BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kondisi perekonomian negara Indonesia saat ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. tanggal 19 Oktober Pada saat itu pengaruh financial perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. menyejahterakan para stakeholder dan shareholder, yang lainnya yaitu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian mencuat dan memunculkan agency theory. dan kemakmuran para pemegang saham atau stakeholder. Nilai perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh calon investor sebelum melakukan investasi adalah memastikan

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure pada

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing secara ketat dan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat perekonomian di Indonesi menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan tempat perdagangan saham dari

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebanyak 25 perusahaan baru di tahun 2011, 23 perusahaan baru di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tingkat kompetisi bisnis pada masa ini semakin ketat dikarenakan adanya

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi atas hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat komunikasi. tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemegang saham

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik. Penerapan corporate governance dalam dunia usaha merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2012) laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen,

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal. Ada beberapa pilihan untuk mendapatkan tambahan modal,

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas pasar modal. Pasar modal menurut Bursa Efek Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan secara berkelanjutan (sustainable). Nilai perusahaan merupakan. menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. informasi laporan yang andal dan dapat dipercaya sebagai dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari sebuah kegiatan manajemen di

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam masa pembangunan seperti sekarang ini, persaingan usaha di berbagai sektor semakin

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran dewan direksi, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

BAB I PENDAHULUAN. Peran penting penerapan Corporate Governance dapat dilihat dari sisi salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di era sekarang ini, keadaan ekonomi selalu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan (Indrayani, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan tingkat kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang pemilik modal yang berminat membeli obligasi, sudah seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin ketatnya persaingan usaha di Indonesia mendorong perusahaan untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN. meneliti mekanisme corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional,

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan sustainability. Perusahaan yang telah go public akan meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia yang dikelola oleh Bursa Efek Indonesia semakin ramai

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana peningkatan dana bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perencanan yang baik perlu adanya tata kelola yang baik di dalam suatu sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Namun pemisahan ini mengakibatkan keleluasaan manajemen perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan arus informasi di era globalisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu informasi dari pihak eskternal dan pihak internal dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi makanan dan non makanan. Tingkat konsumsi makanan dan non. Gambar 1.1. Pengeluaran per Kapita di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjamin tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme good corporate governance. komisaris independen, dan komite audit terhadap nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Manajemen pihak

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyesuaikan diri serta beradaptasi dalam menghadapi perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai pasar modal, menyatakan bahwa pasar modal merupakan kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Terdapat dua macam pasar modal, yaitu pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). Pasar perdana merupakan tempat penjualan surat berharga baru dari perusahaan (emiten) kepada masyarakat melalui sindikasi penjaminan sebelum surat berharga tersebut diperdagangkan di bursa efek. Sedangkan pasar sekunder merupakan pasar bagi efek yang telah dicatatkan di bursa. Surat berharga yang diterbitkan emiten pertama kali harus dijual melalui pasar perdana. Selanjutnya, surat berharga yang telah dimiliki oleh para pemodal (publik) dapat dijual-belikan melalui pasar sekunder (Susanto dan Sabardi, 2010: 1). 1

Pasar modal dapat menjadi pusat perhatian oleh banyak pihak, terutama pada masyarakat bisnis, dikarenakan kegiatan pasar modal yang semakin berkembang ditandai dengan adanya peningkatan emiten setiap tahunnya. Di tahun 2011, 2012, dan 2013 jumlah emiten yang efektif menawarkan saham dan obligasi sebanyak 746, 783, dan 825 perusahaan. Total perusahaan yang efektif menawarkan saham dan obligasi hingga 24 Oktober 2014 mencapai 845 emiten (OJK, 2014). Berkembangnya pasar modal juga dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang bersedia menyetorkan modalnya untuk berinvestasi atau menjadi investor. Pasar modal dapat berguna bagi perusahaan untuk dapat mencari alternatif sumber pembiayaan usaha, selain perolehan sumber pembiayaan usaha dari bank. Dengan adanya pasar modal, perusahaan dapat menerbitkan dan menjual efek, salah satunya adalah saham, dengan tujuan untuk mendapatkan sejumlah dana yang diperlukan, tanpa harus membayar beban, berupa bunga tetap seperti jika meminjam ke bank. Menurut Triatmojo (2011: 142), harga saham dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam perusahaan, seperti kinerja keuangan, kinerja manajemen, kondisi perusahaan, dan prospek masa depan perusahaan. Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar perusahaan, seperti informasi ekonomi, inflasi, politik, dan kondisi pasar lainnya. Pada umumnya, kondisi dan kinerja keuangan perusahaan lebih mendominasi terhadap harga saham. Investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki kinerja yang baik dan 2

menguntungkan sehingga investor cenderung untuk memperhatikan kinerja perusahaan yang menerbitkan saham. Hal ini membuat perusahaan yang terdaftar di pasar modal untuk lebih meningkatkan kinerjanya. Kinerja yang baik akan menunjukkan kekuatan suatu perusahaan untuk dapat bersaing di pasar. Kinerja perusahaan dapat diukur dengan Balance Scorecard (BSC). Balance Scorecard merupakan alat pengelolaan yang dapat meningkatkan kemampuan organisasi dalam menciptakan kekayaan, baik dari aspek keuangan maupun nonkeuangan, seperti pembelajaran dan pertumbuhan, proses bisnis internal, dan pelanggan. Kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan pada suatu periode tertentu. Kinerja keuangan menjadi suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu kualitas perusahaan. Menurut Purwani (2010: 53), kinerja keuangan menjadi salah satu faktor yang menunjukkan efektivitas dan efisiensi suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Efektivitas dapat terjadi apabila manajemen memiliki kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat, atau suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan efisiensi, membandingkan masukan (input) dengan hasil keluarannya (output) yang optimal. Peningkatan kinerja keuangan yang efektif pada suatu perusahaan dapat tercermin pada laporan keuangan. Informasi mengenai posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar dalam melakukan prediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan, dan hal lainnya yang langsung menjadi pusat perhatian para pemakai informasi 3

tersebut, seperti pembayaran dividen, pergerakan harga sekuritas, dan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo. Kinerja keuangan dapat diukur dengan cara menganalisis dan mengevaluasi suatu laporan keuangan perusahaan. Penyajian laporan keuangan yang baik oleh perusahaan dipublikasikan sehingga dapat memengaruhi tingkat kepercayaan dan ketertarikan investor dalam menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Investor akan senantiasa menganalisis laporan keuangan perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi. Alat analisis laporan keuangan yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah dengan analisis rasio. Rasio profitabilitas merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan. Rasio profitabilitas dapat menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan keputusan yang diambil manajemen perusahaan. Kebijakan dan keputusan para investor untuk menginvestasikan modalnya ke dalam perusahaan cenderung dipengaruhi oleh rasio profitabilitas yang dihasilkan oleh suatu perusahaan karena investor menganggap bahwa rasio profitabilitas dapat memberikan gambaran tentang tingkat pengembalian atau keuntungan yang akan diterima oleh investor atas investasinya tersebut (Prasinta, 2012: 2). Dalam Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juni 2012 (IAI, 2012), informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas, diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. 4

Analisa profitabilitas merupakan proses evaluasi atas pengembalian dari investasi suatu perusahaan. Profitabilitas diukur untuk mengetahui seberapa efisien suatu perusahaan dalam menggunakan asetnya dan mengelola kegiatan operasionalnya. Rasio profitabilitas mengukur kesuksesan operasi atau laba perusahaan yang diperoleh selama periode waktu tertentu. Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2013: 700) terdapat berbagai rasio yang dapat mengukur profitabilitas, salah satunya adalah Return on Equity (ROE). ROE mengukur tingkat keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan penggunaan ekuitas perusahaan. Rasio ROE menjadi salah satu rasio yang penting bagi pemegang saham perusahaan untuk menentukan keputusan berinvestasi dalam suatu perusahaan. Jumlah ekuitas perusahaan yang sebagian besar diperoleh dari dana investor harus dapat digunakan dengan efektif sehingga dapat memperoleh keuntungan. Semakin besar nilai ROE, semakin perusahaan efektif dalam menggunakan ekuitas yang dimilikinya. Kinerja keuangan perusahaan dapat ditentukan dengan adanya penerapan Good Corporate Governance. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dalam kinerja perusahaan merupakan kunci sukses perusahaan dalam memperoleh keuntungan jangka panjang dan memiliki keunggulan kompetitif sehingga mampu untuk bersaing dalam bisnis global (Windah dan Andono, 2013: 2). GCG berperan penting dalam suatu perusahaan karena dapat menjaga keberlangsungan hidup perusahaan dengan meningkatkan nilai perusahaan yang akan berdampak pada perolehan laba apabila perusahaan mampu untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya 5

dengan baik. Laba yang terus meningkat mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan yang lebih baik. Dengan terciptanya hubungan yang kondusif dan adanya pertanggungjawaban dari setiap pihak yang terkait dengan perusahaan (dewan direksi, dewan komisaris, dan pemegang saham) sehingga GCG dapat memengaruhi kinerja perusahaan. Secara teoritis, praktik Good Corporate Governance dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan yang menguntungkan sendiri, dan pada umumnya GCG dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya yang akan berdampak terhadap kinerjanya (Purwani, 2010: 54). Pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, akan memberikan imbalan hasil yang lebih tinggi bagi para pemegang saham. Penerapan GCG berfokus pada proses manajemen risiko dan pengendalian internal yang efektif akan meningkatkan kinerja, daya saing, dan kreativitas nilai perusahaan supaya dapat mencapai tujuan perusahaan. Komposisi dewan di Indonesia berlaku two tier board system, yaitu sistem dewan yang mewajibkan kepada semua perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk memiliki 2 (dua) dewan yang terdiri dari dewan komisaris dan dewan direksi dalam menjalankan tata kelola perusahaan yang baik (Utami dan Rahmawati, 2008: 306). Dewan direksi merupakan pihak yang menjalankan tugas dan fungsi manajemen dalam perusahaan, sedangkan dewan komisaris merupakan pihak yang mengawasi jalannya tata kelola perusahaan yang dilakukan oleh dewan direksi (Setiawan, 2006 dalam Utami dan Rahmawati, 2008). Dewan komisaris juga memiliki wewenang 6

untuk memberikan nasehat kepada dewan direksi sehingga tingkatan dan kedudukan dewan ini lebih tinggi daripada dewan direksi. Untuk menciptakan tata kelola perusahaan yang baik, setiap perusahaan diwajibkan untuk memiliki dewan komisaris yang independen sehingga penelitian ini menggunakan jumlah dewan komisaris independen yang penting untuk diteliti. Dalam Peraturan OJK Nomor IX.I.5, komisaris independen adalah anggota komisaris yang (i) berasal dari luar emiten atau perusahaan publik, (ii) bukan merupakan orang yang bekerja pada emiten dan perusahaan publik, memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, atau mengendalikan serta mengawasi kegiatan emiten dalam waktu enam bulan terakhir, (iii) tidak mempunyai saham, baik langsung maupun tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik, (iv) tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten, komisaris, direksi, atau pemegang saham utama emiten, (v) tidak memiliki hubungan usaha, baik langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik, dan (vi) tidak mempunyai hubungan lain yang memengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Proporsi dewan komisaris independen dapat dihitung dengan menggunakan persentase dari komisaris independen dibandingkan dengan total jumlah komisaris yang ada dalam perusahaan. Adanya dewan komisaris yang independen dalam suatu perusahaan mendukung pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) sehingga menjadi salah satu komponen yang penting dalam 7

perusahaan. Semakin independen suatu dewan komisaris dalam perusahaan, pengawasan terhadap dewan direksi akan lebih ketat sehingga diharapkan dapat memperbaiki citra yang berdampak pada meningkatnya nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang terus meningkat akan mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang lebih baik sehingga dewan komisaris yang independen dalam perusahaan cenderung dapat memengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Independensi dewan komisaris yang tinggi akan berhubungan dengan peningkatan citra dan nilai perusahaan. Dengan adanya dewan komisaris yang independen, diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian terdahulu mengenai dewan komisaris independen terhadap kinerja keuangan perusahaan, yaitu penelitian Amyulianthy (2012) yang meneliti perusahaan yang termasuk dalam LQ45 tahun 2010 menyatakan bahwa dewan komisaris independen memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Dewan komisaris dibantu oleh beberapa komite khusus yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam rangka membantu menjalankan tugas dan fungsi dewan komisaris. Salah satu komite tersebut adalah komite audit. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik dapat diwujudkan dengan adanya komite audit. Komite audit merupakan salah satu komponen penting yang dapat menjamin kualitas pelaporan keuangan perusahaan sehingga menjadi penunjang dalam menciptakan tata kelola perusahaan yang baik dan bertugas membantu dewan komisaris untuk 8

memastikan bahwa (i) laporan keuangan yang disajikan secara wajar, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, (ii) struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, (iii) pelaksanaan audit internal dan audit eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan (iv) tindak lanjut atas temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006). Keberadaan komite audit diatur dalam peraturan OJK Nomor IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Komite audit terdiri dari sebagian besar komisaris independen dan anggota lainnya merupakan pihak luar emiten dan perusahaan publik. Salah satu komisaris independen dalam komite audit, bertindak sebagai ketua komite audit tersebut. Komite audit bertugas untuk mengawasi proses pelaporan keuangan dan memastikan laporan keuangan sesuai dengan prosedur dan standar yang berlaku. Banyaknya anggota dalam komite audit suatu perusahaan diharapkan dapat berperan secara optimal dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik sehingga dapat mengurangi pengukuran dan pengungkapan akuntansi yang tidak tepat dan mengurangi potensi risiko yang dilakukan oleh dewan demi kepentingan pribadinya. Dengan pemantauan komite audit terhadap laporan keuangan perusahaan, kinerja keuangan akan dapat terawasi dengan baik dan akan meningkatkan transparansi serta kualitas informasi dalam laporan keuangan perusahaan sehingga kinerja keuangan perusahaan akan dapat meningkat. Komite audit memiliki peran sebagai salah satu mekanisme pengawasan 9

antara pihak manajemen perusahaan dan pihak eksternal sehingga komite audit dapat meningkatkan kinerja perusahaan melalui pengawasan tersebut. Pemegang saham merupakan salah satu komponen yang diatur di dalam melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik. Pemegang saham dapat berupa perseorangan ataupun badan usaha. Jika pemegang saham perusahaan berbentuk badan usaha, disebut sebagai pihak institusi. Kepemilikan institusional merupakan suatu kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak institusi, seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan institusi lainnya. Pihak institusi dapat berperan sebagai agen pengawas melalui signifikansi investasi yang cukup besar dalam pasar modal sehingga dapat mengawasi manajemen. Kepemilikan yang banyak terkonsentrasi oleh pihak institusi akan memantau manajemen untuk melakukan kegiatan operasional perusahaan yang lebih baik sehingga akan meningkatkan kinerja perusahaan. Pemantauan institusional dilakukan untuk menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham. Pihak institusional yang tidak puas atas kinerja manajerial, akan menjual sahamnya ke pasar sehingga dapat merugikan perusahaan (Ardianingsih dan Ardiyani, 2010: 98). Hal ini mendorong pihak manajemen perusahaan agar menjalankan tugasnya secara tepat untuk menunjukkan kinerja perusahaan yang baik di hadapan para pemegang saham. Semakin besar kepemilikan institusional (publik), semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan sehingga perusahaan perlu meningkatkan kinerjanya supaya pihak institusi tetap berinvestasi dalam perusahaan tersebut. Beberapa penelitian terdahulu telah 10

membuktikan kepemilikan institusi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, yaitu penelitian Susanti (2011) yang meneliti pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 membuktikan bahwa kepemilikan institusi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Penelitian Amyulianthy (2012) yang meneliti perusahaan yang termasuk dalam daftar LQ45 pada tahun 2010 telah membuktikan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Ukuran perusahaan adalah skala besar atau kecilnya perusahaan. Perusahaan yang besar memiliki kemudahan akses menuju pasar modal yang berarti bahwa fleksibilitas dan kemampuan dalam memperoleh dana lebih besar daripada perusahaan kecil. Pada umumnya, perusahaan yang berskala besar memiliki pengendalian dan tingkat daya saing yang tinggi. Perusahaan yang besar, juga tidak terlepas dari tekanan stakeholders karena dengan aktivitas operasi yang lebih besar, akan berpengaruh besar kepada masyarakat sehingga kinerja perusahaan perlu diperhatikan. Perusahaan yang beroperasi secara efisien, akan dapat menghasilkan produk dengan tingkat biaya yang rendah sehingga dapat mencapai laba yang diharapkan perusahaan. Besar kecilnya perusahaan dapat diukur dari aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Total aset yang dimiliki perusahaan terdiri dari aset lancar dan aset tidak lancar. Menurut Nur ainy, dkk (2013: 95), pada umumnya, perusahaan dengan total aset yang besar dapat beroperasi secara efisien sehingga dapat memperoleh laba yang tinggi. Perusahaan diharapkan untuk dapat menjaga 11

stabilitas kinerja keuangan melalui kinerja yang baik dari semua lini perusahaan. Penelitian Kamaliah, Akbar, dan Kinanti (2009) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Meythi dan Devita (2011). Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah: 1. Adanya penambahan satu variabel independen, yaitu ukuran perusahaan karena kemungkinan ukuran perusahaan dapat memengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Penambahan variabel independen ini merupakan penelusuran dari penelitian Kamaliah, Akbar, dan Kinanti (2009) bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap profitabilitas. 2. Pengukuran variabel independen, yaitu Good Corporate Governance (GCG) diproksikan dengan dewan komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional. Sedangkan pada penelitian sebelumnya, variabel independen diproksikan dengan skor GCG yang dipublikasikan oleh The Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG). 3. Perusahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan perusahaan go public terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang termasuk kelompok sepuluh besar menurut Corporate Governance Perception Index (CGPI). 12

4. Tahun yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Periode penelitian sebelumnya adalah tahun 2002 sampai dengan tahun 2008. Berdasarkan uraian tersebut, maka judul penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013). 1.2. Batasan Masalah Dari latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, terdapat batasan masalah sebagai berikut. 1. Meneliti perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Good Corporate Governance diproksikan dengan Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional. 3. Kinerja Keuangan Perusahaan diproksikan dengan Return on Equity (ROE). 4. Periode penelitian adalah tahun 2011 sampai tahun 2013. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut. 13

1. Apakah Good Corporate Governance yang diproksikan dengan Dewan Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE)? 2. Apakah Good Corporate Governance yang diproksikan dengan Komite Audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE)? 3. Apakah Good Corporate Governance yang diproksikan dengan Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE)? 4. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE)? 5. Apakah Good Corporate Governance yang diproksikan dengan Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional, serta Ukuran Perusahaan secara simultan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE)? 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut. 1. Memperoleh bukti secara empiris mengenai adanya pengaruh positif Good Corporate Governance yang diproksikan dengan Dewan Komisaris Independen terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE). 14

2. Memperoleh bukti secara empiris mengenai adanya pengaruh positif Good Corporate Governance yang diproksikan dengan Komite Audit terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE). 3. Memperoleh bukti secara empiris mengenai adanya pengaruh positif Good Corporate Governance yang diproksikan dengan Kepemilikan Institusional terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE). 4. Memperoleh bukti secara empiris mengenai adanya pengaruh positif Ukuran Perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE). 5. Memperoleh bukti secara empiris mengenai adanya pengaruh positif Good Corporate Governance yang diproksikan dengan Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional, serta Ukuran Perusahaan secara simultan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE). 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam hal hal sebagai berikut. 1. Bagi investor, memberikan informasi yang dapat meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dan sebagai salah satu sumber masukan untuk mengambil keputusan berinvestasi dalam perusahaan dengan 15

memperhatikan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) yang diterapkan dalam perusahaan dan ukuran perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Dengan meningkatnya kinerja keuangan perusahaan, akan dapat berpengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan dan harga saham. 2. Bagi manajer, menjadi salah satu sumber masukan dalam upaya meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dengan menerapkan Good Corporate Governance dan memperhatikan besarnya aset perusahaan yang dapat mencerminkan ukuran perusahaan. Kinerja keuangan menjadi penilaian dalam aspek keuangan yang penting untuk mencapai tujuan utama perusahaan. 3. Bagi mahasiswa dan akademisi, menjadi salah satu sumber referensi dan acuan pengembangan untuk penelitian sejenis selanjutnya. Pelaksanaan kinerja keuangan perusahaan yang baik dapat mencerminkan bahwa perusahaan telah efektif dan efisien dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan sehari harinya sehingga kinerja keuangan menjadi salah satu komponen penting bagi organ perusahaan supaya dapat mencapai keselarasan tujuan dan meningkatkan kepercayaan stakeholders. 4. Bagi peneliti, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan yang dapat memengaruhi kinerja keuangan perusahaan sehingga dapat mengembangkan teori yang ada dengan fenomena yang sedang terjadi. 16

1.6. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pemahaman, gambaran keseluruhan dari penelitian ini dapat disederhanakan menjadi sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan secara garis besar. BAB II TELAAH LITERATUR Bab ini berisi uraian mengenai penelaahan teoritis dari studi kepustakaan terhadap berbagai literatur ilmiah dan bacaan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, yaitu mengenai dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan hubungan keempat variabel tersebut terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE), serta riset riset sebelumnya. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi uraian mengenai gambaran umum objek penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, dan teknik analisis data. 17

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi uraian mengenai penjabaran jawaban dari rumusan masalah yang telah ditemukan dari hasil penelitian tentang pengaruh Good Corporate Governance (GCG) dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013. BAB V PENUTUP Bab ini berisi uraian mengenai hasil penelitian pada bab sebelumnya dan saran saran yang dapat membangun untuk penelitian selanjutnya. 18