ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN MANGROVE DI DESA TANJUNG BATU KECAMATAN PULAU DERAWAN KABUPATEN BERAU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

KAJIAN SOSIAL EKONOMI BUDAYA DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM PADA TAMAN NASIONAL MERU BETIRI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

III. METODE PENELITIAN. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena Desa

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA DALAM PEMBIBITAN MANGROVE

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal

BAB I PENDAHULUAN. dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NILAI EKONOMI AIR HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN DI BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR

B A B I V U r u s a n P i l i h a n K e l a u t a n d a n P e r i k a n a n URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

EFEKTIVITAS DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

Fishermen's Perceptions About Business Fishing in The Kepenghuluan Parit Aman Bangko Subdistrict Rokan Hilir District Riau province ABSTRACT

Edu Geography 3 (6) (2015) Edu Geography.

Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan

THE INCOMES AND HOUSEHOLD WELFARE LEVELS OF SAND MINERS IN PASEKAN HAMLET GONDOWANGI VILLAGE SAWANGAN DISTRICT MAGELANG REGENCY

HUBUNGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENAMBANG PASIR DESA KENDALSARI KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

I. PENDAHULUAN. degradasi hutan. Hutan tropis pada khususnya, sering dilaporkan mengalami

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Program pembangunan di Indonesia telah berlangsung kurang lebih

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

1 SIKAP NELYAN TERHADAP TENAGA PENYULUH PERIKANAN LAPANGAN (Kasus Pada Nelayan Di Desa Sejangat Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA BERDASARKAN KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT DESA TEGALSARI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2015

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA ABSTRAK

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

Hubungan Pengetahuan Konservasi dengan Persepsi Nelayan tentang Kegiatan Penanaman Mangrove di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Tangerang

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM REHABILITASI MANGROVE DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERBASIS MASYARAKAT TESIS. Oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA TAMBAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

Edu Geography 5 (1) (2017) Edu Geography.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

Armilus 2013:7 (2) PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI PULAU SARANG KOTA BATAM

PARTISIPASI MASYARAKAT PESISIR TERHADAP KELESTARIAN HUTAN MANGROVE (Studi Kasus Di Desa Kuala Tambangan Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut)

KAJIAN PARTISIPASI PEREMPUAN TERHADAP KEGIATAN SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) PNPM MANDIRI DI KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 2016

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu

KAJIAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN TELUK PANGPANG-BANYUWANGI

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

SUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ikan) yang cukup tinggi, namun jika dibandingkan dengan wilayah

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ANALYZE THE INCOME AND WALFARE FISHERMAN SOCIETY AT PINANG SEBATANG TIMUR VILLAGE TUALANG DISTRICT SIAK REGENCY RIAU PROVINCE

PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR BERBASIS MASYARAKAT UNTUK KEGIATAN EKOWISATA DI BALAI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA (BTNKJ), SEMARANG, JAWA TENGAH

Hubungan Karateristik Sosial Ekonomi Padi Sawah dengan...(welson Marthen Wangke)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KINERJA INFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS PADA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH KECAMATAN MAIWA KABUPATEN ENREKANG

SIKAP NELAYAN TERHADAP PROGRAM UNGGULAN DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN DELI SERDANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

ABSTRACT. Keyword : contribution, coal, income

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai panjang garis pantai lebih kurang 114 km yang membentang

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PERBURUAN DAN PERDAGANGAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DI DESA KEPARI KECAMATAN SUNGAI LAUR KABUPATEN KETAPANG

PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI

1. PENDAHULUAN. negara di dunia yang memiliki potensi sumber daya alam terbesar di sektor

Tesis. Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Ilmu Lingkungan DIAH AULIYANI

Agus Nurkatamso Umi Listyaningsih

BAB I PENDAHULUAN. Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi

BAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial.

Transkripsi:

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN MANGROVE DI DESA TANJUNG BATU KECAMATAN PULAU DERAWAN KABUPATEN BERAU Naniek Rinawati, Asfie Maidie 2 dan Bambang Indratno Gunawan 3 Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kaltim, Samarinda. 2 Laboratorium Budidaya Perairan, Perikanan & Kelautan FPIK Unmul, Samarinda. 3 Laboratorium Ekonomi Sumberdaya Perikanan & Kelautan FPIK Unmul, Samarinda ABSTRACT. Analysis of Community Participation Level in Mangrove Management at Tanjung Batu Village Pulau Derawan Subdistrict, Berau District. The aims of this research were to determine level of community participation in mangrove management and to study social economic and insitutional factors related to community participation at Tanjung Batu Village, Berau District. This research was carried out between July and August 2 at Tanjung Batu Village, Berau District. Stratified random sampling was applied to hold an interview with respondents. Primary data was collected by holding an interview method based on questionnaire, while secondary data was gathered by literature review. The level of community participation in mangrove management was grouped into three categories, namely: high, middle and low level. Correlation analysis of Rank Spearman disproportionete was used to determine the correlation coefficients of social economic and institutional variables related to community s participation, i.e. Education Level (X), Family Income Level (X2), Number of Family Member (X3), Availability of Government Facilitation (X) and Community s Perception towards Mangrove Conservation (X5). Software of SPSS ver. 2 was applied to run correlation analysis. The results showed that the level of community participation in mangrove management at Tanjung Batu Village was placed on the middle level category accounted for 6% and the remaining 36% was low level category. In addition, based on correlation analysis of Rank Spearman it was concluded that variables of Education Level (X), Availability of Government Facilitation (X) and Community s Perception towards Mangrove Conservation (X5) had a very significant relationship to community s participation, while Family Income Level (X2) and Number of Family Member (X3) had no relationship to community s participation in mangrove management at studied location. Kata kunci: partisipasi masyarakat, mangrove, Tanjung Batu Melihat potensi sumberdaya pesisir dan laut yang besar beserta permasalahannya, wilayah pesisir dan laut perlu dikelola dengan baik dan tepat. Hal ini guna menjaga kelestarian dan berjalannya fungsi dari sumberdaya tersebut sehingga dapat mendukung kesejahteraan masyarakat dan sebagai upaya sadar dan berencana mengelola sumberdaya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup, perlu dijaga keserasiannya antar berbagai usaha kegiatan. 7

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (2), OKTOBER 2 72 Ekosistem sumberdaya laut, seperti mangrove, padang lamun dan terumbu karang yang dulu sangat berlimpah, baik luas, individu, maupun jumlah jenisnya, namun saat ini sudah semakin menurun. Penurunan ini diakibatkan adanya faktor alam dan manusia. Untuk mengantisipasi perusakan ekosistem sumberdaya, khususnya di wilayah pesisir, pemerintah telah menyiapkan upaya pengendalian dan atau pencegahannya, melalui penyiapan peraturan perundangan, salah satunya yang tertuang dalam Undang-undang No. 27 Tahun 27 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulaupulau Kecil, pemerintah mengalokasikan ruang perairan pesisir untuk dimanfaatkan dan dikonservasi, termasuk di dalamnya pemanfaatan sumberdaya perairan pesisir. Dalam Undang-undang tersebut juga disebutkan pemberian hak masyarakat untuk mengelola sumberdaya pesisir. Partisipasi masyarakat merupakan proses yang mana masyarakat turut serta mengambil bagian dalam pengambilan keputusan tentang apa yang akan direncanakan/dilakukan, program dan kebijakan. Keikutsertaan masyarakat sangat penting dalam menyusun suatu perencanaan. Pentingnya peran serta masyarakat tersebut didasarkan atas beberapa alasan. Pertama, masyarakat berhak mengetahui tentang setiap rencana pembangunan yang secara potensial mempengaruhi kehidupan mereka, kedua masyarakat adalah orang setempat yang paham tentang lingkungan di sekitarnya, sehingga dalam penyusunan perencanaan pendapat dan gagasan masyarakat layak didengar, agar tindakan atau kegiatan yang akan dilakukan akan terlaksana. Penelitian ini mengkaji tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan faktor-faktor sosial ekonomi dan kelembagaan yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove di Desa Tanjung Batu Kecamatan Pulau Derawan Kabupaten Berau dalam rangka menumbuhkan kesadaran masyarakat, sehingga terbentuk rasa tanggung jawab yang tercermin dalam perilaku manusia, maka diperlukan pengembangan partisipasi masyarakat. Masyarakat di sini dapat dilihat dari dua sisi, pertama masyarakat masih belum peduli terhadap pentingnya menjaga fungsi ekologis lingkungan hidup dan kedua adalah masyarakat yang sudah peduli lingkungan dan potensial untuk mengubah sikap perilaku masyarakat yang belum sadar lingkungan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjung Batu Kecamatan Pulau Derawan Kabupaten Berau selama dua bulan, yaitu Juli sampai Agustus 2. Penelitian dilakukan dengan cara observasi, pengumpulan data primer dan data sekunder. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepala keluarga sebanyak orang sebagai responden yang dijadikan sampel ditentukan dengan cara disproportionete stratified random sampling. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kuantitatif, yaitu mendeskripsikan secara kuantitatif tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove. Variabel yang ditetapkan untuk menilai tingkat partisipasi masyarakat adalah: () Tingkat Partisipasi (Y) adalah intensitas responden dalam kegiatan pengelolaan mangrove. (2) Tingkat Pendidikan (X) adalah jenjang pendidikan

73 Rinawati dkk. (2). Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat resmi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yang pernah diikuti oleh responden yang dikelompokkan atas: Tamat SD/Tidak Sekolah, Tamat SLP dan Tamat SLA/Perguruan Tinggi/Akademi. (3) Tingkat Pendapatan Keluarga (X2) adalah jumlah pendapatan yang diperoleh responden rata-rata per bulan, baik dari mata pencarian utama maupun dari usaha lain: Rp2.., Rp2.. 2.5.,- dan Rp2.5.,-. () Jumlah Anggota Keluarga (X3) adalah banyaknya orang yang menjadi tanggungan responden di dalam rumah tangganya terdiri dari suami, isteri, anak ataupun kerabatnya dan dinyatakan dalam satuan orang atau jiwa: 2 orang, 3 orang dan >5 orang. (5) Persepsi Masyarakat Terhadap Pelestarian Mangrove (X) adalah tingkat pandangan responden tentang pelestarian mangrove maupun pengawasan mangrove. (6) Ketersediaan Fasilitas Pemerintah (X5) adalah penilaian responden tentang: (a) Jenis dan frekuensi pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah sehubungan dengan pengelolaan mangrove, (b) Jenis dan jumlah fasilitas yang disediakan oleh pemerintah sehubungan dengan pengelolaan mangrove. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dengan faktor-faktor internal dan eksternal digunakan analisis korelasi Rank Spearman (r s ) dengan pengujian hipotesis pada taraf signifikan (α) = 5%. Untuk analisis korelasi digunakan software SPPS versi 2,. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Tanjung Batu Kecamatan Pulau Derawan. Lokasi tersebut merupakan salah satu kawasan pesisir yang menjadi pusat pengembangan budidaya perikanan dan pariwisata serta menjadi pusat bangkitan dan tarikan pergerakan kegiatan bagi wilayah yang lebih kecil di sekitarnya terutama Kecamatan Pulau Derawan dan Pulau Maratua. Berdasarkan administrasi pemerintahan, Desa Tanjung Batu terdiri dari 8 RT dengan jumlah penduduk.96 jiwa (8 KK) dan luas wilayah 2.982,59 km 2 dengan luas daratan 5,72 km 2 dan luas perairan 2.5,87 km 2 dengan panjang garis pantai. km. (Anonim, 29 a ). Sarana penghubung untuk mencapai daerah penelitian dapat ditempuh dengan roda empat dari Tanjung Redeb selama 2 jam dan menggunakan speed boat kapasitas 5 6 orang selama 2 jam. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Jumlah penduduk Desa Tanjung Batu pada tahun 29 adalah.96 jiwa yang terdiri dari laki-laki 2.625 jiwa dan perempuan.875 jiwa. Berdasarkan data kesejahteraan penduduk diperoleh jumlah orang miskin sebanyak 2 KK (Anonim, 29 b ). Mata pencarian penduduk Desa Tanjung Batu mayoritas sebagai nelayan tangkap, petani dan pedagang. Jumlah nelayan perikanan tangkap sebanyak 6 nelayan yang terdiri dari usaha perikanan tangkap pukat udang, jaring insang, jaring angkat dan pancing (Anonim, 28), sedangkan tempat/usaha perdagangan di Desa Tanjung Batu terdapat tempat usaha toko sebanyak 27 buah, warung makan

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (2), OKTOBER 2 7 sebanyak 9 buah dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebanyak buah yang belum maksimal digunakan (Anonim, 29 a ). Gambaran Umum Kondisi Mangrove Desa Tanjung Batu memiliki luas mangrove sekitar 2.532,5 ha, terdapat 27 spesies mangrove, baik dari kelompok mangrove sejati (true mangrove species) maupun kelompok jenis mangrove ikutan (associated mangrove species) (Anonim, 28). Jenis-jenis mangrove yang tumbuh di wilayah peisisir Tanjung Batu didominasi oleh Avicennia spp. dan Sonneratia spp. Di wilayah ini kondisi pantainya berlumpur dan berpasir. Jenis Rhizophora spp., Bruguiera spp. dan Nypa fruticans hanya tumbuh di sela-sela Avicennia spp. dan Sonneratia spp. seperti di dekat muara sungai yang agak berlumpur. Kelembagaan Pengelolaan Mangrove Sejak tahun 2 telah terbentuk Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) binaan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Berau yang beranggotakan 25 orang masyarakat Desa Tanjung Batu, hal ini dimaksud bahwa masyarakat diikutsertakan guna membantu pengawasan sumberdaya perikanan dan kelautan. Pada tahun 27 berdiri Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yaitu Forum Penyelamat Lingkungan Hidup binaan dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Berau. Selain itu upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah untuk mengurangi kerusakan dan menjaga kelestarian mangrove di Desa Tanjung Batu yakni kegiatan sosialisasi manfaat mangrove dan kegiatan rehabilitasi mangrove. Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan tahun 29 menyusun Rencana Pengembangan Pusat Informasi Mangrove di Kabupaten Berau yang berlokasi di Desa Tanjung Batu Kecamatan Pulau Derawan dan menetapkan kawasan mangrove sebagai kawasan lindung atau zona lindung. Rencananya luas kawasan yang akan dijadikan lokasi Pusat Informasi Mangrove adalah 5 ha yang terdiri dari areal inti seluas 5 ha yang mencakup areal bangunan sarana prasarana pendukungnya dan areal penunjang ha. Tahapan yang dilakukan Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Berau telah melaksanakan koordinasi dan sosialisasi tanggal 9 Juni 29 berupa Pelatihan Pembibitan di Desa Tanjung Batu yang diikuti 5 orang peserta masyarakat setempat. Dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yaitu Forum Penyelamat Lingkungan Hidup bersama perangkat desa, pemimpin umat dan lain-lain. Masyarakat pesisir secara keseluruhan perlu mendapat pengertian bahwa hutan mangrove yang akan mereka rehabilitasi akan menjadi milik masyarakat dan untuk masyarakat, khususnya yang berada di daerah pesisir.

75 Rinawati dkk. (2). Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Karakteristik Responden a. Jenis kelamin. Komposisi responden berdasarkan jenis kelamin di daerah penelitian menunjukkan bahwa terdapat 88 responden (88%) adalah laki-laki sisanya sebanyak 2 responden (2%) adalah perempuan. Komposisi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Jumlah (responden) Persentase (%) Laki-laki Perempuan 88 2 88 2 Jumlah b. Jenis pekerjaan. Pada Tabel 2 ditampilkan, bahwa jenis pekerjaan responden yang terbesar adalah nelayan sebanyak responden (laki-laki) (%), yakni nelayan penangkapan ikan/udang dan lainnya di laut. Kemudian pekerjaan sebagai pedagang sebanyak 5 responden ( laki-laki dan perempuan) (5%) yakni berbagai macam usaha dagang sembako maupun kelontongan. Buruh bangunan sebanyak responden (laki-laki) (%) yakni buruh pertukangan. Sebagai pemilik hotel/penginapan sebanyak responden (laki-laki) (%). Pekerjaan sebagai PNS/ABRI sebanyak responden (3 laki-laki dan perempuan) (%) yang berasal dari pegawai pemerintah daerah. Tabel 2. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan Nelayan Pedagang Buruh bangunan Pemilik hotel/penginapan PNS/ABRI Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 3 Jumlah Persentase (%) 5 5 Jumlah 88 2 c. Tingkat pendidikan responden. Pada Tabel 3 ditampilkan bahwa tingkat pendidikan responden terbanyak berturut-turut adalah tamat SD/tidak sekolah sebanyak 55% yang terdiri dari nelayan 8 responden, pedagang 5 responden dan buruh bangunan 2 responden. Tabel 3. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan (sederajat) Jenis pekerjaan Tamat SD/ Tamat Tamat SLA, Jumlah (%) (%) (% tidak sekolah SLP PT/Diploma Nelayan Pedagang Buruh bangunan Pemilik hotel/penginapan PNS/ABRI 8 5 2 8 5 2 2 2 8 6 8 6 5 Jumlah 55 55 25 25 2 2

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (2), OKTOBER 2 Tamat SLP sebanyak 25% yang terdiri dari nelayan 2 responden, pedagang responden dan buruh bangunan responden. Tingkat pendidikan SLA dan PT/Diploma sebanyak 2% terdiri dari nelayan 8 responden, pedagang 6 responden, buruh bangunan responden, pemilik hotel/penginapan responden dan PNS/ABRI responden. d. Tingkat pendapatan keluarga responden. Pada Tabel ditampilkan bahwa secara umum pendapatan responden di daerah penelitian terdapat 38% yang berpenghasilan kurang atau sama dengan Rp2..,-/bulan terdiri dari nelayan sebanyak 28 responden, pedagang 7 responden, buruh bangunan responden, pemilik hotel/penginapan responden dan PNS/ABRI responden. Kemudian pendapatan keluarga yang berpenghasilan antara Rp2.. 2.5.,-/bulan menyatakan kadang-kadang mencukupi sebanyak 6 responden atau 6% terdiri dari nelayan sebanyak 38 responden, pedagang responden, buruh bangunan 3 responden dan PNS/ABRI responden. Sementara itu responden yang memiliki pendapatan keluarga di atas atau sama dengan Rp2.5.,-/bulan sebanyak 6 responden (6%) yakni nelayan responden, pedagang responden dan PNS/ABRI 2 responden. Hal tersebut menunjukkan, bahwa di lokasi penelitian responden yang berpenghasilan menengah ke bawah cukup dominan yakni sekitar 8% (38 + 6 responden). Tabel. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Keluarga Jenis pekerjaan Nelayan Pedagang Buruh bangunan Pemilik hotel/penginapan PNS/ABRI Tingkat pendapatan keluarga % 2 % 3 % 28 28 38 38 7 7 3 3 2 2 Jumlah Jumlah 38 38 6 6 6 6 Keterangan: = Rp2..,-. 2 = Rp2.. 2.5.,-. 3 = Rp2.5.,-. 5 e. Jumlah anggota keluarga responden. Pada Tabel 5 ditampilkan, bahwa sebagian besar responden di daerah penelitian kebanyakan anggota keluarganya berjumlah >5 orang per responden, yaitu sebanyak 62 responden (62%) yang terdiri dari nelayan 5 responden, pedagang 8 responden, buruh bangunan responden, pemilik hotel/penginapan responden dan PNS/ABRI responden. Tabel 5. Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Jenis pekerjaan Nelayan Pedagang Buruh bangunan Pemilik hotel/penginapan PNS/ABRI Jumlah anggota keluarga (orang) - 2 % 3 - % >5 % 9 9 6 6 5 5 6 6 8 8 2 2 3 3 Jumlah 5 Jumlah 2 2 26 26 62 62

77 Rinawati dkk. (2). Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Kemudian keluarga yang beranggotakan 3 orang per kepala keluarga sebanyak 26 responden (26%) yang terdiri dari nelayan 6 responden, pedagang 6 responden, buruh bangunan responden dan PNS/ABRI 3 responden. Selanjutnya 2 orang per keluarga sebanyak 2 responden (2%) yang terdiri dari nelayan 9 responden, pedagang responden dan buruh bangunan 2 responden. f. Ketersediaan fasilitas pemerintah. Pada Tabel 6 terlihat, bahwa ketersediaan fasilitas pemerintah dalam kategori tinggi sebanyak 35 responden (3%) terdiri dari nelayan 2 responden dan PNS/ABRI responden. Selanjutnya kategori responden berdasarkan ketersediaan fasilitas pemerintah dalam kategori sedang sebanyak 29 responden (29%) yang terdiri dari nelayan 2 responden, pedagang responden, buruh bangunan responden, pemilik hotel/penginapan responden dan PNS/ABRI 2 responden. Responden berdasarkan ketersediaan fasilitas pemerintah dalam kategori rendah sebanyak 68 responden atau 68% yang terdiri dari nelayan 53 responden dan pedagang responden, buruh bangunan 3 responden, dan PNS/ABRI responden. Tabel 6. Komposisi Responden Berdasarkan Ketersediaan Fasilitas Pemerintah Jenis pekerjaan Nelayan Pedagang Buruh bangunan Pemilik hotel/penginapan PNS/ABRI Ketersediaan fasilitas pemerintah Tinggi % Sedang % Rendah % 2 2 2 2 53 53 3 3 2 2 Jumlah 5 Jumlah 3 3 29 29 68 68 g. Persepsi masyarakat terhadap pelestarian mangrove. Pada Tabel 7 terlihat, bahwa tingkat persepsi responden terhadap pelestarian mangrove dalam kategori tinggi sebanyak 5 responden (5%) yang terdiri dari nelayan responden, buruh bangunan responden dan PNS/ABRI 3 responden. Selanjutnya kategori responden berdasarkan tingkat persepsi responden terhadap pelestarian mangrove dalam kategori sedang sebanyak 77 responden (77%) yang terdiri dari nelayan 58 responden, pedagang responden, buruh bangunan 3 responden, pemilik hotel/penginapan responden dan PNS/ABRI responden. Tabel 7. Komposisi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat terhadap Pelestarian Mangrove Jenis pekerjaan Nelayan Pedagang Buruh bangunan Pemilik hotel/penginapan PNS/ABRI Persepsi terhadap pelestarian mangrove Tinggi % Sedang % Rendah % 58 58 7 7 3 3 3 3 Jumlah 5 Jumlah 5 5 77 77 8 8

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (2), OKTOBER 2 78 Kategori responden berdasarkan tingkat persepsi terhadap pelestarian mangrove dalam kategori rendah sebanyak 8 responden (8%) terdiri dari nelayan 7 responden dan pedagang responden. h. Tingkat partisipasi responden. Pada Tabel 8 terlihat, bahwa respon tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan mangrove dalam kategori sedang sebanyak 6 responden (6%) yang terdiri dari nelayan 7 responden, pedagang 9 responden, buruh bangunan 3 responden, pemilik hotel/penginapan responden dan PNS/ABRI responden, sedangkan kategori rendah sebanyak 36 responden (36%) yang terdiri dari nelayan 29 responden dan pedagang 6 responden. Tabel 8. Persentase Tingkat Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Mangrove Jenis pekerjaan Nelayan Pedagang Buruh bangunan Pemilik hotel/penginapan PNS/ABRI Partisipasi masyarakat Tinggi % Sedang % Rendah % 7 7 29 29 9 9 6 6 3 3 Jumlah 5 Jumlah 6 6 36 36 Berdasarkan teori Arnstein (969), bahwa perbedaan peran serta berdasarkan kadar kekuatan masyarakat dalam memberikan pengaruh perencanaan, maka kategorisasi tingkat peran serta masyarakat dalam pengelolaan mangrove di Desa Tanjung Batu adalah pada tingkat informing dan consulting yang disebut sebagai tingkat tokenisme atau sekedar fomalitas yang memungkinkan masyarakat untuk mendengar dan memiliki hak untuk memberikan suara. Namun demikian suara dan pendapat mereka belum tentu menjadi bahan bagi pengambilan keputusan. Kondisi bentuk peran serta ini adalah yang ditemukan pada lokasi penelitian. Hubungan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove dianalisis dengan menggunakan korelasi Rank Spearman untuk melihat kuat atau tidaknya hubungan keduanya melalui perangkat lunak (software) SPSS versi 2. Adapun hasil analisis korelasi faktor-faktor ditunjukkan pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Analisis Korelasi Tingkat Partispasi Masyarakat dalam Pengelolaan Mangrove di Desa Tanjung Batu Kecamatan Pulau Derawan Kabupaten Berau Variabel Koefisien korelasi X (tingkat pendidikan),3** X2 (tingkat pendapatan keluarga),95 X3 (jumlah anggota keluarga),25 X (ketersediaan fasilitas pemerintah),679** X5 (persepsi masyarakat terhadap pengelolaan mangrove,33** Keterangan: ** = sangat signifikan pada α =,

79 Rinawati dkk. (2). Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Faktor-faktor Sosial Ekonomi dan Kelembagaan yang Berhubungan dengan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Mangrove a. Tingkat pendidikan (X). Faktor pendidikan seseorang turut memberikan kontribusi cukup besar terhadap arah dan gerak perilaku seseorang dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan alam sekitarnya. Faktor tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang menunjukkan tingkat pengetahuan dan wawasan yang mampu dikuasai oleh individu warga masyarakat. Penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan luasnya wawasan dapat memberikan nilai positif dalam menghadapi perubahan yang terjadi di lingkungannya. Dari hasil analisis dengan menggunakan korelasi Rank Spearman (r s ) pada variabel ini didapatkan hasil,3 dan diketahui bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan namun menunjukkan korelasi lemah dan positif antara variabel X (tingkat pendidikan) dengan variabel Y (tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove). Ini menunjukkan, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat sangat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove. Pendidikan mengandung makna sebagai usaha membangun pribadi warga negara dan bangsa. Melalui pendidikan dan dengan pendidikan, kepribadian yang harmonis dipupuk dan dikembangkan. Setiap orang setahap demi setahap mengatur kehidupan dirinya, mengatasi persoalan dan mencukupi kebutuhannya. Bahkan dengan pendidikan, setiap orang diharapkan dapat memberikan jasa-jasanya bagi orang lain, bagi masyarakat dan bangsanya, sesuai dengan keadaan dan kemampuannya (Rahardjo, 988). b. Tingkat pendapatan keluarga (X2). Tingkat pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor parameter kesejahteraan masyarakat. Tinggi rendahnya pendapatan masyarakat dapat berpengaruh terhadap banyak sedikitnya dana yang dapat dikontribusikan kepada bentuk-bentuk partisipasi pengelolaan lingkungan khususnya pengelolaan mangrove. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga di Desa Tanjung Batu menunjukkan, bahwa sebagian besar responden berada di bawah Rp2.5.,- /bulan atau pendapatan kelas menengah ke bawah. Dapat dikatakan bahwa tingkat pendapatan keluarga responden relatif rendah. Secara ekonomi, masyarakat dapat dikatakan relatif kurang mampu atau hanya cukup memenuhi kebutuhan primernya dan tidak dapat membagi untuk kebutuhan di luar kebutuhan primernya seperti menciptakan dan menjaga kondisi lingkungannya. Dari hasil analisis dengan menggunakan korelasi Rank Spearman (r s ) bahwa pada variabel ini tidak terdapat hubungan yang signifikan dan menunjukkan korelasi yang sangat lemah antara variabel X 2 (tingkat pendapatan keluarga) dengan variabel Y (tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove yang ditunjukkan dengan nilai koefisien Rank Spearman (r s ) =,95. Ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan masyarakat tidak berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove di lokasi studi. c. Jumlah anggota keluarga (X3). Jumlah anggota keluarga responden terkait dengan masalah pengelolaan lingkungan hidup, besar kecilnya jumlah anggota

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (2), OKTOBER 2 8 keluarga secara tidak langsung memberikan pengaruh terhadap keberadaan lingkungannya. Jumlah anggota responden dalam penelitian ini berasal dari keluarga inti, yakni terdiri dari bapak, ibu dan anak, di samping itu juga ada jumlah yang terdiri dari komposisi keluarga inti dan keluarga batih (anggota keluarga tambahan selain bapak, ibu dan anak). Keluarga sebagai institusi sosial, bukan hanya sebagai sebuah kelompok, tetapi lebih dari itu, ia berfungsi merangkai pola-pola tingkah laku yang mencerminkan identitas setempat dan juga dalam hubungannya dengan institusi luar keluarga. Lingkungan keluarga merupakan media yang sesuai bagi upaya penanaman etika lingkungan, karena di dalamnya secara rutin terjadi proses sosialisasi etika dan moralitas kehidupan. Sosialisasi dan proses penyadaran dalam skala keluarga akan arti pentingnya lingkungan hidup perlu diupayakan terus, sehingga muncul kesadaran pribadi. Pada gilirannya, kesadaran tersebut akan melahirkan rasa tanggung jawab dan pengabdian terhadap keberadaan dan kelestarian lingkungan hidup sebagai bagian integral dari kehidupan umat manusia. Dari hasil penelitian di daerah penelitian menunjukkan, bahwa sebagian besar responden di daerah penelitian kebanyakan anggota keluarganya berjumlah >5 orang per responden. Dari hasil beberapa responden masih terdapat responden yang memanfaatkan kayu mangrove sebagai kayu bakar, yaitu sebanyak 53 responden (dengan kategori selalu dan kadang-kadang memanfaatkan), responden yang memanfaatkan kayu mangrove sebagai alat rumah tangga sebanyak 32 responden (dengan kategori selalu dan kadang-kadang memanfaatkan) dan responden yang memanfaatkan kayu mangrove sebagai bahan bangunan sebanyak responden (dengan kategori kadang-kadang memanfaatkan). Dengan anggota keluarga yang berjumlah lebih besar dapat memungkingkan kebutuhan akan kayu mangrove lebih besar, tetapi hal ini tidak dapat dijadkan dasar bahwa jumlah keluarga responden yang lebih besar maka kebutuhan memanfaatkan kayu mangrove menjadi lebih banyak pula. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan korelasi Rank Spearman diketahui bahwa pada variabel ini tidak terdapat hubungan yang signifikan dan menunjukkan korelasi yang sangat lemah antara variabel X 3 (jumlah anggota keluarga) dengan variabel Y (tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove) dengan koefisien r s =,25. Ini menunjukkan, bahwa jumlah anggota keluarga tidak berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove. d. Ketersediaan fasilitas pemerintah (X) Karakteristik responden terhadap ketersediaan fasilitas pemerintah yang berasal dari Pemerintah Daerah dan Pusat berupa peraturan perundang-undangan maupun berasal dari masyarakat, yakni berupa tradisi yang berlaku di dalam masyarakat ataupun himbauan-himbauan/sosialisasi dengan kondisi yang bervariasi. Untuk mengembangkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan (rehabilitasi) mangrove diperlukan suatu strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat mengajak masyarakat agar terlibat dalam kegiatan rehabilitasi mangrove, hal demikian yang terlihat di lokasi penelitian. Dari hasil wawancara, beberapa responden menyatakan

8 Rinawati dkk. (2). Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat bahwa kegiatan-kegiatan pengelolaan mangrove pada lokasi penelitian mayoritas berasal dari program-program pemerintah daerah ataupun pusat. Hal ini sesuai seperti yang dinyatakan Rahardjo (985) dalam Tambunan dkk. (25), bahwa partisipasi masyarakat dapat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat dalam program-program pemerintah, atau dengan kata lain, partisipasi adalah keikutsertaan dari seseorang ataupun sekelompok orang dalam suatu kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk keterlibatan secara langsung misalnya seseorang ataupun sekelompok orang ikut secara fisik dalam suatu kegiatan, sedangkan keterlibatan secara tidak langsung, seseorang ataupun sekelompok orang tidak ikut dalam sesuatu kegiatan secara fisik, tetapi mereka memberikan bantuan materiel ataupun sumbangan fikiran dalam kegiatan tersebut. Dari analisis dengan menggunakan korelasi Rank Spearman terlihat bahwa variabel X (ketersediaan fasilitas pemerintah) dan variabel Y (tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove) menunjukkan korelasi sedang dan positif serta memiliki hubungan yang sangat signifikan (α = %) dengan nilai koefisien r s =,679. Ini menunjukkan, bahwa semakin baik ketersediaan fasilitas pemerintah akan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove. e. Persepsi masyarakat terhadap pelestarian mangrove (X5). Faktor persepsi masyarakat terhadap pelestarian mangrove juga merupakan faktor yang terkait dengan partisipasi seseorang, yang mana terdapat anggapan dengan adanya pengetahuan dan wawasan terhadap manfaat sesuatu hal akan menyebabkan seseorang mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut. Selanjutnya sikap positif ini seseorang akan mempengaruhi keinginan berpartisipasi pada kegiatan yang berkaitan dengan hal tersebut, khususnya dalam pengelolaan mangrove. Dari hasil wawancara beberapa responden di daerah penelitian terlihat, bahwa anggapan akan pentingnya pelestarian mangrove telah mereka ketahui. Secara umum mangrove mereka ketahui sebagai pelindung pantai dan tempat ikan bertelur. Hal demikian yang dapat mempengaruhi keinginan berpartisipasi dalam arti bahwa responden tidak berkeinginan untuk merusak mangrove. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan korelasi Rank Spearman diketahui, bahwa variabel X 5 (persepsi masyarakat terhadap pelestarian mangrove) dengan variabel Y (tingkat partisipasi) menunjukkan korelasi yang lemah dan positif serta memiliki hubungan yang sangat signifikan (α = %) dengan nilai koefisien r s =,33. Ini menunjukkan, bahwa semakin tinggi persepsi masyarakat terhadap pelestarian mangrove sangat berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan kategorisasi tingkat partisipasi masyarakat diketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove di Desa Tanjung Batu Kecamatan Pulau Derawan Kabupaten Berau yang termasuk dalam kategori sedang adalah sebesar 6% dan kategori rendah sebesar 36%.

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (2), OKTOBER 2 82 Dari hasil analisis korelasi Rank Spearman diketahui bahwa faktor-faktor sosial ekonomi dan kelembagaan yang berhubungan sangat signifikan pada α = % dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove (Y) adalah faktor tingkat pendidikan (X), faktor ketersediaan fasilitas pemerintah (X) dan faktor persepsi masyarakat terhadap pelestarian mangrove (X5) dengan nilai-nilai koefisien korelasi (r s ) masing-masing sebesar,3,,679 dan,33. Selanjutnya faktor tingkat pendapatan keluarga (X2) dan faktor Jumlah Anggota Keluarga (X3) diketahui tidak memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove (Y) di lokasi studi dengan koefisien korelasi (r s ) masing-masing sebesar,95 dan,25. Saran Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove dapat lebih ditingkatkan dengan cara memperbaiki faktor-faktor sosial ekonomi dan kelembagaan. Untuk memperbaiki pengelolaan mangrove di Desa Tanjung Batu Kecamatan Pulau Derawan Kabupaten Berau perlu peningkatan pendidikan masyarakat, memperbaiki ketersediaan fasilitas pemerintah dan usaha meningkatkan persepsi masyarakat terhadap pentingnya ekosistem mangrove. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 28. Laporan Tahunan 28. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Berau. Anonim. 29 a. Monografi Kecamatan Pulau Derawan. Kabupaten Berau. Anonim. 29 b. Laporan Statistik 28. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Berau Arstein, S.R. 969. A Ladder of Citizen Participation Journal of the American Institute of Planners 35. Rahardjo, M.D. 988. Pesantren dan Pembaharuan, LP3ES, Jakarta. Tambunan, R.; R.H. Harahap dan Z. Lubis. 25. Pengelolaan Hutan Mangrove di Kabupaten Asahan (Studi Kasus Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaaan Hutan Mangrove di Kecamatan Lim Puluh Kabupaten Asahan). Jurnal Studi Pembangunan 2: 55 69.