1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

IDENTIFIKASI KANSEI UNTUK EVALUASI DESAIN PRODUK KURSI MAKAN ROTAN KANSEI IDENTIFICATION FOR RATTAN DINING CHAIR DESIGN EVALUATION

SISTEM EVALUASI ELEMEN DESAIN KURSI ROTAN MENGGUNAKAN REKAYASA KANSEI VONNY SETIARIES JOHAN

PENGEMBANGAN SISTEM EVALUASI DESAIN PRODUK BERBASIS ROTAN DENGAN PENDEKATAN REKAYASA KANSEI DAN ASSOCIATION RULES SYSTEM

7.1. Pembentukan House of Quality Elemen Desain Kursi Rotan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

4 GAMBARAN UMUM INDUSTRI ROTAN

Sepatu Formal. Penunjang penampilan. Faktor Ergonomis Pengguna

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, mempunyai peran strategis dalam pemulihan ekonomi. nasional. Peranan strategis tersebut khususnya adalah dalam

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara terbesar penghasil rotan di dunia. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil dan menengah, termasuk industri furniture merupakan hal

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Terjalinnya hubungan antara negara satu

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS 2016

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR MEI 2016

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

BAB I PENDAHULUAN. Industri Kecil Menengah (IKM). Sektor industri di Indonesia merupakan sektor

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. KAWASAN HUTAN/Forest Area (X Ha) APL TOTAL HUTAN TETAP PROPINSI

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH APRIL 2015

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. terhadap dunia investasi di Indonesia. Di samping itu, pemerintah juga. internasional adalah Cina dan Mexico (Deperindag, 2002).

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR TRIWULAN III 2010

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH MEI 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH JUNI 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian

Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH OKTOBER 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri Farmasi merupakan salah satu industri besar dan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2016

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan produk furnitur semakin meningkat dengan dikeluarkannya berbagai desain produk baru oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang furnitur. Pangsa furnitur dunia mulai tertarik untuk mengunakan produk yang ramah lingkungan. Isu ramah lingkungan tidak hanya dinilai sebagai nilai tambah, tapi sudah menjadi salah satu pertimbangan utama konsumen dalam memilih produk, bahkan banyak negara telah mensyaratkan hanya produk-produk ecolabelling (ramah lingkungan) yang diizinkan masuk ke negara mereka. Persyaratan tersebut merupakan peluang pasar yang besar bagi produk furnitur rotan Indonesia untuk semakin berkembang. Rotan merupakan salah satu produk yang termasuk ramah lingkungan yang bahan bakunya berasal dari Indonesia. Rotan dianggap ramah lingkungan karena merupakan sumber daya alam yang bisa diperbaharui. Selain itu dengan sifatnya yang lentur, kuat dan dapat dibentuk, menjadikan rotan sebagai bahan baku produk furnitur yang baik. Sebagai langkah awal untuk memperoleh peluang pasar, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap keinginan konsumen. Identifikasi keinginan konsumen perlu dilakukan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen terhadap suatu produk, dalam hal ini produk furnitur. Analisis tersebut diperlukan karena pada dasarnya suatu perusahaan baik produsen maupun perancang produk tidak mengetahui secara tepat apa yang diinginkan konsumen. Dengan mengetahui keinginan konsumen maka perusahaan, khususnya tim perancang produk (product designer) dapat mendesain produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Dalam merancang dan mengembangkan suatu produk, tim perancang produk lebih mencoba trial dan error. Seorang perancang produk (product designer) harus dapat mendesain produk yang dapat memenuhi keinginan konsumen. Proses desain adalah sebuah proses yang terdiri dari suatu rangkaian kegiatan kreatif, dan sering menghadapi ketidakpastian (Crilly et al. 2004). Untuk dapat merancang suatu produk, seorang perancang produk sebaiknya mengetahui hal-hal yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih produk. Pada saat ini pertimbangan secara emosi dan perasaan menjadi pertimbangan

2 penting bagi konsumen dalam memilih produk (Nagamachi & Lokman 2011). Seiring dengan berkembangnya jenis produk dan teknologi maka suatu produk tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara fungsi (functional) dan kegunaan (usability), namun juga memenuhi kebutuhan emosional konsumen. Dengan kata lain, suatu produk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan konsumen baik secara fisik maupun emosi. Oleh karena itu perlu adanya pengetahuan mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen. Metode yang dilakukan untuk menangkap keinginan konsumen adalah Quality Function Deployment (QFD) yang diperkenalkan oleh Akao pada tahun 1970, dan metode lainnya adalah rekayasa Kansei (Kansei Engineering). Salah satu metode untuk mengembangkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen adalah Rekayasa Kansei. Rekayasa Kansei (Kansei Engineering) merupakan metode pengembangan produk berorientasi kepada konsumen, diperkenalkan oleh Prof. Mitsuo Nagamachi pada tahun 1970. Rekayasa Kansei menitik beratkan pada perasaan (Kansei) manusia. Penggunaan metode Rekayasa Kansei dapat menerjemahkan Kansei (perasaan atau emosi) dari konsumen menjadi elemen rancangan desain, sehingga selanjutnya membuat suatu produk akan lebih efisien (Okamoto et al. 2007). Rekayasa Kansei telah banyak digunakan untuk pengembangan produk baru maupun untuk desain produk (Nagamachi 1995). Metode ini telah diterapkan di Jepang, dan banyak digunakan, khususnya pada industri otomotif seperti mobil Miata keluaran Mazda (Nagamachi 2002a), setir mobil (Nagamachi 2002b), interior mobil (Tanoue et al. 1997; Jindo & Hirasago 1997) maupun produk lainnya seperti tas (Nagasawa 2008), kursi kantor (Park & Han 2004), dan mesin cuci (Ishihara et al. 2010). Contoh dari suksesnya penggunaan rekayasa Kansei adalah produk Miata (MX5) dari Mazda. Produk mobil tersebut terbukti disukai oleh konsumen sehingga menjadi mobil sport terlaris versi The Guinness Book of Records tahun 2001 (Schütte & Eklund 2003). Hingga saat ini masih sedikit sekali penelitian yang menerapkan Rekayasa Kansei pada produk-produk pertanian, khususnya produk hasil agroindustri. Di lain pihak banyak produk agroindustri yang membutuhkan perancangan dalam

3 proses pengembangannya. Rotan merupakan komoditas hasil hutan non kayu yang penting di Indonesia. Sekurangnya dua juta rakyat Indonesia yang tersebar di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera menggantungkan hidupnya pada rotan. Saat ini produk rotan alam di Indonesia mencapai sekitar 250 ribu sampai 300 ribu ton per tahun yang merupakan 85% dari produksi rotan dunia (Sumardjani 2010). Produksi tersebut menurun dibandingkan hasil kajian Departemen Kehutanan dan Perkebunan pada tahun 1998 yang menunjukkan bahwa perkiraan luas areal hutan yang berotan adalah 11,8 juta ha dengan potensi produksi rotan adalah sebesar 415.950,64 ton per tahun (Mulyadi 2001). Produk jadi industri rotan sebagian besar berorientasi ekspor. Negara tujuan ekspor utama adalah Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Amerika Serikat, Belanda, Perancis, Jerman, Inggris, Belgia, Luxemburg, Spanyol, dan Australia. Jumlah ekspor Indonesia pada tahun 2008 untuk rotan mentah adalah 30.947.193 kg dengan nilai US$ 27.948.348, sedangkan untuk produk rotan jadi mencapai 177.007.303 kg dengan nilai US$ 432.297.220. Ekspor rotan terus menurun dimana pada tahun 2009 ekspor rotan mentah/asalan sebesar 27.863.593 kg dengan nilai US$ 26.901.677 dan untuk produk rotan jadi 161.978.158 kg dengan nilai US$ 395.139.212 (BPS 2010). Salah satu penyebab penurunan ekspor produk jadi rotan Indonesia adalah bahan baku rotan lebih banyak diekspor keluar negeri (Jaelani 2010). Keluarnya keputusan Menteri Perdagangan No. 35/M-Dag/PER/11/2011 tentang penutupan ekspor bahan baku rotan berakibat berlimpahnya bahan baku rotan yang harus terserap oleh industri pengolahan rotan di dalam negeri. Industri furnitur sebagai industri utama pengolah rotan harus semakin berkembang untuk menghasilkan produk-produk yang berhasil. Salah satunya yaitu dengan cara mengembangkan berbagai desain yang disukai konsumen. Produk jadi rotan antara lain furnitur, kerajinan seperti partisi, keranjang dan lain-lain. Dalam perdagangan dunia, produk furnitur Indonesia bersaing ketat dengan produk-produk dari negara-negara lain terutama China dan Vietnam. Kursi rotan Indonesia sebagai produk ekspor dan penggunaan domestik menjadi lahan agroindustri. Menurut Rini (2006) eksportir rotan Indonesia hanya mampu

4 menjual kursi rotan di pasar Eropa dengan harga terendah US$ 4 per kg, sementara produk serupa buatan Cina dapat dijual dengan harga US$ 1,8 per kg. Permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha produk berbasis rotan antara lain disebabkan oleh masih lemahnya desain dan penyelesaian produk, tidak seragamnya mutu produk dan ketergantungan teknologi rancang bangun dan perekayasaan industri mesin dan peralatan furnitur kayu dan rotan dari luar negeri. Selain itu sebagian besar pengusaha produk rotan Indonesia melakukan ekspor melalui perantara dalam bentuk barang jadi, sehingga pengusaha rotan sangat tergantung pada pihak perantara dan pembeli (buyer), sehingga tidak memiliki pengetahuan mengenai preferensi konsumen. Faktor desain semakin menjadi penentu keberhasilan produk di pasar domestik dan ekspor, oleh karena itu pengetahuan apa saja yang menjadi keinginan konsumen sangat dibutuhkan untuk mengembangkan produk jadi rotan. Pada umumnya produk agroindustri dibuat tanpa mempertimbangkan perasaan dan tanpa menggunakan rancangan desain. Oleh karena itu diperlukan suatu perancangan produk yang menggunakan perasaan, agar lebih dapat mengakomodir keinginan dan selera konsumen. Dalam penelitian ini ada tiga isu penelitian yang dipertimbangkan. Pertama adalah bagaimana pemahaman emosi dan perasaan manusia terhadap produk. Kedua adalah bagaimana mengembangkan metode yang efektif untuk menghubungkan evaluasi berdasarkan emosi dan perasaan konsumen dengan desain produk. Ketiga bagaimana memetakan pengetahuan mengenai emosi dan perasaan konsumen tersebut terhadap desain elemen produk. Ketiga isu tersebut menjadi permasalahan pada suatu sistem penilaian produk, dalam hal ini evaluasi terhadap desain produk, khususnya produk kursi rotan. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengembangkan sistem evaluasi elemen desain produk rotan menggunakan pendekatan rekayasa Kansei. Tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi Kansei konsumen

5 2. Mengembangkan metode evaluasi elemen desain kursi rotan dengan pendekatan rekayasa Kansei 3. Mengembangkan integrasi sistem evaluasi elemen desain kursi rotan dengan pendekatan rekayasa Kansei. 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Lingkup penelitian ini meliputi hal-hal berikut: 1. Obyek penelitian adalah produk jadi rotan, yaitu kursi makan rotan (rattan dining chair). 2. Penelitian dibatasi pada persepsi konsumen terhadap desain elemen kursi rotan, yaitu desain sandaran punggung kursi rotan, desain dudukan kursi rotan, desain sandaran tangan kursi rotan, desain kaki kursi rotan dan anyaman kursi rotan. 1.4 Manfaat Penelitian Keluaran dari penelitian adalah suatu metodologi untuk melakukan evaluasi atau penilaian terhadap produk dengan mempertimbangkan perasaan, emosi atau Kansei konsumen, khususnya produk rotan. Oleh karena itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Sebagai pertimbangan awal dalam merancang produk rotan, khususnya untuk perancang produk 2. Sebagai studi awal untuk penelitian selanjutnya dalam mengembangkan desain produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. 1.5 Kebaruan Penelitian Dari referensi studi diketahui bahwa penelitian dengan pendekatan rekayasa Kansei, khususnya untuk produk agroindustri masih sangat sedikit dilakukan, Riset ini berkontribusi pada pengembangan metode evaluasi pada rekayasa Kansei, khususnya rekayasa Kansei tipe II. Penggunaan rekayasa Kansei dengan association rules dan quality function deployment (QFD) dengan pembobotan menggunakan analytical hierarcy process (AHP) pada industri furnitur rotan merupakan metode yang diklaim sebagai kebaruan pada disertasi ini.