor) mencakup keterpaparan informasi, promosi susu formula, dan faktor penguat (reinforcing factors) mencakup dukungan tenaga kesehatan serta dukungan suami dan keluarga. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango tahun 2014. Metode Penelitian Penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian deskriprif analitik dengan desain studi cross sectional, dimana seluruh variabel yang akan diteliti diamati pada satu waktu tertentu secara bersamaan. Lokasi penelitian ini dilaksanakan Di wilayah 283

JIKMU, Vol. 5, No. 2, April 2015 kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo, dan berlangsung pada bulan Oktober 2014 s.d Maret 2015. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang memiliki Balita yang berusia 6-24 bulan yang berdomisili Di wilayah kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango tahun 2014 sebanyak 205 ibu Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang memiliki Balita berusia 6-24 bulan yang memenuhi kriteria inklusi penelitian yaitu bersedia menjadi sampel penelitian, ibu status menyusui yang memiliki Balita usia 6-24 bulan saat dilakukan penelitian, serta berdomisili Di wilayah Puskesmas Tilongkabila. Kabupaten Bone Bolango tahun 2014 sebanyak 205 ibu. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang memiliki Balita berusia 6-24 bulan yang memenuhi kriteria inklusi penelitian yaitu bersedia menjadi sampel penelitian, ibu status menyusui yang memiliki Balita usia 6-24 bulan saat dilakukan penelitian, serta berdomisili Di wilayah Puskesmas Tilongkabila. Sampel dipilih secara proporsional to Size, adalah prosedur penarikan sampel sebanding dengan proporsinya atau ukuranya.. Memilih anggota sampel dari setiap lapisan/kelompok dengan pengambilan sampel secara systematic random sampling, merupakan teknik penarikan sampel dengan membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan sampel yang diinginkan, hasilnya adalah interval sampel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, teknik analisis data adalah Chi Square (x 2 ). Pada dasarnya uji Chi Square (x 2 ) dilakukan untuk melihat antara frekuensi yang diamati (observed) dengan frekuensi yang diharapkan (expected). Hasil dan Pembahasan 1. Hubungan antara pendidikan dengan pendidikan dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Hubungan antara pendidikan dengan Tindakan pemberian ASI Pendidikan ASI Total n % N % n % Tinggi 49 73,1 18 26,9 67 100,0 Rendah 60 89,6 7 10,4 67 100,0 Nilai P 0,027 (95%CI) 3.14 (1,2-8.1) antara pendidikan dengan tindakan pemberian ASI diperoleh sebagian besar ibu yang pendidikan tinggi sebanyak 18 responden (26,9%) menyusui bayi secara ASI, dibandingkan ibu yang pendidikan rendah hanya 7 responden (10,4%) menyusui secara. Hasil analisis uji statistik menunjukkan nilai p = 0,027 < 0,05 hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan 284

Zakaria, Faktor-faktor yang Berhubungan tindakan pemberian ASI. Nilai odds ratio () sebesar 3,14 artinya ibu yang pendidikan tinggi mempunyai peluang 3,14 kali untuk menyusui dibandingkan ibu yang pendidikan rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan konsep Gunawan (2000) dimana tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan alasan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Ibu memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih mudah mengadopsi informasi, makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah pula untuk menerima informasi, misalnya informasi pemberian ASI yang baik. Sebaliknya ibu yang dengan tingkat pendidikan yang rendah mudah terpengaruh oleh berbagai informasi yang menjadi hambatan dalam pemberian ASI ekslusif misalnya pengaruh promosi susu formula. Pendidikan yang dimiliki oleh orang dewasa akan mempengaruhi perubahan kemampuan, penampilan, atau perilaku serta tindakannya karena orang dewasa sudah memiliki pengetahuan, sikap, ketrampilan tertentu yang sudah bertahuntahun dipelajarinya jika pengetahuan, sikap, dan sesuatu tindakan yang belum mereka yakini maka akan sulit mereka menerima. Olehnya itu pendidikan orang dewasa dapat efektif menghasilkan perubahan perilaku atau tindakan apabila memiliki tingkatan pendidikan yang cukup baik. 2. Hubungan antara Pengetahuan dengan Tindakan Ibu dalam Pemberian ASI pengetahuan dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Hubungan antara pengetahuan dengan Pengetahuan Tindakan pemberian ASI ASI Total n % N % n % Baik 48 69,6 21 30,4 69 100,0 Nilai p Kurang 61 93,8 4 6,2 65 100,0 0,001 (95%CI) 6,67 (2,1-20,7) antara pengetahuan dengan tindakan pemberian ASI diperoleh bahwa sebagian besar ibu yang pengetahuan baik yaitu 21 responden (30,4%) menyusui bayi secara, dibandingkan ibu yang pengetahuan kurang hanya 4 responden (6,2%) yang menyusui secara. Hasil analisis uji statistik menunjukkan nilai p = 0,001< 0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI. Nilai odds ratio () sebesar 6,67 artinya ibu yang pengetahuan baik mempunyai peluang 6,67 kali untuk menyusui bayi secara dibandingkan ibu yang pengetahuan kurang. 285

JIKMU, Vol. 5, No. 2, April 2015 Pengetahuan memiliki hubungan dengan tindakan pemberian ASI ekslusif. Ibu yang memiliki pengetahuan baik di wilayah Puskesmas Tilongkabila dengan 30,4% tindakan ASI ekslusif karena memiliki pemahaman yang baik akan pentingnya tindakan tersebut, selain karena sebagian besar ibu sudah mendapatkan keterpaparan informasi didukung oleh kematangan cara berpikir akan pemilihan sesuatu yang menurutnya baik karena sebagian besar 48,5% ibu berusia antara 26-35 tahun akan tetapi sebagian ibu yang memiliki pengetahuan baik 69,6 % dengan tindakan tidak ASI ekslusif hal ini dipengaruhi selain oleh tingkat pendidikan yang rendah sehingga pemahaman yang kurang baik akan pemberian ASI ekslusif dan mudah terpengaruh oleh berbagai informasi yang kurang baik termasuk budaya yang sangat sulit di hilangkan adalah tradisi pemberian makanan prelakteal kepada bayi baru lahir. Riskesdas 2010 menunjukkan Provinsi Gorontalo dengan presentase pemberian prelakteal tertinggi (74,3%), dengan jenis pemberian makanan berupa susu formula, dan non susu (air putih, air tajin, madu, pisang, air kelapa, dan lainya), dimana kecendurungan pemberian prelakteal akan semakin tinggi pada ibu yang tinggal dipedesaan dengan pengetahuan yang kurang 3. Hubungan antara Sikap dengan Tindakan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif sikap dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Hubungan antara sikap dengan Sikap Tindakan pemberian ASI ASI Total n % n % n % Positif 47 67,1 23 32,9 70 100,0 Nilai p Kurang 61 93,8 4 6,2 65 100,0 0,001 (95%CI) 15,17 (3,4-67,5) antara sikap dengan tindakan pemberian ASI diperoleh bahwa sebagian besar ibu dengan sikap positif yaitu 23 responden (32,9%) menyusui bayi secara dibandingkan ibu dengan sikap negatif hanya 2 responden (3,1%) yang menyusui secara. Hasil analisis uji statistik menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 < 0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan. Nilai odds ratio () sebesar 15,17 artinya ibu dengan sikap positif mempunyai peluang 15,17 kali untuk menyusui secara dibandingkan ibu dengan sikap negative. Sikap merupakan faktor yang yang berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif, karena sikap merupakan reaksi tertutup jika ibu sudah memiliki sikap yang positive sejak awal maka tindakan yang dilaksanakan sangat konsisten dan bertanggung jawab. Sikap dipengaruhi oleh bentuk ketertarikan terhadap sesuatu dan pangalaman yang ada dilingkungan sekitar serta pandangan dari orang yang diyakini dan dipercaya. Ibu- ibu yang di 286

Zakaria, Faktor-faktor yang Berhubungan wilayah Puskesmas Tilongkabila sangat menghormati keputusan suami khusunya pihak keluarga karena keyakinan akan pengalaman yang mereka miliki. Jika ada sebagian sikap ibu yang negative dengan tindakan ASI ekslusif karena dukungan yang diperoleh baik dalam pemberian ASI ekslusif. Dalam Notoatmodjo (2009), bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu karena adanya pengertahuan, sikap, persepsi dan pengetahuan. Sikap adalah respon tertutup terhadap stimulus yang melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan seperti senang atau tidak senang, bagaimana reaksi atau respon tertutup ibu menyusui terhadap ASI, jika ibu sudah memiliki sikap positif dalam pemberian ASI, maka tindakannya akan lebih konsisten walaupun dalam situasi interaksi sosial yang kurang mendukung. 4. Hubungan antara Keterpaparan Informasi dengan Tindakan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif keterpaparan informasi dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Hubungan antara keterpaparan informasi dengan Keterpaparan Informasi Tindakan pemberian ASI ASI Total n % N % n % Nilai p Ada informasi 80 78,4 22 21.6 102 100,0 0,19 Tidak ada informasi 29 90,6 3 9,4 32 100,0 antara keterpaparan informasi dengan tindakan pemberian ASI diperoleh bahwa sebagian besar ibu yang ada informasi yaitu 80 reponden (78,4) tidak menyusui ekslusif dibandingkan dengan responden yang menyusui ekslusif hanya 22 responden (21,6%). Hasil analisis uji statistik menunjukkan nilai p = 0,19 > 0,05 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara keterpaparan informasi dengan tindakan pemberian ASI. Sumber informasi yang diperoleh ibu tentang ASI di wilayah Puskesmas Tilongkabila dengan frekuensi tertinggi adalah tenaga kesehatan sebesar 94,1% demikian pula penolong persalinan ibu 100 % ditolong oleh tenaga kesehatan, dimana saat persalinan adalah awal melaksanakan insiasi menyusu dini sebagai dasar pelaksanaan ASI serta memberikan informasi akan pentingnya insiasi menyusu dini pada bayi. tenaga kesehatan belum sepenuhnya mendukung pemberian ASI ekslusif secara positive karena pemberian informasi belum optimal, dapat dilihat dari alasan ibu tidak memberikan ASI ekslusif karena ASI tidak lancar 63,3% ini menunjukkan bahwa informasi yang ibu dapatkan kurang lengkap. 287

JIKMU, Vol. 5, No. 2, April 2015 Identifikasi ada tidaknya informasi tentang kesehatan merupakan salah satu determinan terjadinya perilaku seseorang, salah satu langkah keberhasilan dalam menyusui adalah dengan adanya bimbingan dan informasi kepada ibu hamil tentang ASI Pemberian informasi merupakan suatu masukan (input) dan keluaran (output), untuk mencapai tujuan yaitu perubahan tindakan individu harus ditunjang oleh faktor materi, faktor pemberi informasi, dan alat bantu yang digunakan. Hal-hal inilah yang mempengaruhi terkadang tujuan informasi akan pentingnya pemberian ASI tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan (Notoadmodjo, 2007). 5. Hubungan antara Promosi Susu Formula dengan Tindakan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif promosi susu formula dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Hubungan antara promosi susu formula dengan Promosi susu formula Tindakan pemberian ASI ASI Total n % n % n % Nilai p (95%CI) Tidak ada 41 71,9 16 28,1 57 100,0 0,029 2,94 promosi (1,1-7,2) Ada promosi 68 88,3 9 11,7 77 100,0 antara promosi susu formula dengan diperoleh ibu yang tidak mendapatkan promosi susu formula sebanyak 16 responden (28,1%) menyusui bayi secara, dibandingkan ibu yang mendapatkan promosi susu formula hanya 9 responden (11,7%) yang menyusui secara. Hasil analisis uji statistik menunjukkan nilai p = 0,029 < 0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara promosi susu formula dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI. Nilai odds ratio () sebesar 2,94 artinya ibu yang tidak mendapatkan promosi susu formula mempunyai peluang 2,94 kali untuk menyusui dibandingkan ibu yang mendapatkan promosi susu formula. Promosi susu formula di wilayah Puskesms Tilongkabila 57,5 % yang banyak dilakukan adalah pemberian susu formula sesaat setelah ibu melahirkan apalagi jika yang memberikan promosi susu formula adalah tenaga kesehatan sendiri yang bekerja sama dengan berbagai produk susu karena mendapatkan insentif dan hadiah yang cukup sehingga rela mempromosikan susu formula bahkan di unit pelayanan dan melupakan tanggung jawab moral terhadap kesehatan ibu dan bayi, inilah menyebabkan ibu tidak bisa memberikan ASI kepada bayi, yang sebenarnya merupakan titik awal bagi ibu untuk memilih apakah akan memberikan bayinya ASI saja selama 6 bulan atau memberikan susu formula. 288

Zakaria, Faktor-faktor yang Berhubungan 6. Hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini. dukungan tenaga kesehatan dengan Tabel 6. Hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI Dukungan tenaga kesehatan Tindakan pemberian ASI ASI Total n % n % n % Nilai p Mendukung 79 77,5 23 22,5 102 100,0 0,037 (95%CI) Kurang 30 93,8 2 6,2 32 100,0 4,36 mendukung (0,9-19,6) antara dukungan tenaga kesehatan dengan diperoleh bahwa ibu mendapatkan dukungan tenaga kesehatan sebagian besar yaitu 23 responden (22,5%) menyusui bayi secara, dibandingkan ibu yang kurang dukungan tenaga kesehatan hanya 2 responden (6%) yang menyusui ASI. Hasil analisis uji statistik menunjukkan nilai p = 0,037 < 0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan tenaga kesehatan dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI. Nilai odds ratio () sebesar 4,36 artinya ibu mendapatkan dukungan tenaga kesehatan mempunyai peluang 4,36 kali untuk menyusui dibandingkan ibu yang kurang mendapat dukungan tenaga kesehatan. Dukungan tenaga kesehatan dalam pemberian ASI ekslusif bukan hanya dalam pemberian informasi tapi ditunjukkan dengan tindakan tenaga kesehatan dalam pemberian ASI ekslusif bagi keluarganya, karena hal ini yang akan mempengaruhi penilaian ibu akan dukungan yang diberikan, selain itu memberikan konseling kepada ibu jika ada masalah yang terjadi yang berkaitan dengan pemberian ASI ekslusif, tetapi terkadang terjadi malah sebaliknya beberapa tenaga kesehatan sendiri yang memberikan anaknya susu formula sebelum usia 6 bulan dan menyarankan memberikan susu formula jika tejadi permasalahan ibu dalam pemberian ASI ekslusif. Menurut Kemenkes (2013), petugas kesehatan dapat berperan penting dalam memberikan dukungan psikologis untuk membantu ibu menyusui yang mengalami hambatan sehingga dengan motivasi yang diberikan oleh petugas kesehatan akan muncul rasa percaya diri ibu untuk menyusui bayinya, akan tetapi beberapa penelitian membuktikan bahwa sikap petugas kesehatan sangat mempengaruhi pemilihan makanan bayi oleh ibunya. Pengaruh ini dapat berupa sikap negatif secara pasif, sikap yang indifferent yang dinyatakan dengan tidak menganjurkan dan tidak membantu bila ada kesulitan 289

JIKMU, Vol. 5, No. 2, April 2015 laktasi. Sikap ini dapat pula secara aktif misalnya bila ada kesulitan laktasi malah menasihatkan ibu untuk segera beralih saja ke susu botol. Kemudian sikap ragu-ragu dan ketidakpastian mengenai indikasi dan kontra indikasi menyusui juga sangat mempengaruhi keberhasilan laktasi. dukungan suami dan keluarga dengan dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini: 7. Hubungan antara dukungan suami dan keluarga dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI Tabel 7. Hubungan antara dukungan suami dan keluarga dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI Dukungan suami dan keluarga Tindakan pemberian ASI ASI Total n % n % n % Nilai p (95%CI) Mendukung 21 50.0 21 50.0 42 100,0 0,000 22,0 (6,8-70.9) Kurang 88 95.7 4 4.3 92 100,0 mendukung antara dukungan suami dan keluarga dengan tindakan pemberian ASI diperoleh bahwa ibu yang mendapatkan dukungan suami dan keluarga sebagian besar 21 responden (50,0%) menyusui bayi secara, dibandingkan ibu yang kurang mendapatkan dukungan suami dan keluarga hanya 4 (4,3%) ibu yang menyusui ASI. Hasil analisis uji statistik menunjukkan nilai bahwa p = 0,000 < 0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dan keluarga dengan. Nilai odds ratio () sebesar 22,0 artinya ibu yang mendapatkan dukungan suami dan keluarga mempunyai peluang 22,0 kali untuk menyusui dibandingkan ibu kurang dukungan suami dan keluarga. Dukungan suami dan keluarga di wilayah kerja Puskesmas Tilongkabila cukup baik karena ibu-ibu sangat menghormati keputusan keluarga khusunya suami sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah dilihat dari pekerjaan ibu 63,4 % ibu tidak bekerja, selain itu keputusan keluarga pihak suami yaitu ibu mertua sangat dominan dalam pengambilan keputusan khusunya keputusan untuk pemberian ASI eksusif. Dukungan suami dan anggota keluarga lainnya sangat dibutuhkan. Suami diharapkan dapat membantu tugas rutin sehari-hari agar ibu tidak lelah dan dapat memusatkan perhatian pada bayi dan dirinya sendiri sehingga ibu merasa percaya diri dan bangga dapat menyusui. Anggota keluarga lainnya dapat membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang biasanya dikerjakan oleh ibu. Selain itu dukungan emosional dan mental dari 290

Zakaria, Faktor-faktor yang Berhubungan suami juga sangat diharapkan dalam menghadapi tekanan luar yang meragukan perlunya ASI. Dukungan emosi dari suami dan keluarga membuat ibu merasa tenang dan hal ini akan membuat produksi ASI menjadi lancar, keberadan suami dan keluarga yang selalu berada dekat dengan ibu sangat menentukan ibu dalam memberikan ASI pada bayinya 8. Variabel yang Dominan Berpengaruh terhadap Tindakan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif Analisis multivariat digunakan untuk melihat variabel independen yang paling dominan berhubungan dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI. Analisis ini penting karena suatu fenomena tidak disebabkan hanya oleh satu faktor, pada kenyataannya suatu akibat disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa faktor/multifaktor. Hasil analisis uji regresi logistic dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah. Tabel 8. Hasil analisis akhir multivariat Regresi logistik Variabel S.E Sig 95,0 % C.I. Lower Upper Dukungan suami dan keluarga 3.473.000 32.236 7.389 140.644 Sikap 2.981.001 19.698 3.310 117.212 Keterpaparan informasi -2.074.033.126.019.848 Dukungan suami dan keluarga adalah faktor yang paling dominan berhubungan dengan ekslusif, diikuti oleh faktor sikap dan keterpaparan informasi, wilayah Puskesmas Tilongkabila terdiri dari tujuh desa dengan kriteria empat desa biasa dan tiga desa terpencil, sebagian besar ibu-ibu yang memiliki anak usia 6-24 bulan adalah tidak bekerja sebesar 64 % artinya beban ekonomi rumah tangga ditanggung oleh kepala rumah tangga, keluarga sangat mengantungkan hidup dari pekerjaan suami dan sebagian besar masih hidup serumah dengan keluarga suami, hal ini sangat mempengaruhi keputusan dalam setiap tindakan kesehatan, termasuk dipengaruhi oleh keputusan suami dan keluarga, suami sangat menghargai setiap keputusan orang tuanya yang sangat memegang kebiasaan dalam masyarakat Gorontalo untuk segera memberikan maakanan dan minuman kepada bayi dalam usia 40 hari atau jika anak mulai rewel, karena anggapan keluarga keterlambatan pemberian makanan akan mempengaruhi nafsu makan anak dan anak yang sudah mulai rewel itu menandakan anak tersebut lapar. Kebebasan ibu-ibu dalam menentukan suatu keputusan masih terbatas terutama dipedesaan. Seorang istri dalam pengambilan keputusan masih sangat tergantung pada suami, sementara suami sendiri sangat dipengaruhi oleh keluarganya untuk menentukan keputusan. Teori Karr dalam Notoatmodjo (2007) bahwa salah satu determinan yang sangat mempegaruhi tindakan seseorang untuk mengambil keputusan karena harus tunduk kepada suaminya atau keluarganya (personal autonomy). Kesimpulan 1. Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan tindakan ibu 291

JIKMU, Vol. 5, No. 2, April 2015 dalam pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014 2. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014 3. Terdapat hubungan yang sangat bermakna antara sikap dengan di wilayah kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014 4. Tidak terdapat hubungan antara keterpaparan informasi dengan di wilayah kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014 5. Terdapat hubungan yang bermakna antara promosi susu formula dengan di wilayah kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014 6. Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan tenaga kesehatan dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014 7. Terdapat hubungan yang sangat bermakna antara dukungan suami dan keluarga dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014. 8. Faktor paling dominan adalah dukungan suami dan keluarga yang berhubungan dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014 Saran 1. Bagi Dinas kesehatan a. Mensosialisasikan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian air susu ibu dari tingkat daerah sampai di wilayah puskesmas, sebagai dasar pertimbangan penentuan kebijakan dalam peningkatan program pemberian ASI. b. Melakukan bimbingan teknik tentang upaya peningkatan cakupan pemberian ASI ekslusif secara berkala kesetiap Puskesmas, agar setiap petugas kesehatan di Puskesmas dapat membantu ibu dan keluarga sehingga dapat menyusui bayinya ekslusif selama 6 bulan c. Memberikan tindakan yang tegas bagi tenaga kesehatan yang tidak memberikan informasi tentang pemberian ASI ekslusif kapada ibu dan keluarga sedini mungkin sejak pemeriksaan kehamilan dan dengan sengaja melakukan promosi susu formula kapada ibu atau keluarga. d. Meningkatkan promosi kesehatan kepada lintas sektor terkait, dan semua pemegang program di Puskesmas agar lebih banyak memberikan penyuluhan dan konseling kepada ibu dan keluarga sehingga memiliki pengetahuan yang cukup, serta sikap yang positive terhadap pemberian ASI ekslusif. 2. Bagi Puskesmas Tilongkabila a. Perlu dilakukan sosialisasi ataupun penyuluhan kepada suami dan keluarga tentang peran-peran khusus yang dapat dilakukan oleh suami dan keluarga dalam membantu ibu menyusui bayinya. 292

Zakaria, Faktor-faktor yang Berhubungan b. Memberikan informasi tentang ASI sedini mungkin sehingga ibu memilki sikap yang positive yang konsisten dan bertanggung jawab.. c. Memberikan bimbingan kepada tenaga kesehatan yang memberikan promosi susu formula agar mengunakan kemampuan promosi pada pemberian ASI ekslusif. d. Mengaktifkan kembali peran tenaga kesehatan berbasis keluarga dalam membentuk dan bekerja sama dengan keluarga sadar ASI untuk melakukan penyuluhan dan konseling bagi ibu sedini mungkin tentang pemberian ASI ekslusif dimulai sejak ibu memeriksakan kehamilan sampai pemberian ASI selesai. 3. Bagi Masyakat Hasil penelitian ini dapat memotivasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi memberikan informasi yang tepat dan benar kepada WUS, PUS, ibu hamil dan khusunya ibu yang memiki bayi dan keluarga tentang pemberian ASI ekslusif, sehingga memiki pengetahuan yang cukup dan sikap yang positive yang terwujud pada tindakan pemberian ASI yang konsisten dan bertanggung jawab. 4. Bagi peneliti Hasil penelitian ini meningkatkan pengetahuan dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya pemberian ASI kapada bayi dengan melihat variabel - variabel yang berhubungan, serta perlu dilakukan peneletian lanjut dengan variabel lain sesuai kerangka teori dan penelitian kwalitatif dengan varibel yang sama untuk lebih mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang tindakan ibu dalam pemberian ASIekslusif. Daftar Pustaka Anonimous. 2007. Pernyataan UNICEF ASI Eksklusif tekan angka kematian bayi Indonesia, http://www.wikipedia com, (Diakses tanggal 13-10-2014). Anonimous. 2012b. Profil kesehatan Provinsi Gorontalo. 2012. Dinkes Provinsi Gorontalo. Anonimous. 2013a. Laporan riset kesehatan dasar. Balitbangkes Kemenkes RI. Jakarta. Anonimous. 2013b. Rencana aksi Akselerasi Pemberian ASI 2012-2014. Dirjen bina gizi Kemenkes RI Jakarta. Anonimous. 2013c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Tentang pemberian ASI. Kemenkes RI Jakarta. Anonimous. 2013d. Profil kesehatan Kabupaten Bone Bolango. 2013. Dikes Bone Bolango Gorontalo. Anonimous. 2014. Laporan bulanan Puskesmas Tilongkabila. 2014. Puskesmas Tilongkabila Gunawan, A. 2000. Sosiologi pendidikan.pt Rineka cipta, Jakarta. Jannah, N. 2011. Asuhan kebidanan Ibu Nifas. Ar-ruzz media, Jokjakarta. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku kesehatan. PT Rineka cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S. 2005. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. PT Rineka cipta, Jakarta. 293