BAB V PENUTUP. 1. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo.

dokumen-dokumen yang mirip
vii DAFTAR WAWANCARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 14/PUU-XII/2014 Tindak Pidana Dalam Kedokteran

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DI BIDANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

BAB V PENUTUP. 1. Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik adalah. Mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III TINJAUAN TEORITIS

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

Inform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L

RESUME TESIS KEABSAHAN BADAN HUKUM YAYASAN YANG AKTANYA DIBUAT BERDASARKAN KETERANGAN PALSU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KESEHATAN DALAM HAL TERJADI MALPRAKTEK. Oleh: Elyani Staf Pengajar Fakultas Hukum UNPAB Medan ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. hidup layak dan baik. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB V PENUTUP. dirugikan akibat penerapan dari layanan E-banking; 2. Setelah melakukan analisis yuridis terhadap Putusan

Wajib Lapor Tindak KDRT 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB IV PENUTUP. diajukan dalam tesis dapat disimpulkan sebagai berikut :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal penting bagi kesejahteraan masyarakat. Kesehatan yang

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Perlindungan Hukum terhadap Pasien BPJS Kesehatan dalam Mendapatkan

Pedoman Klausula Baku Bagi Perlindungan Konsumen

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999

PERLINDUNGAN KONSUMEN ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi negara yang sedang berkembang. Pembangunan pada

I. PENDAHULUAN. mendapatkan sorotan dari masyarakat, karena sifat pengabdianya kepada

Hak dan Kewajiban Pelaku serta Perizinan dan Pemantauan Penyelenggara Transfer Dana

BAB V PENUTUP. Penyalahguna magic mushroom dapat dikualifikasikan sebagai. golongan I sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. anggota militer beserta keluarganya secara gratis termasuk masyarakat. oleh kelompok agama yang ingin mendirikan rumah sakit.

II. TINJAUAN PUSTAKA. nampaklah bahwa pembuktian itu hanyalah diperlukan dalam berperkara dimuka

BAB XX KETENTUAN PIDANA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa pada uraian dari Bab I (satu) sampai dengan Bab IV. merupakan cangkupan dari bahasan sebelumnya.

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN HUKUM PADA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

KONSEP HUKUM DALAM KEPERAWATAN

JAMINAN PERLINDUNGAN HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA DALAM KUHAP DAN RUU KUHAP. Oleh : LBH Jakarta

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN HUKUM TENTANG DISKRESI PEJABAT PEMERINTAHAN, LARANGAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG TERKAIT DISKRESI MENURUT UUAP

KETENTUAN-KETENTUAN PENTING TENTANG WANPRESTASI DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM (PMH) OLEH: Drs. H. MASRUM, M.H. (Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten)

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter. Pelayanan dokter haruslah sesuai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Pelaksanaan Pengawasan Pencantuman Klausula Baku oleh BPSK Yogyakarta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERBUATAN-PERBUATAN PENDIRI SEBELUM PERSEROAN MEMPEROLEH PENGESAHAN BADAN HUKUM Oleh: Adem Panggabean BAB I PENDAHULUAN

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

Institute for Criminal Justice Reform

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XI/2013 Tentang Frasa Pihak Ketiga Yang Berkepentingan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Tanggung Jawab Direksi Terhadap Kerugian Yang Diderita Perseroan

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARAAN JASA MULTIMEDIA TERHADAP KONSUMEN. A. Tinjauan Umum Penyelenggaraan Jasa Multimedia

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.62904/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 290/MENKES/PER/III/2008 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB OPERATOR SELULER TERHADAP PELANGGAN SELULER TERKAIT SPAM SMS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan jasa dari para dokter. Dokter merupakan tenaga medis yang menjadi pusat

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 1983/49, TLN 3262]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PENGATURAN MENGENAI MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN. 1. Peraturan Non Hukum (kumpulan kaidah atau norma non hukum)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo. Undang- Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Undang-Undang Kesehatan memberikan hak kepada seluruh lapisan masyarakat sebagai pasien dan juga sebagai konsumen kesehatan secara menyeluruh dalam berbagai aspek di bidang kesehatan. Dalam kaitannya dengan kenyataan di masyarakat yang sering terjadi penolakan pasien miskin pada keadaan gawat darurat oleh rumah sakit, Undang- Undang Kesehatan yang melindungi pasien miskin dengan mengatur bahwa penyelenggaraan kesehatan dilaksanakan secara nondiskriminatif dan setiap masyarakat berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa kecuali. Undang-Undang Kesehatan mengatur mengenai jaminan kesehatan sosial yang dibuat pemerintah sebagai bantuan untuk masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Undang-Undang Kesehatan mengatur mengenai keadaan gawat darurat yang mengharuskan fasilitas pelayanan kesehatan segera memberikan tindakan medik sebagai bentuk penyelamatan dan pencegahan kecacatan. Selain itu, Undang-Undang 114

115 Kesehatan juga mengatur mengenai hak pasien untuk melakukan tindakan hukum apabila penyelenggara kesehatan melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melakukan pelayanan kesehatan. Undang-Undang Kesehatan sebagai aturan tertulis dari pemerintah telah memberikan kepastian, kejelasan, dan jaminan atas hukum kesehatan yang berlaku kepada masyarakat untuk dilindungi dan diperhatikan kepentingan-kepentingan dan hak-haknya. Undang-Undang kesehatan memberikan kepastian bahwa masyarakat miskin berhak mendapat pelayanan kesehatan tanpa adanya diskriminasi. Kepastian dan jaminan atas hal tersebut juga diberikan pemerintah dengan adanya hak bagi pasien miskin untuk menuntut ganti rugi kepada tenaga kesehatan dan/atau penyelenggara kesehatan yang melakukan tindakan yang merugikan pasien miskin. Undang-Undang Rumah Sakit secara umum mengatur mengenai penyelenggaraan rumah sakit di mana pasien miskin menjadi bagian di dalamnya yang menerima pelayanan kesehatan dari rumah sakit. Dalam kaitannya dengan kenyataan di masyarakat yang sering terjadi penolakan pasien miskin pada keadaan gawat darurat oleh rumah sakit, Undang- Undang Rumah Sakit yang melindungi pasien miskin mengatur mengenai penyelenggaraan rumah sakit dan tujuan penyelenggaraan tersebut yang anti diskriminasi dan bertujuan memberikan kepastian hukum bagi masyarakat.

116 Undang-Undang Rumah Sakit mengatur mengenai tanggung jawab pemerintah dalam mengawasi penyelenggaraan rumah sakit dan memberikan perlindungan kepada pasien sebagai pengguna jasa pelayanan rumah sakit. Undang-Undang Rumah Sakit mengatur mengenai kewajiban rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Selain itu, Undang-Undang Rumah Sakit juga mengatur mengenai hak pasien untuk memperoleh pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sama halnya dengan Undang-Undang Kesehatan, Undang-Undang Rumah Sakit juga memberikan kepastian bahwa masyarakat miskin berhak mendapat pelayanan kesehatan tanpa adanya diskriminasi. Kepastian dan jaminan atas hal tersebut dapat dilihat dari penyelenggaraan rumah sakit dan tujuan penyelenggaraan tersebut yang anti diskriminasi dan memberikan kepastian hukum bagi masyarakat, tanggung jawab pemerintah dalam mengawasi penyelenggaraan rumah sakit dan memberikan perlindungan kepada pasien sebagai pengguna jasa pelayanan rumah sakit, juga aturan mengenai kewajiban rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan dan hak pasien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dari rumah sakit. Berdasarkan aturan tertulis dalam Undang-Undang Kesehatan dan Undang-Undang Rumah Sakit pemerintah Indonesia telah memberikan perlindungan hukum bagi pasien miskin. Agar ketentuan hukum dalam Undang-Undang Kesehatan dan Undang-Undang Rumah Sakit dapat

117 melindungi kepentingan pasien miskin maka undang-undang itu harus dilaksanakan dan diberi pengawasan. Aparat penegak hukum hendaknya memberikan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran yang tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan dan Undang-Undang Rumah Sakit. Melalui pelaksanaan dan pengawasan itu undang-undang dapat ditegakkan sehingga menciptakan kepastian hukum. Dengan kepastian hukum kepentingan pasien miskin akan terlindungi. Dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan perlindungan hukum bagi pasien miskin menurut Undang- Undang Kesehatan dan Undang-Undang Rumah Sakit adalah kepastian, kejelasan, dan jaminan yang berlaku kepada seluruh lapisan masyarakat termasuk masyarakat miskin, yang tertuang dalam aturan-aturan mengenai kewajiban pemerintah dan kewajiban rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan untuk melindungi dan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan hak-hak pasien miskin sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang di bidang kesehatan lainnya yang berlaku 2. Tindakan Hukum yang Dapat Dilakukan Oleh Pasien Miskin Atas Tindakan Penolakan yang Dilakukan Oleh Rumah Sakit Pada Keadaan Gawat Darurat Berdasarkan Pasal 32 huruf q Undang-Undang Rumah Sakit, setiap pasien mempunyai hak untuk menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai

118 dengan standar baik secara perdata ataupun pidana. Dengan melakukan penolakan pada pasien miskin pada keadaan gawat darurat, rumah sakit telah melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan perundangundangan, untuk itu pasien dapat menggugat dan/atau menuntut rumah sakit. Hal ini berarti pasien miskin dapat melakukan tindakan hukum berupa menggugat rumah sakit secara perdata dan/atau menuntut rumah sakit tersebut secara pidana. Tindakan hukum perdata yang dapat dilakukan pasien miskin yang ditolak rumah sakit pada keadaan gawat darurat adalah dengan mengajukan gugatan wanprestasi dan perbuatan melawan hukum. Dengan menolak pasien miskin pada keadaan gawat darurat, rumah sakit telah melakukan wanprestasi karena tidak melakukan apa yang disepakati untuk dilakukan. Dalam hal ini rumah sakit tidak melakukan hal berupa memberikan tindakan medis kepada pasien miskin tersebut yang dalam keadaan gawat darurat tentu saja memerlukan perlakuan tindakan medis sesegera mungkin. Ketentuan dalam Pasal 58 ayat (1) Undang-Undang Kesehatan mengatakan bahwa pasien miskin yang ditolak rumah sakit pada keadaan gawat darurat dapat melakukan tindakan hukum berupa gugatan perdata dengan menuntut ganti rugi kepada rumah sakit yang melakukan tindakan penolakan tersebut. Gugatan tersebut sesuai dengan aturan yang tercantum dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang berbunyi :

119 Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut. Berdasarkan pasal tersebut dan tuntutan ganti rugi yang diajukan maka atas tindakan penolakan kepada pasien miskin pada keadaan gawat darurat, maka rumah sakit dikatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum. Gugatan perbuatan melawan hukum yang dilayangkan pasien miskin kepada rumah sakit harus terlebih dahulu dibuktikan berdasarkan pemeriksaan di depan pengadilan. Oleh karena yang berwenang memutuskan seseorang itu bersalah atau tidak adalah hakim dalam sidang pengadilan. Untuk itu, rumah sakit harus dapat dibuktikan memenuhi unsur-unsur perbuatan melawan hukum. Jika unsur-unsur tersebut dapat dibuktikan maka dapat dinyatakan bahwa atas tindakan penolakan yang dilakukan kepada pasien miskin pada keadaan gawat darurat, rumah sakit telah melakukan perbuatan melawan hukum. Pasal 46 Undang-Undang Rumah Sakit mengatakan bahwa rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit. Berdasarkan ketentuan tersebut maka rumah sakit harus bertanggung jawab dengan memberikan ganti kerugian bagi pasien miskin sebagai korban. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari pembahasan di atas, penulis berkesimpulan bahwa pasien miskin dapat melakukan

120 tindakan hukum berupa menggugat rumah sakit yang melakukan penolakan pada pasien miskin pada keadaan gawat darurat secara perdata dan/atau menuntut rumah sakit tersebut secara pidana. Tindakan hukum perdata yang dapat dilakukan pasien miskin yang ditolak rumah sakit pada keadaan gawat darurat adalah dengan mengajukan gugatan wanprestasi dan perbuatan melawan hukum. Atas gugatan tersebut maka rumah sakit bertanggung jawab atas perbuatan penolakan pasien miskin pada keadaan gawat darurat yang dilakukan oleh tenaga kesehatannya. Dengan demikian maka rumah sakit harus bertanggung jawab dengan memberikan ganti kerugian bagi pasien miskin sebagai korban. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Dalam rangka meningkatkan pembangunan di bidang kesehatan di mana rumah sakit, tenaga kesehatan dan pasien menjadi faktor yang berperan di dalamnya, pemerintah hendaknya tidak hanya mengembangkan peraturan perundang-undangan yang melindungi kepentingan rumah sakit dan pasien, khususnya pasien miskin. Pemerintah juga harus melakukan sosialisasi mengenai aturan perundang-undangan di bidang kesehatan agar rumah sakit, tenaga kesehatan dan pasien mengetahui haknya masingmasing terutama hak pasien miskin. Pemerintah juga hendaknya melakukan pengawasan terhadap aparatur penegak hukum agar aturan

121 perundang-undangan di bidang kesehatan dapat terealisasikan dengan semestinya. Rumah sakit yang menolak pasien miskin pada keadaan gawat darurat harus diberi sanksi yang tegas agar hal seperti ini tidak terulang kembali. Pemerintah juga harus melakukan pengawasan dalam berbagai program jaminan kesehatan sosial yang diselenggarakan. Selain itu, pemerintah juga perlu mendirikan lembaga khusus yang bertugas menerima pengaduan kasus penolakan pasien miskin yang dilakukan rumah sakit sehingga solusi dari masalah ini dapat teratasi. 2. Dalam rangka memberikan fasilitas pelayanan kesehatan bagi pasien, maka setiap rumah sakit hendaknya memperhatikan dan memberikan pelayanan kesehatan yang memang menjadi hak dari pasien yang harus dipenuhi, khususnya hak pasien miskin. Masyarakat sebagai pasien yang berhak atas pelayanan kesehatan di rumah sakit juga hendaknya meningkatkan kesadaran hukum dengan mengetahui apa yang menjadi haknya agar hak yang didapat oleh pasien sesuai dengan aturan perundang-undangan dan tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang terkait.