BAB VI PEMBAHASAN. Komparasi Simpangan Antar Lantai arah x

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI PEMBAHASAN. A. Balok

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Balok

KOMPARASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BEDASARKAN SNI 1726:2002 DENGAN SNI

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

KOMPARASI PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BERDASARKAN SNI DENGAN SNI 1726:2012

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR SEWAKA DHARMA MENGGUNAKAN SRPMK BERDASARKAN SNI 1726:2012 DAN SNI 2847:2013 ( METODE LRFD )

BAB I PENDAHULUAN. kombinasi dari beton dan baja dimana baja tulangan memberikan kuat tarik

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

4.3.5 Perencanaan Sambungan Titik Buhul Rangka Baja Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang 15

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. dan 1 Basement Yogyakarta, didapatkan hasil sebagai berikut : melebihi 90% yaitu sebesar 92,6252 %

STUDI DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG TAHAN GEMPA UNTUK BENTANG PANJANG DENGAN PROGRAM KOMPUTER

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

BAB 1 PENDAHULUAN. pertemuan (function hall / banquet hall). Ruang pertemuan yang luas dan tidak

UCAPAN TERIMA KASIH. Jimbaran, September Penulis

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

PENGARUH KONFIGURASI PENEMPATAN BALOK ANAK TERHADAP PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

ANALISA KEGAGALAN STRUKTUR DAN RETROFITTING BANGUNAN MASJID RAYA ANDALAS PADANG PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER Fauzan 1 ABSTRAK

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG HOTEL IBIS PADANG MENGGUNAKAN FLAT SLAB BERDASARKAN SNI

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3

ANALISA STRUKTUR DAN KONTROL KEKUATAN BALOK DAN KOLOM PORTAL AS L1-L4 PADA GEDUNG S POLITEKNIK NEGERI MEDAN

BAB IV ANALISA STRUKTUR

Contoh Perhitungan Beban Gempa Statik Ekuivalen pada Bangunan Gedung

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL BAHTERA SURABAYA JAWA TIMUR. Laporan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGY PENELITIAN

Gambar 4.1 Bentuk portal 5 tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir

ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ASCE 7-05

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

T I N J A U A N P U S T A K A

STUDI PERENCANAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA GEDUNG SUPERMARKET PRASADA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SK SNI T DI KABUPATEN BLITAR.

STUDI PENEMPATAN DINDING GESER TERHADAP WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL STRUKTUR GEDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN SAHID JAKARTA. Oleh : PRIA ROSE ADI NPM. :

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tata Langkah Penelitian. Tata langkah yang akan dilakasanakan dapat dilihat pada bagan alir di bawah ini : Mulai

PERBANDINGAN ANALISIS STATIK DAN ANALISIS DINAMIK PADA PORTAL BERTINGKAT BANYAK SESUAI SNI

BAB IV STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

Yogyakarta, Juni Penyusun

BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SWALAYAN RAMAI SEMARANG ( Structure Design of RAMAI Supermarket, Semarang )

Perencanaan Kolom Beton Bertulang terhadap Kombinasi Lentur dan Beban Aksial. Struktur Beton 1

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA MAHASIWA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. Oleh : CAN JULIANTO NPM. :

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah Manfaat... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Langkah Langkah Perancangan. Langkah langkah yang akan dilakasanakan dapat dilihat pada bagan alir di bawah ini :

Gambar 4.9 Tributary area C 12 pada lantai Gambar 5.1 Grafik nilai C-T zona gempa Gambar 5.2 Pembebanan kolom tepi (beban mati)... 7

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

BAB II SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTUR

PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

ABSTRAK. Kata kunci: perkuatan, struktur rangka beton bertulang, dinding geser, bracing, pembesaran dimensi, perilaku. iii

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG APARTEMEN MEDITERANIAN GARDEN JAKARTA

Kata kunci : Dinding Geser, Rangka, Sistem Ganda, Zona Gempa Kuat. Latar Belakang

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Umum Beban Gempa Menurut SNI 1726: Perkuatan Struktur Bresing...

EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR YANG SUDAH BERDIRI DENGAN UJI ANALISIS DAN UJI BEBAN (STUDI KASUS GEDUNG SETDA KABUPATEN BREBES)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR ATAS GEDUNG PERKULIAHAN FMIPA UNIVERSITAS GADJAH MADA

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR BOSOWA MAKASSAR

BAB IV ANALISIS STRUKTUR

DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP :

perubahan terhadap variasi nol. Hasil dan keluaran program SAP'90 dapat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia, Universitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

Denah Rencana Pembalokan Lantai 2 dan Peletakan Kolom

ANALISIS STRUKTUR TERHADAP BEBAN GEMPA (SNI )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN 2013

PEMODELAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BALOK BERLUBANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR PORTAL GEDUNG HOTEL YELLOW STAR DENGAN MEMBANDINGKAN SNI DAN SNI

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA

Pada saat gempa terjadi, titik tangkap gaya gempa terhadap bangunan berada pada pusat massanya, sedangkan perlawanan yang dilakukan oleh bangunan berp

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan analisis non-linier yang sederhana namun dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Lantai BAB VI PEMBAHASAN A. Simpangan Antar Lantai Perbandingan simpangan antar lantai tingkat desain ( ) yang didapat dari hasil analisis menggunakan program SAP v. 1.., ditunjukkan dalam grafik garis seperti pada gambar (. 1). Dalam menentukan simpangan antar lantai diambil arah sumbu X, karena merupakan sumbu simpangan terekstrim menurut bentuk dan denah bangunan gedung pada penelitian ini. Komparasi Simpangan Antar Lantai arah x SNI 3-17- (Respon Spektrum) (Statis) 9 7 5 3 1 - - - - Simpangan ( ) (mm) Gambar. 1. Grafik garis perbandingan simpangan tiap lantai antara SNI 3-17- dan. Berdasarkan perbandingan simpangan antar lantai yang ditunjukkan pada gambar diatas, dapat diketahui simpangan antar lantai yang menggunakan peraturan (Respon Spektrum) sebagai pedoman perencanaan ulangnya terlihat lebih besar dari yang lain. Simpangan terbesar terjadi pada lantai 1

Mode 19 sebesar 7,5 mm. Simpangan antar lantai yang menggunakan peraturan SNI 17:1 (Respon Spektrum) sebagai pedoman perencanaan ulangnya tidak melebihi simpangan antar lantai tingkat ijin ( ) seperti pada pasal 7. 1. 1 tabel 1. Perbedaan yang sangat dominan terjadi sekitar lantai 3, dan 5. Hal ini dipengaruhi oleh adanya lantai mezanin sebelum lantai 3, sehingga selisih en- en-1 ) cukup besar, mengakibatkan nilai simpangan pada lantai 3,, dan 5 (Respon Spektrum ) lebih dominan. Terlampir tabel perhitungan simpangan antar lantai setiap acuan peraturan gempa. B. Keruntuhan (mode) arah X, Y dan Z Pada analisis hasil perencanaan ulang struktur bangunan Yellow Star Hotel ini menggunakan program SAP V. 1.., didapat hasil model keruntuhan struktur bangunan yang ditunjukkan pada grafik garis pada Gambar (. ), (. 3) dan (. ). Komparasi Mode Ux 1 1 1 - - Ux (Kgf-s) SNI 3-17- (Respon Spektrum) (Statis) Gambar.. Grafik garis perbandingan mode arah X antara SNI 3-17- dan.

Mode 11 Dalam analisis mode shape ini, terdapat 1 mode yang diambil program ini tidak melebihi jumlah derajat kebebasan (degree of freedom, DOF). Portal 3D dengan jumlah modal bebas buah, dan DOF arah 1,, 3 berarti total (3 x = 1). Angka inilah yang menjadi batas maksimum jumlah mode yang bisa dicari (number of mode sought) pada penelitian ini. Komparasi Mode Uy 1 1 1 - - Uy (Kgf-s) SNI 3-17- (Respon Spektrum) (Statis) Gambar. 3. Grafik garis perbandingan mode arah Y antara SNI 3-17- dan. Berdasarkan grafik perbandingan model keruntuhan (mode) diatas, dapat diketahui setiap masing-masing arah keruntuhan (arah X, Y dan Z) mempunyai tipe keruntuhan yang berbeda pada SNI 3-17- dan. Pada arah X terdapat perbedaan pada mode 3 dan 5 antara SNI 3-17- dan SNI 17:1. Pada arah Y, perbedaan terjadi pada mode 3,, 5 dan 11.

Mode 111 Komparasi Mode Uz 1 1 1-1 -5 5 1 Uz (Kgf-s) SNI 3-17- (Respon Spektrum) (Statis) Gambar.. Grafik garis perbandingan mode arah Z antara SNI 3-17- dan. Sedangkan pada arah Z terdapat perbedaan mode 3, dan 11. Perbedaan mode yang terjadi pada masing-masing standar peraturan dipengaruhi pembebanan gempa yang berbeda dari standar yang digunakan dan pola gerak masing-masing join pada struktur bangunan. C. Periode Waktu Getar Alami Keruntuhan Pada analisis hasil perencanaan ulang menggunakan program SAP V. 1.., didapat hasil periode waktu getar alami pada setiap model keruntuhan struktur bangunan yang ditunjukkan pada diagram garis Gambar (. 5).

Mode 11 1 1 1 Komparasi Periode arah x.... 1 Periode Waktu Getar Alami (Detik) SNI 3-17- (Respon Spektrum) (Statis) Gambar. 5. Diagram garis perbandingan periode waktu getar alami keruntuhan antara SNI 3-17- dan. Berdasarkan grafik periode waktu getar alami terhadap beberapa model keruntuhan, waktu getar alami tercepat terjadi pada tipe keruntuhan (mode) 1 dengan nilai periode sebesar,1153 detik, sedangkan waktu getar alami terlambat terjadi pada tipe keruntuhan (mode) 1 dengan nilai periode sebesar,9 detik. Perbandingan grafik periode getar alami terhadap beberapa model keruntuhan pada gambar diatas, dapat diketahui perencanaan ulang menurut SNI 3-17- dan mempunyai hasil periode waktu getar alami yang sama. Hal ini dikarenakan peneliti mengambil satu contoh gedung saja. D. Frekuensi Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam satuan waktu yang diberikan. Pada analisis hasil perencanaan ulang menggunakan program SAP V. 1.., didapat hasil frekuensi setiap model keruntuhan struktur bangunan yang ditunjukkan pada diagram garis Gambar (. ).

Mode 113 1 1 1 Komparasi Frequency 1 Frequency (Cyc/sec) SNI 3-17- (Respon Spektrum) (Statis) Gambar.. Diagram garis perbandingan frekuensi terhadap model keruntuhan antara SNI 3-17- dan. Berdasarkan grafik perbandingan frekuensi terhadap model keruntuhan, frekuensi terbesar terjadi pada tipe keruntuhan (mode) 1 dengan nilai frekuensi sebesar,7 cyc/sec, sedangkan frekuensi terkecil terjadi pada tipe keruntuhan (mode) 1 dengan nilai periode sebesar 1,5 cyc/sec. Perbandingan frekuensi struktur terhadap beberapa model keruntuhan pada gambar diatas, dapat diketahui perencanaan ulang menurut SNI 3-17- dan mempunyai hasil frekuensi yang sama. Hal ini dikarenakan desain gedung yang sama dalam perencanaan setiap acuan peraturan. E. Balok 1. Tulangan Lentur Perhitungan tulangan lentur balok berdasarkan momen maksimal dari analisis SAP versi 1... Perbandingan kebutuhan tulangan lentur pada tiap batang balok dari perencanaan awal dan perencanaan ulang ditunjukkan dalam diagram batang berikut ini.

Jumlah tulangan lentur Jumlah tulangan lentur 11 1 17 1 15 1 13 1 11 1 9 7 5 3 1 Jumlah Tulangan Lentur Balok Posisi Tumpuan B1 B B3 B3' B B5 Batang Balok Awal Ulang Gambar. 7 Diagram batang tulangan lentur balok di posisi tumpuan. Batang balok B, B3, B, dan B5 pada posisi tumpuan mengalami penambahan tulangan khususnya pada balok B3, B, dan B5 yang mengalami penambahan tulangan yang cukup besar, sedangkan untuk B1, dan B3 jumlah tulangan lebih kecil dari perhitungan awal. Hal ini bisa terjadi karena adanya beberapa perbedaan pembebanan gempa pada masing-masing acuan perencanaan. (Lihat gambar. 7) 1 19 1 17 1 15 1 13 1 11 1 9 7 5 3 1 Jumlah Tulangan Lentur Balok Posisi Lapangan B1 B B3 B3' B B5 Batang Balok awal perencanaan ulang Gambar. Diagram batang jumlah lentur balok di posisi lapangan.

Jarak tulangan geser (mm) 115 Batang balok pada posisi lapangan rata rata semua batang balok mengalami penambahan yang cukup besar, kecuali pada balok B3 dan B3 yang jumlah tulangan lentur nya sama dengan perhitungan awal. Hal ini bisa terjadi juga pada posisi lapangan juga karena adanya beberapa perbedaan pembebanan gempa pada masing-masing acuan perencanaan. (Lihat gambar. ). Tulangan Geser Pada tulangan geser (sengkang) balok yang membedakan antara perencanaan awal dan perencanaan ulang adalah jarak dari tulangan geser balok, sedangkan diameternya adalah sama. Hasil perbandingan jarak tulangan geser perencanaan awal dan perencanaan ulang dapat dilihat pada diagram berikut : Jarak Tulangan Geser Posisi Tumpuan 1 15 1 13 1 11 1 9 7 5 3 1 B1 B B3 B3' B B5 Batang Balok awal ulang Gambar. 9 Diagram batang tulangan geser posisi tumpuan. Batang balok B1, B, B3, B, dan B5 mengalami pengecilan jarak antar tulangan geser dari perencanaan awal. Jarak antar tulangan geser antara perencanaan awal dan perencanaan ulang posisi tumpuan untuk batang balok

Jumlah tulangan geser (mm) 11 B3 adalah sama. Hal ini bisa terjadi karena adanya beberapa perbedaan pembebanan gempa pada masing-masing acuan perencanaan 1 1 1 1 1 Tulangan Geser Posisi Lapangan B1 B B3 B3' B B5 Batang Balok Awal Ulang Gambar. 1 Diagram batang tulangan geser posisi lapangan. Jarak antar tulangan geser antara perencanaan awal dan perencanaan ulang posisi lapangan untuk semua tipe batang balok adalah sama. Perbedaan jumlah tulangan lentur dan tulangan geser terjadi karena perbedaan pembebanan gaya gempa antara acuan SNI 3-17- dan SNI 17:1. Selain mengakibatkan perbedaan jumlah tulangan pada masingmasing perencanaan, jarak antara tulangan geser juga mengalami perbedaan. F. Kolom 1. Tulangan Lentur Pada penulangan lentur mempunyai diameter dan jumlah tulangan tiap tipe kolom antara perencanaan awal dan perencanaan ulang adalah sama.. Tulangan Geser Pada tulangan geser (sengkang) kolom yang membedakan antara perencanaan awal dan perencanaan ulang adalah jarak dari tulangan geser

Jarak Sengkang (mm) 117 kolom, sedangkan diameternya adalah sama. Hasil perbandingan jarak tulangan geser perencanaan awal dan perencanaan ulang dapat dilihat pada diagram berikut : Komparasi Tulangan Geser Tumpuan 1 1 1 1 1 K1.1 K1. - K1.3 K1. - K1.5 K1. - K1.7 Kolom K.1 K. - K.3 K. - K.5 K. - K.7 Awal Ulang Gambar. 11 Diagram batang jarak tulangan geser kolom posisi tumpuan. Kolom tipe K1.1, K1. K1.3, K.1, K..3 mengalami pengecilan jarak antar tulangan geser. Pada kolom tipe K1. 1.5 dan K1. K1.7 mempunyai jarak antar tulangan geser yang sama antara hasil perencanaan awal dan perencanaan ulang, sedangkan untuk kolom K. K.5 dan kolom K. K.7 mengalami pembesaran jarak antar tulangan geser.

Jarak Sengkang (mm) 11 Komparasi Tulangan Geser Lapangan 1 1 1 1 Awal Ulang K1.1 K1. - K1.3 K1. - K1.5 K1. - K1.7 Kolom K.1 K. - K.3 K. - K.5 K. - K.7 Gambar. 1 Diagram batang jarak tulangan geser kolom posisi lapangan Kolom tipe K1.1 mengalami pengecilan jarak antar tulangan geser. Jarak antar tulangan geser antara perencanaan awal dan perencanaan ulang posisi lapangan untuk tipe lainnya batang kolom mengalami pembesaran. Perbedaan jumlah tulangan lentur dan tulangan geser pada kolom terjadi karena perbedaan pembebanan gaya gempa antara acuan SNI 3-17- dan.