RANCANG BANGUN ANTENA BICONICAL UHF UNTUK APLIKASI KANAL TV

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PERBANDINGAN EFISIENSI BAHAN PADA PEMBUATAN ANTENA HORN SEKTORAL BIDANG MEDAN LISTRIK (E)

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G

ANALISA EFISIENSI ANTENA DIPOLE DITINJAU DARI PENGGUNAAN BAHAN REFLEKTOR

PERANCANGAN ANTENA HELIX PADA FREKUENSI 433 MHz

BAB II TEORI DASAR ANTENA. Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless,

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

IMPLEMENTASI ANTENA HORN SEKTORAL BIDANG-H UNTUK LINK LOS WIRELESS-LAN 2,4 GHz

PERBANDINGAN MATCHING IMPEDANSI ANTENA DIPOLE SEDERHANA 152 MHz DENGAN ANTENA DIPOLE GAMMA MATCH 152 MHz

PEMBUATAN APLIKASI TRACKING ANTENA BERBASIS KANAL TV. Kampus ITS, Surabaya

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG - PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 9 dbi

MENDESAIN DAN MEMBUAT ANTENA LOG-PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 10 dbi

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

BAB II TEORI DASAR ANTENA

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 8,5 dbi

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY (LPDA) PADA RENTANG FREKUENSI MHZ

PERBANDINGAN EFISIENSI ANTENA HORN PIRAMIDAL DENGAN BERBAGAI BAHAN UNTUK APLIKASI WIRELESS LAN 2,4GHz

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI MODIFIKASI OMNIDIRECTIONAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENERIMA SIARAN TELEVISI ULTRA HIGH FREQUENCY

SIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0

Unjuk Kerja Antena UWB Egg Berdasarkan Dimensinya

Rancang Bangun Dan Analisis Antena Yagi 11 Elemen Dengan Elemen Pencatu Folded Dipole Untuk Jaringan VOIP

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

Desain Antena Array Mikrostrip Tapered Peripheral Slits Pada Frekuensi 2,4 Ghz Untuk Satelit Nano

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TEKNIK PLANAR ARRAY

STUDI PERANCANGAN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2.4 GHz dan 3.3 GHz)

BAB II TEORI DASAR. tracking untuk mengarahkan antena. Sistem tracking adalah suatu sistem yang

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ANTENA HELIKAL UNTUK PENGGUNAAN FREKUENSI L-BAND

karakteristik dan implementasi antena horn piramida yang digunakan dalam komunikasi antar titik jaringan LAN nirkabel (wifi) yang beroperasi pada

BAB II LANDASAN TEORI

Varian Antena Dipole dan Monopole

PERBANDINGAN EFISIENSI ANTENA HORN KONIKAL DENGAN BERBAGAI BAHAN UNTUK APLIKASI WIRELESS LAN 2,4 GHz

ANALISA ANTENA DIPOLE-λ/2 PADA MODUL PRAKTIKUM B4520 MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS VERSI 10.0 DAN CST MICROWAVE STUDIO 2010

Desain Antena Helix Dan Loop Pada Frekuensi 2.4 GHz Dan 430 MHz Untuk Perangkat Ground Station Satelit Nano

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TIPE POLARISASI MELINGKAR MENGGUNAKAN ANSOFT

Desain Antena Log Periodik Mikrostrip Untuk Aplikasi Pengukuran EMC Pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

ANTENA MIKROSTRIP PANEL BERISI 5 LARIK DIPOLE DENGAN FEEDLINE KOAKSIAL WAVEGUIDE UNTUK KOMUNIKASI 2,4 GHz

Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Telur (Egg) Dengan Slot Lingkaran Pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB)

Kata Kunci: Antena, CCTV, Crown Patch, Slot Lingkaran II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN. 2.1 Antena Mikrostrip

Perancangan, Realisasi, dan Pengujian Antena Helik Mode Axial pada Access Point Wireless-G 2,4 GHz Broadband Linksys

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

PERBANDINGAN EFISIENSI ANTENA HORN SEKTORAL BIDANG-E DENGAN BERBAGAI BAHAN UNTUK APLIKASI WIRELESS LAN 2,4 GHz

PENGUKURAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK BEBAS PADA AREA URBAN DAN RURAL

PENGENDALIAN MOTOR STEPPER UNTUK MENDAPATKAN DAYA OPTIMUM PADA ANTENA SECARA WIRELESS

BAB II TINJAUAN TEORITIS

PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENNA CONTROL UNIT BERUPA PHASE SHIFTER DIGITAL UNTUK ANTENA PHASED ARRAY 4X4 PADA FREKUENSI S-BAND UNTUK RADAR 3D

RANCANG BANGUN ANTENA SLOT WAVEGUIDE 2,4 GHZ. Reza Farizqi 1,Mudrik Alaydrus 2 1,2

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH STACKED DUAL-BAND PADA FREKUENSI WiMAX (3,3 GHZ DAN 5,8 GHZ)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN

B A B 1 TEORI DASAR ANTENA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI ANTENA MIKROSTRIP OMNI DIRECTIONAL BERSTRUKTUR LARIK GAP FOLDED DIPOLE

Perbandingan Efisiensi Antena Horn Sektoral Bidang-H Dengan Berbagai Bahan Untuk Aplikasi WLAN 2,4 GHz

RANCANG BANGUN AMBIENT ELECTROMAGNETIC HARVESTING PADA FREKUENSI TV BROADCASTING UNTUK TRANSFER DAYA NIRKABEL

Makalah Peserta Pemakalah

Modifikasi Antena Televisi Jenis Yagi Sebagai Penguat Sinyal Modem Menggunakan Sistem Induksi

RANCANG BANGUN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL BAND (2,3 GHz DAN 3,3 GHz) DENGAN PENGGUNAAN STUB

IMPLEMENTASI AMBIENT ELECTROMAGNETIC HARVESTING PADA FREKUENSI TV BROADCASTING UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK MELALUI TRANSFER DAYA TANPA KABEL

BAB IV PENGUKURAN ANTENA

BAB II LANDASAN TEORI

Rancang Bangun Antena pada Frekuensi TV Broadcasting untuk Optimalisasi Transfer Daya Tanpa Kabel

Desain Antena Hexagonal Patch Array untuk Peningkatan Gain dan Bandwidth pada Frekuensi 2,4 GHz

DAFTAR PUSTAKA. 1. Balanis Constatantine, A John Wiley - Sons Analysis And Design Antena Theory Third Edition.

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015 Id paper: SM142

DESIGN ANTENA YAGI UDA UNTUK FREKUENSI 759,25 MHz UNTUK APLIKASI PADA METRO TV MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V e

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2,3 GHz dan 3,3 GHz) DENGAN PENCATUAN PROXIMITY COUPLED

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA

PENGARUH BAHAN DIELEKTRIK DALAM UNJUK KERJA WAVEGUIDE

PENGARUH POSISI ANTENA TERHADAP SINYAL GELOMBANG ANTENA YAGI ALUMUNIUM

Mata Kuliah: ANTENA & PROPAGASI. Oleh: Budi Aswoyo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV DATA DAN ANALISA

RANCANG BANGUN ANTENA OMNIDIRECTIONAL 15 dbi UNTUK PENGUAT SINYAL WIRELESS FIDELITY (Wi-Fi)

Perancangan dan Realisasi Antena Mikrostrip 700 MHz Model Patch Circular Dengan Metode Linear Array Sebagai Penerima TV Digital

Perancangan Dan Pengujian Antena Microstrip Circular Patch Array Dua Elemen Untuk Aplikasi WiMAX 2,3 Ghz

Desain Antena Helix Dan Loop Pada Frekuensi 2.4 GHz Dan 430 MHz Untuk Perangkat Ground Station Satelit Nano

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERANCANGAN ANTENA DUAL CIRCULAR LOOP SEBAGAI PENERIMA SIARAN TELEVISI DIGITAL PADA RENTANG FREKUENSI UHF (ULTRA HIGH FREQUENCY)

Varian Antena Dipole dan Monopole

TUGAS AKHIR TE Desain Antena Log Periodik Mikrostrip untuk Aplikasi Pengukuran EMC pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz.

PENGUJIAN DAYA PANCAR ANTENA YAGI TERHADAP EMPAT JENIS ANTENA PENERIMA

RANCANG BANGUN MOTOR PENGGERAK AKTUATOR PADA ANTENA PARABOLA

PERANCANGAN DAN SIMULASI ANTENA MIKROSTRIP DOUBEL BIQUAD PADA FREKUENSI

PERANCANGAN ANTENA YAGI UDA 11 ELEMEN PADA FREKUENSI MHz (TVONE) MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V e

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP YAGI-ARRAY TIGA ELEMEN DENGAN FREKUENSI 642 MHz UNTUK PENERIMA SIARAN TELEVISI

Desain dan Pembuatan Antena Whip Dual-Band pada VHF/UHF untuk Perangkat Transceiver Portabel

STUDI PENYESUAIAN IMPEDANSI PADA ANTENA ULTRA WIDEBAND

Mahkota (Crown Antenna) Perencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ultra Wide Band)

Radio dan Medan Elektromagnetik

Pengaruh Beamwidth, Gain dan Pola Radiasi terhadap Performansi Antena Penerima

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB III. PERANCANGAN ANTENNA YAGI 2,4 GHz

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TEKNIK PLANAR ARRAY UNTUK APLIKASI WIRELESS-LAN

Transkripsi:

RANCANG BANGUN ANTENA BICONICAL UHF UNTUK APLIKASI KANAL TV Widya Purwanti Mahardhika 1, Budi Aswoyo 2, Akuwan Saleh 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi 2 Dosen Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Surabaya 60111 e-mail : mahardhika@yahoo.com e-mail : Budias@eepis-its.edu, akuwan@eepis-its.edu Abstrak Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan sinyal lemah yang diterima oleh sebuah antena TV yang menyebabkan gambar tidak jelas. Untuk mengatasi masalah tersebut, kita harus memutar-mutar antena untuk mendapatkan sinyal yang bagus. Oleh karena itu, akan dibuat antena Biconical dengan untuk mendapatkan pola radiasi yang directional, yang diintegrasikan dengan motor stepper dan dikontrol oleh mikrokontroler, sehingga antena tersebut dapat tracking untuk mencari daerah yang mempunyai sinyal paling bagus dengan memperhitungkan nilai level daya dari tiap tiap derajat posisi antenna pada masing masing kanal TV, yaitu dari posisi 0 sampai 360 dengan step 5. Untuk membuat antenna Biconical diperlukan dimensi dimensi yang sesuai, yaitu panjang masing masing kerucut antenna sebesar 15 cm dengan besar sudut kerucut 60 dan diameter kerucut 7,5 cm. Kemudian untuk panjang dan lebar adalah 45 cm dan 31,8 cm. Antena Biconical dibuat dari lembaran tembaga. Sedangkan reflektor sudutnya dibuat dari lembaran aluminium. Selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap masing - masing kanal TV untuk memperoleh level daya yang nantinya digunakan untuk mengetahui perbedaan pola radiasi yang menggunakan dan tidak, side lobe level dan Half Power Beamwidth (HPBW). Saat antena, maka HPBW terbesar ada pada kanal Trans7, yaitu 94, dan HPBW terkecil berada pada kanal SpaceT, yaitu 9. Sedangkan untuk antena yang tidak menggunakan reflektor sudut 90, HPBW terbesar ada pada kanal Tvone, yaitu 88, sedangkan HPBW terkecil ada pada kanal MetroTV, yaitu 16. Untuk Side Lobe Level (SLL) terbesar, saat antena berada pada kanal JTV dan ANTV, yaitu 1,37 dan SLL terkecil berada pada kanal RCTI, yaitu 0,02. Sedangkan saat antena tidak, maka SLL terbesar ada pada kanal SBO, yaitu 2,77, dan SLL terkecil ada pada kanal SCTV, yaitu 0. kebutuhan untuk melengkapi kehidupan kita. Semua orang menginginkan sesuatu yang mudah dan praktis untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Saat ini, antena merupakan peralatan yang sangat vital dalam dunia telekomunikasi. Antena mempunyai banyak ragam dengan karakteristik dan fungsi yang berbeda beda. Salah satu fungsi antena di sini adalah sebagai antena TV untuk pencarian sebuah kanal TV. Dalam hal ini antena yang digunakan adalah antena Biconical. Dalam kehidupan sehari hari kita sering menemukan sinyal lemah yang diterima oleh sebuah antena TV yang menyebabkan gambar tidak jelas. Untuk mengatasi masalah tersebut kita harus memutar mutar antena agar bisa mendapatkan sinyal yang bagus sehingga menghasilkan gambar yang bagus pula. Kemudian dari situlah, akan dibuat sebuah antena TV dan diintegrasikan dengan motor stepper yang dikontrol oleh mikrokontroler, sehingga antena tersebut dapat tracking untuk mencari daerah yang mempunyai sinyal paling bagus dengan main lobe terbesar. 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Antena Biconical Antena Biconical [3] merupakan sebuah antena yang memiliki bentuk yang terdiri dari 2 buah kerucut, yang digunakan untuk menangkap sinyal UHF TV. Antena ini memiliki pola radiasi seperti koordinat bola. Gelombang yang ditangkap akan menghasilkan arus pada kerucut dan tegangan yang berada diantara 2 kerucut tersebut. Maka impedansi dari antena Biconical adalah tegangan dibagi arus pada antena tersebut. x r Kata kunci Antena Biconical, Single Lobe, Reflektor Sudut, Spectrum Analyzer 1. PENDAHULUAN Transmission Line y Dalam era globalisasi seperti saat ini, tentunya teknologi telah berkembang pesat, menyebabkan semua hal telah menjadi Panjang total (l) Gambar 1. Antena Biconical Geometri 1

Untuk mempunyai nilai 30 [1], sedangkan untuk nilai nilai r didapatkan dari r =, dimana l merupakan panjang total. Dalam hal ini, untuk menentukan panjang kerucut (l), maka digunakan rumus sebagai berikut : λ =....(1) l total = l masing-masing kerucut =...(2)...(3) Berdasarkan Gambar 1, Antena Biconical memiliki analisa sinyal yang hampir sama dengan antena dipole. Akan tetapi, antena Biconical memiliki sifat intermediet bandwidth, yang mana cocok untuk antena TV[1]. Penggunaan sebuah antena didalam sistem pemancar ataupun penerima selalu dibatasi oleh daerah frekuensi kerjanya. Pada range frekuensi kerja tersebut, antena diusahakan dapat bekerja dengan efektif agar dapat menerima dan memancarkan gelombang elektromagnetik pada band frekuensi tertentu. Pengertian harus dapat bekerja dengan efektif disini adalah bahwa distribusi arus dan impedansi dari antena pada range frekuensi tersebut benar-benar belum mengalami perubahan yang berarti, sehingga masih sesuai dengan pola radiasi yang direncanakan. Lebar band frekuensi atau dikenal sebagai bandwidth antenna adalah range frekuensi kerja dimana antena masih dapat bekerja dengan efektif. Bandwidth sebuah antenna dapat dirumuskan sebagai berikut : BW = f u f L (Hz).(4) atau BW =( ) x100...(5) 2.2 Reflektor Sudut 90 Dalam hal ini digunakan reflektor sudut90 [1], karena karakteristik radiasinya sangat menarik, sehingga menjadi sangat populer, selain itu reflektor sudut tersebut digunakan untuk optimasi penerimaan sinyal TV. b) Penggambaran reflektor sudut 90 a) Penggambaran Reflektor sudut 90 disertai image Gambar 2. Penggambaran geometris dan polarisasi elektrik dari image untuk reflektor sudut 90 Gambar 3. Amplitudo Radiasi Ternormalisasi untuk α = 90 Untuk mendapatkan beberapa informasi tentang kinerja dari sudut reflektor, disini akan ditampilkan pola normalisasi untuk sudut reflektor 90 dengan jarak dari s = 0,1; 0,7 ; 0,8 ; 0,9 ; 1,0. Hal itu sudah jelas untuk jarak yang kecil terdiri dari single lobe utama untuk ditampilkan dengan jarak yang lebih besar (s > 0,7 ) untuk s = pola dari dua lobes dipisahkan dengan null sepanjang garis x(ф = 0 ). Parameter lain untuk sudut reflektor adalah menguatkan di sepanjang bidang x (ф=90, ф=0 )sebagai fungsi dari feed ke puncak dengan jarak s [6]. Normalisasi (relatif terhadap bidang satu elemen yang terisolasi) dengan kekuatan bidang yang absolute E / E 0 sebagai fungsi dari (0 s 10 λ) untuk α = 90. 2

3. METODOLOGI 3.1 Perencanaan Sistem Dalam pengerjaan antena ini, akan dibuat sebuah antena Biconical dengan spesifikasi sebagai berikut : Antena Biconical memiiki dua kerucut sebagai penerima sinyal, dalam hal ini sinyal TV. Antena Biconical menggunakan splitter Booster sebagai penguat sinyal. Antena Biconical disertai untuk mendapatkan pola radisi yang teraarah (directional). 3.2 Perancangan Sistem Untuk merancang antenna Biconical, ada beberapa yang harus ditentukan, yaitu : Panjang kerucut antena Panjang total kedua kerucut : l total =...(5) Panjang masing-masing kerucut : l masing-masing kerucut =...(6) Dari persamaan (5) dan (6), untuk mencari panjang kerucut terlebih dahulu harus menentukan panjang gelombangnya, dengan c = 3 x 10 8 dan frekuensi UHF = 500 Mhz, sehingga : = = = 0,6 m = 60 cm l = = 30 cm l masing-masing kerucut = = 15 cm Besar sudut dan Panjang diameter pada masing masing kerucut jari jari (r) = sin 30 x 15 = 7,5 cm diameter (x) = 2r = 2 x 7,5 = 15 cm tinggi (t) = cos 30 x 15 = 12,9 cm α= 60 15 cm x = 15 cm 12,9 cm 12, 9cm x =15 cm 15 cm α = 60 Gambar 4. Ukuran 2 Kerucut pada Antena Biconical Jarak antara 2 kerucut Pada antena Biconical terdapat 2 buah kerucut, dimana jarak antar 2 kerucut tersebut didapatkan berdasarkan rumusan di bawah ini [1] : 1...(7) d...(8) Dimana : = = = 0,6 m = 60 cm Sehingga diambil nilai d = 1 cm d = 1 cm Gambar 5. Jarak Antara 2 Kerucut Antena Biconical Reflektor Sudut Perhitungan reflektor sudut ini didasarkan pada panjang gelombang (), dengan frekuensi 450 Mhz[1]. 0,75 λ ß 0,53 λ Gambar 6. Reflektor Sudut dengan ukuran yang telah ditentukan Hasil Perancangan Dari gambar reflektor sudut, akan dihitung rasio panjang gelombang (), dengan frekuensi 450 Mhz (hanya sebagai acuan untuk mendapatkan ukuran sebenarnya, sehingga mempermudah untuk membuat antena Biconical. Maka : L = =, = 66 cm Sehingga akan didapatkan ratio : Panjang reflektor = = 0,75 Lebar reflektor = = 0,53 Desain pada frekuensi center Kemudian dari acuan perhitungan, maka akan dibuat reflektor sesungguhnya pada antena Biconical, dengan ukuran sebagai berikut : f L = 300 Mhz f H = 700 Mhz f center = = 500 Mhz 3

λ = 60 cm Panjang reflektor = 0,75 = 0,75 x 60 = 45 cm Lebar reflektor = 0,53 = 0,53 x 60 = 31,8cm Sehingga gambaran reflektor sudut sebenarnya yang dibuat untuk antena Biconical adalah sebagai berikut : 45 cm ß 31,8cm Gambar 7. Reflektor sudut sebenarnya yang akan dibuat untuk antena Biconical dibuat. Selain itu yang paling penting adalah mengetahui seberapa jauh ketepatan perancangan antena sesuai dengan harapan. Tentunya diharapkan hasil dari pengukuran antena ini sesuai dengan teori, yaitu didapatkan pola radiasi yang single lobe. Untuk mendapatkan pola radiasi yang sesuai, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan,yaitu menghindari dari pantulan benda benda yang ada di sekitar pengukuran, letak serta posisi dari antena tersebut dengan jarak dan ukuran reflektor yang sudah ditentukan. Pola radiasi suatu antena merupakan karakteristik yang menggambarkan sifat radiasi antena pada medan jauh sebagai fungsi arah. Arah disini adalah memutar antena dari arah 0 sampai 360 searah putaran jarum jam. 4. PENGUJIAN DAN ANALISA Setelah melakukan pengukuran terhadap parameter antena, yaitu pola radiasi, maka pada tahap ini akan diamati level daya tiap 5 pergerakan antena dari 0 sampai 360 pada frekuensi masing masing kanal TV yang telah ditentukan, yaitu RCTI, SCTV, TPI, Indosiar, dan ANTV. Kemudian setelah level daya didapatkan, maka dicari normalisasinya dengan cara hasil pengamatan masing masing level daya dikurangi dengan besar level daya saat berada di posisi 0, sehingga saat posisi 360 nilai normalisasinya akan sama dengan nol. Dari hasil normalisasi tersebut, maka pola radiasi masing masing kanal TV akan dapat diketahui yaitu apabila menggunakan reflektor sudut maka pola radiasinya directional, sebaliknya, apabila tidak menggunakan reflektor sudut maka pola radiasinya omnidirectional. Dari lima kanal TV yang sudah diteliti, HPBW terbesar ada pada kanal ANTV tanpa yaitu 69, hal ini disebabkan sinyal yang ditangkap berasal dari segala arah sehingga bentuknya omnidirectional dan menyebabkan lebar sudut yang memisahkan beamwidthnya juga besar. Untuk nilai Side Lobe Lavel (SLL) tertinggi berada pada kanal SCTV menggunakan reflektor sudut 90 yaitu 0,1, disebabkan pengaruh dari yang membuat pola radiasi sinyal menjadi directional Gambar 8. Pengukuran dan Pengujian Antena Biconical Pengukuran dan pengujian tersebut dilakukan dengan cara : Antena Biconical dihubungkan dengan kabel spliterr booster, kemudian dari spliterr booster masuk ke spectrum analyzer dan TV. Selanjutnya antena diputar setiap 5 dimulai dari 0 sampai 360 (searah putaran jarum jam). Mengamati level daya tertinggi pada frekuensi kanal tv dan span yang telah ditentukan dari setiap pergerakan 5 dari antena tersebut. 4.2 Hasil Pengukuran Pola Radiasi Di bawah contoh pola radiasi yang dihasilkan oleh 5 dari 14 kanal TV yang telah diamati, yaitu 4.1 Pengukuran Pola Radiasi Setelah proses perancangan dan pembuatan antena Biconical,maka akan dilanjutkan dengan melakukan pengukuran pola radiasi dari antena tersebut, yang dalam hal ini menggunakan. Pengukuran pola radiasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana bentuk pola radiasi dari antena Biconical yang telah 4

Kanal SCTV pada frekuensi 572,25 Mhz tanpa reflektor sudut 90 Kanal SBO pada frekuensi 591,25 Mhz Gambar 9. Pola radiasi pada kanal SCTV tanpa Kanal SCTV pada frekuensi 572,25 Mhz Gambar 12. Pola radiasi pada kanal RCTI tanpa Kanal JTV pada frekuensi 783,25 Mhz tanpa Gambar 10. Pola radiasi pada kanal SCTV Kanal SBO pada frekuensi 591,25 Mhz tanpa Gambar 13. Pola radiasi pada kanal TPI tanpa Kanal JTV pada frekuensi 783,25 Mhz Gambar 11. Pola radiasi pada kanal RCTI tanpa Gambar 14. Pola radiasi pada kanal TPI 5

Kanal Trans7 pada frekuensi 751.25 Mhz tanpa Kanal ANTV pada frekuensi 495,25 Mhz menggunakan reflektor 90 Gambar 15. Pola radiasi pada kanal Indosiar tanpa Kanal Trans7 pada frekuensi 751.25 Mhz Gambar 18. Pola radiasi pada kanal ANTV Kanal SpaceT pada frekuensi 676,25 Mhz tanpa Gambar 16. Pola radiasi pada kanal Indosiar Kanal ANTV pada frekuensi 495,25 Mhz tanpa Gambar 19. Pola radiasi pada kanal SpaceT tanpa Kanal SpaceT pada frekuensi 676,25 Mhz Gambar 17. Pola radiasi pada kanal ANTV tanpa Gambar 20. Pola radiasi pada kanal SpaceT 6

Kanal TVone pada frekuensi 719,25 Mhz tanpa Kanal MetroTV pada frekuensi 735,25 Mhz mengunakan Gambar 21. Pola radiasi pada kanal TVone tanpa Kanal TVone pada frekuensi 719,25 Mhz Gambar 22. Pola radiasi pada kanal TVone Kanal MetroTV pada frekuensi 735,25 Mhz tanpa Gambar 23. Pola radiasi pada kanal MetroTV tanpa reflektor sudut 90 Gambar 24. Pola radiasi pada kanal MetroTV menggunakan reflektor sudut 90 5. ANALISA Setelah melakukan perancangan dan pembuatan antenna Biconical dengan dan tanpa, selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap masing masing kanal TV dalam frekuensi UHF untuk mengetahui pola radiasinya. Pada tahap ini akan diamati level daya tiap 5 pergerakan antena dari 0 sampai 360 pada frekuensi masing masing kanal TV yang telah ditentukan, yaitu Trans TV, ANTV, Indosiar, RCTI, TPI, SCTV, SBO, GTV, Tvone, Metro TV, Trans7, Space T, JTV, dan TVRI. Kemudian setelah level daya didapatkan, maka dicari normalisasinya dengan cara hasil pengamatan level daya pada masing masing kanal TV dikurangi dengan besar level daya saat berada di posisi 0, sehingga saat posisi 360 nilai normalisasinya akan sama dengan nol. Namun pada kenyataannya ada beberapa kanal TV yang normalisasinya saat posisi 360 tidak sama dengan normalisasi saat posisi 0. Hal tersebut disebabkan pengaruh posisi antena yang berubah ubah, kondisi lingkungan yang tidak stabil, pengaruh pemasangan, dan lain sebagainya. Kemudian Dari hasil normalisasi tersebut, maka pola radiasi masing masing kanal TV akan dapat diketahui yaitu apabila menggunakan reflektor sudut maka pola radiasinya directional (single lobe), sebaliknya, apabila tidak menggunakan reflektor sudut maka pola radiasinya omnidirectional (menyebar). Selanjutnya dari pola radiasi tersebut, maka akan dapat diketahui nilai HPBW (Half power beamwidth) dan side lobe level pada masing masing kanal TV. Untuk HPBWdicari dengan cara mencari lebar sudut yang memisahkan antara dua titik yang mempunyai nilai -3dB dari 7

skala puncak pada beam utama. Sehingga akan didapatkan dua nilai, dari side lobe kanan dan kiri, kemudian dijumlahkan. Sedangkan untuk side lobe level, dicari dengan cara mengurangi level daya pada main lobe saat antena berada di posisi 0 dengan level daya tertinggi yang berada pada side lobe side lobe levelnya. Dalam hal ini semakin kecil level daya suatu sinyal, pola radiasi yang dihasilkan semakin besar, sehingga gambar TV yang dihasilkan akan semakin bagus, sebaliknya. Saat antena menggunakan reflektor sudut 90, maka HPBW terbesar ada pada kanal Trans7, yaitu 94, dan HPBW terkecil berada pada kanal SpaceT, yaitu 9. Sedangkan untuk antena yang tidak menggunakan reflektor sudut 90, HPBW terbesar ada pada kanal Tvone, yaitu 88, sedangkan HPBW terkecil ada pada kanal MetroTV, yaitu 16. Untuk Side Lobe Level (SLL) terbesar, saat antena menggunakan berada pada kanal JTV dan ANTV, yaitu 1,37 dan SLL terkecil berada pada kanal RCTI, yaitu 0,02. Sedangkan saat antena tidak, maka SLL terbesar ada pada kanal SBO, yaitu 2,77, dan SLL terkecil ada pada kanal SCTV, yaitu 0. 6. KESIMPULAN 1. Pola radiasi yang dihasilkan saat adalah directional, yaitu single lobe, sebaliknya jika tidak menjadi omnidirectional. 2. Posisi dan letak antenna serta keadaan lingkungan sekitar, sangat mempengaruhi terhadap penangkapan sebuah sinyal TV pada frekuensi UHF. 3. Semakin kecil level daya suatu sinyal, pola radiasi yang dihasilkan akan semakin besar, dan sebaliknya. Misal seperti pada kanal RCTI. Posisi terbaik saat menggunakan berada pada posisi 0 (level daya = -64,06 dbm) dan posisi 280 (level daya = -64,08 dbm). Sedangkan posisi terbaik saat tidak menggunakan berada pada posisi 0 (level daya = -57,69 dbm) dan pada posisi 55 (level daya = -57,92 dbm). Experimentally Determined Radiation Characteristic Of Conical and Trianguler antennas, RCA Rev., 13,425 452, December 1952. [4] Annisa, R., Visualisasi Pola Radiasi, PENS-ITS, Surabaya, 2005. [5] Riski Nur Aisya., Desain Implementasi Antena Horn Sektoral Bidang H untuk Link Los Wireless LAN 2,4 Ghz, PENS-ITS, Surabaya, 2008. [6] http://dono.blog.unsoed.co.id [7]http://adchotspot.blogspot.com/2009/01/banw idth-antena.html [7] www.lyngsat.com [8] GIMANA 2009. New Blog in 2009 Blogger.com [9] Beccary. Blog pada WordPress.com. [10]http://internal.physics.uwa.edu.au/~agm/ppft v04.pdf. [11] www.google.com, Antena Bab1. [13], informasi kanal TV di Surabaya, TV One, Surabaya, 2009. [14] Budi Aswoyo, Bahan Ajar Antena dan Propagasi, PENS ITS. 7. DAFTAR PUSTAKA [1] Balanis, C. A., Antenna Theory: Analysis and Design, Third Edition, John Willey and sons, New York, 2005. [2] John D Krause., Antennas: Mc Graw-Hill, INC, USA, 1988. [3] G. H Brown and O. M Woodward, 8