PENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR



dokumen-dokumen yang mirip
Emy Budiastuti dan Kapti Asiatun ( Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY)

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

TEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL Noor Fitrihana,ST Jurusan PKK FT UNY

Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta.

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN DAN APLIKASI ZAT WARNA ALAMI DARI BUAH MANGROVE JENIS Rhizophora stylosa

KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-02)

PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA

PENGARUH FIKSATOR PADA EKSTRAK AKAR MENGKUDU TERHADAP PEWARNAAN JUMPUTAN

2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan

Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Bahan Fiksasi dalam Pemanfaatan Daun Jati (Tectona grandis Linn.f ) sebagai Bahan Pewarna Alami Batik

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh


BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa)

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN

Dosen Program Studi Teknik Batik Politeknik Pusmanu Pekalongan 2) Program Studi D3 Teknik Batik Politeknik Pusmanu Pekalongan

PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK KAYU MAHONI SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK

KUALITAS PEWARNAN BATIK YANG DIHASILKAN DARI PERBEDAAN KONSENTRASI dan BAHAN FIKASI BAHAN PEWARNA DAUN MANGGA ARUM MANIS (Mangifera Indica LINN)

Agus Haerudin, Dana Kurnia Syabana, Dwi Wiji Lestari Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Nasional Jurusan PTBB FT UNY, Volume 4, Tahun 2009

PEMANFAATAN TANAMAN KEMBANG TELEKAN SEBAGAI PEWARNA ALAM BATIK PADA KAIN MORI PRIMA SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

PENGARUH KONSENTRASI TAWAS TERHADAP PEWARNAAN KAIN MENGGUNAKAN EKSTRAK KULIT BAWANG MERAH

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. harus diselesaikan dalam proyek perancangan karya tekstil dengan eksplorasi eco

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Pemanfaatan buah cengkeh untuk pewarna kain PEMANFAATAN BUAH CENGKEH UNTUK PEWARNA KAIN

PENGARUH VARIASI ph DAN FIKSASI PADA PEWARNAAN KAIN KAPAS DENGAN ZAT WARNA ALAM DARI KAYU NANGKA TERHADAP KUALITAS HASIL PEWARNAANNYA

Jurusan Teknologi Industri Pertanian-Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Jl. Veteran-Malang *

PERBANDINGAN UJI KETAHANAN GOSOK ZAT WARNA ALAM KULIT AKASIA GUNUNG MERAPI (ACACIA DECURRENS)

PEMANFAATAN DAUN INDIGOFERA SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK

BAB II METODE PERANCANGAN

Fashion and Fashion Education Journal

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabelvariabel

PENGARUH JENIS FIKSATIF TERHADAP KETUAAN DAN KETAHANAN LUNTUR KAIN MORI BATIK HASIL PEWARNAAN LIMBAH TEH HIJAU

ALAT PENGERING BERKABUT UNTUK MENGHASILKAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU MAHONI, JAMBAL, DAN TINGI GUNA MENGGANTIKAN SEBAGIAN WARNA SINTETIK BATIK

APLIKASI ZAT WARNA ALAM PADA TENUNAN SERAT DOYO UNTUK PRODUK KERAJINAN Application Natural Dyestuff On Woven Fibers Doyo For Handicraft Product

Pemanfaatan Bagian Cabang dan Pucuk Cabang Dalbergia latifolia sebagai Pewarna Alami Kain Batik

Titiek Pujilestari Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

Titiek Pujilestari dan Irfa ina Rohana Salma Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

TEKNIK PENGOLAHAN ZAT WARNA ALAM (ZPA) UNTUK PEWARNAAN BATIK

Prosiding Seminar Nasional Jurusan PTBB FT UNY, Volume 6, Tahun 2011

PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP PENCUCIAN DAN GOSOKAN TEKSTIL HASIL PEWARNAAN DENGAN EKSTRAK CURCUMIN INDUK KUNYIT

PENDAHULUAN Batik merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang saat ini telah berkembang pesat, baik lokasi penyebaran, teknologi maupun desainnya.

RINGKASAN LAPORAN HASIL PENELITIAN

Agus Haerudin dan Farida Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

PENGARUH PENGULANGAN PENCELUPAN TERHADAP HASIL WARNA BAHAN SUTERA DENGAN EKSTRAK BATANG PISANG KEPOK (Musa paradiasiaca L. cv kepok) YULIYA ZULMI

A. Bagan Pemecahan Masalah

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN

Proses pemberian warna pada bahan tekstil secara merata dengan menggunakan media air.

UJI COBA PENGGUNAAN DAUN SIRIH GADING SEBAGAI BAHAN PEWARNA ALAMI PADA KAIN KATUN

KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL SKRIPSI

PENGARUH PEWARNAAN TERHADAP KELUNTURAN WARNA RAMBUT MENGGUNAKAN PEWARNA ALAMI LIMBAH BIJI PEPAYA TERHADAP PENCUCIAN

SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Yudi Satria dan Dwi Suheryanto Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara no. 7, Indonesia,

III. METODE PENELITIAN

ZAT WARNA BEJANA/INDHANTHREN UNTUK PEWARNAAN BATIK

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN

BAB I PENDAHULUAN. Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN

Diterima: 19 Oktober 2016, revisi akhir: 8 Desember 2016 dan disetujui untuk diterbitkan: 10 Desember 2016

PENGEMBANGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAMI PADA KERAJINAN SERAT ALAMI DI CV BHUMI CIPTA MANDIRI SENTOLO, KULON PROGO, YOGYAKARTA

LAPORAN TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : 1. Lita Indriyani (I ) 2. Widak Asrianing (I )

PEMANFAATAN LIMBAH DAUN MANGGA SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA KAIN KATUN DAN SUTERA

IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK CAP YANG MELAKUKAN PROSES PENCELUPAN PADDING

STABILISASI LIMBAH CAIR HASIL PENGOLAHAN GAMBIR DAN APLIKASINYA SEBAGAI PEWARNA PADA KAIN SUTERA

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

PENGARUH FIKSATOR JERUK NIPIS TERHADAP PEWARNAAN ESKTRAK DAUN JAMBU BIJI DILIHAT DARI KETUAAN WARNA DAN KETAHANAN LUNTUR PENCELUPAN KAIN BATIK TULIS

FIKSASI GARAM SCARLET R PADA PEWARNAAN KAIN SONGKET PALEMBANG BERBASIS ZAT WARNA ALAM DAUN HENNA

PENGARUH FREKUENSI CELUPAN TERHADAP HASIL JADI PEWARNAAN BATIK DENGAN DAUN LAMTORO PADA KAIN KATUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Disusun oleh Palupi C

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY

PENGARUH BAHAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR DAN INTENSITAS WARNA KAIN MORI BATIK HASIL PEWARNAAN DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL

Pengaruh Bahan Fiksasi Terhadap Ketahanan Luntur dan Intensitas Warna Kain Mori Batik Hasil Pewarnaan Daun Alpukat (Persea americana Mill.

LAPORAN HIBAH PENELITIAN. TEMA: (Pengembangan Produk High Fashion Berbasis Material yang Marketable)

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. A. Sejarah Balai Besar Kerajinan dan Batik. Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) adalah unit pelaksanan teknis

PEMANFAATAN DAUN TEMBAKAU UNTUK PEWARNAAN KAIN SUTERA DENGAN MORDAN JERUK NIPIS

PENGARUH TEKNIK MORDANTING TERHADAP HASIL JADI PEWARNAAN ALAMI PADA JILBAB BERBAHAN SUTERA DENGAN EKSTRAK GAMBIR MENGGUNAKAN TEKNIK TIE DYE

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

PEMBUATAN ALAT PENCELUPAN DAN FIKSASI ZAT WARNA ALAMI MANGROVE JENIS RHIZOPORA STYLOSA, MAHONI, DAN INDIGOFERA

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK.. DAFTAR DIAGRAM.. DAFTAR BAGAN...

e-journal. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, Edisi Yudisium Periode Mei 2014, Hal 65-70

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENELITIAN POTENSI PENCEMARAN DARI 41 INDUSTRI BATIK DI KLASTER BATIK SRAGEN

PENGARUH LARUTAN FIXER TERHADAP KUALITAS PEWARNAAN BIOPIGMEN RUMPUT LAUT Eucheuma sp. SEBAGAI PENGGANTI PEWARNA SINTETIS PADA TEKSTIL

PENGARUH WAKTU MASERASI, PERLAKUAN BAHAN DAN ZAT FIKSASI PADA PEMBUATAN WARNA ALAMI DAUN KETAPANG (Terminalia catappa Linn)

KUALITAS BAGIAN CABANG DAN PUCUK CABANG Manilkara kauki SEBAGAI PEWARNA ALAMI KAIN BATIK

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

PENGARUH FIKSATOR PADA EKSTRAK DAUN MANGGA DALAM PEWARNAAN TEKSTIL BATIK DITINJAU DARI KETAHANAN LUNTUR WARNA TERHADAP KERINGAT

PERBEDAAN JUMLAH MASSA MORDAN KAPUR TERHADAP PEWARNAAN KULIT KECAMBAH KACANG HIJAU PADA BAHAN SUTERA

PENGARUH BAHAN FIKSASI TERHADAP INTENSITAS WARNA DAN KETAHANAN LUNTUR PEWARNAAN KULIT CRUST IKAN PARI DENGAN PEWARNA SECANG (Caesalpinia sappan L)

USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA

BATIK DARI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu pusat industri batik yang dikenal sejak

POTENSI DAUN KETAPANG, DAUN MAHONI DAN BUNGA KECOMBRANG SEBAGAI ALTERNATIF PEWARNAAN KAIN BATIK YANG RAMAH LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGOLAHAN BATANG KUDZU MENJADI BAHAN BAKU SERAT UNTUK PRODUK KERAJINAN Processing Kudzu Stem as Fiber Raw Material for Craft Product

PEMANFAATAN ZAT WARNA ALAM DARI EKSTRAK KULIT AKAR MENGKUDU (Morinda citrifolia Linn) PADA KAIN KATUN

Transkripsi:

PKMP-3-10-1 PENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR Kharomi Trismawati, Very Setyabakti, Cahyaning Wuri Rosetyo Program Studi Teknik Busana, Jurusan Pendidikan Teknik Boga Busana Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta ABSTRAK Penelitian ini berfungsi untuk mengetahui 1) Warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring tanpa proses fiksasi, 2) Warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring menggunakan fiksator tawas dengan konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l., 3) Warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring menggunakan fiksator tunjung dengan konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l, 4) Warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring menggunakan fiksator kapur tohor dengan konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l, 5) Variasi warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring yang difiksasi dengan tawas, tunjung dan kapur tohor, 6) Ketahanan luntur warna menggunakan fiksator tunjung, tawas dan kapur tohor dengan konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l ditinjau dari perubahan warna. 7) Ketahanan luntur warna menggunakan fiksator tunjung, tawas, kapur tohor dengan konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l ditinjau dari penodaan warna. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Unit penelitian yang digunakan adalah kain sutera super merk 56. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah fiksator tunjung, tawas dan kapur tohor yang divariasi konsentrasinya10 gr/l, 20 gr/l dan 15 gr/l untuk variabel kontrol. Variabel terikat adalah tingkat ketuaan warna dan ketahanan luntur warna yang ditinjau dari perubahan warna dan penodaan warna. Teknik pengumpulan data tingkat ketuaan warna dengan uji visual oleh 5 orang ahli dari Balai Industri Kerajinan dan Batik Jln. Kusuma Negara No. 7 Yogyakarta. Ketahanan luntur warna ditinjau dari perubahan warna menggunakan Gray Scale. Sedangkan ketahanan luntur warna ditinjau dari penodaan warna menggunakan Staning Scale. Validitas instrumen uji menggunakan validitas internal dan eksternal. Sedangkan pengujian reliabilitas dengan melakukan 3 kali pengulangan pencelupan. Analisis data yang digunakan adalah uji visual dengan metode rengking. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Pewarnaan kain sutera dengan zat warna urang aring tanpa proses fiksasi menghasilkan warna kuning, 2) Warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring menggunakan fiksator tunjung dengan konsentrasi10 gr/l menghasilkan warna hijau muda, 15 gr/l menghasilkan warna hijau sedang, dan 20 gr/l menghasilkan warna hijau tua. 3), Warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring menggunakan fiksator tawas dengan konsentrasi10 gr/l menghasilkan warna kuning muda, 15 gr/l menghasilkan warna kuning sedang, dan 20 gr/l menghasilkan warna kuning tua. 4) Warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring menggunakan fiksator kapur tohor dengan konsentrasi10 gr/l menghasilkan warna kuning keemasan muda, 15 gr/l menghasilkan warna kuning keemasan sedang, dan 20 gr/l menghasilkan warna kuning keemasan tua. 5) Variasi warna yang dihasilkan

PKMP-3-10-2 pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring yang difiksasi dengan tawas menghasilkan warna kuning, kapur tohor menghasilakn warna kuning keemasan dan tunjung menghasilkan warna hijau. 6) Ketahanan luntur warna menggunakan fiksator tunjung, tawas dan kapur tohor dengan konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l ditinjau dari perubahan warna menunjukkan hasil yang sama pada Gray Scale yaitu 4-5 yang dikategorikan sangat baik, semua penggunaan konsentrasi menunjukkan kain sutera tidak luntur setelah dicuci dengan sabun Krim merk wing. 7) Ketahanan luntur warna menggunakan fiksator tunjung, tawas dan kapur tohor dengan konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l ditinjau dari penodaan warna menunjukkan hasil yang sama pada Stanning Scale yaitu 4-5 yang dikategorikan sangat baik, semua penggunaan konsentrasi menunjukkan kain sutera tidak menodai tekstil lain yang dicuci bersama-sama. Kata kunci : fiksasi, ketuaan warna dan ketahanan luntur warna. PENDAHULUAN Pada saat ini tanaman urang aring baru dikenal dan dimanfaatkan sebagai bahan campuran pembuatan shampoo. Ekstrak urang aring dikenal berkhasiat sebaga penghitam dan penguat akar rambut. Dengan demikian kami tertarik untuk mencoba memanfaatkan tanaman tersebut sebagai zat pewarna pada tekstil. Apakah bila digunakan sebagai pewarna tekstil akan diperoleh warna hitam seperti pada rambut? Hal inilah yang memberi inspirasi peneliti untuk menjadikan zat warna urang aring sebagai zat warna tekstil untuk bahan produksi busana. Bagian tanaman yang digunakan adalah suluruh bagian tanaman kecuali akarnya. Zat warna alam merupakan zat warna yang memenuhi standar kualitas dan aman bagi lingkungan, karena tidak seperti zat warna sintetis yang mengakibatkan pencemaran lingkungan akibat pembuangan sisa limbah yang bersifat karsinogen. Selain itu zat warna sintetis diduga mengandung gugus azo yang dapat menyebabkan penyakit kanker. Dengan penggunaan zat warna alam diharapkan dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Keunggulan dari zat warna alam antara lain, warna yang dihasilkan sangat variatif dan unik, warna cenderung kearah soft, intensitas warna terhadap kornea mata terasa sangat menyejukkan sehingga akan menyehatkan mata, dan mengandung antioksidan sehingga nyaman dan aman apabila dipakai oleh manusia. Dalam proses pencelupan ini menggunakan media kain sutera karena selain memberikan kesan eksklusif pada tekstil, kain sutera merupakan bahan tekstil yang terbuat dari serat sellulosse dan protein. Karena bahan tekstil yang dapat diwarnai dengan zat warna alam adalah bahan tekstil yang terbuat dari serat sellulosse. Untuk memunculkan warna dan mengunci warna digunakan fiksator tawas, tunjung dan kapur tohor pada proses fiksasi dengan konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l pada tiap- tiap fiksator. Dengan diberikannya fiksator yang berbeda dan konsentrasi yang berbeda pula diharapkan akan memunculkan warna yang bervariasi dan tingkat ketuaan warna yang bervariasi pula. Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :1) Bagaimanakah warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring tanpa proses fiksasi. 2) Bagaimanakah warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat

PKMP-3-10-3 warna urang aring menggunakan fiksator tunjung dengan konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l. 3) Bagaimanakah warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring menggunakan fiksator tawas dengan konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l. 4) Bagaimanakah warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring menggunakan fiksator kapur tohor dengan konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l. 5) Bagaimanakah variasi warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring yang difiksasi dengan tawas, tunjung dan kapur tohor. 6) Bagaimanakah ketahanan luntur warna menggunakan fiksator tawas, tunjung dan kapur tohor dengan konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l ditinjau dari perubahan warna. 7) Bagaimanakah ketahanan luntur warna menggunakan fiksator tawas, tunjung dan kapur tohor dengan konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l ditinjau dari penodaan warna. Adapun tujuan penelitian ini adalah :1) Untuk mengetahui warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring tanpa proses fiksasai. 2) Untuk mengetahui warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring menggunakan fiksator tunjung dengan konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l. 3) Untuk mengetahui warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring menggunakan fiksator tawas dengan konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l. 4) Untuk mengetahui warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring menggunakan fiksator kapur tohor dengan konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l. 5) Untuk mengetahui variasi warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring yang difiksasi dengan tawas, tunjung dan kapur tohor. 6) Untuk mengetahui ketahanan luntur warna menggunakan fiksator tawas, tunjung dan kapur tohor dengan konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l ditinjau dari perubahan warna. 7) Untuk mengetahui ketahanan luntur warna menggunakan fiksator tawas, tunjung dan kapur tohor dengan konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l ditinjau dari penodaan warna. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1) Mengetahui warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan menggunakan zat warna urang aring. 2) Menambah pengetahuan tentang variasi warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan menggunakan zat warna urang aring yang difiksasi dengan tawas, tunjung dan kapur tohor. 3) Menambah informasi tentang zat warna alam yang dapat digunakan sebagai pewarna tekstil. 4) Sebagai bahan masukan bagi industri tekstil agar memperoleh alternatif pewarnaan kain sutera menggunakan zat pewarna alam. 5) Mendorong adanya penelitian lain yang berkaitan dengan pengembangan zat warna alam. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan untuk mengetahui tingkat ketuaan warna dan ketahanan luntur warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera menggunakan zat warna urang aring dengan fiksator tunjung, tawas dan kapur tohor yang divariasi konsentrasinya, terhadap perubahan warna dan penodaan warna. Konsentrasi fiksator tunjung, tawas dan kapur tohor yang akan diuji masing-masing adalah 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l. Desain penelitian digambarkan dalam bentuk table sebagai berikut:

PKMP-3-10-4 Table 1. Desain Penelitian Ketuaan Warna dengan Fiksator Tunjung Konsentrasi Tunjung Ketuaan warna 2 2 2 Table 2. Desain Penelitian Ketuaan Warna dengan Fiksator Tawas Konsentrasi Tawas Ketuaan warna 2 2 2 Table 3. Desain Penelitian Ketuaan Warna dengan Fiksator Kapur Tohor Konsentrasi Kapur Tohor Ketuaan warna 2 2 2 Table 4. Desain Penelitian Ketahanan Luntur Warna dengan Fiksator Tunjung Ketahanan Luntur Konsentrasi Tunjung Warna Perubahan Warna 2 2 2 Penodaan Warna 2 2 2 Table 5. Desain Penelitian Ketahanan Luntur Warna dengan Fiksator Tawas Ketahanan Luntur Konsentrasi Tawas Warna Perubahan Warna 2 2 2 Penodaan Warna 2 2 2

PKMP-3-10-5 Table 6. Desain Penelitian Ketahanan Luntur Warna dengan Fiksator Kapur Tohor Ketahanan Luntur Konsentrasi Kapur Tohor Warna Perubahan Warna 2 2 2 Penodaan Warna 2 2 2 Gambar 1. Tanaman Urang Aring

PKMP-3-10-6 Bahan eksperimen terdiri dari: tanaman Urang Aring diperoleh dari areal persawahan di daerah Ngaglik Yogyakarta, kain sutera merk Super 56 diperoleh dipasar Bringharjo, tunjung, tawas dan kapur tohor sebagai fiksator diperoleh dari Toko Prawoto, TRO sebagai pembasah, air sebagai pelarut. Prosedur eksperimen dilaksanakan sebagai berikut: Persiapan Larutan tawas&tro Proses mordanting Larutan TRO Perendaman dalam larutan TRO Pencelupan Larutan fiksasi tunjung, tawas, kapur tohor konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l, 20 gr/l Fiksasi Pembilasan Hasil pencelupan Pengujian Ketuaan warna diuji secara visual oleh ahli zat warna alam Ketahanan luntur warna ditinjau dari perubahan warna (diuji dengan Gray Scale) Ketahanan luntur warna ditinjau dari penodaan warna (diuji dengan Stanning Scale) Hasil pengamatan Hasil pengujian Hasil pengujian Data Data Data

PKMP-3-10-7 Eksperimen dilakukan di laboratorium PKK Universitas Negeri Yogyakarta Kampus Karang Malang Yogyakarta. Pengujian tingkat ketuaan warna dan ketahanan luntur warna dilakukan di Laboratorium Uji Komoditi Industri Kerajinan dan Batik Di Jalan. Kusuma Negara No. 7 Yogyakarta. Data tingkat ketuaan warna diperoleh dengan cara meminta 5 orang ahli di bidang zat warna alam dari Balai Batik unutk menguji secara visual dengan metode rangking. Nilai C untuk kategori muda, nilai B untuk kategori sedang dan nilai A untuk kategori tua. Data ketahanan luntur warna diperoleh dari pengujian dengan Gray Scale untuk perubahan warna, dan untuk penodaan diuji dengan Stanning Scale. Bahan uji dipotong secara acak dengan ukuran 5 x 10 cm, kemudian masingmasing diberi tanda sesuai dengan konsentrasi fiksator. HASIL DAN PEMBAHASAN Pewarnaan kain sutera dengan zat warna urang aring menghasilkan warna kuning. Hasil pengujian tingkat ketuaan warna menunjukkan bahwa besar kecilnya konsentrasi cuka yang digunakan berpengaruh terhadap tingkat ketuaan warna pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring. Data rata-rata penggunaan fiksator tunjung dengan konsentrasi 10 gr/l menghasilkan warna hijau muda, konsentrasi 15 gr/l menghasilkan warna hijau sedang dan konsentrasi 20 gr/l menghasilkan hijau tua. Penggunaan fiksator tawas dengan konsentrasi 10 gr/l menghasilkan warna kuning muda, konsentrasi 15 gr/l menghasilkan warna kuning sedang dan konsentrasi 20 gr/l menghasilkan warna kuning tua. Penggunaan fiksator kapur tohor dengan konsentrasi 10 gr/l menghasilkan warna kuning keemasan muda, konsentrasi 15 gr/l menghasilkan warna kuning keemasan sedang dan konsentrasi 20 gr/l menghasilkan warna kuning keemasan tua. Dari data tersebut menunjukkan semakin tinggi konsentrasi fiksator yang digunakan maka semakin tua warna yang dihasilkan. Hal ini disebabkan fiksator tunjung, tawas dan kapur tohor memiliki sifat mengekalkan warna dan memiliki daya ikat terhadap warna. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring menunjukkan bahwa besar kecilnya konsentrasi fiksator yang digunakan tidak berpengaruh terhadap ketahanan luntur warna ditinjau dari perubahan warna. Data rata-rata penggunaan konsentrasi fiksator tunjung, tawas dan kapur tohor 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l diperoleh angka yang sama pada Gray Scale yaitu 4-5 yang dikategorikan baik, yaitu kain sutera tidak luntur setelah dicuci dengan sabun krim merk wings. Dengan demikian dapat diartikan bahwa penambahan konsentrasi fiksator tunjung, tawas dan kapur tohor yang digunakan tetap menghasilkan kain sutera yang tidak luntur setelah dicuci dengan sabun krim merk wings. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring menunjukkan bahwa besar kecilnya konsentrasi fiksator yang digunakan tidak berpengaruh terhadap ketahanan luntur warna ditinjau dari penodaan warna. Data rata-rata penggunaan konsentrasi fiksator tunjung, tawas dan kapur tohor 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l diperoleh angka yang sama pada Stanning Scale yaitu 4-5 yang dikategorikan baik, yaitu kain sutera tidak melunturi atau menodai tekstil lain yang dicuci bersama-sama dengan menggunakan sabun krim merk wings. Dengan demikian dapat diartikan bahwa penambahan konsentrasi fiksator tunjung, tawas dan kapur

PKMP-3-10-8 tohor yang digunakan tidak menyebabkan tekstil lain yang dicuci bersama-sama dengan kain sutera menjadi terlunturi/ternodai. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1) Warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring tanpa proses fiksasi adalah warna kuning. 2) Tingkat ketuaan warna pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring untuk konsentrasi tunjung 10 gr/l menghasilkan warna hijau dengan nilai rata-rata C yang dikategorikan muda. Untuk konsentrasi tunjung 15 gr/l menghasilkan warna hijau dengan nilai rata-rata B yang dikaregorikan sedang. Dan untuk konsentrasi tanjung 20 gr/l menghasilkan warna hijau dengan nilai rata-rata A yang dikategorikan tua. 3) Tingkat ketuaan warna pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring untuk konsentrasi tawas 10 gr/l menghasilkan warna kuning dengan nilai rata-rata C yang dikategorikan muda. Untuk tawas 15 gr/l menghasilkan warna kuning dengan nilai rata-rata B yang dikategorikan sedang. Dan untuk konsentrasi 20 gr/l menghasilkan warna kuning dengan nilai rata-rata A yang dikategorikan tua. 4) Tingkat ketuaan warna pada pencelupan kain sutera dengan zat urang aring untuk konsentrasi kapur tohor 10 gr/l menghasilkan warna kuning keemasan dengan nilai rata-rata C yang dikategorikan muda. Untuk konsentrasi kapur tohor 15 gr/l menghasilkan warna kuning keemasan dengan nilai rata-rata B yang dikategorikan sedang. Dan untuk konsentrasi kapur tahor 20 gr/l menghasilkan warna kuning keemasan dengan nilai A yang dikategorikan tua. 5) Variasi warna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring yang difikasi dengan tanjung, tawas dan kapur tohor adalah fiksasi dengan tanjung menghasilkan warna hijau, fiksasi dengan kapur tohor menghasilkan warna kuning keemasan dan fiksasi dengan tawas menghasilkan warna kuning. 6) Ketahanan luntur warna terhadap pencucian dari perubahan warna pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring menggunakan fiksator tanjung, tawas dan kapur tohor dengan konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l menghasilkan nilai rata-rata 4-5 yang dikategorikan baik yang berarti tidak luntur setelah dilakukan pencucian dengan sabun krim merk wing. 7) Ketahanan luntur warna terhadap pencucian ditinjau dari penodaan warna pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring menggunakan fiksator tanjung, tawas dan kapur tohor dengan konsentrasi 10 gr/l, 15 gr/l dan 20 gr/l menghasilkan nilai rata-rata 4-5 yang dikategorikan baik, yaitu jika tekstil dicuci dengan sabun krim merk wing bersama-sama dengan tekstil lain tidak akan melunturi atau menodai tekstil lain. DAFTAR PUSTAKA Agustin NYo dkk.(1990).pengetahuan Bahan Tekstil untuk SMTK.Jakarta:Dik Menjur.Dep Dik Bud Anonym.(1983).SII 0113-75 Cara Penggunaan Grey Scale.Jakarta:Departemen Perindustrian. Anonym.(1983).SII 0114-75 Cara Penggunaan Stanning Scale.Jakarta:Departemen Perindustrian. Anonym.(1983).SII 0115-75 Cara Uji Tahan Luntur Warna Terhadap Pencucian.Jakarta:Departemen Perindustrian.

PKMP-3-10-9 Anonym.(1997).Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka. Anshory Irfan.(1988).Penuntun Pelajaran Kimia.Bandung:Ganeca Exact. Astri Indriani.(2003). Pengaruh Konsentrasi Soda Abu (Na 2 CO 3 ) dan Lama Waktu Dalam Proses Mordan Terhadap Kekuatan Sobek Kain Mori.Skripsi:Yogyakarta.UNY Balai Penelitian Batik dan Kerajinan.(1992).Buku Pegangan Pembuatan Batik Sutera.Yogyakarta. Enny Zuhni K.(1997).Ilmu Tekstil.Yogyakarta:FPTK.Institut keguruan dan Ilmu Pendidikan. Hendri Suprapto.(1996).Teknologi Pencelupan Zat Pewarna Alami Tumbuh- Tumbuhan.Yogyakarta:Departemen Perindustrian Jumaeri.(1997).Pengetahuan Barang Tekstil.Bandung:Institute Teknologi Tekstil. Nurcahyo Jati.(1993). Pemanfaatan Pasahan Kayu Nangka Sebagai Warna Soga Batik.Skripsi.Yogyakarta:UII Sewan Susanto.(1980).Kerajinan Batik Indonesia.Yogyakarta:BPBK