Spesifikasi kereb beton untuk jalan

dokumen-dokumen yang mirip
Spesifikasi bukaan pemisah jalur

Spesifikasi geometri teluk bus

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik dengan tabung pitot

Cara uji bakar bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Cara uji slump beton SNI 1972:2008

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan

Perencanaan Geometrik Jalan

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2009. tentang

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

Kepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG

PERSYARATAN TEKNIS JALAN UNTUK RUAS JALAN DALAM SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER < < <

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi utamanya di dalam bidang

PETUNJUK PELAKSANAAN PELAPISAN ULANG JALAN PADA DAERAH KEREB PERKERAS DAN SAMBUNGAN NO. 006/T/BNKT/1990

BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB III LANDASAN TEORI

SNI. Delineator di jalan wilayah pertambangan. Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS

Penempatan marka jalan

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Metode uji kuat geser langsung tanah tidak terkonsolidasi dan tidak terdrainase

PEDOMAN. Perencanaan Bundaran untuk Persimpangan Sebidang DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Cara uji daktilitas aspal

ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN

Dinding Penahan Tanah

Cara uji geser langsung batu

yang mempunyai panjang kelandaian lebih dari 250 m yang sering dilalui kendaraan berat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran A...15 Bibliografi...16

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

BAB III METODE PENELITIAN

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Metode uji CBR laboratorium

Revisi SNI T C. Daftar isi

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

KUMPULAN SOAL SOAL UNTUK UJIAN KOMPETENSI

Tata cara pengambilan contoh muatan sedimen melayang di sungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 +

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan keruntuhan tekan, yang pada umumnya tidak ada tanda-tanda awal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap

ANALISIS PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR JEMBATAN CABLE STAYEDTIPE FAN DAN TIPE RADIALAKIBAT BEBAN GEMPA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Cara uji berat isi beton ringan struktural

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 04/SE/M/2010. tentang

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 2

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

SNI Standar Nasional Indonesia

BAB III LANDASAN TEORI. Tujuan utama dilakukannya analisis interaksi sistem ini oleh para

Metode uji CBR laboratorium

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA

Persyaratan Teknis jalan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Spesifikasi kereb beton untuk jalan ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi...i Prakata... iii Pendahuluan...iv 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Persyaratan... 2 4.1 Umum... 2 4.2 Komponen dan bagian-bagian penting dari kereb... 2 4.3 Struktur dan pembetonan... 3 5 Tipe kereb... 3 5.1 Kereb tegak (tipe A1)... 3 5.1.1 Kereb tegak dengan komponen horizontal (tipe A1h)... 4 5.1.2 Kereb tegak tanpa komponen horizontal (A1nh)... 4 5.2 Kereb tegak dengan bukaan (tipe A2)... 5 5.3 Kereb tegak tanpa komponen horizontal dengan bukaan (tipe A2nh)... 6 5.4 Kereb miring (tipe B1)... 6 5.5 Kereb miring dengan bukaan (tipe B2)... 7 5.6 Kereb peninggi (tipe C)... 7 5.7 Kereb penghubung tegak (tipe D1)... 8 5.8 Kereb penghubung miring (tipe D2)... 11 5.9 Saringan bukaan... 14 Gambar 1 Komponen dan bagian-bagian kereb... 3 Gambar 2 Kereb tegak dengan komponen horizontal (tipe A1h)... 4 Gambar 3 Kereb tegak tanpa komponen horizontal (Tipe A1nh)... 5 Gambar 4 Kereb tegak dengan bukaan (tipe A2)... 5 Gambar 5 Kereb tegak tanpa komponen horizontal dengan bukaan (tipe A2nh)... 6 Gambar 6 Kereb miring (tipe B1)... 6 Gambar 7 Kereb miring dengan bukaan (tipe B2)... 7 Gambar 8 Kereb peninggi (tipe C)... 8 Gambar 9 Kereb penghubung tegak menurun (tipe D11T)... 9 Gambar 10 Kereb penghubung menurun (tipe D12T)... 9 Gambar 11 Kereb penghubung tegak meninggi (tipe D11N)... 10 Gambar 12 Kereb penghubung tegak meninggi (tipe D12N)... 11 i

Gambar 13 Kereb penghubung miring menurun (tipe D21T)... 12 Gambar 14 Kereb penghubung miring menurun (tipe D22T)... 12 Gambar 15 Kereb penghubung miring naik (tipe D21N)... 13 Gambar 16 Kereb penghubung miring naik (tipe D22N)... 13 Gambar 17 Bukaan pada kereb dan saringan bukaan... 14 ii

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Spesifikasi kereb beton untuk jalan adalah revisi dari SNI 03-2442-1991, Spesifikasi kurb beton untuk jalan dengan menetapkan tipe dimensi, bentuk, dan penempatan kereb beton pada arah horizontal manupun vertikal sehingga kereb dapat berfungsi secara optimal. Standar ini disusun oleh Panitia Teknik Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil melalui Gugus Kerja Teknik Lalu Lintas dan Geometrik Jalan pada Subpanitia Teknik Rekayasa Jalan dan Jembatan. Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional 08:2007 dan dibahas dalam forum Konsensus yang diselenggarakan pada tanggal 9 Mei 2006 di Bandung, yang melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait. iii

Pendahuluan Kereb pada umumnya dipergunakan pada berbagai tipe jalan perkotaan untuk kepentingan keselamatan dan pemanfaatan jalan. Konfigurasi kereb bersangkutan dengan tipe, bentuk, dan dimensi kereb harus diatur secara optimum. Kereb terdiri atas dua komponen dasar yang dapat menyatu atau berdiri sendiri, yaitu komponen vertikal dan komponen horizontal; Bagian-bagian dari kereb yang merupakan parameter penting dan banyak diatur dalam standar ini terdiri atas alas, dinding dalam, muka, penyambung, dan parit. Perbedaan tipe kereb didasarkan pada tinggi dan perbedaan tinggi dinding dalam, kelandaian muka, tingkat halangan yang mungkin ditimbulkan oleh komponen vertikal, dan ada tidaknya lubang masuk (inlet) untuk mengalirkan air. Dari variasi parameter tersebut, kereb terdiri atas 4 tipe utama, yaitu kereb tegak, kereb miring, kereb penghubung, dan kereb peninggi. iv

Spesifikasi kereb beton untuk jalan 1 Ruang lingkup Spesifikasi ini menetapkan tipe, bentuk, dimensi, dan struktur kereb beton untuk jalan. Spesifikasi yang bersangkutan dengan tipe, dimensi, dan bentuk yang diatur dalam standar ini hanya berlaku untuk kereb beton pracetak. 2 Acuan normatif SNI 03-4433-1997 Spesifikasi beton siap pakai SNI 03-2461-2002 Spesifikasi agregat ringan untuk beton ringan struktur SNI 03-6806-2002 Tata cara perhitungan beton tidak bertulang struktural SNI 03-6883-2002 Spesifikasi toleransi untuk konstruksi dan bahan beton 3 Istilah dan definisi 3.1 kereb bagian dari jalan berupa struktur vertikal dengan bentuk tertentu yang digunakan sebagai pelengkap jalan untuk memisahkan badan jalan dengan fasilitas lain, seperti jalur pejalan kaki, median, separator, pulau jalan, maupun tempat parkir 3.2 bentuk kereb bentuk geometri dasar dari potongan melintang komponen vertikal kereb. Bentuk dasar potongan melintang kereb pada komponen vertikal adalah segitiga tegak lurus terpancung, sedangkan bentuk geometri dasar komponen vertikal adalah persegi panjang 3.3 komponen vertikal bagian kereb yang meninggi yang menentukan tingkat halangan kereb terhadap kendaraan 3.4 komponen horizontal bagian kereb yang berbatasan langsung dengan perkerasan, berupa bidang datar yang merupakan kelanjutan dari muka kereb 3.5 muka kereb bagian permukaan komponen vertikal kereb yang menghadap ke arah lalu lintas 3.6 kereb tegak kereb dengan bagian muka kereb yang hampir tegak, membentuk sudut 80,5º terhadap alas kereb 1 dari 14

3.7 kereb miring kereb dengan bagian muka kereb yang miring, membentuk sudut dengan kemiringan sekitar 65 o, terhadap lantai alas 3.8 kereb peninggi kereb dengan tinggi komponen vertikalnya 200 mm, berfungsi sebagai kereb yang dapat dinaiki ban kendaraan 3.9 kereb penghubung kereb yang berfungsi menghubungkan kereb tegak atau kereb miring (yang ketinggian komponen vertikalnya 350 mm) dengan kereb peninggi (yang ketinggian komponen vertikalnya 200 mm) 4 Persyaratan 4.1 Umum Kereb pada umumnya dipergunakan pada berbagai tipe jalan perkotaan untuk kepentingan keselamatan dan pemanfaatan jalan. Konfigurasi kereb bersangkutan dengan tipe, bentuk, dan dimensi kereb harus diatur secara optimum, sehingga rangkaian kereb dapat berfungsi: a) sebagai pembatas tepian badan jalan agar dapat memudahkan pengemudi untuk mengidentifikasi jalur lalu lintas; b) sebagai pembatas dan fasilitas pejalan kaki untuk melindungi agar perjalan kaki tidak tertabrak oleh kendaraan yang mengalami lepas kendali; c) sebagai bagian dari sistem drainase untuk mengalirkan air permukaan sehingga perkerasan jalan terbebas dari genangan; d) sebagai elemen estetika dari jalan sehingga harmonis dengan lingkungan disekitarnya. 4.2 Komponen dan bagian-bagian penting dari kereb a) Kereb terdiri atas dua komponen dasar yang dapat menyatu atau berdiri sendiri, yaitu komponen vertikal dan komponen horizontal. b) Bagian-bagian dari kereb yang merupakan parameter penting dan banyak diatur dalam standar ini terdiri atas: alas; dinding dalam; muka; penyambung, dan; parit. Komponen, bentuk dasar, dan bagian-bagian kereb adalah seperti Gambar 1. 2 dari 14

4.3 Struktur dan pembetonan Gambar 1 Komponen dan bagian-bagian kereb Struktur kereb adalah sebagai berikut: a) kereb dibuat dari beton dengan mutu fc=300 MPa (sebelumnya disebut beton K300); ketentuan dan standar yang berlaku untuk perencanaan, pemeriksaan, dan evaluasi beton dengan mutu fc=300 MPa berlaku untuk spesifikasi ini; b) ukuran butir agregat maksimum 20 mm; c) kereb dibuat tanpa penulangan, seluruh ketentuan yang berlaku untuk persyaratan struktur tanpa tulangan berlaku untuk spesifikasi ini; d) kereb tidak boleh dicor di tempat, kecuali untuk kereb yang dipasang pada suatu tepian jalan membentuk kurva dengan diameter 2000 mm. 5 Tipe kereb Perbedaan tipe kereb didasarkan pada tinggi dan perbedaan tinggi dinding dalam, kelandaian muka, tingkat halangan yang mungkin ditimbulkan oleh komponen vertikal, dan ada tidaknya lubang masuk (inlet) untuk mengalirkan air. Dari variasi parameter tersebut, kereb terdiri atas 4 tipe utama, yaitu: a) kereb tegak; b) kereb miring; c) kereb penghubung, dan; d) kereb peninggi. 5.1 Kereb tegak (tipe A1) Kereb tipe ini terdiri dari dua jenis, yaitu kereb tegak dengan komponen horizontal dan kereb tegak tanpa komponen horizontal. 3 dari 14

5.1.1 Kereb tegak dengan komponen horizontal (tipe A1h) Kereb tegak berbentuk dasar segitiga tegak lurus terpancung. Bagian dalam kereb adalah dinding tegak lurus, sedangkan muka kereb adalah dinding dengan kemiringan 80,5 o terhadap alas kereb. Bentuk dan dimensi kereb tipe ini dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Kereb tegak dengan komponen horizontal (tipe A1h) 5.1.2 Kereb tegak tanpa komponen horizontal (A1nh) Kereb tegak berbentuk dasar segitiga tegak lurus terpancung. Bagian dalam kereb adalah dinding tegak lurus, sedangkan muka kereb adalah dinding dengan kemiringan 80,5 o hingga mencapai dasar kereb. Bentuk dan dimensi kereb tipe ini dapat dilihat pada Gambar 3. 4 dari 14

Gambar 3 Kereb tegak tanpa komponen horizontal (Tipe A1nh) 5.2 Kereb tegak dengan bukaan (tipe A2) Bentuk kereb tegak ini sama dengan kereb tipe A1, dimana pada bagian tengah komponen horizontal diberi lubang dengan ukuran 300 mm memanjang dan 150 mm melintang yang difungsikan sebagai inlet parit menuju drainase. Bentuk dan dimensi kereb tipe ini dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Kereb tegak dengan bukaan (tipe A2) 5 dari 14

5.3 Kereb tegak tanpa komponen horizontal dengan bukaan (tipe A2nh) Kereb ini memiliki bentuk permukaan yang sama dengan kereb tipe A1nh, dimana pada bagian bawah dari muka kereb memiliki lubang persegi panjang berukuran 300 mm memanjang dan 150 mm melintang yang berfungsi sebagai inlet parit menuju sistem drainase. Bentuk dan dimensi kereb tipe ini dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Kereb tegak tanpa komponen horizontal dengan bukaan (tipe A2nh) 5.4 Kereb miring (tipe B1) Kereb ini memiliki dinding dalam tegak lurus dan muka kereb relatif landai dengan profil atas lengkung memotong dinding dalam. Bentuk dan dimensi kereb tipe ini dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Kereb miring (tipe B1) 6 dari 14

5.5 Kereb miring dengan bukaan (tipe B2) Kereb ini memiliki bentuk permukaan yang sama dengan kereb tipe B2, hanya pada bagian tengah dari panjang kereb memiliki lubang persegi panjang berukuran 300 mm memanjang dan 150 mm melintang yang berfungsi sebagai inlet parit menuju sistem drainase. Bentuk dan dimensi kereb tipe ini dapat dilihat pada Gambar 7. 5.6 Kereb peninggi (tipe C) Gambar 7 Kereb miring dengan bukaan (tipe B2) Kereb ini berbentuk dasar persegi panjang terpancung. Dinding dalam tegak lurus dan dinding luar memotong dinding dalam tegak lurus; melandai; dan memotong alas secara tegak lurus. Bentuk dan dimensi kereb tipe ini dapat dilihat pada Gambar 8. 7 dari 14

5.7 Kereb penghubung tegak (tipe D1) Gambar 8 Kereb peninggi (tipe C) Kereb ini memiliki bentuk dasar yang sama dengan kereb tipe A1 hanya sisi atas dinding dalam menurun atau meninggi untuk memberikan kelandaian yang cukup bagi pejalan kaki, kursi roda atau kendaraan tak bermotor lainnya. Kereb ini terdiri atas empat tipe, yaitu: a) tipe D11T adalah kereb tegak dengan sisi atas dinding dalam menurun. Ketinggian bagian kiri dinding dalam kereb ini adalah 350 mm, sedangkan bagian kanan dinding dalam 275 mm. Kereb ini dipergunakan untuk menghubungkan kereb tipe A1 dengan kereb tipe D12T; 8 dari 14

Gambar 9 Kereb penghubung tegak menurun (tipe D11T) b) tipe D12T adalah kereb tegak dengan ketinggian bagian kiri dinding dalam 275 mm, sedangkan bagian kanan dinding dalam 200 mm. Kereb ini digunakan untuk menghubungkan kereb tipe D11T dengan kereb tipe C; Gambar 10 Kereb penghubung menurun (tipe D12T) 9 dari 14

c) tipe D11N adalah kereb tegak dengan ketinggian bagian kiri dinding dalam 275 mm, sedangkan bagian kanan dinding dalam 350 mm. Kereb ini digunakan untuk menghubungkan kereb tipe A1 dengan kereb tipe D12N; Gambar 11 Kereb penghubung tegak meninggi (tipe D11N) d) tipe D12N adalah kereb tegak dengan ketinggian bagian kiri dinding dalam 200 mm, sedangkan bagian kanan dinding dalam 275 mm. Kereb ini digunakan untuk menghubungkan kereb tipe D11N dengan kereb tipe C. 10 dari 14

Gambar 12 Kereb penghubung tegak meninggi (tipe D12N) 5.8 Kereb penghubung miring (tipe D2) kereb ini memiliki bentuk yang sama dengan tipe B1 hanya sisi atas dinding dalam kereb menurun atau menaik untuk memberikan kelandaian cukup bagi pejalan kaki, kursi roda, atau kendaraan tak bermotor lainnya. Kereb ini terdiri atas 4 tipe, yaitu: tipe D21T, kereb yang menghubungkan kereb tipe B1 dengan kereb tipe D22T; tipe D22T, kereb yang menghubungkan kereb tipe D21T dengan kereb tipe C2; tipe D21N, kereb yang menghubungkan kereb tipe B1 dengan kereb tipe D22N; tipe D22N, kereb yang menghubungkan kereb tipe D21N dengan kereb tipe C2; 11 dari 14

Gambar 13 Kereb penghubung miring menurun (tipe D21T) Gambar 14 Kereb penghubung miring menurun (tipe D22T) 12 dari 14

Gambar 15 Kereb penghubung miring naik (tipe D21N) Gambar 16 Kereb penghubung miring naik (tipe D22N) 13 dari 14

5.9 Saringan bukaan Bukaan pada kereb tegak tipe A2 dan kereb miring tipe B2 harus dilengkapi dengan penutup berupa saringan dari bahan besi tuang (cast iron) untuk menghindarkan terperosoknya kendaraan dan masuknya sampah ke dalam sistem drainase. Saringan ini harus dilas pada kerangka bukaan yang ada atau diberi kunci untuk menghindarkan hilang atau lepasnya saringan. Saringan harus cukup kuat untuk menahan beban kendaraan dan dapat dipasang dengan rapih pada bukaan. Saringan memiliki ketebalan sekurang-kurangnya 20 mm dengan ukuran lubang 25 mm. Gambar 17 Bukaan pada kereb dan saringan bukaan 14 dari 14