BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pekarangan pada dasarnya merupakan lahan di sekitar rumah yang di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia memiliki beragam profesi. Profesi yang umum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beraneka ragam Suku. Salah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

BAB V SUMBER DAYA ALAM

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

PENDAHULUAN. pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN NELAYAN INDAH. serta latarbelakang historisnya. Cerita sejarah baru dianggap benar jika pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB II GAMBARAN UMUN LOKASI PENELITIAN. dikecamatan Rambah, Kabupaten Rokan Hulu, provinsi Riau, Indonesia. Yang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan (palawija), merupakan makanan pokok bagi masyarakat. total pendapatan domestik bruto (id.wikipedia.org).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB VII STRUKTUR AGRARIA DESA CIPEUTEUY

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

tersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang.

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

POTENSI DAN PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA

BUAH-BUAHAN LANGKA HUTAN PEGUNUNGAN MERATUS

Sistem Pekarangan Permukiman Masyarakat di Kawasan Karst Jawa Timur Bagian Selatan

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan

KLOROFIL X - 2 : 58 62, Desember 2015 ISSN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Deli Serdang. Desa Bandar Baru berada pada LU dan

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi Tanah Karo dengan ketinggian antara 600 sampai 1400 meter di

Jurnal Wahana Foresta Vol 8, No. 2 Agustus 2014 IDENTIFIKASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI SEKITAR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI TEBING TINGGI

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat orang lebih berpikir maju dan berwawasan tinggi. Pendidikan. majunya teknologi informasi dalam dunia pendidikan.

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

Perkembangan Ekonomi Makro

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB X PENGGUNAAN LAHAN DAN KEGIATAN EKONOMI. Kata Kunci PETA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

HALIMUN & HARAPAN PENYELAMATAN KAMPUNG HALAMAN Oleh: Tina, Medan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

BAB II ATURAN BERSAMA A. ATURAN BERSAMA DALAM MEMBANGUN DAN MENATA (RENOVASI) RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. pertanian di Wilayah Distrik Sorong Timur

BAB I PENDAHULUAN. armada pedagang Cina datang mengunjungi pelabuhan Sumatera Timur untuk

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

Selayang Pandang Kabupaten Musi Rawas Utara 1

PERTANIAN PERIKANAN DAN PETERNAKAN KEHUTANAN DAN PERTAMBANGAN PERINDUSTRIAN, TRANSPORTASI, PERDAGANGAN, PARIWISATA, DAN INDUSTRI JASA

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan memiliki keunggulan bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah

AKUAPONIK. Sutrisno Estu Nugroho Anang Hari Kristanto,

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

TOPIK : SEJARAH PERTANIAN APAKAH PERTANIAN ITU?

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN

BAB II DESA KIJANG JAYA. untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pekarangan pada dasarnya merupakan lahan di sekitar rumah yang di dalamnya tumbuh sayur-mayur, kolam ikan, tanaman buah-buahan dan obatobatan yang dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari, baik untuk tamu maupun lainnya yang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk dibeli. Penny (1984:2) mengatakan bahwa pekarangan merupakan taman dengan aneka ragam tumbuhan, tanaman, ternak, dan ikan, sumber sayur-mayur, air (sumur), sumber kayu bakar, obat-obatan dan lainnya. Lebih jauh lagi dijelaskan bahwa tujuan utama dari pekarangan bagi mereka adalah: untuk keperluan diri sendiri, untuk anak-anak, dan untuk tamu. Sedangkan Dove (1985:193) mengatakan di depan rumah biasanya terdapat kandang ternak. Penduduk menanami pekarangannya dengan ketela pohon, dan hanya ada delapan tempat yang ditanami salak, tanaman pekarangan yang lazim untuk daerah di lereng Gunung Merapi. Namun pada masa lalu disaat pembangunan belum banyak berdiri, lahan sawah juga termasuk ditanami di pekarangan. Namun Penny (1984:4) menjelaskan bahwa pekarangan di daerah penduduk suku Batak di Sumatera Utara bukanlah disekeliling perumahan perorangan, karena rumah mereka berkelompok, kalaupun ada pekarangan itu adalah merupakan perkebunan di luar desa. Pada tahun 1994 pada umumnya Orang Melayu di Terjun banyak yang bekerja sebagai petani dan memanfaatkan lahan pekarangan untuk bercocok tanam. Bertani atau bercocok tanam adalah pekerjaan yang bisa dikatakan pekerjaan yang menjamin masa depan keluarga. Bertani juga bisa dilakukan di 1

2 sekitar rumah seperti yang banyak dilakukan oleh etnis Melayu dahulunya. Lahan pekarangan yang berada di sekitar rumah sangat besar manfaatnya apabila ditanami dengan tanaman sayur-sayuran, obat-obatan, buah-buahan, atau kolam ikan, dan ternak unggas terutama dari segi ekonominya. Bahkan pekarangan punya banyak fungsi dan manfaat, dalam hal ini fungsi pekarangan dapat dikategorikan ke dalam beberapa aspek yaitu fungsi secara ekonomi, sosial, budaya. Fungsi pekarangan yang ditanami dengan beraneka ragam sayuran, buahbuahan, bunga hias, kolam ikan dan ternak unggas membuat kehidupan etnis Melayu berada pada tingkatan atas dibandingkan etnis lainnya. Bagi etnis Melayu pekarangan sangat berarti untuk dijaga, dirawat, dikelola, karena manfaatnya sangat besar dari segi ekonomi. Pemilik pekarangan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli sayur-sayuran seperti daun ubi, kangkung, serai, cabai, beras, dan ikan, semuanya sudah tersedia di pekarangan. Hal ini juga berlaku kepada tetangga yang tinggal meminta hasil pekarangan seperti daun ubi, kangkung, serai dan lainnya, karena pekarangan dalam hal ini seperti mkilik bersama. Pekarangan juga berfungsi bagi kehidupan sosial dan budaya, banyak interaksi sosial yang terjadi tanpa disadari antara pemilik pekarangan dengan tetangga atau masyarakat lain seperti menumpang untuk memotong jalan, bercerita-cerita sambil santai, membuat kandang ayam, mengikat kambing dan lain-lainnya. sedangkan dari segi budaya pekarangan juga punya banyak fungsi seperti meminta buah mangga dari kepada pemilik pekarangan, meminjam pekarangan untuk acara pernikahan, dan lainnya. Prilaku-prilaku tersebut menjadi sebuah budaya baru antara pemilik lahan pekarangan dengan yang bukan pemilik

3 pekarangan. Pemilik pekarangan tidak sungkan untuk memberikannya kepada tetangga atau masyarakat yang meminta hasil pekarangannya, menumpang lewat, menumpang untuk acara pernikahan, dan hal ini juga berlaku bagi pemilik pekarangan lainnya. Pemanfaatan fungsi pekarangan oleh etnis Melayu di kelurahan Terjun menciptakan tatanan kehidupan sosial yang tentram, adil dan makmur. Octaviani (2008: 43-44) mengatakan sistem kemasyarakatan ini cukup lama berlangsung sampai kepada antara kepala Kampung dengan kepala Kampung baik sekali. Sifat kegotong-royongnya sangat menonjol, misalnya menyangkut masalah kesejahteraan bersama seperti perbaikan jalan umum, pembukaan ladang baru, pembangunan rumah ibadah, pembuatan rumah tinggal dan sebagainya. Sekarang ini bisa dikatakan tidak ada lagi dari suku Melayu yang memanfaatkan lahan pekarangannya untuk ditanami sayuran, buah, dan obatobatan, jika pun ada cuma beberapa rumah saja dengan pekarangan yang sempit dan tidak banyak ditanami dengan jenis-jenis tanaman. Octaviani (2008:28) menurut sejarah asal-usul penduduk kampung Terjun dan Pekan Labuhan pada awalnya adalah etnis Melayu yang merupakan keturunan dari Sultan Deli, namun setelah adanya pembukaan perkebunan di wilayah Sumatera khususnya Sumatera Utara, maka didatangkan etnis lain yaitu Cina dan Jawa sebagai tenaga kuli kontrak yang bekerja untuk kolonial Belanda dikarenakan orang Melayu yang ada diwilayah ini tidak mau bekerja sebagai tenaga kerja. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa mereka yang mempunyai lahan dan mereka merupakan keturunan bangsawan/sultan serta adanya rasa malu menjadi kuli kontrak di lahan sendiri walaupun telah disediakan oleh kolonial Belanda. Hal ini menyebabkan

4 masuknya suku pendatang seperti Cina, Jawa, batak Karo, Mandailing dan lainnya untuk memilih kelurahan Terjun dan sekitarnya sebagai tempat tinggal. Dengan masuknya etnis pendatang menyebabkan pula terjadinya penyempitan lahan di kelurahan Terjun, karena tidak mampunya etnis Melayu bersaing dengan etnis pendatang yang gigih dalam mencari nafkah membuat mereka harus rela menjual tanah dan lahan pekarangannya kepada suku pendatang dan memilih bertempat tinggal di pinggiran kota Medan. Pemanfaatan lahan pekarangan rumah yang dulunya banyak dilakukan etnis Melayu, sekarang ini sudah banyak dilakukan suku lain seperti Jawa dan Batak Karo. Hampir tidak dijumpai lagi etnis Melayu yang memanfaatkan lahan pekarangannya, padahal banyak fungsi yang bisa dimanfaatkan dari pekarangan baik dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Musnahnya lahan pekarangan dikalangan etnis Melayu berdampak negatif pada tatanan kehidupan sosial etnis Melayu, fungsi pekarangan secara ekonomi, sosial dan budaya tidak bisa dimanfaatkan lagi oleh pemilik pekarangan, tetangga, dan masyarakat. Jika sebelumnya hasil pekarangan dapat dgunakan untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk tamu, anak-anak, bahkan untuk dijual ke pasar, sekarang ini tidak bisa lagi karena sudah tidak adanya lahan pekarangan yang dapat dimanfaatkan lagi. Begitu juga halnya secara sosial dan budaya, fungsi pekarangan dapat dimanfaatkan untuk memotong jalan, menjemur pakaian, bercerita, dan meminjam lokasi untuk acara pesta pernikahan, namun sekarang ini tidak dapat dilihat lagi. Tidak heran karena tidak adanya lagi lahan pekrarangan yang secara otomatis menghilangkan fungsi-fungsi pekarangan itu sendiri, ini juga berdampak pada hubungan sosial antara pemilik pekarangan dengan tetangga dan masyarakat. Pada dasarnya interaksi sosial banyak terjalin ketika masih

5 adanya pekarangan, seperti bercerita disore hari kepada tetangga atau masyarakat yang lewat, menumpang lewat, menjemur pakaian, melihat kolam ikan dan banyak hal lagi yang hilang dari musnahnya pekarangan. Dewasa ini perkembangan teknologi semakin hari semakin meningkat, diikuti dengan meningkatnya bahan-bahan pokok yang mengakibatkan tingginya biaya hidup. Seolah terkikis habis karena masuknya etnis pendatang, tanah dan lahan pekarangan yang dulunya luas berubah menjadi gedung-gedung menjulang tinggi, dan hutan serta sungai yang dulunya menjadi dasar para orang Melayu untuk bercocok tanam, bertani, berternak, dan melaut, sekarang sudah menjadi daratan. Sekarang hampir tidak ada lagi lahan pekarangan yang dimanfaatkan etnis Melayu, jika pun ada cuma satu atau dua rumah tangga dengan beberapa jenis tanaman yang fungsi manfaatnya tidak banyak untuk menjalin interaksi sosial sesama tetangga dan masyarakat. Hasil observasi dan wawancara peneliti di kelurahan Terjun pemanfaatan lahan pekarangan sekarang ini banyak dipraktekkan oleh etnis Jawa, etnis Jawa yang dikenal gigih dalam bercocok tanam menjadikan mereka sebagai petani yang handal. Namun sempitnya tanah dan lahan pekarangan yang ada menjadi hambatan juga bagi etnis Jawa untuk mengembangkannya dan menjadikannya pegangan dalam memenuhi kebutuhan dan biaya hidup sehari-hari. Menurut Soekartawi (1990) dalam jurnal ilmiah Johanes Jonick J. Ndawa, melakukan kegiatan usaha tani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian, sehingga bila harga dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga berubah.

6 Jika melihat perkembangan zaman sekarang ini, pemanfaatan lahan pekarangan atau halaman rumah perlu dikembangkan, pertambahan jumlah penduduk yang semakin hari semakin bertambah sudah pasti akan memerlukan stok pangan dan pakan dalam jumlah besar. Semakin meningkatnya teknologi mempengaruhi meningkatnya biaya-biaya barang dan jasa lainnya termasuk biaya bahan-bahan pokok yang kita gunakan untuk keperluan sehari-hari. Dengan pemanfaatan lahan pekarangan maka akan sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan kita setiap harinya di rumah tangga, memang jika dilihat sepintas lalu tidak besar manfaat pekarangan apabila cuma diisi dengan tempat bermain anakanak, tempat duduk untuk santai disore hari, atau bahkan tempat mobil. Penny (1984;3) bahwa tahun 1969 dua puluh tahun kemudian sesudah penelitian dari terra, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro (1969) telah mengadakan penelitian pekarangan dan (juga seperti Terra) mengungkapkan bahwa hasil pekrangan di Jawa Tengah lebih tinggi dari pada hasil sawah per hektar per tahun. Penelitian yang diperoleh dalam buku ini dari Misi-Sriharjo, menunjukkan pendapatan bersih Rumah Tangga yang diusahakan petani (pekarangan) memberikan sumbangan 49% dari seluruh pendatan bersih Rumah Tangga dibandingkan pendapatan usaha sawah sebesar 35%. Usaha rumahan yang dilakukan orang Melayu dahulunya termasuk dalam kategori pekarangan yang sangat besar manfaartnya, akan tetapi hal itu sudah musnah dikalangan etnis Melayu dan sekarang pemanfaatan lahan pekarangan sudah banyak dipraktekkan oleh etnis Jawa dan Batak Karo walaupun lahan pekarangan yang ada cukup terbatas.

7 Beranjak dari latar belakang masalah di atas yang dahulunya orang Melayu adalah suku dominan serta punya banyak tanah dan lahan pekarangan yang diwariskan dari leluhurnya, sekarang ini telah banyak hilang dan banyak berdiri bangunan industri, perumaham mewah, dan swalayan. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasikan berbagai masalah dalam penelitian yaitu: 1. Dibukanya perkebunan di wilayah kelurahan Terjun oleh kolonial Belanda 2. Banyaknya berdiri gedung-gedung tinggi dan pabrik industri di areal pemukiman kelurahan Terjun 3. Banyaknya etnis pendatang masuk dan bertempat tinggal di kelurahan Terjun 4. Banyaknya etnis Melayu menjual tanahnya kepada etnis pendatang 5. Terjadinya penyempitan lahan di pemukiman orang Melayu di Terjun 6. Etnis pendatang lebih dominan bertempat tinggal dari pada entis Melayu 7. Etnis pendatang punya banyak tanah dibandingkan etnis Melayu 8. Musnahnya pemanfaatan lahan pekarangan pada etnis Melayu di kelurahan Terjun 1.3. Batasan Masalah Mengingat keterbatasan peneliti baik dari segi waktu, materi dan lainnya, maka peneliti membatasi masalah penelitian ini dengan fokus terhadap Dampak Musnahnya Pekarangan Etnis Melayu Di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

8 1.4. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang dijadikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah makna pekarangan bagi Etnis Melayu di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan? 2. Apakah penyebab musnahnya pekarangan Etnis Melayu di kelurahan Terjun kecamatan Medan Marelan? 3. Bagaimana dampak musnahnya pekarangan terhadap ekonomi, sosial dan budaya Etnis Melayu di kelurahan Terjun kecamatan Medan Marelan? 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan malasah di atas maka tujuan dari penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui apakah makna pekarangan bagi Etnis Melayu di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan 2. Untuk mengetahui penyebab musnahnya pekarangan etnis Melayu di kelurahan Terjun kecamatan Medan Marelan. 3. Untuk mengetahui dampak musnahnya pekarangan terhadap ekonomi, sosial dan budaya etnis Melayu di kelurahan Terjun kecamatan Medan Marelan. 1.6. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis dan praktis antara lain: 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan sumbangan pengetahuan dan bahan, informasi, dan referensi bagi pengembangan ilmu khususnya tentang pekarangan

9 b. Sebagai pertimbangan khususnya untuk kota Medan dalam memanfaatkan pekarangan rumah baik secara ekonomi, sosial maupun budaya 2. Manfaat praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para guru, dosen yang mengajar untuk menjelaskan tentang pekarangan dalam mengajar, dan seminar b. Memberikan masukan tentang fungsi pekarangan apabila dikelola dengan baik, maka manfaatnya banyak digunakan baik dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya c. Dapat memberikan gambaran kepada pemerintah setempat tentang proses dan dampak perubahan fungsi pekarangan yang terjadi pada suku Melayu di kelurahan Terjun