EVALUASI KESELAMATAN RADIASI PENGUNJUNG DI TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH RADIOAKTIF

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI PENGENDALIAN KESELAMATAN RADIASI DAN NON RADIASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TAHUN

EVALUASI PENGENDALIAN KESELAMATAN RADIASI DAN NON RADIASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TAHUN

PENGEMBANGAN PENGENDALIAN PROTEKSI RADIASI DAERAH KERJA, PERSONIL DAN LINGKUNGAN DI PTLR

ANALISIS KESELAMATAN RADIASI PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DI INTERIM STORAGE-1 SELAMA PERIODE

Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012 ISSN

PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DARI PENIMBUL KE INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Arifin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif -BATAN

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

PENANGANAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT AKTIVITAS RENDAH PASCA PENGGANTIAN HEPA FILTER DI IRM

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

OPERASIONAL SISTEM PEMANTAUAN RADIASI SECARA REALTIME DI DAERAH KERJA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

PENGENDALIAN PERSONEL DI PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG TAHUN 2005

EVALUASI PAPARAN RADIASI TERHADAP DOSIS EKSTERNA YANG DITERIMA PEKERJA RADIASI DI IEBE TAHUN 2008

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PENGELOLAAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT PAPARAN TINGGI TIDAK DAPAT BAKAR DI INSTALASI RADIOMETALURGI (IRM)

KESELAMA TAN PENYIMP ANAN SEMENTARA LIMBAH RADIOAKTIF DI PPTN SERPONG SAMP AI DENGAN TAHUN 2007

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL TERHADAP PEKERJA DALAM PERBAIKAN DETEKTOR NEUTRON JKT03 CX 821 DI RSG-GAS

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAN KONTAMINASI DI DALAM HOTCELL 101 INSTALASI RADIOMETALURGI

PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DI INTERM STORAGE I, INTERM STORAGE II DAN PSLAT. Sagino Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

SISTEM PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT, CAIR DAN GAS. Arifin Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif

EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DALAM PROSES PEMINDAHAN BAHAN PASCA IRADIASI

IMPLEMENTASI SALT DALAM PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DI PRSG

PENENTUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL PADA PEKERJA RADIASI DI RUANG PENYINARAN UNIT RADIOTERAPI RUMAH SAKIT DR.KARIADI SEMARANG

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERANCANGAN TELEMONITOR RADIASI GAMMA INTERIM STORAGE-1

PENYIMPANAN LlMBAH RADIOAKTIF DIINTERM STORAGE I, INTERM STORAGE II DAN PSLAT

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

EVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009

KEBIJAKAN PENGAWASAN TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS ALPHA PADA BAK PENAMPUNG AIR PENDINGIN ACCUTOM PASCA PEMOTONGAN LOGAM U-Zr

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN : IMPOR ZAT RADIOAKTIF UNTUK KEPERLUAN SELAIN MEDIK

PENGUKURAN DAN EVALUASI KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI EKSTERNA DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA

PENGUKURAN DOSIMETER PERORANGAN PEKERJA RADIASI PUSAT REAKTOR SERBA GUNA TAHUN Yanni Andriani, Elfida Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

PENGENDALIAN PAPARAN RADIASI NEUTRON DI KANAL HUBUNG PRSG PSTBM PADA SAAT REAKTOR RSG-GAS BEROPERASI

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

PEMANTAUAN DOSIS RADIASI INTERNAL DENGAN WBC UNTUK PEKERJA PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF SERPONG TAHUN 2012

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PEMANTAUAN TINGKAT KEBISINGAN DAERAH KERJA UNTUK MENUNJANG KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI PTLR-BATAN

EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DI INSTALASI ELEMAN BAKAR EKSPERIMENTAL TAHUN 2011

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Suhaedi Muhammad, Rimin Sumantri PTKMR BATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STUDI KESELARASAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR TINGKAT FASILITAS/ INSTALASI NUKLIR PTBN TERHADAP PERKA BAPETEN NO.1 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008.

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2012

ASPEK KESELAMATAN PADA PENGANGKUTAN BAHAN NUKLIR DENGAN KENDARAAN DARAT

PENYUSUNAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

EVALUASI PELAKSANAAN PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI INSTALASI RADIOMETALURGI KE KH-IPSB3 TAHUN 2010

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN : WELL LOGGING

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMANTAUAN DOSIS PERORANGAN DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI - BATAN BANDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012 ISSN

EVALUASI LEGALISASI KEGIATAN PENGENDALIAN DAERAH KERJA RADIASI DI LINGKUNGAN RSG-GAS

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERANCANGAN SISTEM PEMANTAU RADIASI TERPUSAT KANAL HUBUNG- INSTALASI PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS (KH-IPSB3)

PENERAPAN KOEFISIEN KOREKSI ELEMEN KARTU THERMOLUMINISENCE (TLD) UNTUK PERHITUNGAN DOSIS EKSTERNA

OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

ANALISIS DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI RADIOMETALURGI.

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANG KERJA DI IRM TAHUN 2009

PENELITIAN DAN NUKLIR ABSTRAK PEKERJA BKTPB 1,27. msv. BEM. merupakan. tahun. ABSTRACTT. for radiation. carried out. on radiation.

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI LINGKUNGAN DI PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR TAHUN 2011

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

PEMANTAUAN LAJU PAPARAN RADIASI PADA SISI OPERASI DAN INTERVENSI HOTCELL INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DOSIS PERORANGAN MENGGUNAKAN THERMOLUMINISENCE DOSIMETER (TLD)

DEKONTAMINASI MIKROSKOP OPTIK HOTCELL 107 INSTALASI RADIOMETALURGI DENGAN CARA KERING

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

Widyanuklida, Vol. 14 No. 1, November 2014: ISSN

KAJIAN ASPEK KESELAMATAN DALAM PENANGANAN PENERIMAAN DOSIS RADIASI EKSTERNA BERLEBIH DI PRR

KARAKTERISASI LlMBAH HASIL SEMENTASI. Siswanto Hadi, Mardini, Suparno Pusat Teknologi Umbah Radioa~,tif, BATAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci: sumber radiasi, material, pascairadiasi

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF UNTUK WELL LOGGING

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANG BANGUN SISTEM TELEMONITORING PAPARAN RADIASI SECARA KONTINYU DAN TERPUSAT BERBASIS KOMPUTER PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

PENERAPAN PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR PADA PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI MBA RI-F KE MBA RI-G

DIREKTORAT PERIZINAN FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

Transkripsi:

EVALUASI KESELAMATAN RADIASI PENGUNJUNG DI TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH RADIOAKTIF Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN, PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan, 15310 E-mail : kwin@batan.go.id ABSTRAK EVALUASI KESELAMATAN RADIASI PENGUNJUNG DI TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH RADIOAKTIF. Evaluasi keselamatan radiasi di Interm Storage -1 (IS-1) dilakukan dengan tujuan untuk memperkirakan penerimaan dosis radiasi pengunjung ke tempat penyimpanan limbah radioaktif. Evaluasi dilakukan dengan cara melakukan pemetaan IS-1 dengan mengukur laju dosis menggunakan surveymeter dan dosis kumulatif menggunakan TLD. Pengukuran dilakukan pada 5 titik pada jarak 1 meter dan 5 meter dari limbah yang disimpan. Dosis kumulatif diukur selama 1 bulan, selanjutnya diproses menggunakan TLD reader model 6600. Hasil pengukuran laju dosis rata-rata pada jarak 1 m dan 5 m masing-masing adalah 2,37 µsv/jam dan 1,06 µsv/jam, sedangkan dosis kumulatif selama 1 bulan rata-rata sebesar 1,48 msv dan 0,72 msv masing-masing pada jarak 1 dan 5 m dari tempat limbah. Dari hasil pemantauan dapat diperkirakan bahwa pekerja atau pengunjung di IS -1 pada jarak 2-3 m dari limbah akan menerima dosis rata-rata 0,6-0,5 µsv apabila berada di IS-1 selama 20 menit. Hal ini masih jauh dari batasan yang diperkenankan yaitu sebesar 10 µsv untuk pekerja radiasi dan 0,5 µsv untuk masyarakat. Kata Kunci : Keselamatan radiasi, pengunjung, limbah radioaktif, pemetaan, dosis radiasi ABSTRACT EVALUATION OF RADIATION SAFETY FOR VISITORS IN THE RADIOACTIVE WASTE INTERM STORAGE. Evaluation of radiation safety has been done in Interm Storage -1 (IS-1) with purpose to estimate the radiation dose recived by visitors to the radioactive waste storage. Evaluation is done with mapping IS-1 by measurement of the dose rate and cumulative dose using surveymeter and TLD. There are 5 points of measurement at the distance of 1 meter and 5 meters from the waste stored. The cumulative dose was measured during 1 month, then it was processed using TLD reader model 6600. The results of average dose rate measurement at distance of 1 m and 5 m are 2.37 μsv/h and 1.06 μsv/h respectively, where as the average of cumulative dose during the 1 month are 1.48 and 0.72 msv at distance of 1 and 5 m respectively from the waste places. From the results of monitoring can be concluded that the workers or visitors in the IS -1 at the distance of 2-3 m from the waste is expected to receive dose average is 0.6-0.5 µsv if they are in the IS-1 for one hour. It is still far from the limits allowed that is equal to 10 µsv for radiation workers and 0.5 µsv for the public. Keywords : Radiation safety, visitor, radioaktive waste, mapping, radiation dose PENDAHULUAN S etiap industri akan menghasilkan limbah dan limbah ini harus dikelola dengan baik sehingga tidak mengganggu lingkungan baik manusia maupun ekosistem. Demikian pula dengan industri atau yang menggunakan sumber radioaktif misal PLTN, limbah yang ditimbulkan harus dikelola Buku II hal 294

dan diproses dengan baik sehingga dampak radiasi tidak akan merugikan masyarakat dan lingkungan sekelilingnya. Menurut Undang-undang Nomor 10 tentang Ketenaganukliran, pasal 23, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) merupakan badan pelaksana yang mengelola limbah radiaoktif di Indonesia, secara teknis pengelolaan limbah radioaktif dilaksanakan oleh Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) [1]. Limbah radioaktif yang dikelola PTLR berupa limbah hasil penelitian dan kegiatan instalasi yang ada di BATAN baik yang berlokasi di Kawasan Nuklir Serpong, Pasar Jumat, Bandung dan Yogyakarta. Disamping itu juga dikelola limbah yang berasal dari industri dan Rumah Sakit yang memanfaatkan sumber radioaktif untuk kegiatannya. Selain limbah radioaktif tersebut di atas, PTLR juga mengelola limbah radioaktif yang berupa bahan bakar nuklir bekas maupun bahan bakar nuklir eksperimen, yang dapat menimbulkan berbagai radionuklida hasil fisi. Limbah bahan bakar nuklir ini berasal dari Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy yang berada di Kawasan Nuklir Serpong (KNS) dan dari Instalasi Radiometalurgi di Pusat Teknologi Bahan bakar Nuklir (IRM-PTBN). Limbah bahan bakar nuklir bekas disimpan dalam kolam penyimpanan sementara bahan bakar nuklir bekas, pengangkutannya dari PRSG maupun dari IRM PTBN dilakukan melalui kanal hubung. Dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2010, tentang pemasyarakatan PLTN, maka masyarakat semakin ingin tahu tentang pemanfaatan radiasi sehingga beberapa kalangan atau kelompok masyarakat seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Pejabat Pemerintah Daerah, institusi pemerintah, lembaga legislatif maupun akademisi ingin mengetahui lebih jauh kesiapan teknologi dan sumber daya manusia dalam persiapan pembangunan PLTN di Indonesia. Keingin tahuan ini diwujudkan dengan melihat secara langsung lebih dekat fasilitas reaktor nuklir dan bagaimana pengelolaan limbahnya di fasilitas pengelolaan limbah radioaktif, salah satu diantaranya adalah kunjungan Dewan Pertahanan Nasional di IS-1 ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Kunjungan Dewan Pertahanan Nasional (Wantanas) di IS-1 Untuk melindungi masyarakat dari bahaya radiasi, Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 2007 tentang keselamatan radiasi pengion dan keamanan sumber radioaktif pada pasal 21 dan 34, mengatur tentang limitasi proteksi radiasi untuk mengupayakan besarnya dosis yang diterima pekerja/ masyarakat serendah mungkin yang dapat dicapai dengan mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi [2]. sehingga penelitian ini dilakukan sebagai usaha untuk mengetahui apakah penataan limbah hasil olahan di Interm Storage-1 ( IS-1) aman bagi pengunjung yang ingin mengetahui secara dekat pengelolaan limbah radioaktif dengan menentukan dosis yang diterima pengunjung di IS- 1 jauh dibawah batasan batasan yang diijinkan. Penelitian tingkat radiasi di IS-1 dilakukan dengan mengukur dosis kumulatif selama satu bulan menggunakan Thermoluminisence Dosimeter (TLD) sebanyak lima titik sampling pada jarak 1 m dan 5 m dari penempatan limbah yang telah diolah, dan sebagai pembanding dilakukan pengukuran langsung laju dosis pada titik pengukuran dan jarak yang sama menggunakan surveymeter. TATA KERJA Bahan dan peralatan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah dosimeter TLD tipe 0220 dan holdernya, tali dan penjepit holder. Sedangkan peralatan yang L. Kwin Pudjiastusti Buku II hal 295

digunakan adalah tiang penyangga, TLD reader model 6600, dan pengolah data. Metode 1. Pesiapan bahan dan alat Sebelum melakukan pengukuran disiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan, meliputi kartu TLD jenis 0220 dengan holdernya, memastikan alat TLD reader dapat beroperasi dengan baik, tali, statif, radiameter dapat beroperasi dan telah terkalibrasi. Kartu TLD sebelum dipasang di Interm Storage-1 dilakukan annealing terlebih dahulu untuk menghilangkan sisa-sisa radiasi yang terperangkap di dalam chip TLD, sehingga hasil pembacaan annealing di bawah nilai 1 nc. Kartu TLD yang telah dilakukan annealing dimasukkan ke dalam holder TLD dan dilengkapi dengan penjepit, bagian depan holder diberi label kode jarak dan titik pengukuran. Disiapkan tali sepanjang 10 m dan di pasang di interm storage-1. Tali dipasang pada jarak 1 m dan 5 m dari tempat penyimpanan limbah radioaktif yang telah diproses secara paralel, masing-masing ujungnya diikatkan pada tiang penyangga. Tali dipasang pada ketinggian satu meter dari lantai 2. Pengukuran dosis kumulatif Pengukuran dosis kumulatif dilakukan dengan memasang TLD pada tali yang telah disiapkan dengan jarak 1 m dan 5 m dari penyimpanan limbah. Setiap jarak 2 m pada tali, dipasang TLD dengan menghadap ke tempat limbah. Pengukuran dilakukan didepan limbah padat yang telah dikemas dalam drum 200 liter dan limbah semi cair yang telah dikemas dalam shell beton 950 liter yang disajikan pada Gambar 2. Pengukuran dosis kumulatif dilakukan selama 30 hari (1 bulan), kemudian diambil dan dilakukan pembacaan dosis yang terakumulasi dalam TLD menggunakan alat pembaca dosis TLD Reader model 6600. Data hasil pembacaan dilakukan analisis serta dievaluasi sehingga diperoleh dosis radiasi kumulatif di tempat penyimpanan sementara limbah radioaktif yang telah diolah yang ditangkap oleh elemen TLD selama satu bulan. Hasil pengukuran ini dibandingkan dengan hasil pengukuran menggunakan surveymeter. Limbah dalam drum Limbah dalam shel shellshell P1-5 P5- P1-4 P5-4 P1-3 P5-3 1 m P1-1 P1-2 P5-1 P5-2 10 m 5 m Gambar 2. Posisi pengukuran laju dosis dan dosis kumulatif di IS-1 P1-1 = Posisi Pengukuran jarak 1 m dan titik pengukuran 1 P1-2 = Posisi Pengukuran jarak 1 m dan titik pengukuran 2 P1-3 = Posisi Pengukuran jarak 1 m dan titik pengukuran 3 P1-4 = Posisi Pengukuran jarak 1 m dan titik pengukuran 4 P1-5 = Posisi Pengukuran jarak 1 m dan titik pengukuran 5 P5-1 = Posisi Pengukuran jarak 5 m dan titik pengukuran 1 P5-2 = Posisi Pengukuran jarak 5 m dan titik pengukuran 2 P5-3 = Posisi Pengukuran jarak 5 m dan titik pengukuran 3 P5-4 = Posisi Pengukuran jarak 5 m dan titik pengukuran 4 P5-5 = Posisi Pengukuran jarak 5 m dan titik pengukuran 5 Buku II hal 296

Secara visula titik-titik penempatan TLD pada jarak 1 m dan 5 m dari tempat penyimpanan limbah dalam shell beton dan drum di tampilkan pada Gambar 3. Gambar 3. Pemasangan TLD pada jarak 1 m dan 5 m dari limbah radioaktif 3. Pengukuran laju dosis Laju dosis diukur dengan menggunakan alat digital radiameter FAG model FH40F2 yang memiliki rentang pengukuran 0,01 µsv/jam 9,99 msv/jam dan dengan rentang energi antara 45 kev - 1,3 MeV. Alat ini telah terkalibrasi dan memiliki faktor kalibrasi 1,06. Pengukuran dilakukan secara langsung pada tempat-tempat dan jarak sama dengan tempat pengukuran dosis kumulatif. Hasil pengukuran dikalikan dengan faktor kalibrasi, sehingga diperoleh laju dosis terukur.[4]. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran dosis kumulatif menggunakan TLD selama 30 hari di IS-1 pada jarak 1 m dan 5 m ditampilkan pada Gambar 4. Gambar 4. Kurva pengukuran dosis kumulatif pada berbagai titik Dari Gambar 4 di atas, menggambarkan perbedaan pengukuran dosis kumulatif pada jarak 1 m dan 5 m, pada titik pengukuran 1, 2, 3, dan 4 hampir dua kali lipat, sedangkan pengukuran pada titik 5 pada jarak 1 m dan 5 m tidak beda jauh. Pengukuran dosis kumulatif pada jarak 1 m besarannya bervariasi, sedangkan pada jarak 5 m pada titik 1, 2, 3, 4, dan 5 tidak beda jauh, hal ini karena pada jarak 1 m paparan radiasi yang diterima TLD terbatas pada sudut elevasi yang kecil dari pusat sumber dan tergantung dari aktivitas limbah yang paling dekat, sedangkan pada jarak 5 m, TLD dapat menerima paparan dari berbagai sumber limbah dengan sudut elevasi yang lebih lebar, sehingga hasil pengukuran antara titik satu dengan yang lainnya tidak beda jauh. Pada titik pengukuran 5, pengukuran pada jarak 1 m dan jarak 5 m, tidak beda nyata hal ini karena posisi titik 4 dan 5 berada pada limbah dalam shell beton, sedangkan titik 1,2 dan 3 titik pengukuran pada limbah dalam drum 200 l. Penahan radiasi dalam bentuk beton lebih baik dibandingkan dengan sementasi dalam drum. Hasil pengukuran laju dosis pada 5 titiktitik pemantauan pada jarak 1 m, dan pada jarak 5 m ditunjukkan pada Gambar 5. L. Kwin Pudjiastusti Buku II hal 297

Gambar 5. Pengukuran laju dosis pada 5 titik pemantauan dengan jarak 1m dan 5 m Dari Gambar 5 di atas terlihat bahwa besaran laju dosis pada berbagai titik pengukuran pada jarak 1 m dari limbah memberikan hasil lebih tinggi rata-rata dua kali hasil pengukuran laju dosis pada titik-titik pengukuran dengan jarak 5 m dari limbah. Hasil pengukuran rata-rata sebesar 2,37 µsv/jam pada jarak 1 m dan rata-rata sebesar 1,056 µsv/jam pada jarak 5 m dari tempat penyimpanan limbah. Laju dosis pada titik pengukuran 4 dan 5 lebih kecil dibandingkan dengan titik pengukuran 2 dan 3. Titik 4 dan 5 adalah titik pengukuran limbah yang dikondisioning menggunakan shell beton 950 liter, sedangkan titik pemantauan 1,2 dan 3 adalah titik pemantauan limbah yang dikompaksi dan dikondisioning menggunakan wadah drum 200 liter. Dari kelima titik pemantauan, maka titik 2 dan titik 3 perlu dilakukan perhitungan untuk dapat mengetahui dosis yang diterima pengunjung, sedangkan pada titik 1, 4 dan 5, relatif kecil. Pengukuran dosis menggunakan TLD dan pengukuran laju dosis daerah kerja memberikan kurva yang simetris, sehingga pengukuran laju dosis menggunakan surveymeter dapat dipergunakan untuk memperkirakan dosis secara cepat. Untuk lebih jauh dalam memperkirakan penerimaan dosis radiasi bagi pekerja radiasi maupun pengunjung di tempat penyimpanan limbah radioaktif, maka dilakukan pengukuran laju dosis pada titik-titik pengukuran dan pada jarak 1, 2, 3, 4, dan 5 m dari limbah radioaktif hasil olahan. Hasil pengukuran untuk memperkirakan penerimaan dosis pada berbagai jarak dengan waktu 60, 30 dan 20 menit yang ditampilkan pada Gambar 6. Gambar 6. Kurve perkiraan penerimaan dosis pada berbagai jarak dan waktu Buku II hal 298

Gambar 6. Menunjukkan perbandingan perhitungan perkiraan penerimaan dosis rata-rata pada waktu yang berbeda yaitu 60 menit, 30 menit dan 20 menit pada berbagai jarak, terlihat bahwa pada jarak 2 m perkiraan penerimaan dosis sebesar 1,8 µsv, sedangkan untuk waktu 20 menit perkiraan penerimaan dosis sebesar 0,6 µsv pada jarak 2 m. Untuk mengetahui jarak yang aman bagi pengunjung, berdasarkan pengukuran laju dosis dapat diperhitungkan dan membandingkan dengan batasan yang diperbolehkan untuk masyarakat, maka dengan mengambil batasan penerimaan dosis selama satu tahun sebesar 20 msv, untuk pekerja radiasi diperbolehkan menerima dosis 0,01 msv selama satu jam dengan bekerja sehari 8 jam. Sedangkan hasil perhitungan rata-rata pekerja hanya menerima dosis 2,3 µsv pada jarak 1 meter atau 1,8 µsv pada jarak 2 m dari tempat penyimpanan limbah. Pekerja radiasi berada di IS-1 hanya untuk menyimpan limbah, sedangkan kegiatan lainnya tidak ada, sehingga dosis yang diterima pekerja tentu lebih kecil dari perkiraan perhitungan. Untuk masyarakat umum (tamu /pengunjung), dengan pembatas dosis 1/20 dari batasan dosis yang diperkenankan, atau setara dengan 1 msv/tahun atau 0,5 µsv/jam. Apabila dibandingkan dengan hasil perkiraan perhitungan seperti pada Gambar 6 diatas, jika berada pada jarak 2 m dari limbah selama 1 jam dosis yang diterima akan melebihi dari batasan yang diperkenankan, namun pengunjung biasanya hanya berada di IS-1 sekitar 10-20 menit saja dan tidak pada satu titik. Berikut ditunjukkan kurve perkiraan dosis pada berbagai jarak dan titik pengkukuran selama 20 menit, ditunjukkan pada Gambar 7. Gambar 7. Kurve perkiraan dosis pada berbagai jarak dan posisi pada waktu 20 menit. Gambar 7. Menunjukkan perhitungan perkiraan penerimaan dosis yang diterima pekerja/ pengunjung yang berada di IS-1 selama 20 menit, berdasarkan hasil pengukuran laju dosis pada berbagai jarak dan berbagai titik. Kurve P1 adalah kurve pada titik pengukuran 1 pada jarak 1, 2, 3, 4, dan 5 m dari limbah, demikian pula pada kurve P2, P3, P4 dan P5 dan perhitungan rerata pada berbagai titik pengukuran. Perkiraan penerimaan dosis pekerja/pengunjung rata-rata pada jarak 2-3 m berkisar antara 0,6 0,5 µsv, sehingga pengunjung/ masyarakat berada di tempat penyimpanan limbah yang telah diolah selama 20 menit perkiraan penerimaan dosis masih aman. KESIMPULAN Dari hasil pengukuran laju dosis dan dosis kumulatif menggunakan TLD di IS-1, dapat dipergunakan sebagai perkiraan penerimaan dosis, Pengukuran menggunakan surveymeter lebih cepat untuk memperkirakan penerimaan dosis. Meskipun hasil pengukuran tidak melebih batasan bagi pekerja radiasi, namun perlu dilakukan pengaturan jarak dan waktu bagi pengunjung sehingga dosis yang diterima tidak melebihi batas yang diperkenankan yaitu dibawah 1/20 dari batasan yang diperkenankan. DAFTAR PUSTAKA 1. ANONIM, Undang Undang No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran. 2. ANONIM, Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif 3. ANONIM, Keputusan Kepala BAPETEN No. 01/Ka-BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi. L. Kwin Pudjiastusti Buku II hal 299

4. ANONIM, Dokumen No. PLR/7/PeDK/II/001/01/2006, tentang Prosedur Pemantauan Daerah Kerja. 5. ANONIM. Pedoman Proteksi Radiasi Kawasan Nuklir Serpong revisi 1, 2010. TANYA JAWAB Eddy Sumadi Paparan di sekitar tumpukan limbah seberapa besar dibandingkan dengan yang diijinkan BAPETEN dan IAEA? Bagaimana pengolahan limbah lestari dilakukan? Paparan di sekitar tumpukan limbah sebesar rata-rata 2,37 μsv/jam pada jarak satu meter dari limbah, jika dibandingkan dengan batasan perka BAPETEN No.01/1999 sebesar 25 μsv/jam, sedangkan menurut KRP-60 Nilai Batas Dosis turun menjadi 10 μsv/jam. Sampai saat ini limbah radioaktif masih disimpan di gudang penyimpanan sementara (intern storage), penyimpanan lestari dalam penelitian tapak. Jumari, S.ST Berapa paparan radiasi setelah melalui pengolahan limbah radioaktif, apakah sudah aman? Paparan radiasi setelah melalui pengolahan limbah maksimum diperbolehkan 20 μsv/jam, sedangkan hasil pengukuran rata-rata sebesar 2,37 μsv/jam, sehingga masih jauh dari batas yang diijinkan. Buku II hal 300