HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 100 METER DENGAN HASIL LOMPATAN PADA LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SMP NEGERI 16 KOTA BEKASI

dokumen-dokumen yang mirip
melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan

BAB II KAJIAN TEORI. diantaranya dalam kamus olahraga, menurut Syarifudin (1985: 62) lompat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH.

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

PENGARUH PERMAINAN FUTSAL TERHADAP MOTOR ABILITY SISWA DI SDIT BANI SALEH 6 KOTA BEKASI. Oleh : Memet Muhamad, Drs., MPd.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memberikan keuntungan dalam jangkauan langkahnya, hal ini dikarenakan. melakukan berbagai macam gerak.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 30 METER DENGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH. Jurnal. Oleh. Meki Vahlevi

PENGARUH PERMAINAN LOMPAT KELINCI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK. Bujang 1 dan Cahyani 2 ABSTRAK

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : MINARDI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh

terbentuknya perkumpulan-perkumpulan PENDAHULUAN bola atletik dari usia pemula/ dini sampai Atletik merupakan induk dari

BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN PRESTASI LEMPAR CAKRAM SISWA KELAS XI SMA PGRI PURI KABUPATEN MOJOKERTO SKRIPSI

SKRIPSI. Disusun Oleh : NUR AMINSYAH RAMADHAN NPM:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian

MENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH PADA ANAK SD MELALUI ELEVATION BOARD (PAPAN ELEVASI)

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh: OKTAFIAN NPM

HUBUNGAN KECEPATAN LARI 60 METER DENGAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA PUTRA KELAS XI JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 2 SMAN 11 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN DAN DAYA LEDAK OTOT KAKI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA HANG SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 4 PAMEKASAN SKRIPSI

PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP JAUH LOMPATAN PADA OLAHRAGA ATLETIK NOMOR LOMPAT JAUH SISWA KELAS X SMK PGRI WLINGI KAB.

HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI, KELENTUKAN PUNGGUNG, DAN MOTIVASI BELAJAR PADA KEMAMPUAN LOMPAT TINGGI GAYA FLOP

KAJIAN PUSTAKA. pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2)

HUBUNGAN ANTARA POWER TUNGKAI BAWAH DENGAN LOMPAT TINGGI GAYA GULING PERUT PADA SISWA KELAS VIII SMPN 2 DLANGGU KABUPATEN MOJOKERTO SKRIPSI

HUBUNGAN KECEPATAN LARI 50 METER DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH PADA MAHASISWA PENJASKESREK ANGKATAN 2015 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Proses latihan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA MENGGANTUNG PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN 2016

HUBUNGAN MOTIVASI, KECEPATAN LARI DAN PANJANG TUNGKAI DENGAN HASIL LOMPAT JAUH. Ibnu Abbas*)

ARTIKEL SKRIPSI ALVIAN RIZKI ANGGRIAWAN NPM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

I. PENDAHULUAN. dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN DAN DAYA LEDAK OTOT KAKI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA HANG SISWA KELAS VIII MTS PANCASILA GONDANG MOJOKERTO SKRIPSI

KONTRIBUSI KECEPATAN KEKUATAN TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK JURNAL. Oleh ANGGUN WAHYUNI SARI DEWI

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik jasmani maupun rohani dan merupakan dasar pembentukan

SKRIPSI. Universitas Nusantara PGRI Kediri. Oleh : ZULFAN CHOLID SULAIMAN NPM

HUBUNGAN LARI 60 METER DENGAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 KEDUNGWUNI TAHUN PELAJARAN 2008/2009

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ayunan. Terdapat berbagai macam lari, misalnya: sprint (lari cepat), lari

gawang agar terhindar dari PENDAHULUAN kemasukan bola. Oleh karena itu teknik Permainan Bola Tangan di Indonesia pada masa sekarang ini belum

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 4 KEDIRI TAHUN 2015 S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar

tanpa memiliki dasar-dasar atletisme yang kuat. Cabang olahrag atletik meliputi lari, lompat, lempar dan jalan. LATAR BELAKANG

pada siswa Siswa Putra Kelas XI MAN 3 Kediri Tahun 2016)

2015 PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI DAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Penjaskesrek. Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlombakan baik di tingkat regional maupun nasional, karena atletik

THE CORRELATION BETWEEM THE POWER OF THE LEG MUSCLE AND 100-METER SPRINT FOR THE TENTH GRADE STUDENTS OF SENIOR HIGH SCHOOL 9 PEKANBARU

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN LARI 50 METER DAN LATIHAN LOMPAT GELANG TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP N 30 MUARO JAMBI

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN DAN DAYA LEDAK OTOT KAKI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA HANG PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN 2015 SKRIPSI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH MELALUI LATIHAN BARRIER HOPS (LOMPAT RINTANGAN) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I MOJOROTO TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGARUH LATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP HASIL LARI SPRINT 50 METER PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN DAN PANJANG TUNGKAI DENGAN PRESTASI LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK BAGI SISWA PUTRA SMP PGRI 1 KEDIRI TAHUN 2016 S K R I P S I

JURNAL OLEH: CANDRA TRI KUSTYAWAN NPM : Dibimbing oleh: 1. Drs. Sugito, M.Pd. 2. Wasis Himawanto, M.Or.

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

Competitor, Nomor 1 Tahun 4, Pebruari 2012

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN DAN DAYA LEDAK OTOT KAKI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA HANG PADA SISWA PUTRA SMP NEGERI 1 PAPAR KABUPATEN KEDIRI

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DENGAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SDN 001 AIRTIRIS KECAMATAN KAMPAR JURNAL

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

PENGARUH LONCAT KATAK DAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH. Jurnal. Oleh JODIEKA PERMADI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan. yaitu Athlon atau athlum yang berarti lomba atau

III. METODE PENELITIAN. digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode penelitian

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan(S.Pd.) Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan Dan Rekreasi

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : AFIF PRIYATNO ILHAMI NPM

HUBUNGAN KEKUATAN TUNGKAI, PANJANG TUNGKAI KEKUATAN OTOT PERUT, DAN KECEPATAN TERHADAP LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK. (Jurnal) Oleh DICKY TAMARA RIZALDI

SKRIPSI. Oleh : TRIANATA WAHYU SETYAWIDI NPM :

SKRIPSI. oleh : FEBRIAN RIZKI SUSANDI NIM :

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PJKR OLEH:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan tempat dalam penelitian akan dilaksanakan pada : Jl. Raya Lembang No. 357 Kab. Bandung Barat.

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam cabang olahraga atletik, nomor lompat merupakan nomor lomba

III. METODOLOGI PENELITIAN. masalah. Tujuannya untuk menemukan jawaban terhadap persoalan yanag signifikan,

BAB I PENDAHULUAN. Melalui olahraga akan dapat ditingkatkan kekuatan keterampilan kerja, kesegaran jasmani

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Penjaskesrek. Oleh:

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN SPEED PLAY TERHADAP HASIL LARI SPRINT 60 METER PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 14 TEBO PROPINSI JAMBI

HUBUNGAN HASIL LARI 40 YARD DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH SISWA KELAS VIII SMPN 2 KECAMATAN SENTAJO RAYA JURNAL. Oleh DISLAGANA FARCE

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Penjaskesrek.

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

JURNAL HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK TUNGKAI BAWAH DAN KELINCAHAN DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS IX SMP NEGERI 6 KEDIRI 2016/2017

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT KAKI DAN LARI SPRINT 30 METER TERHADAP PRESTASI LOMPAT JAUH GAYA JALAN DI UDARA PADA SISWA SMPN 1 PAPAR TAHUN 2015

SKRIPSI. Disusun Oleh : SULASTRI NPM:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pliometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang sudah tidak asing lagi bagi dunia olahraga.

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 50 METER, TERHADAP PRESTASI LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP PGRI BANGSAL KABUPATEN MOJOKERTO

HUBUNGAN EKSPLOSIVE POWER TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA KELAS X TKJ I SMK NEGERI 7 KOTA PEKANBARU

PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI STRATEGI MODIFIKASI

untuk mempelajari dan menyem-purnakan PENDAHULUAN teknik dan taktik. Sehingga koordinasi mata A. Latar Belakang Masalah Perkembangan cabang olahraga

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI, DAYA LEDAK TUNGKAI, DAN KESEIMBANGAN DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH MURID SD INPRES NO. 132 BUTTALE LENG KABUPATEN JENEPONTO

PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP AKURASI JUMP SERVIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI. Loan Subarno*) ABSTRAK

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 100 METER DENGAN HASIL LOMPATAN PADA LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SMP NEGERI 16 KOTA BEKASI Oleh : Memet Muhamad, Drs., MPd. *) ABSTRAK Penelitian yang penulis lakukan berawal dari pemikiran penulis terhadap olahraga atletiki khususnya pada nomor lompat jauh. Dalam proses pelatihan khususnya pada cabang olahraga atletik sudah tentu memiliki sasaran serta tujuan yang akan diambil. Masalah penelitian yang penulis ajukan adalah apakah kecepatan lari 100 meter memiliki hubungan yang signifikan terhadap hasil lompatan pada lompat jauh gaya jongkok. Tujuan dari penelitian yang penulis ajukan adalah ingin mengetahui signifikansi hubungan antara kecepatan lari 100 meter dengan hasil lompatan pada lompat jauh. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripif, instrumen penelitian atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kecepatan lari 100 meter dan tes hasil lompat jauh gaya jongkok. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : kecepatan lari 100 meter memiliki hubungan yang signifikan dengan hasil lompatan pada lompat jauh gaya jongkok dengan hasi nilai t hitung 6,181 dan nilai t table sebesar 2,201. Key Words : Lompat jauh, Kecepatan lari, Hasil lompatan A. PENDAHULUAN Dari seluruh cabang olahraga yang ada, salah satunya adalah cabang olahraga atletik. Cabang olahraga atletik terdiri dari beberapa nomor. Nomor-nomor yang ada dalam cabang olahraga atletik meliputi jalan, lari, lompat dan lempar. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor lompat yang dilombakan dalam cabang olahraga atletik. Dalam lompat jauh gaya jongkok banyak menggunakan daya fisik, tetapi tidak lepas dari faktor-faktor teknik, karena teknik yang baik akan menunjang efisiensi dalam penggunaan daya sehingga akan meningkatkan keefektifan didalam gerakan untuk menunjang prestasi. Soedarminto (1991 : 49) mengemukakan pendapatnya tentang lompat jauh gaya jongkok bahwa: : Unsur utamanya adalah daya atau pengembangan daya. Daya ini dapat dikembangkan dari awalan yang cepat dan lompat ke atas yang kuat dari balok tolakan. Dengan demikian untuk mendapatkan lompatan yang optimal haruslah ditunjang fisik yang baik, khususnya kecepatan dan power (daya tolakan) dari tungkai yang kuat. Selain itu tentunya harus ditunjang ketrampilan teknik gerakan yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Riyadi (1985 : 95) bahwa: Unsur-unsur yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan lompat jauh gaya jongkok

pada`dasarnya sama dengan unsur-unsur yang terdapat pada nomor lompat yang lain, meliputi; daya ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelenturan, koordinasi, keseimbangan, dan lain-lain. Jadi untuk dapat mencapai dan meningkatkan prestasi lompat jauh gaya jongkok harus dikembangkan unsur fisik, terutama kecepatan dan power untuk melakukan tolakan. Disamping itu harus memperhatikan ketrampilan teknik yang ada didalam lpmpat jauh. Kecepatan lari, terutama lari 100 meter, sangat mendukung sekali dalam keberhasilan prestasi lompat jauh. Hal ini sudah terbukti oleh atlit dunia, yaitu seorang pelari cepat (Jessie Owen dan Carl Lewis) yang merupakan atlit nomor lari cepat 100 meter yang juga menjuarai nomor lompat jauh. Dengan demikian dapat diketahui bahwa faktor kecepatan lari 100 meter sangat mendukung hasil lompatan dalam lompat jauh. Didalam lompat jauh gaya jongkok ada 4 gerakan yang harus dikuasai. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Riyadi (1985 : 95) yaitu : Cara melakukan awalan, tumpuan, melayang di udara dan cara melakukan pendaratan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa disamping faktorfaktor kondisi fisik yang harus dimiliki seorang pelompat jauh, factor teknik juga harus diperhatikan karena factor tersebut saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Dari beberapa teknik yang mendasar tersebut, teknik melakukan lari awalan turut menentukan hasil lompatan. Karena dalam lompat jauh gaya jongkok faktor kecepatan awalan dan ketepatan dalam menempatkan pada posisi tumpuan yang dilanjutkan dengan tolakan merupakan satu gerakan yang berkelanjutan. Didalam perlombaan atau melakukan lompat jauh gaya jongkok selalu dilakukan dengan awalan. Sebab lompatan tanpa awalan tidak akan mendapatkan hasil sejauh lompatan dengan awalan. Dalam lompat jauh, jarak awalan sangat penting sekali bagi seorang atlet. Dalam melakukan lari awalan harus dengan kecepatan baik, seorang pelompat jauh gaya jongkok untuk memperoleh kecepatan yang optimal biasanya pada jarak antara 20 meter sampai 50 meter setelah start. Dengan awalan lari yang cepat akan dapat membantu jauhnya hasil lompatan yang maksimal. Seberapa jauh jarak awalan yang akan diambil, merupakan salah satu penentu jauhnya lompatan. Namun demikian setiap atlet mempunyai jarak awalan yang tidak sama. Dalam peraturan lompat jauh seperti yang dikemukakan oleh Ballesteros (1979 : 53) bahwa: Panjang lintasan antara 30 m 40 m berdasarkan pendapat tersebut dengan awalan 40 m diharapka pelompat mampu mencapai

mencapai kecepatana yang maksimal agar dapat membantu prestasi jauhnya lompatan, seperti yang dikemukakan oleh Gunter Bernhard (1986 45) bahwa; Unsurunsur dasar bagi suatu prestasi pada lompat jauh dan pembangunnya; faktorfaktor konsidisi terutama kecepatan, tenaga loncat dan tujuan yang diarahkan kepada ketrampilan. Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa factor kecepatan lari terutama lari 100 meter akan sangat mendukung, karena seorang pelari dituntut dapat berlari dengan kecepatan yang maksimal dengan menempuh jarak 100 meter. Apabila diperhatikan jarak awalan dalam lompat jauh yang hanya terbatas pada jarak maksimal 40-45 meter, ini akan jelas lebih mudah kaena jaraknya yang lebih pendek, seorang pelompat jauh akan dapat melakukan lari dengan kecepatan yang maksimal. B. PEMBATASAN PENELITIAN Sebagaimana pada susunan identifikasi masalah yang telah dibentuk dalam penelitian, maka penelitian ini hanya membatasi pada beberapa permasalahan saja. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi perluasan makna dalam penelitian, sehingga sasaran serta tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian tidak tercapai. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini hanya terbatas pada 1. Ruang lingkup penelitian ini hanya pada keterkaitan atau hubungan antara kecepatan lari 100 meter dengan hasil lompatan pada lompat jauh gaya jongkok. 2. Penelitian ini hanya dilakukan dengan mengambil populasi serta sampel penelitian yaitu siswa SMP Negeri 16 Kota Bekasi yang berjumlah 40 orang 3. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif, dilakukan dalam waktu ± 1 (satu) bulan mulai dari tanggal 5 Juni sampai dengan 5 Juli 2009. 4. Penelitian ini menggunakan alat ukur di antaranya tes kecepatan lari 100 meter dan tes hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok. C. TUJUAN PENELITIAN Dalam penelitian ini, sesuai dengan permasalahan yang telah tersusun, maka penulis memiliki beberapa tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui berapa besar hubungan antara kecepatan lari 100 meter dengan hasil lompatan pada lompat jauh gaya jongkok siswa SMP Negeri 16 Kota Bekasi. 2. Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara kecepatan lari 100 meter dengan hasil lompatan pada

lompat jauh gaya jongkok siswa SMP Negeri 16 Kota Bekasi. D. KEGUNAAN PENELITIAN Adapun hasil dari penelitian ini, dalam pengembangannya dapat pula digunakan sebagai : 1. Secara teoritis dapat dijadikan sebagai informasi serta masukan keilmuan bagi segenaf insan olahraga khususnya untuk para Pembina dan pelatih cabang olahraga atletik. 2. Secara praktis dapat dijadikan acuan bagi pihak yang berkepentingan, terutama pada para pelatih bahwa saat melakukan latihan kajian secara mekanika olahraga perlu diterapkan sehingga dapat menghasilkan pengembangan teknik yang lebih baik lagi. E. TINJAUAN TEORITIS 1. Pengertian Lompat Jauh Olahraga atletik terdapat beberapa nomor perlombaan. Nomor-nomor perlombaan itu menurut Soegito (1989 : 5) adalah : Nomor jalan/lari, nomor lompat, nomor lempar. Lompat jauh adalah merupakan salah satu nomor lompat dalam olahraga atletik. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Riyadi (1985 : 2) yang menyatakan : nomor lompat terbagi menjadi beberapa nomor lomba, yaitu : lompat tinggi, lompat jauh, lompat jangkit, dan lompat tinggi galah. Pengertian atau definisi dari lompat jauh menurut Adisasmita (1992 : 112) adalah sebagai berikut: Salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik. Dalam perlombaan lompat jauh, seorang pelompat akan berusaha ke depan dengan bertumpu pada balok tumpuan sekuat-kuatnya untuk mendarat di ak lompat sejauh-jauhnya. Dari pengertian yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat sejauh-jauhnya yang didahului dengan lari awalan dengan jarak tertentu kemudian dilanjutkan dengan gerakan menolak satu kaki yang terkuat pada papan tumpuan, kemudian melayang di udara dan mendarat padabak lompat. Gerakan-gerakan tersebut merupakan suatu rangkaian gerakan yang tidak terputus-putus atau atau dalam pelaksanaannya merupakan gerakan berkelanjutan. 2. Teknik dalam Lompatan Jauh Teknik dalam lompat jauh ada beberapa macam yang harus dikuasai oleh seorang pelompat jauh, hal ini seperti yang dikemukakan oleh Riyadi (1985 : 95) sebagai berikut : Tinjauan secara teknis pada lompat jauh meliputi 4 masalah, yaitu; cara melakukan awalan, tumpuan, melayang di udara dan mendarat. Dalam

pelaksanaannya teknik-teknik tersebut tidak dapat dipisah-pisah. 1. Awalan Awalan atau ancang-ancang merupakan kunci utama untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan lompatan, karena dua pertiga dari prestasi lompat jauh ditentukan oleh awalan atau ancang-ancang. Awalan merupakan gerakan permulaan dalam bentuk lari untuk mendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan lompatan. Awalah juga sebagai kunci pertama untuk mendapatkan kecepatan pada waktu akan melompat, sebab pengambilan awalan yang benar akan mempengaruhi hasil lompatan dalam lompat jauh Memperhatikan masalah awalan dalam lompat jauh, maka tidak terlepas dari kecepatan lari seorang pelompat jauh. Kecepatan lari pada seorang pelompat jauh merupakan salah satu kunci keberhasilan untuk mencapai lonpatan yang sejauhjauhnya. Untuk itu perlu pula dikemukakan mengenai pengertian dari kecepatan itu sendiri. Kecepatan merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang sangat berpengaruh terhadap penampilan atlet. Kecepatan merupakan unsur pembentuk power. Kecepatan sangat diperlukan dalam berbagai cabang olahraga, misalnya lari saat awalan dalam lompat jauh. Menurut Sajoto (1995 : 8) Kecepatan atau speed adalah kemampuan seseorang untuk membentuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya. Namun demikian tidak semua orang memiliki kecepatan yang sama dan banyak factor yang mempengaruhi kecepatan bergerak seperti; kekuatan otot, daya ledak fleksibilitas dan sebagainya. Faktor-faktor yang menentukan baik tidaknya kecepatan seorang atlet, Sudjarwo (1991 : 29) menyatakan sebagai berikut: a. Macam fibril otot (pembawaan) b. Pengaturan system yang baik berarti koordinasinya yang baik untuk menghasilkan kecepatan yang baik c. Kekuatan otot merupakan factor yang menentukan kecepatan. d. Elastisitas otot, makin baik akan menyebabkan kontraksi otot yang baik, yang berarti kecepatan atlet tersebut baik e. Sifat rileks dari otot, baik pengaruhnya terhadap kecepatan maupun penguasaan teknik. Usaha untuk meningkatkan factor kecepatan memang memerlukan spesifik tersendiri. Untuk itu perlu diketahui adanya berbagai tingkatan yang mendukung terjadinya proses kecepatan. Untuk meningkatkan kecepatan memang memerlukan latihan tersendiri, maka perlu diketahui adanya cirri-ciri umum peningkatan kecepatan. Menurut Suharno (1978 : 27) ciri-ciri tersebut adalah: harus ada bentuk

latihan cylic dan acylic, selalu mengejar waktu yang paling pendek (cepat), pengukuran waktu mulai dari perangsangan (stimulus) dan jawaban (respons) dari coach. Berdasarkan penjelasan diatas, jelaslah bahwa kecepatan lari dalam lompat jauh sangat diperlukan dalam melakukan awalan. 2. Tolakan Tumpuan atau tolakan merupakan bagian yang penting dalam lompat jauh. Tolakan itu sendiri merupakan perpindahan yang cepat antara lain awalan dan melayang. Beberapa langkah sebelum menumpu, pelompat harus sudah siap bertumpu untuk melakukan tolakan. Seluruh tenaga dan fikirannya harus ditujukan pada ketepatan bertumpu. Tolakan dilakukan dengan menggunakan kaki yang terkuat untuk mendapatkan lompatan jauh. Adapun teknik dalam melakukan tolakan menurut Jarver (1982 : 35) adalah sebagai berikut: a. Perubahan dari kecepatan horizontal menjadi gerakan bersudut didapatkan dengan cara memberikan tenaga maksimum pada kaki yang akan take off. b. Pusat dari gaya berat si pelompat, harus langsung jatuh diatas papa begitu juga kaki yang akan take off menyentuhnya. Dan sekali lagi pada saat kaki terlepas dari board tadi. c. Kaki yang akan take off diletakkan tepat diatas papan dengan lutut yang sedikit ditekuk untuk mendapatkan kekuatan. d. Gerakan ke depan dan ke atas dilakukan dengan sekuat tenaga, dibantu oleh lutut dari kaki yang memimpin dan tangan yang berlawanan dengan kaki yang digunakan untuk take off. Tujuannya adalah untuk memperkuat daya lompat. e. Paling baik kalai sudut take off berkisar dibawah 30 derajat, tergantung pada kemampuan si pelompat mengkombinasikan kecepatan horizontal dan gerakan membuat sudut tadi. Pada saat tolakan pelompat berpindah keadaan dari lari ke melayang, agar dapat melayang lebih jauh, selain dari kecepatan lari lawan, dibutuhkan tambahan tenaga dari kekuatan kaki tumpu, yaitu daya lompat dari tungkai dan kaki yang disertai ayunan lengan dan tungkai ayun. 3. Melayang di Udara Melayang di udara merupakan gerakan dimana pelompat melakukan salah satu gaya didalam lompat jauh karena semua gaya yang terdapat dalam lompat jauh dilakukan pada waktu pelompat melayang di udara. Setelah pelompat menumpu pada balok tumpuan, maka pelompat akan melayang di

udara. Naiknya badan setelah tumpuan itu (melayang) adalah salah satu dari factorfaktor yang sering diabaikan oleh banyak pelompat. Setelah menumpu dengan kaki, pelompat sering tidak memberi waktu lagi untuk memperoleh ketinggina. Biasanya, tungkai tumpunya dengan tergesa-gesa digerakkan untuk mempersiapkan pendaratan dengan tidak meluruskan kaki tumpu selurus-lurusnya. Teknik melayang di udara ini, Jarver (1982 : 38) menjelaskan sebagai berikut: a. Sekali pelompat melepaskan kakinya dari tanah, pusat dari gaya beratnya agak bergerak dalam arah parabola b. Tidak adanya suatu apapun juga yang dapat mempengaruhi dan merubah kecepatan atau arah gerakan dari pusat gaya berat tubuh si pelompat tadi. Tetapi dia dapat mengatur tungkainya sedemikian rupa sehingga dapat menghindarkan terjadinya rotasi. c. Gerakan dari tungkai ini terutama ditujukan untuk mendapatkan posisi mendarat yang efisien. d. Ada tiga teknik pilihan dalam melayang ini yaitu : teknik the sail, the hang dan the hitch kick Perlu untuk diketahui bahwa gaya dan gerakan yang dilakukan di udara bukan untuk menambah jauhnya lompatan, akan tetapi hanya untuk menjaga keseimbangan tubuh dan mempertahankan pada saat pelompat melayang di udara selama mungkin. 4. Mendarat Mendarat merupakan teknik gerakan yang terakhir dari lompat jauh yang dilakukan seorang pelompat jauh. Didalam lompat jauh, pengukuran dilakukan pada bekas jatuhnya salah satu bagian tubuh diatas pasir yang berdekatan dengan balok tumpuan atau tolakan. Oleh karena itu, ketika mendarat, pelompat harus berusaha menjulurkan kedua tangannya sejauhjauhnya ke depan dengan tidak kehilangan keseimbangan badannya. Pada saat itu biasanya akan timbul perasaan badan akan jatuh ke belakanbg. Untuk mencegahnya, titik berat badan harus dibawa ke muka dengan jalan membungkukkan badan, hingga badan dan lutut hampir merapat. Pada waktu mendarat, lutut dibengkokkan sehingga memungkinkan suatu momentum membawa badan ke depan diatas kaki. Mendarat dilakukan dengan tumit lebih dahulu mengenai tanah. Menurut Kosasih (1085 : 32) teknik mendarat yang baik yaitu: Mendarat yang baik adalah ketika mendarat atau jatuhnya dengan kedua kaki dan tangan ke depan. Jadi sikap yang benar sewaktu mendarat yaitu jangan sampai jatuhnya badan atau tangan ke belakang, karena tindakan seperti itu dapat mengurangi jarak hasil lompatan yang telah dicapai.

Pelaksanaan teknik gerakan mendarat menurut Jess Jerver (1982 : 39) adalah sebagai berikut: a. Posisi landing yang terbaik hendaknya merupakan lanjutan dari pola melayang. Pusat gaya berat harus terletak sejauh mungkin yaitu pada jarak horizontal terbesar antara tumit dan pusat gaya berat tubuh. b. Tubuh bagian atas harus setegak mungkin dengan tungkai terlunjur lurus ke depan. c. Tangan yang terletak di belakang tubuh sebelum landing, harus segera dilempar ke muka, begitu kaki menyentuh pasir. d. Gerakan segera dari tangan membantu tubuh bertumpu di atas kaki. e. Posisi landing yang efisien tergantung pada teknik yang digunakan sewaktu melayang, yaitu dalam mengurangi atau memperlambat munculnya rotasi sewaktu take off. 3. Gaya Jongkok Dalam Lompat Jauh Gaya jongkok dikenal juga dengan sebutan gaya duduk di udara. Didalam gaya ini pada saat melayang di udara seorang pelompat melakukan seolah-olah membentuk sikap berjongkok di udara. Untuk gaya jongkok pelaksanaannya seperti dikemukakan oleh Riyadi (1985 : 98) adalah sebagai berikut: Setelah kaki tumpuan menolak, maka kaki ayun (terutama bagian paha) diangkat cepat tinggi ke depan. Setelah kaki tumpuan lepasdari tanah (balok tumpuan segera diayunkan ke depan sehingga sejajar dengan kaki ayun. Pada saat mencapai titik ketinggiansikap badan dan kaki seperti duduk/berjongkok di udara. Selanjutnya ke depan kedua lengan juga dijulurkan ke depan dan badan condong ke depan. Perlu diingat bahwa pada saat badan bergerak/meluncur turun tidak perlu membungkuk berlebihan. Tetapi yang lebih penting adalah meluruskan kedua kaki jauhjauh ke depan. 4. Kecepatan Lari 100 Meter Pengertian dari kecepatan menurut Sajoto (1995 : 8) adalah; Kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya. Dan untuk pengertian yang lain menurut Suharno (1978 : 26) adalah; Kemampuan organisme atlet dalam melakukan gerakan-gerakan dengan waktu yang sesingkat-singkatnya untuk mencapai hasil sebaik-baiknya. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kecepatan adalah kemampuan dari organisme dalam melakukan suatu gerakan yang dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dan yang dimaksud

dengan kecepatan lari 100 meter dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang dalam melakukan gerak lari menempuh jarak 100 meter dengan waktu sesingkatsingkatnya. Kecepatan dapat pula berupa memindahkan posisi tubuh dari posisi satu ke posisi yang lain dalam waktu secepatnya. Kualitas kecepatan akan dapat membantu seseorang bergerak atau melakukan gerakan-gerakan yang sama atau tidak sama secepat mungkin dalam waktu yang singkat. Kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, akan tetapi dapat pula terbatas pada anggota tubuh dalam waktu yang sesingkatsingkatnya. Dalam lari sprint, kecepatan larinya ditentukan oleh gerakan berturut-turut dari kaki yang dilakukan secara cepat. Kecepatan seseorang tergantung pula dari beberapa faktor nyang mempengaruhinya, seperti yang dikemukakan oleh Suharno (1978 : 26) sebagai berikut: Faktor-faktor penentu secara umum Macam fibril otot yang dibawa sejak lahir (pembawaan), fibril berwarna putih (phasic) baik untuk gerak kecepatan Pengaturan nervous system Kekuatan otot Kemampuan elastisitet dan relaxasii suatu otot Kemampuan dan disiplin individu atlet Disamping faktor-faktor secara umum tersebut, Suharno (1978 : 26) mengemukakan pula faktor-faktor penentu yang bersifat khusus seperti kecepatan sprint, yaitu: Tergantung kekuatan otot yang bekerja Panjang tungkai atas Frekuensi gerakan Ternik lari yang sempurna Memperhatikan pendapat tersebut, jelas bahwa yang mempengaruhi kecepatan lari 100 meter terdiri dari kekuatan otot, panjang tungkai, frekuensi dan teknik yang benar dari gerakan lari tersebut. 5. Hubungan Kecepatan Lari dengan Hasil Lompatan Dalam banyak cabang olahraga kecepatan merupakan komponen fisik yang mendasar. Kecepatan menjadi faktor penentu di dalam cabang-cabang olahraga seperti nomor sprint, dan pada nomor lompat jauh. Dalam lompat jauh telah dijelaskan diatas, terdiri dari teknik awalan, tumpuan, atau tolakan, melayang dan mendarat. Dari keempat teknik tersebut dapat diketahui bahwa hasil lompat itu dipengaruhi oleh kecepatan lari awalan, kekuatan kaki tumpu dan koordinasi waktu melayang dan mendarat.

Dari keempat teknik tersebut, unsur kecepatan lari awalan memegang peranan yang sangat penting, hal ini sesuai dengan pendapat dari Bernhard (1986 : 46) bahwa : Sebagai salah satu syarat terpenting bagi prestasi loncat jauh yang baik adalah suatu perkembangan yang baik dari suatu kecepatan, tetapi tetap dalam pengawasan. Arahnya telah diubah oleh dorongan tenaga yang diarahkan keatas. Tujuan dari kecepatan lari awalan atau ancang-ancang adalah untuk mencapai kontak maksimal terhadap kecepatan gerak dan untuk menemukan posisi tumpuan yang efisien sebelum tolakan dilakukan. Ancangancang yang dimaksud adalah lari cepat denganpercepatan dalam garis lurus. Kecepatan yang diperoleh dari awalan ini disebut kecepatan horizontal, yang berguna untuk membantu kekuatan pada waktu akan melakukan tolakan ke depan atas. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Ballesteros (1979 : 54) bahwa; Kecepatan lari awalan dan besarnya sudut tolakan merupakan kompunen unsur-unsur yang menentukan pencapaian jarak lompatan. Hal ini sesuai pula dengan pendapat dari Jarver (1982 : 34) tentang tujuan dari awalan yaitu; Maksudnya berlari sebelum melompat ini adalah untuk meningkatkan percepatan horizontal secara maksimum tanpa menimbulkan hambatan sewaktu take off. Dari pendapat tersebut diatas, jelas bahwa dalam lompat jauh kecepatan lari yang maksimal akan memberikan bantuan pada seorang atlet dalam melakukan lompatan serta membantu pengeluaran tenaga yang efisien dalam perpindahan gerak dari arah horizontal ke arah vertical pada waktu menolak, sehingga tidak mengherankan jika seorang atlet lari cepat biasanya sangat baik untuk menjadi atlet lompat jauh. Dalam lompat jauh, kecepatan tertinggi awalan harus sudah mencapai tiga atau empat langkah sebelum balok tumpuan. Tiga atau empat langkah terakhir sebelum bertumpu itu dimaksudkan untuk mengontrol saat menolak di balik tumpuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Soegito (1989 : 36) bahwa: Kecepatan mengambil awalan untuk lompat jauh harus sama dengan lari jarak pendek. Sebab makin cepat pelompat mengambil awalan, pelompat akan mendapatkan dorongan kedepan yang lebih banyak saat melayang di udara. Pada jarak tiga atau empat langkah sebelum sampai balok tumpuan, dengan tanpa mengurangi kecepatan harus dapat berkonsentrasi untuk melakukan tumpuan dengan kuat. Pada nomor lompat jauh yang sangat penting adalah koordinasi gerakan antara gerak lari awalan dengan sikap atau posisi tumpuan dan tolakan. Gerakan ini harus

dalam bentuk garis lurus sampai tolakan dilakukan. Awalan dalam lompat jauh merupakan faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, dalam melakukan awalan memerlukan jarak tertentu dimana seorang pelompat jauh dapat memperoleh kecepatan yang maksimal. Untuk memperoleh kecepatan yang maksimal seorang pelari biasanya akan tercapai setelah 20 sampai 50 meter dari start atau permulaan berlari, hal ini seperti yang dikemukakan oleh Jonath (1988 : 59) bahwa: kecepatan lari akan mencapai puncak kurang lebih pada jarak 20, 30, 40 sampai 50 meter saja setelah lepas dari start. Dengan mempertimbangkan pendapat tersebut kecepatan lari 100 meter dapat mendukung seorang pelompat jauh agar dapat mencapai hasil lompatan yang sejauhjauhnya. F. METODE PENELITIAN Sehubungan dengan masalah yang penulis ungkapkan dalam penelitian ini, yaitu hubungan antara kecepatan lari 100 meter dengan hasil lompatan pada lompat jauh gaya jongkok, maka penulis harus menentukan suatu metode yang tepat untuk membantu kelancaran dalam pelaksanaan penelitian ini, sehingga jawaban atau sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat tercapai serta dapat diketahui oleh penulis dengan hasil yang signifikan berdasarkan realibilitas serta kevalidan hasil akhir. Adapun metode penelitian yang penulis tentukan adalah metode penelitian deskriptif. Metode pada dasarnya adalah suatu cara melakukan sesuatu. Menurut Surakhmad (1986 : 76) yaitu: Metode adalah suatu prosedur atau cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik korelasi. Sesuai dengan judul yang dikemukakan, maka variabel-variabel dalam penelitian ini adalah kecepatan lari 100 meter sebagai variabel bebas serta prestasi lompat jauh gaya jongkok sebagai variabel terikat. G. POPULASI DAN SAMPEL Menurut Arikunto (1990 : 102) bahwa : Populasi adalah keseluruhan suyek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa SMP Negeri 16 Kota Bekasi yang berjumlah 160 siswa. Menurut Hadi (1989 : 221) sample adalah; Sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Sedangkan menurut Surakhmad (1982 : 93) sample adalah : Penarikan dari sebagian populasikeseluruhan untuk mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan sample yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik proporsional rondom sampling asrtinya dalam pengambilan sample memperhatikan besar kecilnya perbandingan antara bagian-bagian yang ada didalam suatu populasi. Arikunto (1990 : 107) mengemukakan bahwa : Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila obyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya apabila jumlah subyeknya besar dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Adapun pengambilan sample dengan cara random samping atau undian yaitu dari sejumlah 160 siswa dibuat daftar namanya kemudian dilakukan undian dan nama yang tertunjuk masuk kedalam anggota sample sehingga diperoleh 40 siswa. H. ALAT PENGUMPUL DATA Untuk menghasilkan data dalam penelitian ini, dapat digunakan alat pengumpul data atau yang disebut instrumen penelitian. Data tersebut didapat dari hasil pengukuran dan pengetesan melalui alat pengumpulan data. Adapun beberapa alat pengumpul data/ instrumen penelitian ini di antaranya : 1. Untuk mengukur kecepatan lari 100 meter dengan menggunakan tes lari jarak 100 meter. 2. Untuk mengukur hasil lompatan pada lompat jauh gaya jongkok dengan menggunakan tes prestasi lompat jauh. I. HASIL PENGOLAHAN DATA Setelah dilakukan penghitungan dan pengukuran data dari beberapa variable tersebut di atas, maka di dapat nilai yang menunjukan nilai rata-rata dan simpangan baku untuk setiap variabel. Adapun hasil analisis datanya untuk setiap variabel dapat dilihat dalam tabel berikut ini Tabel 1. Nilai Rata-rata Simpangan Baku Variabel N Mean S Kecepatan lari 100 m 40 14,00 0,62 Lompat Jauh gaya Jongkok 40 4,44 0,30 Dari rangkuman hasil tes diatas, dapat diketahui bahwa jumlah sampel 40, untuk variabel kecepatan lari 100 meter nilai terendah 15,06 dan nilai tertinggi 12,94. Rata-rata sebesar 14,00 dan simpangan baku sebesar 0,62, sedangkan untuk variabel hasil lompatan lompat jauh gaya jongkok nilai terendah 3,70 dan nilai tertinggi 4,95. rata-rata sebesar 4,44 dan simpangan baku sebesar 0,30.

Tabel 2. Uji Normalitas Data Variabel Lo Lt 5% Hasil Kecepatan Lari 100 m 0,1248 0,1402 Normal Lompat Jauh gaya Jongkok 0,0988 0,1403 Normal Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan uji Lilliefors, untuk tes kecepatan lari 100 meter diperoleh nilai Lo sebesar 0,1248, untuk test hasil lompatan pada lompat jauh gaya jongkok nilai Lo sebesar 0,0988 dengan dk sebesar 40 dan taraf nyata α = 0,05, nilai L dalam tabel sebesar 0,1402 berarti kedua nilai Lo lebih kecil dari L tabel, dengan data dari masingmasing variabel tersebut berdistriusi normal. Tabel 3. Hasil Korelasi Antar Variabel Variabel N Kecepatan lari 100 meter dan hasil lompatan 40 0,708 r xy Berdasarkan hasil seperti tercantum pada table 3 diatas, korelasi kecepatan lari 100 meter dengan hasil lompatan pada lompat jauh gaya jongkok diperoleh nilai koefisien sebesar 0,708. Untuk mengetahui apakah nilai koefisien tersebut berarti atau tidak, lebih lanjut diadakan pengujian signifikansi dengan uji t. Tabel 4. Hasil Uji Signifikansi Korelasi Variabel t-hitung t-tabel Hasil Kecepatan Lari 100 meter dengan hasil lompatan pada lompat jauh gaya jongkok 6,181 2,201 Berarti pengaruh yang berarti terhadap hasil Berdasarkan table diatas hasil perhitungan uji t pada uji signifikansi korelasi kecepatan lari 100 meter dengan hasil lompatan pada lompat jauh gaya jongkok diperoleh nilai t-hitung sebesar 6,181. Sedangkan nilai t dalam table pada taraf nyata 0,05 dengan dk = 38 terdapat nilai sebesar 2,201, artinya nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel. Dengan demikian kecepatan lari 100 meter mempunyai lompatan pada lompat jauh gaya jongkok. J. Diskusi Penemuan Dari hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, penulis memperoleh temuan-temuan sebagai berikut: Korelasi antara kecepatan lari 100 meter dan hasil lompatan pada lompat jauh gaya jongkok

sebesar 0,708, setelah dianalisis ternyata hubungan tersebut signifikan. Hal ini berarti kecepatan lari 100 meter mempunyai hubungan yang berarti terhadap lompatan pada lompat jauh gaya jongkok. hasil DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Yusuf., 1992. Atletik. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Dikti Arikunto, Suharsimi., 1990. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta. Rineka Cipta Ballesteros. J.M., 1979. Pedoman Latihan dasar Atletik. Alih Bahasa SDS, Jakarta. PB PASI. Bernhard Gunter., 1986. Atletik. Alih Bahasa Tim Redaksi. Dahara Prize. Semarang Djumidar., 1997. Dasar-dasar Atletik. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dikdasmen Hadi Sutrisno., 1989. Statistik 2. Yogyakarta: Andi Offset Hamidsyah Noer.A., 1989. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Universitas Sebelas Maret. Harsono., 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta. Dikti P2LPTK. James, A. Baley., 1986. Pedoman Atlet Teknik Peningkatan Ketangkasan dan Stamina. Terjemahan Tim Redaksi. Semarang. Dahara Prize Jonath U. Haag E. dan R. Krempel., 1987. Atletik I Lari Loncat. Jakarta. PT Rosda Karya Kasiyo Dwijowinoto., 1993. Metode Ilmiah Kepelatihan. Semarang. IKIP Press. Kosasih, Engkos. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan untuk SLTP. Jakarta. Erlangga Nurhasan., 1999. Statistik. Bandung FPOK IKIP Bandung Sajoto. M., 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang. Dahara Prize Soegito., 1990. Teori dan Praktek Atletik I. Surakarta. Departemen Pendidikan Kebudayaan RI. Universitas Sebelas Maret. Suharno Hp., 1978. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta. FPOK IKIP. Surakhmad, Winarno., 1986. Pengantar Ilmiah Penelitian Dasar, Metode dan Teknik. Bandung. Tarsito. *)Memet Muhamad, Drs., MPd. Dosen PJKR FKIP Unisma Bekasi

MOTION Volume I. No. 1. September 2010 65