KUMPULAN PERATURAN DESA. PERATURAN DESA CIBULUH NOMOR : 01/Perdes-cb/IV/2003 Tentang PERAN SERTA MASYARAKAT DESA DALAM MENJAGA DAN MEMELIHARA HUTAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN SERTA MASYARAKAT DESA DALAM MENJAGA DAN MEMELIHARA HUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA NEGLASARI Jl. Negla No. Neglasari Cidaun 43275

PEMERINTAH DESA KUCUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2000 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN MAGELANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DESA TEGALSARI JL. Jend Sudirman no 05 Tlp. (0333)

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

Undang Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang : Kehutanan

REUSAM KAMPUNG BENGKELANG KECAMATAN BANDAR PUSAKA KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR : TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG KECAMATAN DUKUN DESA KENINGAR Alamat : Keningar, Dukun, Magelang Kode Pos 56482

PERATURAN DESA KLARI KECAMATAN KLARI KABUPATEN KARAWANG NOMOR. TAHUN Tentang : LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PERATURAN DESA.. KECAMATAN. KABUPATEN... NOMOR :... TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN SUMBER AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang : Kehutanan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT KECAMATAN... DESA...

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

PERATURAN DESA PATEMON NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG TATA KELOLA SUMBER DAYA AIR DESA PATEMON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA PATEMON

PRINSIP-PRINSIP DASAR KELOMPOK DI DUSUN MUARA TIGA KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG KOTA BONTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN DESA

REUSAM KAMPUNG BATU BEDULANG KECAMATAN BANDAR PUSAKA KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR : 147 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2000 SERI D NOMOR SERI 6

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DESA NOMOR 17 TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO S A L I N A N

KEPALA DESA BANGUNSARI KECAMATAN SONGGON KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA NOMOR 7 TAHUN 2016 T E N T A N G PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2004 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

KEPALA DESA MARGOMULYO KABUPATEN BLITAR PERATURAN KEPALA DESA MARGOMULYO NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN KARANGGAYAM DESA LOGANDU

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PELESTARIAN SATWA BURUNG DAN IKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perda No. 8 / 2003 tentang Susunan organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa di Kabupaten Magelang.

1 of 5 02/09/09 11:52

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1993 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 21 TAHUN 2013

BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN DI WILAYAH KABUPATEN MADIUN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENERTIBAN PENEBANGAN POHON DAN BAMBU DI LUAR KAWASAN HUTAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

ATURAN INTERNAL KELOMPOK MASYARAKAT PEDULI HUTAN (KMPH) Rigis Atas dan Rigis Bawah Dusun Rigis Jaya II TUJUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 45 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 3

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 677/KPTS-II/1998 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN,

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA

BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 7 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

KUMPULAN PERATURAN DESA PERATURAN DESA CIBULUH NOMOR : 01/Perdes-cb/IV/2003 Tentang PERAN SERTA MASYARAKAT DESA DALAM MENJAGA DAN MEMELIHARA HUTAN PERATURAN DESA PUNCAKBARU NOMOR : 04/Perdes-PB/IV/2003 Tentang PERAN SERTA WARGA DESA DALAM PELESTARIAN HUTAN PERATURAN DESA MEKARJAYA NOMOR : 01/Perdes-MJ/IV/2003 Tentang PERAN SERTA WARGA DESA DALAM MENJAGA DAN MEMELIHARA HUTAN PERATURAN DESA GELARPAWITAN NOMOR : 01/Perdes-GP/IV/2003 Tentang PARTISIPASI WARGA DESA DALAM PELESTARIAN HUTAN PERATURAN DESA NEGLASARI NOMOR : 04/Perdes-NS/IV/2003 Tentang PERAN SERTA MASYARAKAT DESA DALAM MENJAGA DAN MEMELIHARA HUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA CIBULUH Jl. Lurah Bintang No. 129 Cibuluh, Cidaun, Cianjur 43275 PERATURAN DESA CIBULUH NOMOR: 01/Perdes-cb/IV/2003 Tentang PERAN SERTA MASYARAKAT DESA DALAM MENJAGA DAN MEMELIHARA HUTAN DENGAN RAHMAT ALLAH SWT, KEPALA DESA CIBULUH: Menimbang: a. Bahwa hutan, menurut UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sebagai penyangga kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat cenderung menurun kondisinya, oleh karena itu keberadaannya harus dipertahankan secara optimal dijaga daya dukungnya secara lestari, dan diurus dengan akhlak mulia, adil, arif, bijaksana serta bertanggung-gugat; b. Bahwa desa menurut UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten; c. Bahwa menurut UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Bab X, masyarakat berkewajiban untuk ikut serta memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan dan perusakkan dan lain-lain; d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c perlu ditetapkan 1

peraturan desa tentang Peran Serta Masyarakat Desa dalam Menjaga dan Memelihara Hutan. Mengingat: 1. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60). 2. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167). 3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49). 4. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Hutan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68). 5. Undang-undang No. 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten di Lingkungan Jawa Barat (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 60). 6. Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2000 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 142). 7. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur No. 9 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Badan Perwakilan Desa. 8. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur No. 12 Tahun 2000 tentang Peraturan Desa. 9. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur No. 15 Tahun 2000 tentang Pemberdayaan dan Pelestarian serta pengembangan Adat Istiadat, Kebiasaan-kebiasaan Masyarakat dan Lembaga Adat. Memperhatikan: Musyawarah Desa Cibuluh tanggal 2 April 2003 tentang penyusunan peraturan desa Cibuluh 2

Dengan persetujuan BADAN PERWAKILAN DESA (BPD) DESA CIBULUH MEMUTUSKAN: Menetapkan: Peraturan Desa Cibuluh tentang Peran Serta Masyarakat Desa Dalam Menjaga dan Memelihara Hutan. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Pertama Pengertian Pasal 1 Dalam peraturan desa ini yang dimaksud dengan : a. Desa adalah Desa Cibuluh; b. Kepala Desa adalah Kepala Desa Cibuluh; c. BPD adalah Badan Perwakilan Desa Cibuluh; d. Warga masyarakat adalah warga masyarakat yang berada di wilayah desa Cibuluh baik penduduk tetap maupun pendatang; e. Hutan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain; f. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, dan kawasan hutan yang diselenggarakan secara terpadu; g. Hutan cagar alam adalah hutan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai kawasan hutan pelestarian, dalam hal ini Cagar Alam Gunung Simpang; h. Hutan lindung desa adalah hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir dan sebagainya. 3

Bagian Kedua Azas dan Tujuan Pasal 2 (1) Azas peraturan desa tentang hutan dan kehutanan ini adalah sebagaimana azas pada UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yaitu manfaat yang lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan. (2) Tujuannya adalah: a. Menampung peran serta masyarakat dalam menjaga dan memelihara hutan dan kehutanan; b. Untuk menyelesaikan persengketaan yang ada di masyarakat; c. Meningkatkan kesejahateraan masyarakat; d. Mewujudkan peran pemerintahan desa di masyarakat (3) Tata cara mencapai tujuan akan dirumuskan dalam program kerja melalui keputusan desa. BAB II TUGAS DAN KEWAJIBAN Pasal 3 (1) Seluruh warga masyarakat diwajibkan: a. Menjaga dan memelihara hutan cagar alam dan hutan lindung desa; b. Menjaga dan memelihara sumber mata air dan daerah resapan air sekitarnya; c. Menghijaukan kembali lahan-lahan kritis seperti tebing-tebing, pinggir-pinggir sungai, pinggir-pinggir jalan dan sebagainya; d. Menanam pohon jenis buah-buahan untuk menunjang kegiatan ekonomi di lahan pribadi. (2) Tata cara penghijauan di lahan-lahan umum diatur oleh pemerintah desa setelah musyawarah dengan BPD. 4

Pasal 4 (1) Seluruh warga masyarakat dilarang: a. Menebang pohon di hutan cagar alam dan hutan lindung desa; b. Menebang pohon di sumber-sumber mata air termasuk di lahan milik pribadi; c. Menggarap lahan di hutan cagar alam dan hutan lindung desa; d. Berburu binatang atau satwa yang dilindungi dengan cara apapun seperti senapan angin, jaring dan lain-lain; e. Menggembalakan hewan peliharaan di lahanlahan bukan miliknya. (2) Tata cara pelarangan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diatur dengan mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 5 (1) Barang siapa yang akan menikah, maka diwajibkan menanam pohon kayu umur panjang di lahan pribadi. (2) Pelaksanaan penanaman sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini dilakukan ketika membuat surat NA dan dilaporkan kepada Kepala Desa melalui Ketua RT dan Kepala Dusun. (3) Syarat-syarat penanaman, jenis kayu, dan ketentuan lain diatur dalam keputusan desa. (4) Data laporan tersebut didokumentasikan untuk menjadi catatan jumlah pohon yang ditanam setiap tahun. Pasal 6 (1) Orang tua anak yang baru lahir dianjurkan untuk menanam pohon kayu di lahan pribadi. (2) Tata cara penanaman dilakukan ketika meminta surat keterangan lahir dari Kepala desa. 5

BAB III SATUAN TUGAS Pasal 7 (1) Untuk melaksanakan pengamanan hutan, dibentuk satuan tugas khusus oleh desa. (2) Nama satuan tugas, personil dan jumlahnya serta jadwal tugasnya diatur oleh keputusan desa. (3) Satuan tugas dilantik dalam suatu acara khusus. Pasal 8 (1) Tugas dan kewajiban satuan tugas ini adalah: a. Melakukan patroli pengawasan hutan cagar alam dan hutan lindung desa; b. Melakukan pendataan sumber-sumber mata air; c. Melakukan pendataan keanekaragaman hayati di hutan cagar alam dan hutan lindung desa sebagai salah satu asset desa; d. Mengawasi penebangan pohon kayu di lahan pribadi; e. Melakukan tugas lain yang berhubungan dengan Hutan dan kehutanan. (2) Dalam melaksanakan tugasnya satuan tugas ini harus berkoordinasi dengan aparat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Pasal 9 (1) Satuan tugas berwenang: a. Melakukan penyuluhan kepada seluruh warga; b. Merampas atau menyita barang bukti pelanggaran; c. Melakukan penindakan terhadap siapa saja yang melanggar dan melimpahkannnya ke persidangan disertai catatan pelanggarannya; (2) Pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini sedapat mungkin tidak dengan cara kekerasan dan tidak boleh bertentangan dengan hukum yang berlaku serta tidak pandang bulu. 6

Pasal 10 (1) Satuan tugas dilengkapi dengan surat tugas, seragam, dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan. (2) Satuan tugas harus melaporkan hasil kerjanya kepada Kepala Desa dan tembusan kepada BPD. BAB IV TENTANG CHAINSAW (SIMSO) Pasal 11 (1) Barang siapa di antara warga memiliki chainsaw (simso) maka harus dilengkapi dengan surat-surat kepemilikan dari instansi berwenang. (2) Apabila chainsaw (simso) akan digunakan di wilayah desa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. melampirkan surat-surat kepemilikan; b. pohon yang ditebang harus milik dan atau di lahan milik tetapi tidak boleh di sumber mata air dan di lahan kritis lainnya ; c. harus mendapat surat ijin tebang dari Ketua RT, Kepala Dusun, dan Kepala Desa serta membayar retribusi. (3) Bagi pemilik chainsaw (simso) dari luar desa, maka harus memenuhi persyaratan sebagaimana ayat (2) pasal ini, jika tidak memenuhi maka harus ditolak. BAB VI PRASARANA UMUM Pasal 12 (1) Untuk menunjang kebutuhan kayu pembangunan prasarana umum modal swadaya tata caranya diatur melalui musyawarah desa. (2) Musyawarah desa sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal 12 ini minimal dihadiri Kepala Desa dan aparatnya, BPD, Ketua RT dan Kepala Dusun 7

bersangkutan, BKSDA, dan lembaga lain yang ada di desa. (3) Musyawarah harus memutuskan jumlah kayu yang dibutuhkan, lokasi dan jenis kayu yang akan dipergunakan, serta waktu pengambilan. (4) Kayu yang akan dipergunakan tidak boleh menebang, tetapi kayu yang sudah roboh. Pasal 13 (1) Pelaksana penggergajian kayu penunjang prasarana umum dilakukan oleh satuan tugas yang telah dibentuk. (2) Apabila kebutuhan kayu berasal dari hutan cagar alam, maka harus berkoordinasi dengan aparat BKSDA. 8 BAB VII SANKSI Pasal 14 (1) Barang siapa warga masyarakat yang melanggar peraturan desa ini maka dikenakan sanksi diajukan ke persidangan tingkat RT. (2) Apabila persidangan tingkat RT, permasalahan tidak selesai, maka dilanjutkan ke persidangan tingkat Dusun. (3) Apabila persidangan tingkat dusun permasalahan tidak selesai, maka dilanjutkan ke persidangan tingkat Desa. (4) Pada setiap persidangan harus dilampirkan Berita Acara Persidangan dan Surat Pernyataan di atas segel yang ditanggung pelanggar. Pasal 15 (1) Apabila sampai persidangan tingkat desa permasalahan tidak selesai, maka akan dilimpahkan ke aparat yang berwenang (kepolisian dsb.) dan segala sesuatu akibatnya di luar tanggung jawab dan kewenangan pemerintahan desa.

(2) Setiap persidangan dipimpin oleh ketua tingkatannya masing-masing, dihadiri tokoh masyarakat yang ada, dan perwakilan BPD. (3) Setiap persidangan didokumentasikan untuk menjadi catatan pemerintah desa. BAB VIII ATURAN PENUTUP Pasal 16 (1) Hal-hal yang belum termasuk dalam peraturan desa ini akan diatur kemudian oleh keputusan desa. (2) Peraturan desa ini akan direvisi seperlunya apabila ada kekeliruan. (3) Dengan berlakunya Peraturan Desa ini, maka segala bentuk peraturan atau kesepakatan yang bertentangan dinyatakan tidak berlaku. (4) Peraturan desa ini berlaku 30 hari sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Cibuluh Tanggal: Jam : Kepala Desa Cibuluh, Rusyana, S.Pd.I Lembaran Desa Tahun 2003 Nomor.. Sekretaris Desa Cibuluh, Memed Mulyadi 9

LEMBAR PERSETUJUAN BADAN PERWAKILAN DESA (BPD) DESA CIBULUH No. NAMA JABATAN 1 Mistar Otang Ketua 1 2 Ako Kosmana Wakil Ketua 1 2 3 D. Hermawan Wakil Ketua 2 3 4 Turkie Supardan, A.Md. Anggota 5 I p a n Anggota 5 4 TANDA TANGAN 6 7 Uya suhendi Anggota 6 Kartini Anggota 7 8 O l i s Anggota 8 9 Akmana Anggota 9 10 H a d i m Anggota 10 11 T a r s a Anggota 11 12 13 Watikah Anggota 12 Parman Anggota 13 Cibuluh,.2003 Sekretaris Badan Perwakilan Desa (BPD) Cibuluh, R. Kusmajadi 10

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA PUNCAKBARU Jl. Puncakbaru No. Puncakbaru Cidaun 43275 PERATURAN DESA PUNCAKBARU NOMOR: 04/Perdes-PB/IV/2003 Tentang PERAN SERTA WARGA DESA DALAM PELESTARIAN HUTAN DENGAN RAHMAT ALLAH SWT, KEPALA DESA PUNCAKBARU: Menimbang: a. Bahwa hutan adalah amanat Allah SWT yang menurut UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sebagai penyangga kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat cenderung menurun kondisinya, oleh karena itu keberadaannya harus dipertahankan secara optimal dijaga daya dukungnya secara lestari, dan diurus dengan akhlak mulia, adil, arif, bijaksana serta bertanggung-gugat; b. Bahwa desa menurut UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten; c. Bahwa menurut UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Bab X, masyarakat berkewajiban untuk ikut serta memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan, perusakan dan lain-lain; d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c, serta untuk 11

mengatur partisipasi warga desa maka perlu ditetapkan peraturan desa tentang Peran Serta Warga Desa Dalam Pelestarian Hutan. Mengingat: 1. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60). 2. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167). 3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49). 4. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Hutan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68). 5. Undang-undang No. 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten di Lingkungan Jawa Barat (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 60). 6. Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2000 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 142). 7. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur No. 9 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Badan Perwakilan Desa. 8. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur No. 12 Tahun 2000 tentang Peraturan Desa. 9. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur No. 15 Tahun 2000 tentang Pemberdayaan dan Pelestarian serta pengembangan Adat Istiadat, Kebiasaan-kebiasaan Masyarakat dan Lembaga Adat. Memperhatikan: Musyawarah Desa Puncakbaru tanggal 31 Maret 2003 yang membahas tentang penyusunan Peraturan Desa Puncakbaru 12

Dengan persetujuan BADAN PERWAKILAN DESA (BPD) DESA PUNCAKBARU MEMUTUSKAN Menetapkan: Peraturan Desa Puncakbaru tentang Peran Serta Warga Desa Dalam Pelestarian Hutan BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam peraturan desa ini yang dimaksud dengan: a. Desa adalah desa Puncakbaru; b. Kepala Desa adalah Kepala Desa Puncakbaru; c. BPD adalah Badan Perwakilan Desa Puncakbaru; d. Warga masyarakat adalah warga masyarakat yang berada di wilayah desa Puncakbaru baik penduduk tetap maupun pendatang; e. Hutan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain; f. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, dan kawasan hutan yang diselenggarakan secara terpadu; g. Hutan cagar alam adalah hutan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai kawasan hutan pelestarian, dalam hal ini Cagar Alam Gunung Simpang; h. Hutan lindung desa adalah hutan yang menjadi hak milik desa mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir dan sebagainya. 13

Bagian Kedua Azas dan Tujuan Pasal 2 (1) Azas peraturan desa tentang hutan dan kehutanan ini adalah sebagaimana azas pada UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yaitu manfaat yang lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan. (2) Tujuannya adalah : a. Untuk menampung peran serta masyarakat dalam menjaga dan memelihara hutan dan kehutanan ; b. Untuk menyelesaikan persengketaan yang ada di masyarakat; c. Untuk meningkatkan kesejahateraan masyarakat desa; d. Untuk mewujudkan peran pemerintahan desa di masyarakat. (3) Tata cara mencapai tujuan akan dirumuskan dalam program kerja melalui keputusan desa. BAB II TUGAS DAN KEWAJIBAN Pasal 3 (1) Seluruh warga masyarakat diwajibkan: a. Menjaga dan memelihara kelestarian hutan cagar alam dan hutan lindung desa; b. Menjaga dan memelihara kelestarian sumber mata air dan daerah resapan air sekitarnya; c. Menghijaukan kembali lahan-lahan kritis yang sudah gundul seperti tebing-tebing, pinggirpinggir jalan, sekitar sumber-sumber mata air dan sebagainya; d. Menanam pohon kayu jenis apa saja minimal 2 pohon dalam setahun di lahan pribadi. (2) Tata cara penghijauan di lahan-lahan umum sebagaimana dimaksud ayat (1) butir c pasal ini 14

diatur oleh pemerintah desa setelah musyawarah dengan BPD. Pasal 4 (1) Seluruh warga masyarakat dilarang: a. Menebang pohon di hutan cagar alam dan hutan lindung desa; b. Menebang pohon dan menggarap lahan di sekitar sumber-sumber mata air walaupun di lahan milik pribadi; c. Menggarap lahan di hutan cagar alam dan hutan lindung desa untuk pertanian, pemukiman, dan kegiatan lainnya yang akan merubah fungsi hutan; d. Berburu dan memperjualbelikan binatang atau satwa yang dilindungi dengan cara apapun; e. Menggembalakan hewan peliharaan di lahanlahan bukan miliknya. (2) Seluruh warga desa juga diwajibkan melakukan pencegahan hal-hal yang dimaksud ayat (1) pasal ini, baik yang dilakukan warga desa atau dari luar desa. (3) Tata cara pelarangan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diatur dengan mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 5 (1) Barang siapa yang akan menikah, maka diwajibkan menanam pohon kayu umur panjang di lahan pribadi. (2) Pelaksanaan penanaman sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dilakukan ketika membuat surat NA dan dilaporkan kepada Kepala Desa melalui Ketua RT dan Kepala Dusun. (3) Syarat-syarat penanaman, jenis kayu, dan ketentuan lain diatur dalam keputusan desa. (4) Data laporan tersebut didokumentasikan untuk menjadi catatan jumlah pohon yang ditanam setiap tahun. 15

Pasal 6 (1) Orang tua anak yang baru lahir dianjurkan untuk menanam pohon kayu di lahan pribadi. (2) Tata cara penanaman dilakukan ketika meminta surat keterangan lahir dari Kepala desa. BAB III TENTANG CHAINSAW (SIMSO) DAN SENAPAN ANGIN Pasal 7 (1) Barang siapa di antara warga memiliki chainsaw (simso) maka harus dilengkapi dengan surat-surat kepemilikan dari instansi berwenang. (2) Apabila chainsaw (simso) akan digunakan di wilayah desa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. melampirkan surat-surat kepemilikan; b. pohon yang ditebang harus milik dan atau di lahan milik tetapi tidak boleh di sumber mata air dan di lahan kritis lainnya; c. harus mendapat surat ijin tebang dari Ketua RT, Kepala Dusun, dan Kepala Desa serta membayar retribusi. (3) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini, harus dikontrol dahulu oleh petugas atau tim yang sudah dibentuk. (4) Bagi pemilik chainsaw (simso) dari luar desa, maka harus memenuhi persyaratan sebagaimana ayat (2) pasal ini, jika tidak memenuhi maka harus ditolak. Pasal 8 (1) Semua jenis senapan angin dilarang beroperasi di hutan-hutan wilayah desa Puncakbaru. (2) Seluruh warung-warung di wilayah desa Puncakbaru dilarang memperjualbelikan peluru senapan angin. 16

BAB IV SATUAN TUGAS Pasal 9 (1) Untuk melaksanakan pengamanan hutan, dibentuk satuan tugas khusus oleh desa. (2) Nama satuan tugas, personil dan jumlahnya serta jadwal tugasnya diatur oleh keputusan desa. (3) Satuan tugas dilantik dalam suatu acara khusus. Pasal 10 (1) Tugas dan kewajiban satuan tugas ini adalah : a. Melakukan patroli pengawasan hutan cagar alam dan hutan lindung desa; b. Melakukan pendataan sumber-sumber mata air yang ada di wilayah desa; c. Melakukan pendataan keanekaragaman hayati di hutan cagar alam dan hutan lindung desa sebagai salah satu asset desa; d. Membetulkan tapal batas sesuai dengan aturan pemerintah; e. Mengawasi penebangan pohon kayu di lahan pribadi; f. Mencatat semua pelanggaran yang ditemui di lapangan; g. Melakukan tugas lain yang berhubungan dengan Hutan dan kehutanan. (2) Dalam melaksanakan tugasnya satuan tugas ini harus berkoordinasi dengan aparat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Pasal 11 (1) Satuan tugas berwenang: a. Melakukan penyuluhan kepada seluruh warga desa; b. Merampas atau menyita barang bukti pelanggaran; c. Melakukan penindakan terhadap siapa saja yang melanggar dan melimpahkannnya ke persidangan disertai catatan pelanggarannya; (2) Pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini sedapat mungkin tidak dengan 17

cara kekerasan dan tidak boleh bertentangan dengan hukum yang berlaku serta tidak pandang bulu. Pasal 12 (1) Satuan tugas dilengkapi dengan surat tugas, seragam, dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan. (2) Satuan tugas harus melaporkan hasil kerjanya kepada Kepala Desa dan tembusan kepada BPD. BAB V KEPERLUAN PRASARANA UMUM Pasal 13 (1) Untuk menunjang kebutuhan kayu pembangunan prasarana umum modal swadaya tata caranya diatur melalui musyawarah desa. (2) Musyawarah desa sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal 12 ini minimal dihadiri Kepala Desa dan aparatnya, BPD, Ketua RT dan Kepala Dusun bersangkutan, BKSDA, dan lembaga lain yang ada di desa. (3) Musyawarah harus memutuskan jumlah kayu yang dibutuhkan, lokasi dan jenis kayu yang akan dipergunakan, serta waktu pengambilan. (4) Kayu yang akan dipergunakan tidak boleh menebang, tetapi kayu yang sudah roboh. Pasal 14 (1) Pelaksana penggergajian kayu penunjang prasarana umum dilakukan oleh satuan tugas yang telah dibentuk. (2) Apabila kebutuhan kayu berasal dari hutan cagar alam, maka harus berkoordinasi dengan aparat BKSDA. 18

BAB VI SANKSI Pasal 15 (1) Barang siapa warga masyarakat yang melanggar peraturan desa ini maka dikenakan sanksi diajukan ke persidangan tingkat RT. (2) Apabila persidangan tingkat RT, permasalahan tidak selesai, maka dilanjutkan ke persidangan tingkat Dusun. (3) Apabila persidangan tingkat dusun permasalahan tidak selesai, maka dilanjutkan ke persidangan tingkat Desa. (4) Pada setiap persidangan harus dilampirkan Berita Acara Persidangan dan Surat Pernyataan di atas segel yang ditanggung pelanggar. (5) Setiap persidangan diumumkan kepada masyarakat luas. Pasal 16 (1) Apabila sampai persidangan tingkat desa permasalahan tidak selesai, maka akan dilimpahkan ke aparat yang berwenang (kepolisian dsb.) dan segala sesuatu akibatnya di luar tanggung jawab dan kewenangan pemerintahan desa. (2) Setiap persidangan dipimpin oleh ketua tingkatannya masing-masing, dihadiri tokoh masyarakat yang ada, dan perwakilan BPD. (3) Setiap persidangan didokumentasikan untuk menjadi catatan pemerintah desa. BAB VII ATURAN PENUTUP Pasal 17 (1) Dengan berlakunya Peraturan Desa ini segala peraturan lain atau kesepakatan-kesepakatan lain di tingkat desa yang bertentangan dinyatakan tidak berlaku. 19

(2) Hal-hal yang belum termasuk dalam peraturan desa ini akan diatur kemudian oleh keputusan desa. (3) Peraturan desa ini akan direvisi seperlunya apabila ada kekeliruan. (4) Peraturan desa ini berlaku 30 hari sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Puncakbaru Tanggal: Jam: Kepala Desa Puncakbaru, E. Sutisna Lembaran Desa Tahun 2003 Nomor.. Sekretaris Desa Puncakbaru, E. Setiawan 20

LEMBAR PERSETUJUAN BADAN PERWAKILAN DESA (BPD) DESA PUNCAKBARU No. NAMA JABATAN 1 Ade Rohmanuddin Ketua 1 TANDA TANGAN 2 Dadam Rosadi 3 S a k i n 4 Wakil Ketua 1 Wakil Ketua 2 H. U. Yunus Anggota 4 2 3 5 6 7 Juanda Anggota 5 Iri Saepudin Anggota 6 M. Nasir Anggota 7 8 I d i k Anggota 8 9 10 11 Hendar Wasri Anggota 9 Suryana Anggota 10 Kasman Anggota 11 Puncakbaru,.2003 Sekretaris Badan Perwakilan Desa (BPD) Puncakbaru, Sali Kasmana 21

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA MEKARJAYA Jl. Perintis No. 4 Mekarjaya Cidaun 43275 PERATURAN DESA MEKARJAYA NOMOR: 01/Perdes-MJ/IV/2003 Tentang PERAN SERTA WARGA DESA DALAM MENJAGA DAN MEMELIHARA HUTAN DENGAN RAHMAT ALLAH SWT, KEPALA DESA MEKARJAYA: Menimbang: a. Bahwa hutan adalah amanat Allah SWT yang menurut UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sebagai penyangga kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat cenderung menurun kondisinya, oleh karena itu keberadaannya harus dipertahankan secara optimal dijaga daya dukungnya secara lestari, dan diurus dengan akhlak mulia, adil, arif, bijaksana serta bertanggung-gugat; b. Bahwa desa menurut UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten; c. Bahwa menurut UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Bab X, masyarakat berkewajiban untuk ikut serta memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan, perusakan dan lain-lain; d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c, serta untuk 22

mengatur partisipasi warga desa maka perlu ditetapkan peraturan desa tentang Peran Serta Warga Desa dalam Menjaga dan Memelihara Hutan. Mengingat: 1. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60). 2. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167). 3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49). 4. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Hutan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68). 5. Undang-undang No. 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten di Lingkungan Jawa Barat (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 60). 6. Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2000 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 142). 7. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur No. 9 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Badan Perwakilan Desa. 8. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur No. 12 Tahun 2000 tentang Peraturan Desa. 9. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur No. 15 Tahun 2000 tentang Pemberdayaan dan Pelestarian serta pengembangan Adat Istiadat, Kebiasaan-kebiasaan Masyarakat dan Lembaga Adat. Memperhatikan: Musyawarah Desa Mekarjaya tanggal 29 Maret 2003 yang membahas tentang penyusunan Peraturan Desa Mekarjaya 23

Dengan peresetujuan BADAN PERWAKILAN DESA (BPD) DESA MEKARJAYA MEMUTUSKAN Menetapkan: Peraturan Desa Mekarjaya tentang Peran Serta Warga Desa dalam Menjaga dan Memelihara Hutan BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam peraturan desa ini yang dimaksud dengan : a. Desa adalah desa Mekarjaya; b. Kepala Desa adalah Kepala Desa Mekarjaya; c. BPD adalah Badan Perwakilan Desa Mekarjaya; d. Warga masyarakat adalah warga masyarakat yang berada di wilayah desa Mekarjaya baik penduduk tetap maupun pendatang; e. Hutan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain; f. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, dan kawasan hutan yang diselenggarakan secara terpadu; g. Hutan cagar alam adalah hutan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai kawasan hutan pelestarian, dalam hal ini Cagar Alam Gunung Simpang; h. Hutan lindung desa adalah hutan yang menjadi hak milik desa mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir dan sebagainya. 24

Bagian Kedua Azas dan Tujuan Pasal 2 (1) Azas peraturan desa tentang hutan dan kehutanan ini adalah sebagaimana azas pada UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yaitu manfaat yang lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan. (2) Tujuannya adalah: a. Untuk menampung peran serta masyarakat dalam menjaga dan memelihara hutan dan kehutanan; b. Untuk menyelesaikan persengketaan yang ada di masyarakat; c. Untuk meningkatkan kesejahateraan masyarakat desa; d. Untuk mewujudkan peran pemerintahan desa di masyarakat. (3) Tata cara mencapai tujuan akan dirumuskan dalam program kerja melalui keputusan desa. BAB II TUGAS DAN KEWAJIBAN Pasal 3 (1) Seluruh warga masyarakat diwajibkan: a. Menjaga dan memelihara kelestarian hutan cagar alam dan hutan lindung desa; b. Menjaga dan memelihara kelestarian sumber mata air dan daerah resapan air sekitarnya; c. Menghijaukan kembali lahan-lahan kritis yang sudah gundul seperti tebing-tebing, pinggirpinggir jalan, sekitar sumber-sumber mata air dan sebagainya; d. Menanam pohon kayu jenis apa saja minimal 2 pohon dalam setahun di lahan pribadi. (2) Tata cara penghijauan di lahan-lahan umum sebagaimana dimaksud ayat (1) butir c pasal ini 25

diatur oleh pemerintah desa setelah musyawarah dengan BPD. Pasal 4 (1) Seluruh warga masyarakat dilarang : a. Menebang pohon di hutan cagar alam dan hutan lindung desa; b. Menebang pohon dan menggarap lahan di sekitar sumber-sumber mata air walaupun di lahan milik pribadi; c. Menggarap lahan di hutan cagar alam dan hutan lindung desa untuk pertanian, pemukiman, dan kegiatan lainnya yang akan merubah fungsi hutan; d. Berburu dan memperjualbelikan binatang atau satwa yang dilindungi dengan cara apapun; e. Menggembalakan hewan peliharaan di lahanlahan bukan miliknya. (2) Seluruh warga desa juga diwajibkan melakukan pencegahan hal-hal yang dimaksud ayat (1) pasal ini, baik yang dilakukan warga desa atau dari luar desa. (3) Tata cara pelarangan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diatur dengan mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 5 (1) Barang siapa yang akan menikah, maka diwajibkan menanam pohon kayu umur panjang di lahan pribadi. (2) Pelaksanaan penanaman sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dilakukan ketika membuat surat NA dan dilaporkan kepada Kepala Desa melalui Ketua RT dan Kepala Dusun. (3) Syarat-syarat penanaman, jenis kayu, dan ketentuan lain diatur dalam keputusan desa. (4) Data laporan tersebut didokumentasikan untuk menjadi catatan jumlah pohon yang ditanam setiap tahun. 26

Pasal 6 (1) Orang tua anak yang baru lahir dianjurkan untuk menanam pohon kayu di lahan pribadi. (2) Tata cara penanaman dilakukan ketika meminta surat keterangan lahir dari Kepala desa. BAB III TENTANG CHAINSAW (SIMSO) DAN SENAPAN ANGIN Pasal 7 (1) Barang siapa di antara warga memiliki chainsaw (simso) maka harus dilengkapi dengan surat-surat kepemilikan dari instansi berwenang. (2) Apabila chainsaw (simso) akan digunakan di wilayah desa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. melampirkan surat-surat kepemilikan; b. pohon yang ditebang harus milik dan atau di lahan milik tetapi tidak boleh di sumber mata air dan di lahan kritis lainnya; c. harus mendapat surat ijin tebang dari Ketua RT, Kepala Dusun, dan Kepala Desa serta membayar retribusi. (3) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini, harus dikontrol dahulu oleh petugas atau tim yang sudah dibentuk. (4) Bagi pemilik chainsaw (simso) dari luar desa, maka harus memenuhi persyaratan sebagaimana ayat (2) pasal ini, jika tidak memenuhi maka harus ditolak. Pasal 8 (1) Semua jenis senapan angin dilarang beroperasi di hutan-hutan wilayah desa Mekarjaya. (2) Seluruh warung-warung di wilayah desa Mekarjaya dilarang memperjualbelikan peluru senapan angin. 27

BAB IV SATUAN TUGAS Pasal 9 (1) Untuk melaksanakan pengamanan hutan, dibentuk satuan tugas khusus oleh desa. (2) Nama satuan tugas, personil dan jumlahnya serta jadwal tugasnya diatur oleh keputusan desa. (3) Satuan tugas dilantik dalam suatu acara khusus. Pasal 10 (1) Tugas dan kewajiban satuan tugas ini adalah: a. Melakukan patroli pengawasan hutan cagar alam dan hutan lindung desa; b. Melakukan pendataan sumber-sumber mata air yang ada di wilayah desa; c. Melakukan pendataan keanekaragaman hayati di hutan cagar alam dan hutan lindung desa sebagai salah satu asset desa; d. Membetulkan tapal batas sesuai dengan aturan pemerintah; e. Mengawasi penebangan pohon kayu di lahan pribadi; f. Mencatat semua pelanggaran yang ditemui di lapangan; g. Melakukan tugas lain yang berhubungan dengan Hutan dan kehutanan. (2) Dalam melaksanakan tugasnya satuan tugas ini harus berkoordinasi dengan aparat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Pasal 11 (1) Satuan tugas berwenang: a. Melakukan penyuluhan kepada seluruh warga desa; b. Merampas atau menyita barang bukti pelanggaran; c. Melakukan penindakan terhadap siapa saja yang melanggar dan melimpahkannnya ke persidangan disertai catatan pelanggarannya; 28

(2) Pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini sedapat mungkin tidak dengan cara kekerasan dan tidak boleh bertentangan dengan hukum yang berlaku serta tidak pandang bulu. Pasal 12 (1) Satuan tugas dilengkapi dengan surat tugas, seragam, dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan. (2) Satuan tugas harus melaporkan hasil kerjanya kepada Kepala Desa dan tembusan kepada BPD. BAB V KEPERLUAN PRASARANA UMUM Pasal 13 (1) Untuk menunjang kebutuhan kayu pembangunan prasarana umum modal swadaya tata caranya diatur melalui musyawarah desa. (2) Musyawarah desa sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal 12 ini minimal dihadiri Kepala Desa dan aparatnya, BPD, Ketua RT dan Kepala Dusun bersangkutan, BKSDA, dan lembaga lain yang ada di desa. (3) Musyawarah harus memutuskan jumlah kayu yang dibutuhkan, lokasi dan jenis kayu yang akan dipergunakan, serta waktu pengambilan. (4) Kayu yang akan dipergunakan tidak boleh menebang, tetapi kayu yang sudah roboh. Pasal 14 (1) Pelaksana penggergajian kayu penunjang prasarana umum dilakukan oleh satuan tugas yang telah dibentuk. (2) Apabila kebutuhan kayu berasal dari hutan cagar alam, maka harus berkoordinasi dengan aparat BKSDA. 29

BAB VI SANKSI Pasal 15 (1) Barang siapa warga masyarakat yang melanggar peraturan desa ini maka dikenakan sanksi diajukan ke persidangan tingkat RT. (2) Apabila persidangan tingkat RT, permasalahan tidak selesai, maka dilanjutkan ke persidangan tingkat Dusun. (3) Apabila persidangan tingkat dusun permasalahan tidak selesai, maka dilanjutkan ke persidangan tingkat Desa. (4) Pada setiap persidangan harus dilampirkan Berita Acara Persidangan dan Surat Pernyataan di atas segel yang ditanggung pelanggar. (5) Setiap persidangan diumumkan kepada masyarakat luas. Pasal 16 (1) Apabila sampai persidangan tingkat desa permasalahan tidak selesai, maka akan dilimpahkan ke aparat yang berwenang (kepolisian dsb.) dan segala sesuatu akibatnya di luar tanggung jawab dan kewenangan pemerintahan desa. (2) Setiap persidangan dipimpin oleh ketua tingkatannya masing-masing, dihadiri tokoh masyarakat yang ada, dan perwakilan BPD. (3) Setiap persidangan didokumentasikan untuk menjadi catatan pemerintah desa. BAB VII ATURAN PENUTUP Pasal 17 (1) Dengan berlakunya Peraturan Desa ini segala peraturan lain atau kesepakatan-kesepakatan lain di tingkat desa yang bertentangan dinyatakan tidak berlaku. 30

(2) Hal-hal yang belum termasuk dalam peraturan desa ini akan diatur kemudian oleh keputusan desa. (3) Peraturan desa ini akan direvisi seperlunya apabila ada kekeliruan. (4) Peraturan desa ini berlaku 30 hari sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Mekarjaya Tanggal: Jam: Kepala Desa Mekarjaya, Ahi Setia Permana Lembaran Desa Tahun 2003 Nomor.. Sekretaris Desa Mekarjaya, Iing Suherlan 31

LEMBAR PERSETUJUAN BADAN PERWAKILAN DESA (BPD) DESA MEKARJAYA No. NAMA JABATAN 1 2 Sapdi Supriadi Ketua 1 Ismawati Ningrum Wakil Ketua 1 2 3 S a p e i Wakil Ketua 2 3 TANDA TANGAN 4 Rohidin Anggota 4 5 E n a b Anggota 5 6 Kahman Anggota 6 7 D u d u Anggota 7 8 Tarmana Anggota 8 9 D i k r i Anggota 9 10 H a r u n Anggota 10 11 12 13 Somantri Anggota 11 Nuryaman Anggota 12 Sukandi Anggota 13 Mekarjaya, 2003 Sekretaris Badan Perwakilan Desa (BPD) Mekarjaya, Daud Hermanto 32

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA GELARPAWITAN Jl. Panuusan No. Gelarpawitan Cidaun 43275 PERATURAN DESA GELARPAWITAN NOMOR: 01/Perdes-GP/IV/2003 Tentang PARTISIPASI WARGA DESA DALAM PELESTARIAN HUTAN DENGAN RAHMAT ALLAH SWT, KEPALA DESA GELARPAWITAN: Menimbang: a. Bahwa hutan adalah amanat Allah SWT yang menurut UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sebagai penyangga kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat cenderung menurun kondisinya, oleh karena itu keberadaannya harus dipertahankan secara optimal dijaga daya dukungnya secara lestari, dan diurus dengan akhlak mulia, adil, arif, bijaksana serta bertanggung-gugat; b. Bahwa desa menurut UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten; c. Bahwa menurut UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Bab X, masyarakat berkewajiban untuk ikut serta memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan, perusakan dan lain-lain; d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c, serta untuk 33

mengatur partisipasi warga desa maka perlu ditetapkan peraturan desa tentang Partisipasi Warga Desa dalam Pelestarian Hutan. Mengingat: 1. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60). 2. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167). 3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49). 4. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Hutan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68). 5. Undang-undang No. 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten di Lingkungan Jawa Barat (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 60). 6. Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2000 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 142). 7. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur No. 9 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Badan Perwakilan Desa. 8. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur No. 12 Tahun 2000 tentang Peraturan Desa. 9. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur No. 15 Tahun 2000 tentang Pemberdayaan dan Pelestarian serta pengembangan Adat Istiadat, Kebiasaan-kebiasaan Masyarakat dan Lembaga Adat. Memperhatikan: Musyawarah Desa Gelarpawitan tanggal 8 April 2003 yang membahas tentang penyusunan Peraturan Desa Gelarpawitan 34

Dengan persetujuan BADAN PERWAKILAN DESA (BPD) DESA GELARPAWITAN MEMUTUSKAN Menetapkan: Peraturan Desa Gelarpawitan tentang Partisipasi Warga Desa dalam Pelestarian Hutan BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam peraturan desa ini yang dimaksud dengan : a. Desa adalah desa Gelarpawitan; b. Kepala Desa adalah Kepala Desa Gelarpawitan; c. BPD adalah Badan Perwakilan Desa Gelarpawitan; d. Warga masyarakat adalah warga masyarakat yang berada di wilayah desa Gelarpawitan baik penduduk tetap maupun pendatang; e. Hutan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain; f. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, dan kawasan hutan yang diselenggarakan secara terpadu; g. Hutan cagar alam adalah hutan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai kawasan hutan pelestarian, dalam hal ini Cagar Alam Gunung Simpang; h. Hutan lindung desa adalah hutan yang menjadi hak milik desa mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan 35

untuk mengatur tata air, mencegah banjir dan sebagainya. Bagian Kedua Azas dan Tujuan Pasal 2 (1) Azas peraturan desa tentang hutan dan kehutanan ini adalah sebagaimana azas pada UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yaitu manfaat yang lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan. (2) Tujuannya adalah : a. Untuk menampung peran serta masyarakat dalam menjaga dan memelihara hutan dan kehutanan; b. Untuk menyelesaikan persengketaan yang ada di masyarakat; c. Untuk meningkatkan kesejahateraan masyarakat desa; d. Untuk mewujudkan peran pemerintahan desa di masyarakat. (3) Tata cara mencapai tujuan akan dirumuskan dalam program kerja melalui keputusan desa. BAB II TUGAS DAN KEWAJIBAN Pasal 3 (1) Seluruh warga masyarakat diwajibkan : a. Menjaga dan memelihara kelestarian hutan cagar alam dan hutan lindung desa; b. Menjaga dan memelihara kelestarian sumber mata air dan daerah resapan air sekitarnya; c. Menghijaukan kembali lahan-lahan kritis yang sudah gundul seperti tebing-tebing, pinggirpinggir jalan, sekitar sumber-sumber mata air dan sebagainya; 36

d. Menanam pohon kayu jenis apa saja minimal 2 pohon dalam setahun di lahan pribadi dan di tanah batas. (2) Tata cara penghijauan di lahan-lahan umum sebagaimana dimaksud ayat (1) butir c pasal ini diatur oleh pemerintah desa setelah musyawarah dengan BPD. Pasal 4 (1) Seluruh warga masyarakat dilarang: a. Menebang pohon di hutan cagar alam dan hutan lindung desa;menebang pohon dan menggarap b. lahan di sekitar sumber-sumber mata air walaupun di lahan milik pribadi; c. Menggarap lahan di hutan cagar alam dan hutan lindung desa untuk pertanian, pemukiman, dan kegiatan lainnya yang akan merubah fungsi hutan; d. Berburu dan memperjualbelikan binatang atau satwa yang dilindungi dengan cara apapun; e. Menangkap ikan dengan cara meracun dan stroom; f. Menggembalakan hewan peliharaan di lahanlahan bukan miliknya. (2) Seluruh warga desa juga diwajibkan melakukan pencegahan hal-hal yang dimaksud ayat (1) pasal ini, baik yang dilakukan warga desa atau dari luar desa. (3) Tata cara pelarangan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diatur dengan mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 5 (1) Barang siapa yang akan menikah, maka diwajibkan menanam pohon kayu umur panjang di lahan pribadi. (2) Pelaksanaan penanaman sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dilakukan ketika membuat surat NA dan dilaporkan kepada Kepala Desa melalui Ketua RT dan Kepala Dusun. 37

(3) Syarat-syarat penanaman, jenis kayu, dan ketentuan lain diatur dalam keputusan desa. (4) Data laporan tersebut didokumentasikan untuk menjadi catatan jumlah pohon yang ditanam setiap tahun. Pasal 6 (1) Orang tua anak yang baru lahir dianjurkan untuk menanam pohon kayu di lahan pribadi. (2) Tata cara penanaman dilakukan ketika meminta surat keterangan lahir dari Kepala desa. BAB III TENTANG CHAINSAW (SIMSO) DAN SENAPAN ANGIN Pasal 7 (1) Barang siapa di antara warga memiliki chainsaw (simso) maka harus dilengkapi dengan surat-surat kepemilikan dari instansi berwenang. (2) Apabila chainsaw (simso) akan digunakan di wilayah desa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. melampirkan surat-surat kepemilikan; b. pohon yang ditebang harus milik dan atau di lahan milik tetapi tidak boleh di sumber mata air dan di lahan kritis lainnya; c. harus mendapat surat ijin tebang dari Ketua RT, Kepala Dusun, dan Kepala Desa serta membayar retribusi. (3) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini, harus dikontrol dahulu oleh petugas atau tim yang sudah dibentuk. (4) Bagi pemilik chainsaw (simso) dari luar desa, maka harus memenuhi persyaratan sebagaimana ayat (2) pasal ini, jika tidak memenuhi maka harus ditolak. 38 Pasal 8 (1) Semua jenis senapan angin dilarang beroperasi di hutan-hutan wilayah desa Gelarpawitan.

(2) Seluruh warung-warung di wilayah desa Gelarpawitan dilarang memperjualbelikan peluru senapan angin. BAB IV SATUAN TUGAS Pasal 9 (1) Untuk melaksanakan pengamanan hutan, dibentuk satuan tugas khusus oleh desa. (2) Nama satuan tugas, personil dan jumlahnya serta jadwal tugasnya diatur oleh keputusan desa. (3) Satuan tugas dilantik dalam suatu acara khusus. Pasal 10 (1) Tugas dan kewajiban satuan tugas ini adalah: a. Melakukan patroli pengawasan hutan cagar alam dan hutan lindung desa; b. Melakukan pendataan sumber-sumber mata air yang ada di wilayah desa; c. Melakukan pendataan keanekaragaman hayati di hutan cagar alam dan hutan lindung desa sebagai salah satu asset desa; d. Membetulkan tapal batas sesuai dengan aturan pemerintah; e. Mengawasi penebangan pohon kayu di lahan pribadi; f. Mencatat semua pelanggaran yang ditemui di lapangan; g. Melakukan tugas lain yang berhubungan dengan Hutan dan kehutanan. (2) Dalam melaksanakan tugasnya satuan tugas ini harus berkoordinasi dengan aparat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Pasal 11 (1) Satuan tugas berwenang: a. Melakukan penyuluhan kepada seluruh warga desa; 39

b. Merampas atau menyita barang bukti pelanggaran; c. Melakukan penindakan terhadap siapa saja yang melanggar dan melimpahkannnya ke persidangan disertai catatan pelanggarannya; (2) Pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini sedapat mungkin tidak dengan cara kekerasan dan tidak boleh bertentangan dengan hukum yang berlaku serta tidak pandang bulu. Pasal 12 (1) Satuan tugas dilengkapi dengan surat tugas, seragam, dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan. (2) Satuan tugas harus melaporkan hasil kerjanya kepada Kepala Desa dan tembusan kepada BPD. BAB V KEPERLUAN PRASARANA UMUM Pasal 13 (1) Untuk menunjang kebutuhan kayu pembangunan prasarana umum modal swadaya tata caranya diatur melalui musyawarah desa. (2) Musyawarah desa sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal 12 ini minimal dihadiri Kepala Desa dan aparatnya, BPD, Ketua RT dan Kepala Dusun bersangkutan, BKSDA, dan lembaga lain yang ada di desa. (3) Musyawarah harus memutuskan jumlah kayu yang dibutuhkan, lokasi dan jenis kayu yang akan dipergunakan, serta waktu pengambilan. (4) Kayu yang akan dipergunakan tidak boleh menebang, tetapi kayu yang sudah roboh. Pasal 14 (1) Pelaksana penggergajian kayu penunjang prasarana umum dilakukan oleh satuan tugas yang telah dibentuk. 40

(2) Apabila kebutuhan kayu berasal dari hutan cagar alam, maka harus berkoordinasi dengan aparat BKSDA. BAB VI SANKSI Pasal 15 (1) Barang siapa warga masyarakat yang melanggar peraturan desa ini maka dikenakan sanksi diajukan ke persidangan tingkat RT. (2) Apabila persidangan tingkat RT, permasalahan tidak selesai, maka dilanjutkan ke persidangan tingkat Dusun. (3) Apabila persidangan tingkat dusun permasalahan tidak selesai, maka dilanjutkan ke persidangan tingkat Desa. (4) Pada setiap persidangan harus dilampirkan Berita Acara Persidangan dan Surat Pernyataan di atas segel yang ditanggung pelanggar. (5) Setiap persidangan diumumkan kepada masyarakat luas. Pasal 16 (1) Apabila sampai persidangan tingkat desa permasalahan tidak selesai, maka akan dilimpahkan ke aparat yang berwenang (kepolisian dsb.) dan segala sesuatu akibatnya di luar tanggung jawab dan kewenangan pemerintahan desa. (2) Setiap persidangan dipimpin oleh ketua tingkatannya masing-masing, dihadiri tokoh masyarakat yang ada, dan perwakilan BPD. (3) Setiap persidangan didokumentasikan untuk menjadi catatan pemerintah desa. 41

BAB VII ATURAN PENUTUP Pasal 17 (1) Dengan berlakunya Peraturan Desa ini segala peraturan lain atau kesepakatan-kesepakatan lain di tingkat desa yang bertentangan dinyatakan tidak berlaku. (2) Hal-hal yang belum termasuk dalam peraturan desa ini akan diatur kemudian oleh keputusan desa. (3) Peraturan desa ini akan direvisi seperlunya apabila ada kekeliruan. (4) Peraturan desa ini berlaku 30 hari sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Gelarpawitan Tanggal : Jam: Kepala Desa Gelarpawitan, Dikriyana S Lembaran Desa Tahun 2003 Nomor.. Sekretaris Desa Gelarpawitan, Momon Rohiman 42

LEMBAR PERSETUJUAN BADAN PERWAKILAN DESA (BPD) DESA GELARPAWITAN No. NAMA JABATAN 1 2 3 4 Sahri Somantri Ketua 1 Warjah Wardiana Entang Rohandi Wakil Ketua 1 Wakil Ketua 2 Sodikin Anggota 4 2 3 TANDA TANGAN 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Elan Sobandi Anggota 5 Usin Rosidin Anggota 6 Sudirjo Anggota 7 Tatang Karsim Anggota 8 Anung Sobari Anggota 9 Nandang Anggota 10 Nanda Ruskanda Anggota 11 D. Warso Anggota 12 Mamat Rahmat Anggota 13 Gelarpawitan, 2003 Sekretaris Badan Perwakilan Desa (BPD) Gelarpawitan, 43

44 PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA NEGLASARI Jl. Negla No. Neglasari Cidaun 43275 PERATURAN DESA NEGLASARI NOMOR: 04/Perdes-NS/IV/2003 Tentang PERAN SERTA MASYARAKAT DESA DALAM MENJAGA DAN MEMELIHARA HUTAN DENGAN RAHMAT ALLAH SWT, KEPALA DESA NEGLASARI: Menimbang: a. Bahwa hutan adalah amanat Allah SWT, sebagai penyangga kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat cenderung menurun kondisinya, oleh karena itu keberadaannya harus dipertahankan secara optimal dijaga daya dukungnya secara lestari, dan diurus dengan akhlak mulia, adil, arif, bijaksana serta bertanggung-gugat, sebagaimana dimaksud UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; b. Bahwa desa menurut UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten; c. Bahwa masyarakat berkewajiban untuk ikut serta memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan, perusakan dan lain-lain, sebagaimana menurut Bab X, UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c, serta untuk

mengatur peran serta warga desa maka perlu ditetapkan peraturan desa tentang peran serta masyarakat desa dalam menjaga dan memelihara hutan. Mengingat: 1. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60). 2. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167). 3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49). 4. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Hutan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68). 5. Undang-undang No. 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten di Lingkungan Jawa Barat (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 60). 6. Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2000 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 142). 7. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur No. 9 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Badan Perwakilan Desa. 8. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur No. 12 Tahun 2000 tentang Peraturan Desa. 9. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur No. 15 Tahun 2000 tentang Pemberdayaan dan Pelestarian serta pengembangan Adat Istiadat, Kebiasaan-kebiasaan Masyarakat dan Lembaga Adat. Memperhatikan: Musyawarah Desa Neglasari tanggal 5 April 2003 yang membahas tentang penyusunan Peraturan Desa Neglasari 45