PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI

dokumen-dokumen yang mirip
Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

Demokrasi Berbasis HAM

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

Mengatasi diskriminasi etnis, agama dan asal muasal: Persoalan dan strategi penting

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

Deklarasi Penghapusan Semua Bentuk Intoleransi dan Diskriminasi berdasarkan Agama...

2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HAK KEBEBASAN BERAGAMA

Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

1. Asal muasal dan standar

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM

4. Metoda penerapan Konvensi No.111

P U T U S A N. Perkara Nomor 007/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PUTUSAN Perkara Nomor 007/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perempuan dan UU no. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai. Dalam memahai batasan diskriminasi terhadap perempuan, maka tidak

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

HAM, PEREMPUAN DAN HAK KONSTITUSIONAL 1. Oleh Dian Kartikasari 2

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

Pengertian Anak dan Pentingnya Mendefinisikan Anak Secara Konsisten dalam Sistem Hukum 1 Oleh: Adzkar Ahsinin

KONSEP DASAR HAM. Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pejabat berwenang, yang isinya menerangkan tentang pihak-pihak yang

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1

INDEKS KINERJA PENEGAKAN HAM 2011

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

AMANDEMEN II UUD 1945 (Perubahan tahap Kedua/pada Tahun 2000)

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional

Hak dan Kewajiban Warga Negara

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KENALI HAK ANDA. Kompilasi oleh Komnas Perempuan. Hak Konstitusional SETIAP WARGA NEGARA INDONESIA. dalam. Rumpun

Discrimination and Equality of Employment

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Prinsip Dasar Peran Pengacara

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat

DEKLARASI PERSERIKATAN BANGSA BANGSA TENTANG HAK HAK MASYARAKAT ADAT

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HAK KEBEBASAN BERAGAMA ATAU BERKEPERCAYAN 1

HAM DAN DEMOKRASI DASAR DASAR POLITIK

HUKUM KEWARGANEGARAAN H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

HAK ASASI MANUSIA dalam UUD Negara RI tahun Dr.Hj. Hesti

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA DISKRIMINASI

2. Konsep dan prinsip

Pentingnya Keterlibatan Komnas Perempuan dalam Judicial Review UU Penodaan Agama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

KONSEP-KONSEP PENTING KESETARAAN DI TEMPAT KERJA. - Sustaining Competitive and Responsible Enterprises

MENCEGAH DISKRIMINASI DALAM PERATURAN DAERAH

LPF 1 MEMAHAMI KONSEP PERENCANAAN BERBASIS HAK (90 MENIT)

BAB I PENDAHULUAN. Denpasar. Pada zaman dahulu, perempuan wangsa kesatria yang menikah dengan

BUKU AJAR (BAHAN AJAR) PERLINDUNGAN HAK ANAK. Oleh : I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA. Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III)

perkebunan kelapa sawit di Indonesia

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

Transkripsi:

PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI Antonio Prajasto Roichatul Aswidah Indonesia telah mengalami proses demokrasi lebih dari satu dekade terhitung sejak mundurnya Soeharto pada 1998. Kebebasan mengalami peningkatan. Namun demikian perkembangan lima tahun berikutnya, pada 2004 hingga 2009, sejumlah kebebasan ini mengalami kemerosotan terutama yang dialami oleh kelompok-kelompok masyarakat minoritas. [Demos, 2007]. Kenyataan itu menjadi hal penting yang harus dihadapi oleh demokrasi karena menyerang langsung prinsip non diskriminasi yang menempati posisi dasar dari hak asasi manusia. Dua pasal pertama dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) memuat prinsip tersebut: Semua manusia dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak yang sama. Mereka dikaruniai akal budi dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu dengan yang lain (Pasal 1) Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang tercantum dalam Deklarasi ini tanpa pembedaan dalam bentuk apa pun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, keyakinan politik atau keyakinan lainnya, asal usul kebangsaan dan sosial, hak milik, kelahiran atau status lainnya (Pasal 2 (paragraf 1) Seperti dikemukakan pula pada bagian lain, bukan hanya hak asasi, kesetaraan politik merupakan prinsip dasar dari proses demokrasi. Persoalannya kemudian bagaimanakah hubungan proses demokrasi dengan perlindungan kelompok minoritas? Bagaimanakah proses demokrasi mempengaruhi hak-hak minoritas? Bagaimanakah perlindungan hak-hak minoritas di Indonesia saat ini? Demokrasi dan Perlindungan Kelompok Minoritas

Dengan mendasarkan pada prinsip kesetaraan kewarganegaraan, maka mau tak mau demokrasi menerima adanya perbedaan. Dalam kenyataan memang, hampir semua masyarakat memiliki keanekaan terutama keanekaragaman bahasa, agama atau keyakinan, dan budaya atau etnisitas. Termasuk Indonesia. Oleh karena itu pengakuan akan perbedaan bukan hanya diakui oleh demokrasi, tetapi juga jika diperlukan demokrasi memberi perlindungan pada minoritas. Di titik inilah perlindungan kelompok minoritas mendapat tempat dalam proses demokrasi. Problem hak minoritas dalam proses demokrasi pada dasarnya terletak pada persoalan prosedur mayoritas dalam pengambilan keputusan. Penjelasannya sebagai berikut. Sejarah dan prinsip kesetaraan politik dari demokrasi jelas menunjukan bahwa demokrasi tidak mengandaikan kekuasaan berada di tangan minoritas, melainkan semua warga. Sebab demokrasi mengasumsikan bahwa warga dapat menentukan nasibnya sendiri yaitu memiliki kapasitas dan kepercayaan diri untuk mengambil tanggung jawab bagi hidupnya sendiri secara individual maupun kolektif. Kesetaraan politik demikian biasanya digambarkan sebagai setiap orang memiliki satu suara sebagai prosedur dalam pemilihan umum maupun dalam pengambilan keputusan. Dengan prosedur ini kelompok-kelompok minoritas secara potensial atau nyata terancam. Ambillah bahasa sebagai ilustrasi karena bahasa adalah bagian dari identitas kelompok masyarakat, atau etnis tertentu. Jika dilihat dari besarnya anggota masyarakat maka bahasa Jawa sepatutnya menjadi bahasa nasional. Jika hal itu terjadi pada saat pendirian negara RI, eksistensi berbagai suku dan bahasa di Indonesia dapat terhapuskan. Namun, untungnya pendiri negara RI tidak melakukan hal itu dan sebaliknya bersepakat menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Problem yang sama sering pula dihadapi dalam penetapan sebuah bangsa. Letak problemnya adalah ketika prosedur demikian kemudian dianggap sebagai prinsip kunci dalam demokrasi. Merujuk pada pendapat Beetham prosedur suara mayoritas semata merupakan alat untuk menyelesaikan ketidaksepakatan-ketidaksepakatan. Prosedur ini dianggap tidak demokratis ketika mengancam prinsip kesetaraan politik itu sendiri, yaitu ketika minoritas kehilangan kekuatan dan potensinya untuk menentukan kebijakan publik. Prosedur demikian juga tidak demokratis ketika keputusan yang dipertaruhkan menyangkut identitas dasar dari kelompok

tersebut. Karena, dalam persoalan ini yang berlaku bukan keputusan semua warga melainkan keputusan satu bagian warga (mayoritas) atas warga lain (minoritas). Lebih lanjut Beetham mengatakan bahwa prosedur ini harus dilihat sebagai prosedur-kedua terbaik ketika berbagai cara untuk menyelesaikan ketidaksepakatan, seperti diskusi, berdebat, kompromi (musyawarah) dan amandemen tidak berhasil menemukan jalan keluar. Singkatnya, persis karena prinsip dasarnya adalan kesetaraan politik maka prosedur suara mayoritas hanya sah jika mengejewantahkan dan bukan melanggar prinsip tersebut. Dan, karena prosedur mayoritas tidak selalu demokratis dan tidak selalu dibutuhkan dalam demokrasi maka seringkali diperlukan aturan-aturan khusus untuk menjamin hak-hak minoritas dan menjamin representasi mereka dalam politik dan pemerintahan. Bentuk-bentuknya beraneka ragam, seperti jaminan di dalam konstitusi, program afirmasi, rotasi dalam memimpin lembaga negara, ataupun kuota bagi kelompok minoritas. Sejalan dengan hal ini, jika terdapat kebijakan yang mengancam eksistensi kelompok masyarakat minoritas tertentu, maka kebijakan tersebut harus dianggap sebagai diskriminatif. PBB merumuskan tindak diskriminasi sebagai berikut: pembedaan, pengecualian, pembatasan atau preferensi apa pun yang didasarkan pada ras, warna kulit, bahasa, agama, kebangsaan, atau asal sosial, kelahiran dan status lainnya yang mempunyai maksud atau akibat yang menghilangkan atau mengurangi pengakuan, penikmatan atau pelaksanaan hak atau kebebasan dengan setara bagi semua orang Ancaman diskriminasi Deklarasi Hak-hak Minoritas, 1992 melindungi hak-hak minoritas sebagai sebagai bangsa, etnis, agama, dan bahasa. Mereka yang minoritas dalam hal-hal tersebut berhak untuk menikmati budaya mereka sendiri, memeluk dan menjalankan agama mereka masing-masing dan menggunakan bahasa mereka sendiri. Hal ini dilakukan baik secara privat maupun publik dengan bebas tanpa campur tangan atau tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun. Berbagai konvensi juga dilahirkan untuk memperkuat perlindungan manusia dari tindak diskriminasi. Sebagian besar telah pula menjadi bagian dari sistem hukum nasional Indonesia yaitu Konvensi Internasional tentang

Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial, (1965) yang diratifikasi dengan UU No. 29/1999 dan dilanjutkan dengan disahkannya UU No. 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Indonesia menegaskan komitmennya atas prinsip non-diskriminasi dalam UUD 1945 (Amandemen) pasal 28 I (2) yang menyatakan: Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. Meski demikian jika dilacak pada Concluding observations of the Committee on the Elimination of Racial Discrimination, masih terdapat berbagai bentuk diskriminasi atas kelompok-kelompok minoritas, sebagai berikut: a. Masyarakat adat. Hak-hak mereka sering dikompromikan untuk alasan pembangunan, modernisasi dan atas nama kepentingan nasional. Hal ini kemudian menyebabkan terhambatnya pemenuhan hak mereka serta cara hidup dan identitas kultural mereka. b. Etnis China. Pemenuhan sejumlah hak etnis ini terhambat. Meski telah terjadi penghapusan Surat Bukti Kewarganegaran RI, tetapi syarat ini masih diberlakukan untuk urusan dengan perbankan. c. Kelompok keagamaan. Diskriminasi atas dasar agama mengambil bentuk berupa pengakuan pada hanya 5 agama. Hal ini berdampak pada pemenuhan hak sipil dan politik bagi penganut agama yang tidak diakui keyakinan agamanya. Pernikahan mereka tidak diakui oleh negara sehingga anak-anak merekapun kesulitan memperoleh akta lahir. Disamping itu kekerasan terhadap kelompok-kelompok keyakinan tertentu dan perusakan atau pembakaran tempat-tempat ibadah seperti yang dialami oleh kelompok Ahmadyah meningkat, tanpa pencegahan dan perlindungan yang efektif dari negara. Lebih parah lagi, dilakukan kriminalisasi berdasarkan keyakinan agama seperti yang dialami oleh kelompok Lia Eden. Di berbagai daerah dikeluarkan peraturan-peraturan daerah yang disusun dengan mengacu kepada tafsir hukum agama tertentu yang mengakibatkan kelompok-kelompok minoritas mengalami diskriminasi. Dari riset yang dikeluarkan oleh Komnas Perempuan (2009) tercatat

dari 152 peraturan daerah bernuansa agama dan moralitas yang diskriminatif terhadap hak-hak perempuan. Praktek-praktek diskriminasi seperti tersebut di atas dapat terjadi karena berbagai instrumen demokrasi masih berada dalam kondisi yang buruk terutama berkenaan dengan instrumen rule of law. Studi Demos 2007 menunjukkan bahwa kualitas instrumen ini mengalami peningkatan namun masih buruk; yaitu dari index 16 menjadi 45 selama lima tahun [index: skala 0 (buruk) 100 (baik)]. Perbaikan lebih jauh atas instrumen ini akan dapat mengurangi praktek-praktek diskriminasi pada masa yang akan datang.