PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 1988 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I KALIMANTAN BARAT NOMOR 06 TAHUN 1998 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

NOMOR 28 TAHUN 1985 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 1967 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 1991

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN PASIR, KERIKIL, DAN BATU DI LINGKUNGAN SUNGAI DAN PESISIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DAN ATAU HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 7 TAHUN 2015 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG IJIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DI WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN DAN REHABILITASI LAHAN KRITIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENEBANGAN POHON PADA PERKEBUNAN BESAR DI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENERTIBAN PENEBANGAN POHON DAN BAMBU DI LUAR KAWASAN HUTAN

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1998 TENTANG PENERTIBAN PENEBANGAN POHON DAN BAMBU DI LUAR KAWASAN HUTAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN RUANG MILIK JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PELARANGAN PENEBANGAN, PEREDARAN DAN PERDAGANGAN KAYU DOLKEN

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 47 TAHUN 2001

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 44 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 14 TAHUN : 2003 SERI :E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 06 TAHUN 2004

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2008 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 8 TAHUN

NOMOR : 2 TAHUN 1989 SERI : B =================================================================

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PENGATURAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN HAK/MILIK DI WILAYAH KABUPATEN PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 13 TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN KEGIATAN PEDAGANG KAKI LIMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2001 SERI D.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 21 TAHUN 2013

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. dan GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA

PERATURAN DAERAH KOTA PAGAR ALAM NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG WAJIB LAPOR LOWONGAN PEKERJAAN DAN IZIN PENEMPATAN TENAGA KERJA DI KOTA PAGAR ALAM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG KOTA BONTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN TRAYEK

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN, PENGENDALIAN LINGKUNGAN DAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PEMASUKKAN KAYU DARI LUAR DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU LINTAS KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK II SLEMAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 14 TAHUN 1997 SERI C.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah;

NGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

RUMAH SUSUN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 26 TAHUN 2009 DISUSUN OLEH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 39 TAHUN : 2000 SERI : D.29 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 1997

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

WALIKOTA BANJARMASIN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

P E R A T U R A N D A E R A H

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG PAJAK RADIO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 1988 TENTANG USAHA PENCEGAHAN DAN PEMADAMAN KEBAKARAN HUTAN DALAM PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan, ketentuan-ketentuan mengenai usaha pencegahan dan Pemadaman Kebakaran Hutan ditetapkan dengan Peraturan Daerah Tingkat I dengan memperhatikan petunjuk Menteri.. b. Bahwa kebakaran hutan akan mengakibatkan kerusakan hutan dan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. c. bahwa oleh karenanya dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan dalam Provinsi Daerah Tingkat I Lampung. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah ; 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Provinsi DaerahTingkat I Lampung; 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan; 4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1957 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1970 tentang Penyerahan Tugas dilapangan Bimbingan dan Perbaikan Sosial kepada Daerah Tingkat I ; 6. Peraturan Pemerintah nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan; 7. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 195/Kepts/II/1986 tanggal 16 Juli 1986 tentang Petunjuk usaha pencegahan dan Pemadaman Kebakaran Hutan; 8. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Lampung Nomor 8 Tahun 1979 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kehutanan Provinsi Daerah Tingkat I Lampung; 9. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Lampung Nomor 11 Tahun 1986 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungan Provinsi Daerah Tingkat I Lampung. Dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Lampaung.

MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG TENTANG USAHA PENCEGAHAN DAN PEMADAMAN KEBAKARAN HUTAN DALAM PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: a. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Lampung; b. Gubernur Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung; c. Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah ialah Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II se Provinsi Daerah Tingkat I Lampung. d. Dinas Kehutanan adalah Dinas Kehutanan Provinsi Daerah Tingkat I; e. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Daerah Tingkat I Lampung; f. Kepala Cabang Dinas/Kesatuan Pemangkuan Hutan adalah Kepala Cabang Dins /Kesatuan Pemangkuan Hutan Provinsi Daerah Tingkat I Lampung; g. Kepala Dinas Kesatuan Pemangkuan Hutan adalah Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Provinsi Daerah Tingkat I Lampung merupakan unit pelaksana Kepala CabangDinas/Kesatuan Pemangkuan Hutan; h. Kepala Resort Pemangkuan Hutan adalah Kepala Resort Pemangkuan Hutan Provinsi Daerah Tingkat I Lampung, merupakan perangkat Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan dilapangan. i. Hutan adalah suatu lapangan yang bertumbuhan pohon-pohon yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya yang ditetapkan oleh Pemerintah sebagai hutan; j. Kehutanan adalah kegiatan-kegiatan yang bersangkut paut dengan hutan dan pengurusannya. k. Kawasan hutan adalah wilayah-wilayah tertentu yang oleh Menteri ditetapkan untuk dipertahankan sebagai hutan tetap. l. Hutan Negara adalah kawasan hutan dan hutan yang tumbuh diatas tanah yang tidak dibebani hak milik; m. Hutan lainnya adalah hutan yang ada diluar kawasan hutan dan bukan hutan cadangan; n. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang karena keadaan sifat dalamnya diperuntukkan guna mengatur tata air, pencegahan bencana banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah; o. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang dipergunakan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk pembangunan industri dan eksport; p. Hutan suaka alam adalah kawasan hutan yang karena sifatnya khas diperuntukkan secara khusus untuk perlindungan alam hayati dan atau manfaat-manfaat lainnya seperti:

a. Cagar alam hutan suaka alam yang berhubungan dengan keadaan alamnya yang khas termasuk alam hewani dan nabati perlu dilindungi untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. b. Suaka marga Satwa adalah hutan suaka alam yang ditetapkan sebagai suatu tempat hidup marga satwa yang mempunyai nilai khas bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta merupakan kekayaan dan kebanggaan nasional q. Hutan milik adalah hutan yang tumbuh diatas tanah yang dibebani hak milik; r. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya; s. Kebakaran Hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian ekonomi dan atau nilai lingkungan; t. Pencegahan Kebakaran Hutan adalah setiap usaha yang dilakukan agar hutan terhindar dari bahaya kebakaran; u. Pemadaman Kebakaran Hutan adalah setiap usaha yang dilakukan agar hutan terhindar dari bahaya kebakaran; v. Pemadaman Kebakaran Hutan adalah Kegiatan penanggulangan kebakaran hutan sehingga kebakaran tersebut teratasi secara tuntas; w. Deteksi Kebakaran hutan adalah kegiatan untuk mengetahui sedini mungkin terjadinya kebakaran hutan, agar langkah-langkah pengendalian dapat diambil dengan tepat dan cepat, sebelum api melanda areal yang lebih luas; x. PPNS adalah Penyidik pegawai Negeri Sipil lingkup Dinas kehutanan Provinsi Daerah Tingkat I Lampung; y. Polsus Kehutanan adalah Polisi Khusus Kehutanan Lingkup Dinas Kehutanan Provinsi Daerah Tingkat I Lampung. BAB II PENCEGAHAN DAN PEMADAMAN KEBAKARAN HUTAN Pasal 2 Tujuan pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan adalah untuk menghindari kerusakan hutan dan atau hasil hutan dari segala bentuk kebakaran hutan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Pasal 3 Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud Pasal 2 diatas dilakukan kegiatan dan tindakan untuk melindungi, mencegah dan membatasi serta mengendalikan pemadaman kebakaran hutan dan atau hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatam manusia dan atau bencana alam. Pasal 4 Usaha perlindungan hutan termasuk pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan merupakan kewajiban ikut serta seluruh anggota masyarakat terutama yang berada dan atau bertempat tinggal disekitar kawasan hutan. Pasal 5 (1) Anggota Masyarakat yang bermukim disekitar dan atau yang berada didalam kawasan hutan atau yang bermata pencaharian berkaitan erat

dengan hutan diberikan pendidikan dan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran dan pengertian dalam upaya mencegah terjadinya kebakaran hutan serta membantu usaha pemadaman kebakaran hutan. (2) Anggota Masyarakat sebagaimana tersebut pada ayat (1) diatas, berkewajiban ikut serta: a. Memperhatikan, memahami dan mentaati petunjuk pengendalian kebakaran hutan yang telah diperoleh melalui pendidikan dan penyuluhan; b. Pada musim kemarau selalu siap siaga dan membantu kegiatan pencegahan bahaya kebakaran hutan, baik secara perorangan, kelompok maupun melalui lembaga swadaya masyarakat yang ada dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk dari petugas yang berwenang. c. Membantu secara aktif kegiatan pemadaman kebakaran apabila terjadi kebakaran hutan, baik secara perorangan maupun melalui lembaga swadaya masyarakat dibawah koordinasi satuan pelaksanaan pemadaman kebakaran hutan. Pasal 6 (1) Untuk mengurangi kemungkinan timbulnya kebakaran hutan, dilakukan pembuatan dan pemeliharaan sekat bakar pada saat menjelang dan musim kemarau (pembersihan jalan-jalan pemeriksaan jalan-jalan angkutan hasil hutan, kiri kanan jalan setapak dari bahan-bahan yang mudah terbakar). (2) Peningkatan kewaspadaan harus dilakuan oleh semua aparat yang terkait seluruh lapisan masyarakat dalam usaha pengendalian kebakaran hutan, yang dimulai pada permulaan musim kemarau dan berakhir pada musim penghujan. Pasal 7 (1) Untuk mengetahui sedini mungkin kebakaran hutan didirikan menara pengawas kebakaran hutan dan pos-pos jaga serta meningkatkan patroli oleh petugas kehutanan, pelaksanaan lapangan, mandor tanaman, Satpam Hak Pengusahaan Hasil Hutan, Pamong setempat serta masyarakat lainnya. (2) Pengaturan tentang tempat pendirian menara pengawas kebakaran hutan, pos-pos jaga serta pengaturan patroli oleh petugas Kehutanan diatur oleh Kepala Dinas. (3) Keikutsertaan anggota Masyarakat sekitar hutan dalam pelaksanaan Patroli, diatur oleh Bupati/Walikota Kepala Daerah Tingkat II. BAB III PENGENDALIAN PEMADAMAN KEBAKARAN HUTAN Pasal 8 (1) Dalam usaha pengendalian pemadaman kebakaran hutan dibentuk: a. Pusat pengendalian (PUSDAL) Pemadaman Kebakaran hutan Tingkat I. b. Pos Komando pelaksana (POSKOLAK) di Tingkat Cabang Dinas/Kesatuan Pemangkuan Hutan/Taman Nasional/Sub Balai Kawasan Pelestarian Alam. c. Satuan Pelaksana (SATLAK) di Tingkat bagian kesatuan pemangkuan hutan/resort pemangkuan Hutan/Rayon Kawasan Pelestarian alam.

(2) Dalam usaha pengendalian pemadaman kebakaran hutan, melibatkan unsur-unsur: a. Pemerintah Daerah. b. Instansi Pemerintah terkait. c. Lembaga Swadaya Masyarakat. d. Mitra Karya sejajar. e. Unsur unsur lain yang dipandang perlu. (3) Ketentuan tentang organisasi dan tata kerja pengendalian pemadaman kebakaran hutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal 8 dibentuk dengan surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah. BAB IV KETENTUAN PERIZINAN Pasal 9 Didalam kawasan hutan dilarang melakukan membakar serasah, ranting alangalang, semak belukar, tegakan hutan dan atau benda yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran hutan, kecuali oleh petugas kehutanan atau orang-orang yang karena tugas dan kepentingan secara sah dibenarkan membakar serasah, ranting-ranting alang-alang semak belukar atau benda-benda lain untuk mengurangi bahan-bahan yang mudah terbakar dan tujuan lain. Pasal 10 (1) Pembersihan lahan hutan milik dan atau hutan yang mudah dikonversikan dengan cara membakar untuk usaha tani dan atau untuk tujuan konversi, terlebih dahulu harus mendapat izin dan memperhatikan petunjuk-petunjuk dari pihak yang berwenang. (2) Izin dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Gubernur Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk. Pasal 11 (1) Dilrang membuang putung rokok atau benda-benda lain yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran serasah, alang-alang/rumput-rumput semak belukar dan tegakan hutan dalam kawasan hutan Negara dan atau hutan lainnya. (2) Dilarang membuat api unggun didalam kawasan hutan Negara dan atau hutan lainnya kecuali mendapat izin dari Gubernur Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuknya. Pasal 12 (1) Terhadap pemberian izin sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (1) dikenakan biaya leges sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) per hektar Wilayah yang dibersihkan/dibakar. (2) Terhadap pemberian izin sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (2) dikenakan biaya leges sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah) untuk satu buah apai unggun yang akan dibuat.

BAB V KETENTUAN PIDANA Pasal 13 (1) Dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) barang siapa melanggar Pasal 9 Pasal 10 ayat (1) dan pasal 11 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Daerah ini. (2) Tindak pidana yang dimaksud dalam Pasal ini adalah pelanggaran. BAB VI KETENTUAN PENYIDIKAN PASAL 14 (1) Penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh PPNS yang ditunjuk sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini berwenang a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian serta melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan penyitaan benda atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Umum memberitahukan hal tersebut kepada penuntut Umum, tersangka atau keluarganya; i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 15 (1) pada saat berlakunay Peraturan Daerah ini maka segala ketentuan yang mengatur materi yang sama atau bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi. (2) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, akan diatur kemudian oleh Gubernur Kepala Daerad, sepanjang mengenai peraturan Pelaksanaannya.

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 16 Peraturan Daerah ini disebut Peraturan Daerah tentang Usaha Pencegahan dan Pemdaman Kebakaran Hutan. Pasal 17 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan setelah mendapat Pengesahan dari pejabat yang berwenang. DITETAPKAN DI : TELUKBETUNG PADA TANGGAL : 23 juni 1988 _ DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KETUA, Dto ALIMUDDIN UMAR, SH GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG, Dto POEDJONO PRANYOTO

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG USAHA PENCEGAHAN DAN PEMADAMAN KEBAKARAN HUTAN DALAM PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG I. PENJELASAN UMUM Hutan merupakan kekayaan alam milik Negara dan Bangsa yang tidak ternilai, sehingga perlu dijaga dan dipertahankan agar dapat dimanfaatkan secara lestari untuk kepentingan Bangsa dan Negara Provinsi Lampung yang luas wilayahnya + 35.376Km sebagaian merupakan kawasan hutan meliputi luas + 12.125 Km yaitu + 34 % dari luas Provinsi Lampung, terdiri dari hutan lindung, suaka alam (cagar alam dan suaka Marga Satwa) serta hutan produksi. Sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, hutan merupakan sumber alam yang mempunyai fungsi sangat penting antara lain yaitu : untuk pengaturan tata air, pencegahan banjir dan erosi, pemeliharan kesuburan tanah, pemenuhan kebutuhan akan kayu serta hasil hutan ikutan lainnya dan pelestarian lingkungan hidup. Perlindungan dan pengamanan hutan merupakan bagain ari pengurusan /pengelolaan hutan dalam arti luas, yaitu selain pencegahan terhadap kerusakan hutan dan hasil hutan, juga mencakup kegiatan mempertahankan hak-hak Negara atas hutan dan hasil hutan. Kebakaran hutan merupakan salah satu faktor yang dapat merusak hutan juga dapat menimbulkan kerugian ekonomis maupun nilai lingkungan oleh karenanya perlu diusahakn pencegahan dan pemadman kebakaran hutan. Bahwa fungsi hutan merupakan salah satu sumber kehidupan masyarakat oleh karena itu usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan bukan hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah saja,melainkan menjadi tanggung jawaab seluruh lapian masyarakat, untuk itu perku kiranya masyarakat diikut sertakan dalam usaha pencegahan dn pemadaman kebakara hutan yang diatur dengan Peraturan Daerah ini. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 a. yang dimaksud dengan segala bentuk kebakaran hutan yaitu kebakaran lantai hutan ( serasah, alang-alang, dan semak belukar) apakah pohon batang pohon maupun tajuk pohon. b. Yang dimaksud dengan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan, bahwa akibat dari kebakaran hutan dapat mengakibatkan rusaknya/musnahnya hutan matinya satwa/ternak bahkan manusia yang dapat menimbulkan kerugian matriil dan menggangu keseimbangan laingkungan hidup.

Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 ayat (2) Hutan sebagai karunia Tuhan Yang Mha Esa memberikan manfaat besar bagi kehdupan manusia dan berfungsi menjaga keseimbangan lingkungan hidup, harus dijaga dipelihara kelestariannya oleh setiap orang/setiap anggota masyarakat. Pasal 6 Pasal 7 ayat (1) Yang dimaksud SATPAM adalah Satuan Pengamanan pada Perusahaan-perusahaan pemegang izin Hak Penguasaan Hutan. ayat (2) ayat (3) Pasal 8 Pasal 9 Yang dimaksud dengan tujuan lain, misalnya membuat api untuk keperluan memasak makanan dan lain-lainnya, untuk orang-orang yang mempunyai izin yang sah dari Pejabat berwenang berusaha/ bermata pencaharian erat dengan hutan yang berada disekitar dan atau didalam kawasan hutan. Pasal 10 Pasal 11 ayat (1) Yang dimaksud dengan puntung rokok dalam Pasal 11 ayat (1) adalah puntung rokok yang masih membara. Pasal 12 Pasal 13 ayat (1) Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Disamping Sanksi Hukuman kurungan sebagaimana dmaksud Pasal 13 ayat (1) ini, juga memperhatikan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan lingkungan hidup dan Peraturan Pemerintah nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan. Penyidikan oleh PPNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini adalah mempunyai kewenangan sebagimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlidngungan Hutan jo Peraturan Daerah Provini Daerah Tingkat I Lampung Nomor 11 Tahun 1986 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipipil dalam lingkunagn Provinsi Daerah Tingkat I Lampung.