PEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Tahun 2014 Tanggal :

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PEDOMAN SYARAT DAN TATA CARA PERIZINAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT PADA TANAH DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI GULA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI MINYAK GORENG

KRITERIA PROPER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

KRITERIA PROPER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI OLEOKIMIA DASAR

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KELAPA.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

2016, No Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU

EVALUASI MUATAN SUBSTANSI IZIN PEMBUANGAN DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN RUMAH PEMOTONGAN HEWAN

G U B E R N U R JAMB I

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN RUMPUT LAUT.

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PETROKIMIA HULU

2016, No Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan K

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 26 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent

Lampiran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 28 Tahun 2003 Tanggal : 25 Maret 2003

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PETERNAKAN SAPI DAN BABI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 19 TAHUN 2008

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat. lingkungan tidak memenuhi syarat penghidupan bagi manusia.

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BAUKSIT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PETERNAKAN SAPI DAN BABI

MEKANISME PERIZINAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

Makalah Baku Mutu Lingkungan

TABEL 4-4. MATRIKS RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH TIMAH

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL LINGKUNGAN HIDUP

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

MEKANISME UPDATING DAN PENGINPUTAN DATA DALAM SILH OLEH : SRI HIDAYAT,

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data hasil analisis laboratorium parameter kalium tukar dari tiap titik sampel. Kontrol I II III

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI RAYON

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 112 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL

PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG IJIN PEMBUANGAN DAN/ATAU PEMANFAATAN AIR LIMBAH DI KABUPATEN CILACAP

RKL-RPL RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5 DAN 6 (2 X MW) DI KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT LINGKUNGAN HIDUP

1.5. Lingkup Daerah Penelitian Lokasi, Letak, Luas dan Kesampaian Daerah Penelitian Lokasi dan Letak Daerah Penelitian...

Lampiran 3. Hasil Analisis Air Limbah Domestik PT Inalum. No. Parameter Satuan Konsentrasi Metoda Uji mg/l mg/l mg/l

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.2 SPESIFIKASI SUBMERSIBLE VENTURI AERATOR. Gambar 4.1 Submersible Venturi Aerator. : 0.05 m 3 /s

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 6 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.limbah atau

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Menimbang :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kriteria PROPER Pengendalian Pencemaran Air 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR, 4. Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 1999 tentang Perusahaan Umum Jasa Tirta I ;

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT

2011, No Menetapkan : 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG TATA LAKSANA PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Kriteria PROPER Pengendalian Pencemaran Udara 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. PENILAIAN MANDIRI dan PENGAWASAN LANGSUNG PROPER Periode

BUKU III PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

LAMPIRAN LAPORAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPAEN SUKAMARA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Transkripsi:

Lampiran IV Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : Tanggal : 2014 PEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI I. PEMANTAUAN Pemantauan menjadi kewajiban bagi pelaku usaha dan atau kegiatan untuk mengetahui ketaatan dalam pengelolaan lingkungan dan sebagai bahan evaluasi ada tidaknya indikasi pencemaran dan atau kerusakan lingkungan. Kewajiban tersebut dapat dilakukan sendiri atau menggunakan jasa laboratorium. Kewajiban pemantauan yang harus menggunakan jasa laboratorium wajib menggunakan laboratorium yang terakreditasi dan/atau teregistrasi di kementerian lingkungan hidup atau laboratorium yang telah ditunjuk oleh Gubernur sebagai laboratorium rujukan. Adapun yang wajib dilakukan pemantauan meliputi : I.1. BAHAN BAKU DAN PRODUKSI Pencatatan bahan baku dan produksi senyatanya dilakukan secara harian dan di rekap bulanan sebagai bahan pelaporan. I.2. AIR LIMBAH I.2.1. Titik masuk IPAL ( Influent/inlet) dan/atau sebelum dipompakan ke pengomposan. I.2.1.1. Kandungan Minyak 1) Lokasi Minyak diambil di titik penaatan sebelum masuk ke IPAL dan/atau sebelum dipompakan ke pengomposan. 2) Frekuensi Pemantauan minyak dilakukan minimal 1 (satu) kali sebulan I.2.1.2. Kualitas air limbah 1) Lokasi Air limbah diambil di titik penaatan sebelum masuk ke IPAL. Lampiran IV Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit 1

2) Frekuensi Pemantauan dilakukan minimal 1 (satu) kali sebulan dan beberapa parameter dilakukan harian dengan parameter sebagaimana tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1. Parameter dan Metode Analisa Air limbah No Parameter Frekuensi Metode 1. BOD5 1 bulan sekali Mengikuti SNI 2. COD harian Mengikuti SNI 3. Minyak lemak 1 bulan sekali Mengikuti SNI 4. ph harian Mengikuti SNI 5. Nitrogen Total (sebagai N) 1 bulan sekali Mengikuti SNI 6. TSS 1 bulan sekali Mengikuti SNI 7. Debit harian Mengikuti SNI I.2.2. Titik keluar IPAL (effluen/outlet) dan atau titik keluaran untuk pemanfaatan air limbah ke tanah di lahan perkebunan. I.2.2.1. Pembuangan air limbah 1) Lokasi Air limbah di ambil di titik penaatan (titik keluar IPAL(effluent/outlet)) yang sudah ditentukan dari masing-masing IPAL (apabila IPAL lebih dari satu). 2) Frekuensi dan parameter Pemantauan air limbah di titik penaatan dilakukan minimal 1 (satu) kali sebulan dan beberapa parameter dilakukan harian dengan parameter sesuai dengan tabel 4.2. dan tabel 4.3. Tabel 4.2. Parameter dan Metode Analisa Air limbah proses, air limbah hidrocyclon/claybath, air limbah lindi, air limbah blowdown ketel uap (boiler) No Parameter Frekuensi Metode 1. BOD5 1 bulan sekali Mengikuti SNI 2. COD harian Mengikuti SNI 3. Minyak lemak 1 bulan sekali Mengikuti SNI 4. ph harian Mengikuti SNI 5. Nitrogen Total 1 bulan sekali Mengikuti SNI Lampiran IV Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit 2

No Parameter Frekuensi Metode (sebagai N) 6. TSS 1 bulan sekali Mengikuti SNI 7. Debit harian Mengikuti SNI Tabel 4.2. Parameter dan Metode Analisa Air limbah abu ketel uap, air limbah air pembersihan (reject water) instalasi pengolahan Air (IPA) No Parameter Frekuensi Metode 1. BOD5 1 bulan sekali Mengikuti SNI 2. COD harian Mengikuti SNI 3. Minyak lemak 1 bulan sekali Mengikuti SNI 4. ph harian Mengikuti SNI 5. Sulfida (sebagai S) 1 bulan sekali Mengikuti SNI 6. TSS 1 bulan sekali Mengikuti SNI 7. Debit harian Mengikuti SNI I.2.2.2. Pemanfaatan air limbah ke tanah di lahan perkebunan 1) Lokasi Air limbah di ambil di titik penaatan yang sudah ditentukan. 2) Frekuensi dan parameter a) Pemantauan air limbah di titik penaatan dilakukan minimal 1 (satu) kali sebulan dan beberapa parameter dilakukan harian dengan parameter sebagaimana tersebut dalam Tabel 4.4. Tabel 4.4. Parameter dan Metode Analisa Air limbah No Parameter Frekuensi Metode 1. BOD5 1 bulan sekali Mengikuti SNI 2. COD harian Mengikuti SNI 3. Minyak lemak 1 bulan sekali Mengikuti SNI 4. ph harian Mengikuti SNI 5. NO3 sebagai N 6 bulan sekali Mengikuti SNI 6 NH3-N 6 bulan sekali Mengikuti SNI 7 Debit harian Mengikuti SNI b) Pencatatan dosis harian, rotasi dan produksi senyatanya bulanan Lampiran IV Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit 3

I.3. AIR TANAH I.2.2.3. Pemanfaatan air limbah untuk Pengomposan Air limbah yang dimanfaatkan untuk pengomposan harus dipantau yang meliputi : 1) Volume air limbah harian yang dimanfaatkan 2) Volume lindi (leachet) harian yang dimanfaatkan kembali untuk pengomposan, dan/atau 3) Volume lindi (leachet) harian yang diolah ke IPAL Apabila air lindi (leachet) diolah di IPAL tersendiri (tidak dikembalikan ke IPAL sebelum pengomposan) maka : 1) Jika dilakukan pembuangan maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan berkewajiban memantau air limbah dengan frekuensi dan parameter mengikuti pemantauan pembuangan seperti poin I.2.2.1. 2) Jika dilakukan pemanfaatan air limbah lindi ke tanah di lahan maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan berkewajiban memantau air limbah dengan frekuensi dan parameter mengikuti pemantauan pemanfaatan seperti poin I.2.2.2. 3) Titik penaatan ditentukan di titik keluar IPAL air lindi (effluent/outlet) dan atau titik keluaran untuk pemanfaatan air limbah ke tanah di lahan perkebunan I.3.1. Sumur pantau di Kolam IPAL a. Lokasi Sampel air tanah diambil dari sumur pantau yang harus dibuat di lokasi disamping kolam IPAL hulu (upstream), dan kolam IPAL hilir (down stream). b. Frekuensi dan Parameter Pemantauan air tanah minimal dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali untuk setiap sumur pantau dengan parameter-parameter sebagaimana tersebut dalam Tabel 4.5 Tabel 4.5. Parameter dan Metode Analisa Air tanah No Parameter Frekuensi Metode 1. BOD5 6 bulan sekali Mengikuti SNI 2. COD 6 bulan sekali Mengikuti SNI 3. DO 6 bulan sekali Mengikuti SNI 4. ph 6 bulan sekali Mengikuti SNI Lampiran IV Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit 4

No Parameter Frekuensi Metode 5. NO3 sebagai N 6 bulan sekali Mengikuti SNI 6. NH3-N 6 bulan sekali Mengikuti SNI 7. Minyak lemak 6 bulan sekali Mengikuti SNI I.3.2. Sumur pantau yang memanfaatkan air limbah ke tanah di lahan perkebunan a. Lokasi Sampel air tanah diambil dari sumur pantau yang harus dibuat di lahan kontrol (upstream), lahan pemanfaatan air limbah pada tanah yang lokasinya lebih rendah dan diperkirakan memiliki peluang tercemar air limbah (down stream). b. Frekuensi dan Parameter Pemantauan air tanah minimal dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali untuk setiap sumur pantau dengan parameter-parameter sebagaimana tersebut dalam Tabel 4.6. Tabel 4.6. Parameter dan Metode Analisa Air tanah No Parameter Frekuensi Metode 1. BOD5 6 bulan sekali Mengikuti SNI 2. COD 6 bulan sekali Mengikuti SNI 3. DO 6 bulan sekali Mengikuti SNI 4. ph 6 bulan sekali Mengikuti SNI 5. NO3 sebagai N 6 bulan sekali Mengikuti SNI 6. NH3-N 6 bulan sekali Mengikuti SNI 7. Minyak lemak 6 bulan sekali Mengikuti SNI I.3.3. Sumur pantau yang melakukan pengomposan c. Lokasi Sampel air tanah diambil dari sumur pantau yang harus dibuat yang lokasinya lebih rendah dan diperkirakan memiliki peluang tercemar air limbah dari proses pengomposan dan yang berdekatan dengan penampungan air lindi (leachet). d. Frekuensi dan Parameter Pemantauan air tanah minimal dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali untuk setiap sumur pantau dengan parameter-parameter sebagaimana tersebut dalam Tabel 4.7. Lampiran IV Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit 5

Tabel 4.7. Parameter dan Metode Analisa Air tanah No Parameter Frekuensi Metode 1. BOD5 6 bulan sekali Mengikuti SNI 2. COD 6 bulan sekali Mengikuti SNI 3. DO 6 bulan sekali Mengikuti SNI 4. ph 6 bulan sekali Mengikuti SNI 5. NO3 sebagai N 6 bulan sekali Mengikuti SNI 6. NH3-N 6 bulan sekali Mengikuti SNI 7. Minyak lemak 6 bulan sekali Mengikuti SNI I.4. TANAH 1.4.1. Kualitas Tanah Pemantauan kualitas tanah dilakukan untuk perusahaan yang melakukan pemanfaatan air limbah ke tanah di lahan perkebunan. 1. Lokasi Syarat utama lokasi pengambilan sampel tanah adalah lokasi harus mewakili jenis tanah pada lahan yang diaplikasikan. Untuk maksud di atas maka lokasi pengambilan sampel ditetapkan pada 3 (tiga) lokasi yaitu di parit irigasi (rorak), antara parit dan tanaman (antar rorak), dan di lahan kontrol pada 3 (tiga) kedalaman sebagai berikut: (a). 0-30 cm (b). 30-60 cm (d). 60-90 cm 2. Cara pengambilan sampel Pengambilan sampel tanah di parit irigasi (rorak) dilakukan setelah kerak limbah yang menumpuk dipermukaannya dibuang atau disisihkan dari parit. Pengambilan sampel tanah dilakukan secara komposit. 3. Frekuensi dan Parameter minimal yang harus diamati Pengamatan dilakukan dengan frekuensi minimal satu tahun sekali untuk parameter-parameter yang tercantum dalam Tabel 4.8. Tabel 4.8. : Parameter dan Metode Analisa Tanah No Parameter Metode 1. ph dalam air Mengikuti SNI Lampiran IV Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit 6

2. C-organik Mengikuti SNI 3. N Total Mengikuti SNI 4. P tersedia Mengikuti SNI 5. Kation dapat ditukar K, Na, Ca, Mg Mengikuti SNI 6. Kapasitas tukar kation Mengikuti SNI 7. Kejenuhan Basa Mengikuti SNI 8. Tekstur (pasir, debu, liat) Mengikuti SNI 9. Minyak lemak Mengikuti SNI Perusahaan wajib memantau berat volume tanah dan berat jenis tanah 1 (satu) tahun sekali 1.4.2. Porositas dan permeabilitas Pemantauan porositas dan permeabilitas tanah dilakukan untuk perusahaan yang melakukan pemanfaatan air limbah ke tanah di lahan perkebunan. Lokasi pengambilan sampel di parit irigasi (rorak) dimana lokasi tersebut juga menjadi lokasi pengambilan sampel kualitas tanah dan di lahan kontrol. Frekuensi pemantauan porositas dan permeabilitas dilakukan 1 (satu) tahun sekali. I.5. LIMBAH PADAT Pemantauan yang harus dilakukan oleh perusahaan terhadap limbah padat meliputi : 1. Jenis limbah padat yang dihasilkan bulanan 2. Jumlah limbah padat yang dihasilkan bulanan 3. Jumlah limbah padat yang dikelola dan/atau dimanfaatkan bulanan 4. Waktu dan ketinggian penumpukan limbah padat harian Pencataan waktu dilakukan saat limbah pada dihasilkan dan mulai ditumpuk sampai limbah padat dilakukan pengelolaan lanjutan. Demikian juga ketinggian juga dimulai limbah padat dihasilkan untuk ditumpuk sampai limbah padat dilakukan pengelolaan lanjutan. 5. Volume lindi (leachet) harian yang dihasilkan dari penumpukan limbah padat 6. Volume lindi (leachet) harian yang diolah ke IPAL, Apabila air lindi (leachet) diolah di IPAL tersendiri (tidak dikembalikan ke IPAL utama) maka : a. Jika dilakukan pembuangan maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan berkewajiban memantau air limbah dengan frekuensi dan parameter mengikuti pemantauan pembuangan seperti poin I.2.2.1. b. Jika dilakukan pemanfaatan air limbah lindi ke tanah di lahan maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan berkewajiban memantau air Lampiran IV Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit 7

limbah dengan frekuensi dan parameter mengikuti pemantauan pemanfaatan seperti poin I.2.2.2. c. Titik penaatan ditentukan di titik keluar IPAL air lindi (effluent/outlet) dan atau titik keluaran untuk pemanfaatan air limbah ke tanah di lahan perkebunan 7. Suhu harian kompos, apabila limbah padat dilakukan pengomposan 8. Melakukan pemantauan mutu kompos per 6 bulan dengan mengacu pada SNI 19-7030- 2004 tentang Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik dengan parameter sebagai berikut : Tabel 4.9. Standar Mutu Kompos (SNI-19-7030-2004) o I.6. UDARA AMBIEN, EMISI UDARA DAN SUMBER GANGGUAN I.6.1. Udara Ambien Pemantauan udara ambien minimal 6 bulan sekali namun apabila pada peraturan yang berlaku dan atau di dalam kajian dokumen lingkungannya mewajibkan kurang dari 6 bulan maka ketentuan tersebut yang wajib diikuti. I.6.2. Emisi Udara a. Boiler Pemantauan emisi boiler minimal 6 bulan sekali untuk masing-masing sumber boiler, namun apabila di dalam kajian dokumen lingkungannya mewajibkan kurang dari 6 bulan maka ketentuan tersebut yang wajib diikuti. Lampiran IV Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit 8

b. Genset atau Proses pembakaran di dalam mesin pembakaran dalam (Internal Combustion Engine) Pemantauan emisi genset atau proses pembakaran di dalam mesin pembakaran dalam (Internal Combustion Engine) dilakukan berdasarkan kapasitas desain yaitu: 1) lebih kecil atau sama dengan 570 KW atau satuan lain yang setara, dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun; 2) 570 KW sampai dengan 3 MW atau satuan lain yang setara, dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun; 3) lebih besar dari 3 MW atau satuan lain yang setara dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan; I.6.3. Sumber Gangguan Pelaku usaha dan atau kegiatan berkewajiban untuk melakukan pengujian sumber gangguan minimal 6 bulan sekali. Sumber gangguan meliputi : 1. Kebisingan 2. Getaran 3. Kebauan Untuk yang melakukan pengomposan diwajibkan melakukan pemantauan kebauan setiap 3 (tiga) bulan sekali II. PELAPORAN Pelaporan dilakukan dari seluruh hasil pemantauan yang telah dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan atau kegiatan industri minyak sawit sebagaimana tabel 4.8 berikut ini : Tabel 4.8. Frekuensi pelaporan NO PEMANTAUAN FREKUENSI PELAPORAN 1. Kandungan minyak 3 bulan sekali 2. Air limbah 3 bulan sekali 3. Debit harian, ph harian, COD harian, dosis harian, rotasi dan bahan baku/produksi senyatanya bulanan 3 bulan sekali Lampiran IV Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit 9

4. Air Tanah 6 bulan sekali 5. Kualitas Tanah, porositas dan permeabilitas tanah 1 tahun sekali 6. Limbah Padat 6 bulan sekali 7 Emisi udara 6 bulan sekali 8. Udara Ambien termasuk kebauan, kebisingan dan getaran 6 bulan sekali Pelaporan disampaikan kepada instansi terkait baik di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota III. EVALUASI Evaluasi dilakukan oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah dengan tujuan untuk mendapatkan nilai perbandingan antara hasil pemantauan dengan nilai pembanding yang ditetapkan dalam peraturan ini. Hasil dari evaluasi ini digunakan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan dalam pengelolaan limbah industri minyak sawit dan atau digunakan sebagai acuan dalam perpanjangan izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Proses evaluasi dilakukan dengan dasar sebagai berikut : III.1. Sudah ditetapkan baku mutunya Kewajiban pemantauan yang ada nilai baku mutunya maka evaluasi yang dilakukan diperbandingkan dengan baku mutu tersebut. III.1.1. Pengelolaan Air Limbah Hasil pemantauan air limbah yang dilakukan pembuangan dan atau dimanfaatkan ke tanah di lahan perkebunan dilakukan evaluasi dengan membandingkan dengan baku mutu yang sudah ditetapkan sebagaimana Lampiran I. Adapun hasil perbandingan dapat ditindaklanjuti dengan melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Hasil pemantauan kualitas air limbah ada parameter yang melebihi dan atau tidak memenuhi baku mutu maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib Lampiran IV Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit 10

melakukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang dapat memperbaiki kualitas air limbahnya 2. Hasil pemantauan kualitas air limbah ada parameter yang melebihi dan atau tidak memenuhi baku mutu dan sudah dilakukan teguran oleh pemberi izin maka pemberi izin berkewajiban untuk meninjau ulang izin yang sudah dikeluarkan. Khusus untuk yang melakukan pembuangan air limbah, selain kualitas air limbah juga dievuluasi beban pencemaran. Tindak lanjut dari proses evaluasi dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Hasil perhitungan beban pencemaran melebihi baku mutu beban pencemaran maksimum maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib melakukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang dapat menurunkan beban pencemaran. 2. Hasil perhitungan beban pencemaran melebihi baku mutu beban pencemaran maksimum dan sudah dilakukan teguran oleh pemberi izin maka pemberi izin berkewajiban untuk meninjau ulang izin pengelolaan air limbah yang sudah dikeluarkan dan tidak memperpanjang izin yang ada. III.1.2. Pengelolaan Emisi dan gangguan Hasil pemantauan emisi dan gangguan dilakukan evaluasi dengan membandingkan dengan baku mutu yang sudah ditetapkan sebagaimana Lampiran I dan atau peraturan yang ada. Adapun hasil perbandingan dapat ditindaklanjuti dengan melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Hasil pemantauan kualitas udara emisi dan atau gangguan ada parameter yang melebihi dan atau tidak memenuhi baku mutu maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib melakukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan dari semua sumber emisi dan sumber gangguan yang dapat memperbaiki kualitas udara emisi dan atau gangguan 2. Hasil pemantauan kualitas kualitas udara emisi dan atau gangguan ada parameter yang melebihi dan atau tidak memenuhi baku mutu selama 3 tahun dan sudah dilakukan teguran oleh pemberi izin maka dapat digunakan sebagai acuan bagi pemberi izin meninjau ulang izin yang sudah dikeluarkan. III.2. Belum ditetapkan baku mutunya Kewajiban pemantauan yang belum ada nilai baku mutunya maka evaluasi dapat diatur sebagai berikut : III.2.1. Pengelolaan Air Limbah Lampiran IV Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit 11

Evaluasi dilakukan terhadap hasil pemantauan yang terkait dengan pengelolaan air limbah dan hasil evaluasi digunakan sebagai acuan dalam perpanjangan izin pengelolaan air limbah 1. Kandungan Minyak Hasil pemantauan kandungan minyak dalam air limbah (diambil dari sebelum masuk ke kolam IPAL), ada 25 % data dalam satu tahun yang melebihi dari 0,65% maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib melakukan upaya-upaya di dalam proses produksi, sehingga kehilangan (losses) minyak bisa kurang dari 0,65%. Apabila selama lima tahun secara berturut-turut ada > 25 % data kandungan minyak melebihi 0,65% maka pemberi izin wajib tidak memperpanjang izin pengelolaan air limbahnya. 2. Sumur pantau disekitar kolam IPAL Hasil pemantauan air tanah di sumur pantau di sekitar IPAL proses evaluasinya dapat dilakukan sebagai berikut : a. Berdasarkan kualitas air tanah rona awal dan atau kualitas air tanah di lahan kontrol; dan/atau Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil pemantauan seluruh parameter air tanah per enam bulanan dengan kualitas air tanah rona awal dan atau kualitas air tanah di lahan kontrol. Hasil perbandingan dapat ditindaklanjuti dengan : 1) Apabila ada parameter yang kualitasnya melebihi kualitas air tanah rona awal dan atau kualitas air tanah di lahan kontrol maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib melakukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang dapat mengembalikan kondisi lingkungan seperti rona awal dan atau kualitas air tanah di lahan kontrol. 2) Selama dua tahun secara terus menerus ada parameter yang kualitasnya melebihi kualitas air tanah rona awal dan atau kualitas air tanah di lahan kontrol maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan berkewajiban untuk memperbaiki dasar IPAL, tanggul IPAL dan atau permukaan IPAL. 3) Selama lima tahun terus menerus ada parameter yang kualitasnya melebihi kualitas air tanah rona awal dan atau kualitas air tanah di lahan kontrol maka pemerintah sebagai pemberi izin wajib tidak memperpanjang izin pengelolaan air limbahnya. b. Berdasarkan trend hasil pemantauan air tanah; Evaluasi dilakukan dengan melihat trend hasil pemantauan seluruh parameter air tanah per enam bulanan. Hasil pemantaun dibuat grafik sehingga dapat diketahui Lampiran IV Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit 12

apakah ada trend kenaikan, penurunan atau datar. Dari hasil dan grafik yang diperoleh tersebut dapat ditindaklanjuti dengan : 1) Apabila selama 3 tahun ada parameter yang trend kenaikan lebih dari 50 % maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib melakukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang dapat mengembalikan kondisi lingkungan serta berkewajiban untuk memperbaiki dasar IPAL, tanggul IPAL dan atau permukaan IPAL. 2) Selama lima tahun terus menerus ada parameter yang trend kenaikan lebih dari 50 % maka pemerintah sebagai pemberi izin wajib tidak memperpanjang izin pengelolaan air limbahnya. 3. Pemanfaatan air Limbah ke tanah a. Kualitas air limbah Evaluasi kualitas air limbah untuk yang ada baku mutu dilakukan dengan membandingkan hasil pemantaun dengan baku mtua air limbah tersebut. Namun demikian karena di dalam pemanfaatan air limbah ada parameter yang wajib di lakukan pemantaun tetapi tidak ada baku mutunya maka proses evaluasinya dapat dilakukan berdasarkan trend hasil pemantauan air limbah; Evaluasi dilakukan dengan melihat trend hasil pemantauan seluruh parameter air tanah per enam bulanan. Hasil pemantaun dibuat grafik sehingga dapat diketahui apakah ada trend kenaikan, penurunan atau datar. Dari hasil dan grafik yang diperoleh tersebut dapat ditindaklanjuti dengan : a) Apabila selama 1 tahun ada parameter yang trend kenaikan lebih dari 50 % maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib melakukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang dapat mengembalikan kondisi lingkungan serta berkewajiban menghentikan pemanfaatan air limbah. b) Selama 3 tahun terus menerus ada parameter yang trend kenaikan lebih dari 50 % maka pemerintah sebagai pemberi izin wajib tidak memperpanjang izin pengelolaan air limbahnya. b. Kualitas air tanah di sumur pantau Hasil pemantauan air tanah per enam bulanan di sumur pantau di kegiatan pemanfaatan air limbah ke tanah proses evaluasinya dapat dilakukan sebagai berikut : 1) Berdasarkan kualitas air tanah rona awal dan atau kualitas air tanah di lahan kontrol ; dan/atau Lampiran IV Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit 13

Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil pemantauan seluruh parameter air tanah per enam bulanan dengan kualitas air tanah rona awal dan atau kualitas air tanah di lahan kontrol. Hasil perbandingan dapat ditindaklanjuti dengan : a) Apabila ada parameter yang melebihi kualitas air tanah rona awal dan atau kualitas air tanah di lahan kontrol maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib melakukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang dapat mengembalikan kondisi lingkungan seperti rona awal dan atau kualitas air tanah di lahan kontrol. b) Selama tiga tahun secara terus menerus ada parameter melebihi kualitas air tanah rona awal dan atau kualitas air tanah di lahan kontrol maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan berkewajiban untuk menghentikan pemanfaatan di lokasi tersebut serta mengajukan perubahan izin untuk merubah lokasi pemanfaatan. c) Selama lima tahun terus menerus ada parameter dari semua lokasi yang diizinkan untuk pemanfaatan melebihi kualitas air tanah rona awal dan atau kualitas air tanah di lahan kontrol maka pemerintah sebagai pemberi izin berkewajiban tidak memperpanjang izin pengelolaan air limbahnya. 2) Berdasarkan trend hasil pemantauan air tanah; Evaluasi dilakukan dengan melihat trend hasil pemantauan seluruh parameter air tanah per enam bulanan. Hasil pemantaun dibuat grafik sehingga dapat diketahui apakah ada trend kenaikan, penurunan atau datar. Dari hasil dan grafik yang diperoleh tersebut dapat ditindaklanjuti dengan : c) Apabila selama 3 tahun ada parameter yang trend kenaikan lebih dari 50 % maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan berkewajiban menghentikan pemanfaatan air limbah di lokasi tersebut serta mengajukan perubahan izin untuk merubah lokasi pemanfaatan. d) Selama 5 tahun terus menerus ada parameter yang trend kenaikan lebih dari 50 % dari semua lokasi pemanfaatan maka pemerintah sebagai pemberi izin berkewajiban tidak memperpanjang izin pengelolaan air limbahnya.. c. Kualitas tanah Hasil pemantauan tanah setahun sekali dari kegiatan pemanfaatan air limbah ke tanah proses evaluasinya dapat dilakukan sebagai berikut : 1) Berdasarkan kualitas tanah rona awal dan atau kualitas tanah di lahan kontrol; dan/atau Lampiran IV Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit 14

Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil pemantauan seluruh parameter tanah setahun sekali dengan kualitas tanah rona awal dan atau kualitas tanah di lahan kontrol. Hasil perbandingan dapat ditindaklanjuti dengan : a) Apabila ada parameter yang melebihi kualitas tanah rona awal dan atau kualitas tanah di lahan kontrol maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib melakukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang dapat mengembalikan kondisi lingkungan seperti rona awal dan atau kualitas tanah di lahan kontrol. b) Selama tiga tahun secara terus menerus ada parameter melebihi kualitas tanah rona awal dan atau kualitas tanah di lahan kontrol maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan berkewajiban untuk menghentikan pemanfaatan di lokasi tersebut serta mengajukan perubahan izin untuk merubah lokasi pemanfaatan. c) Selama lima tahun terus menerus ada parameter dari semua lokasi yang diizinkan untuk pemanfaatan melebihi kualitas tanah rona awal dan atau kualitas tanah di lahan kontrol maka pemerintah sebagai pemberi izin berkewajiban tidak memperpanjang izin pengelolaan air limbahnya. 2) Berdasarkan trend hasil pemantauan tanah; Evaluasi dilakukan dengan melihat trend hasil pemantauan seluruh parameter tanah setahun sekali. Hasil pemantaun dibuat grafik sehingga dapat diketahui apakah ada trend kenaikan, penurunan atau datar. Dari hasil dan grafik yang diperoleh tersebut dapat ditindaklanjuti dengan : a) Apabila selama 3 tahun ada parameter yang trend kenaikan lebih dari 50 % maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan berkewajiban menghentikan pemanfaatan air limbah di lokasi tersebut serta mengajukan perubahan izin untuk merubah lokasi pemanfaatan. b) Selama 5 tahun terus menerus ada parameter yang trend kenaikan lebih dari 50 % dari semua lokasi pemanfaatan maka pemerintah sebagai pemberi izin berkewajiban untuk tidak memperpanjang izin pengelolaan air limbahnya. d. Permeabilitas tanah Hasil pemantauan permeabilitas tanah setahun sekali dari kegiatan pemanfaatan air limbah ke tanah proses evaluasinya dapat dilakukan sebagai berikut : 3) Berdasarkan permeabilitas tanah rona awal dan atau permeabilitas tanah di lahan kontrol; dan/atau Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil pemantauan permeabilitas tanah setahun sekali dengan permeabilitas tanah rona awal dan atau Lampiran IV Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit 15

permeabilitas tanah di lahan kontrol. Hasil perbandingan dapat ditindaklanjuti dengan : d) Apabila ada permeabilitas tanah tidak masuk dalam range permeabilitas tanah rona awal dan atau permeabilitas tanah di lahan control (1,5 cm/jam 15 cm/jam) maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib melakukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang dapat mengembalikan kondisi lingkungan seperti permeabilitas rona awal dan atau permeabilitas tanah di lahan kontrol. e) Selama tiga tahun secara terus menerus ada permeabilitas tanah tidak masuk dalam range permeabilitas tanah rona awal dan atau permeabilitas tanah di lahan kontrol (1,5 cm/jam 15 cm/jam) maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan berkewajiban untuk menghentikan pemanfaatan di lokasi tersebut serta mengajukan perubahan izin untuk merubah lokasi pemanfaatan. f) Selama lima tahun terus menerus ada data permeabilitas tanah tidak masuk dalam range permeabilitas tanah rona awal dan atau permeabilitas tanah di lahan kontrol (1,5 cm/jam 15 cm/jam) dari semua lokasi yang diizinkan untuk pemanfaatan maka pemerintah sebagai pemberi izin berkewajiban tidak memperpanjang izin pengelolaan air limbahnya. 4) Berdasarkan trend hasil pemantauan permeabilitas tanah; Evaluasi dilakukan dengan melihat trend hasil pemantauan permeabilitas tanah setahun sekali. Hasil pemantaun dibuat grafik sehingga dapat diketahui apakah ada trend kenaikan, penurunan atau datar. Dari hasil dan grafik yang diperoleh tersebut dapat ditindaklanjuti dengan : c) Apabila selama 3 tahun ada data permeabilitas tanah yang trend kenaikan dan atau penurunan lebih dari 50 % dari range permeabilitas (1,5 cm/jam 15 cm/jam) maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan berkewajiban menghentikan pemanfaatan air limbah di lokasi tersebut serta mengajukan perubahan izin untuk merubah lokasi pemanfaatan. d) Selama 5 tahun terus menerus ada data permeabilitas tanah yang trend kenaikan dan atau penurunan lebih dari 50 % dari range permeabilitas (1,5 cm/jam 15 cm/jam) dari semua lokasi pemanfaatan maka pemerintah sebagai pemberi izin berkewajiban untuk tidak memperpanjang izin pengelolaan air limbahnya. Lampiran IV Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit 16

III.2.2. Pengelolaan Limbah Padat 1. Waktu penumpukan dan Ketinggian tumpukan limbah padat Hasil pencatatan waktu penumpukan dan ketinggian tumpukan yang telah dilakukan oleh penanggung jawab wajib dilakukan evaluasi oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan waktu dan atau ketinggian penumpukan di lapangan dengan waktu penumpukan yang diperbolehkan yaitu 10 hari dan atau ketinggian 2 meter. Hasil perbandingan yang dilakukan ditindaklanjuti dengan : a. Apabila waktu penumpukan sudah melebihi dari 10 hari dan atau ketinggian penumpukan melebihi 2 meter maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib segera melakukan pengangkatan untuk pengelolaan lebih lanjut b. Apabila waktu penumpukan sudah melebihi dari 10 hari dan atau ketinggian penumpukan melebihi 2 meter secara komulatif dan atau tidak komulatif selama 1 tahun, serta sudah dilakukan teguran secara tertulis maka dapat digunakan sebagai acuan bagi pemberi izin meninjau ulang izin yang sudah dikeluarkan. 2. Kualitas air tanah di sumur pantau lokasi pengomposan Hasil pemantauan air tanah per enam bulanan di sumur pantau di kegiatan pemanfaatan pengomposan proses evaluasinya dapat dilakukan sebagai berikut : 3) Berdasarkan kualitas air tanah rona awal dan atau kualitas air tanah di lahan kontrol; dan/atau Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil pemantauan seluruh parameter air tanah per enam bulanan dengan kualitas air tanah rona awal dan atau kualitas air tanah di lahan kontrol. Hasil perbandingan dapat ditindaklanjuti dengan : a) Apabila ada parameter yang melebihi kualitas air tanah rona awal dan atau kualitas air tanah di lahan kontrol maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib melakukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang dapat mengembalikan kondisi lingkungan seperti rona awal dan atau kualitas air tanah di lahan kontrol. b) Selama tiga tahun secara terus menerus ada parameter melebihi kualitas air tanah rona awal dan atau kualitas air tanah di lahan kontrol maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan berkewajiban untuk menghentikan pemanfaatan di lokasi tersebut serta mengajukan perubahan izin. c) Selama lima tahun terus menerus ada parameter dari semua lokasi yang diizinkan untuk pemanfaatan melebihi kualitas air tanah rona awal dan atau Lampiran IV Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit 17

kualitas air tanah di lahan kontrol maka pemerintah sebagai pemberi izin berkewajiban tidak memperpanjang izin pengelolaan air limbahnya. 4) Berdasarkan trend hasil pemantauan air tanah; Evaluasi dilakukan dengan melihat trend hasil pemantauan seluruh parameter air tanah per enam bulanan. Hasil pemantaun dibuat grafik sehingga dapat diketahui apakah ada trend kenaikan, penurunan atau datar. Dari hasil dan grafik yang diperoleh tersebut dapat ditindaklanjuti dengan : a) Apabila selama 3 tahun ada parameter yang trend kenaikan lebih dari 50 % maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib melakukan upayaupaya pengelolaan lingkungan yang dapat mengembalikan kondisi lingkungan serta berkewajiban menghentikan pemanfaatan air limbah di lokasi tersebut. b) Selama 5 tahun terus menerus ada parameter yang trend kenaikan lebih dari 50 % dari semua lokasi pemanfaatan maka pemerintah sebagai pemberi izin berkewajiban untuk tidak memperpanjang izin pengelolaan air limbahnya. Lampiran IV Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit 18