PENGENDALIAN INFORMASI BPJS KETENAGAKERJAAN

dokumen-dokumen yang mirip
Pengendalian Informasi BPJS Ketenagakerjaan

KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI PT INDOFARMA (Persero) Tbk

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI

2. Pedoman Perilaku (Code of Conduct) PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) tanggal 27 Juni 2006.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor P

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT KABINET

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG

PENGELOLAAN LAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

2011, No Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI KABUPATEN KUNINGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMNAS HAM. Informasi. Publik. Pelayanan.

PEMERINTAH KOTA BLITAR

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TATA KELOLA LAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI,

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 351 TAHUN 2011 TENTANG DAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SIDENRENG RAPPANG PROVINSI SULAWESI SELATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 351 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG KEPUTUSAN

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA KELOLA KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI KOTA PANGKALPINANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010

STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI FITRA RIAU

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelaya

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

Power Nomor 242'KtOlOtlPl2O16 dan Nomor 16.I(Dekom tlpt2o16 tentang Pedoman Etika Perusahaan (Code of Conduct);

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 313, 2012

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN INFORMASI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI CIAMIS. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2013 LAMPIRAN : 2 (dua) TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK KABUPATEN CIAMIS

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.17 TAHUN 2014 TENTANG LAYANAN INFORMASI PUBLIK DAN DOKUMENTASI BADAN SAR NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI INFORMASI

TENTARA NASIONAL INDONESIA PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 7 TAHUN 2017

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 28 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI.

PERATURAN GUBERNUR BENGKULU NOMOR : 20 TAHUN 2013 TENTANG

3. HAK BADAN PUBLIK 1. Badan Publik berhak menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 2.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Hendry Ch Bangun Wakil Pemimpin Redaksi Warta Kota 21 November 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

Bab 3. Undang - Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. Dewan Pers

WALIKOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG,

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN NOMOR : : PER- 01 /MENKO/POLHUKAM/5/2011 TENTANG

2011, No Menetapkan Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5149); 3. Peraturan Menteri

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 132/PMK.01/2012 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 32/Permentan/OT.140/5/2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 05/I3/HM/2010 Tentang PENGELOLAAN INFORMASI PUBLIK INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR INSTITUT

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG

PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN - 1 -

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA LAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

soekartono ė-mail :

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 10 TAHUN 2017

2011, No Tata Cara Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA BAB I PENDAHULUAN

Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik;

TEKNIK PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN BADAN PUBLIK (IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO.14 TAHUN 2008)

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI ( PPID ) KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI INFORMASI

Transkripsi:

PENGENDALIAN INFORMASI BPJS KETENAGAKERJAAN

Informasi BPJS Ketenagakerjaan Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik. Informasi BPJS Ketenagakerjaan adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh BPJS Ketenagakerjaan yang berkaitan dengan penyelenggaraan BPJS Ketenagakerjaan dan Informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi adalah pejabat yang bertanggung jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi BPJS Ketenagakerjaan.

Tujuan Pengelolaan Informasi Tujuan ditetapkannya pedoman ini adalah: a. Menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan BPJS Ketenagakerjaan, program BPJS Ketenagakerjaan dan proses pengambilan keputusan serta alasan pengambilan keputusan; b. Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan BPJS Ketenagakerjaan; c. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan BPJS Ketenagakerjaan dan pengelolaan BPJS Ketenagakerjaan yang baik; d. Mewujudkan insan BPJS Ketenagakerjaan yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan; e. Mengetahui alasan kebijakan BPJS Ketenagakerjaan yang memengaruhi hajat hidup orang banyak; f. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa; dan/atau g. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan BPJS Ketenagakerjaan untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.

Pengklasifikasian Informasi Informasi kepada publik dalam dokumen resmi, keterangan resmi dan publikasi resmi yang dikeluarkan oleh BPJS Ketenagakerjaan Bentuknya Siaran Pers, Sambutan/Pidato Direksi, Brosur, Leaflet, Pengumuman, Newsletter, dan surat-surat berklasifikasi biasa. Pengaturan mekanisme dan akses terhadap Informasi Biasa tetap merupakan kewenangan Direksi Informasi kepada pihak yang langsung berkaitan dengan informasi terbatas atau dicantumkan pada surat pengantar informasi. Bentuknya antara lain Keputusan Direksi, Surat Perintah Direksi, Memo Internal Memberikan tanda TERBATAS apabila secara teknis memungkinkan Institusi melakukan pengaturan mekanisme distribusi informasi terbatas kepada pihak yang langsung berkepentingan Informasi tidak dapat diungkapkan kepada publik, karena dapat menghasilkan penilaian yang salah terhadap kinerja Institusi, merugikan kepentingan Institusi dan/atau melanggar peraturan perundang-undangan. Bentuknya antara lain surat klasifikasi Rahasia (R), hasil temuan audit SPI, Dokumen Hasil Audit BPJS Ketenagakerjaan, Saldo Jaminan Hari Tua dan sebagainya. BPJS Ketenagakerjaan melakukan pemeliharaan sifat rahasia.

Pengelolaan dan Keterbukaan Informasi BPJS Ketenagakerjaan akan mengungkapkan informasi secara lengkap, akurat dan tepat waktu kepada Pemangku Kepentingan tanpa membedakan klasifikasi informasi. Pengungkapan informasi kepada publik dan pemangku kepentingan lainnya dilakukan secara wajar dengan memperhatikan klasifikasi informasi, kepentingan BPJS Ketenagakerjaan dan kebutuhan pihak yang berkepentingan. BPJS ketenagakerjaan senantiasa menghindari pengungkapan informasi yang dilarang menurut peraturan dan kode etik BPJS Ketenagakerjaan diantaranya surat-surat berklasifikasi Rahasia, Surat Keputusan Direksi, dan Surat Perintah Direksi.

Pengelolaan dan Keterbukaan Informasi Informasi Bagi Pemangku Kepentingan 1. Pemangku Kepentingan dijamin oleh BPJS Ketenagakerjaan untuk memperoleh informasi yang terkait dengan kinerja secara lengkap, akurat, teratur dan tepat waktu sehingga memungkinkan bagi Pemangku Kepentingan untuk mengambil keputusan. 2. Direksi dan seluruh karyawan BPJS Ketenagakerjaan dilarang memberikan informasi yang berbeda kepada Dewan Pengawas dan Pemangku Kepentingan. Tanggung Jawab Pengelolaan Informasi Direksi bertanggung jawab dalam pengelolaan sistem informasi internal termasuk didalamnya pengendalian terhadap proses klasifikasi dan pengungkapan informasi kepada pihak lain yang secara teknis dikelola oleh Divisi Komunikasi.

Pengelolaan dan Keterbukaan Informasi Tanggung Jawab Informasi Rahasia 1. Direksi Bertanggung jawab terhadap kerahasiaan informasi BPJS Ketenagakerjaan yang dikategorikan sebagai informasi rahasia. 2. Informasi Rahasia yang diperoleh sewaktu menjabat sebagai Dewan Pengawas, Direksi dan Karyawan harus tetap dirahasiakan.

Pengelolaan dan Keterbukaan Informasi Tanggung Jawab Pengungkapan Informasi Pengungkapan informasi baik secara formal maupun secara informal kepada media massa dilaksanakan oleh pejabat yang terkait dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Dewan Pengawas menyampaikan informasi BPJS Ketenagakerjaan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pengawasan dan pemberian saran, nasihat dan pertimbangan kepada Direksi. 2. Direktur Utama Menyampaikan informasi BPJS Ketenagakerjaan yang berkaitan dengan kebijakan umum dan kebijakan strategis. 3. Direktur menyampaikan informasi BPJS Ketenagakerjaan yang berkaitan dengan kebijakan teknis sesuai tugas pokok dan fungsi. 4. Direktur Utama dapat menunjuk Kepala Divisi Komunikasi untuk melaksanakan pengungkapan informasi berkaitan dengan kebijakan umum dan kebijakan strategis. 5. Kepala Divisi Komunikasi menyampaikan informasi BPJS Ketenagakerjaan. 6. Kepala Kantor Wilayah menyampaikan informasi BPJS Ketenagakerjaan yang berkaitan dengan pengelolaan kegiatan usaha Kantor Wilayah dan Kantor Cabang dalam jajarannya. 7. Kepala kantor Cabang menyampaikan informasi BPJS Ketenagakerjaan yang berkaitan dengan pengelolaan kegiatan usaha Kantor Cabang.

Pengelolaan dan Keterbukaan Informasi Tugas Divisi Komunikasi Terkait Pengendalian Informasi Merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan pengelolaan informasi yang meliputi : 1. Melaksanakan sosialisasi dan pengujian tingkat pemahaman peserta. 2. Membuat laporan secara periodik/triwulan untuk materi Laporan Manajemen/Tahunan.

Keterbukaan Informasi Badan Setiap Informasi BPJS Ketenagakerjaan bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap Pengguna Informasi Institusi. Informasi BPJS Ketenagakerjaan yang dikecualikan bersifat rahasia dan terbatas a. Sesuai Undang-Undang, kepatutan, dan kepentingan umum b. Didasarkan pada pengujian tentang konsekuensi yang timbul c. Dapat melindungi kepentingan yang lebih besar Setiap Informasi BPJS Ketenagakerjaan harus dapat diperoleh setiap Pemohon Informasi dengan cepat, akurat dan tepat waktu.

Keterbukaan Informasi Badan Hak BPJS Ketenagakerjaan 1. BPJS Ketenagakerjaan berhak menolak memberikan informasi BPJS Ketenagakerjaan yang dikecualikan sesuai dengan peraturan perundangundangan. 2. Informasi BPJS Ketenagakerjaan yang tidak dapat diberikan oleh BPJS Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut: a. Informasi yang dapat membahayakan negara; b. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan perlindungan usaha dari persaingan usaha tidak sehat; c. Informasi yang berkaitan dengan hak-hak pribadi; d. Informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan; dan/atau e. Informasi BPJS Ketenagakerjaan yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan

Keterbukaan Informasi Badan Kewajiban BPJS Ketenagakerjaan 1. BPJS Ketenagakerjaan wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan informasi yang berada dibawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi BPJS Ketenagakerjaan, selain informasi yang dikecualikan. 2. BPJS Ketenagakerjaan wajib menyediakan informasi yang akurat, benar dan tidak menyesatkan. 3. BPJS Ketenagakerjaan wajib membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah. 4. BPJS Ketenagakerjaan wajib membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebijakan yang diambil untuk memenuhi hak setiap orang atas informasi BPJS Ketenagakerjaan. 5. BPJS Ketenagakerjaan dapat memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik, non-elektronik dan media sosial. 6. Pengelolaan kearsipan dan pendokumentasian informasi BPJS Ketenagakerjaan dilaksanakan berdasarkan peraturan BPJS Ketenagakerjaan

Keterbukaan Informasi Badan Hak Pemohon Informasi BPJS Ketenagakerjaan 1. Setiap orang berhak memperoleh informasi BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2. Setiap orang berhak: a. Melihat dan mengetahui informasi BPJS Ketenagakerjaan; b. Menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum untuk memperoleh informasi BPJS Ketenagakerjaan; c. Mendapatkan salinan informasi BPJS Ketenagakerjaan melalui permohonan dan/atau menyebarluaskan informasi BPJS Ketenagakerjaan 3. Setiap Pemohon Informasi BPJS Ketenagakerjaan berhak mengajukan permintaan informasi BPJS Ketenagakerjaan disertai alasan permintaan tersebut. 4. Setiap pemohon informasi BPJS Ketenagakerjaan berhak mengajukan gugatan ke pengadilan apabila dalam memperoleh informasi BPJS Ketenagakerjaan mendapat hambatan atau kegagalan. 5. BPJS Ketenagakerjaan menyediakan informasi kepada publik berdasarkan klasifikasi informasi, kepentingan pihak yang membutuhkan. 6. Informasi tersebut akan disampaikan diantaranya melalui surat kabar, majalah, pengumuman, brosur, leaflet, siaran pers, laman (website), media sosial serta suratsurat berklasifikasi biasa. 7. Publik dapat memperoleh informasi biasa berdasarkan tata cara yang ditentukan oleh BPJS Ketenagakerjaan

Keterbukaan Informasi Badan Kewajiban Pengguna Informasi BPJS Ketenagakerjaan 1. Pengguna Informasi BPJS Ketenagakerjaan wajib menggunakan informasi BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan kebutuhan. 2. Pengguna Informasi BPJS Ketenagakerjaan wajib mencantumkan sumber perolehan informasi BPJS Ketenagakerjaan, baik yang digunakan untuk kepentingan sendiri maupun keperluan publikasi.

Keterbukaan Informasi Badan Penyediaan Informasi Berkala Serta Merta Setiap Saat Informasi yang berkaitan dengan BPJS Ketenagakerjaan Informasi mengenai kegiatan dan kinerja BPJS Ketenagakerjaan Informasi mengenai laporan keuangan dan/atau informasi lain Informasi yang mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum Seluruh Informasi BPJS Ketenagakerjaan tidak termasuk informasi yang dikecualikan Hasil keputusan BPJS Ketenagakerjaan dan pertimbangannya Seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya Rencana Strategis BPJS Ketenagakerjaan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan BPJS Ketenagakerjaan Perjanjian BPJS Ketenagakerjaan dengan pihak ketiga Informasi dan kebijakan yang disampaikan Pejabat BPJS Ketenagakerjaan dalam pertemuan terbuka untuk umum Standard Operating Procedure (SOP) Laporan mengenai pelayanan akses Informasi BPJS Ketenagakerjaan.

Keterbukaan Informasi Badan Wajib Nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta jenis usaha, jangka waktu pendirian, permodalan. Nama lengkap Anggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi BPJS Ketenagakerjaan. Laporan tahunan, laporan keuangan dan laporan tanggung jawab sosial lingkungan BPJS Ketenagakerjaan yang telah diaudit. Hasil penilaian auditor eksternal, lembaga pemeringkat kredit dan lembaga pemeringkat. Sistem dan alokasi dana remunerasi Anggota Dewan Pengawas dan Direksi. Mekanisme penetapan Dewan Pengawas dan Direksi. Kasus hukum yang berdasarkan Undang-Undang terbuka sebagai Informasi BPJS Ketenagakerjaan. Pedoman pelaksanaan tata kelola BPJS Ketenagakerjaan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, dan kewajaran. Penggantian auditor eksternal yang mengaudit BPJS Ketenagakerjaan. Penugasan pemerintah dan/atau kewajiban pelayanan umum atau subsidi. Mekanisme pengadaan barang dan jasa. Informasi lain yang ditentukan oleh Undang-Undang.

Informasi Yang Dikecualikan BPJS Ketenagakerjaan wajib membuka akses bagi setiap pemohon informasi BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan informasi BPJS Ketenagakerjaan, kecuali informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi dapat: 1. Menghambat proses penegakan hukum; 2. Mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat; 3. Membahayakan pertahanan dan keamanan negara; 4. Mengungkapkan kekayaan alam Indonesia; 5. Merugikan ketahanan ekonomi nasional; 6. Merugikan kepentingan hubungan luar negeri; 7. Mengungkapkan isis akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat seseorang; 8. Mengungkap rahasia pribadi; 9. Memo atau surat-surat antar Badan Publik atau intra Badan Publik yang menurut sifatnya dirahasiakan kecuali atas putusan komisi atau pengadilan,

Mekanisme Memperoleh Informasi 1. Setiap pemohon informasi BPJS Ketenagakerjaan dapat mengajukan permintaan informasi kepada BPJS Ketenagakerjaan secara tertulis atau tidak tertulis. 2. BPJS Ketenagakerjaan wajib mencatat nama dan alamat pemohon informasi BPJS Ketenagakerjaan dan subyek serta cara penyampaian informasi yang diminta oleh pemohon informasi BPJS Ketenagakerjaan. 3. BPJS Ketenagakerjaan wajib mencatat permintaan informasi BPJS Ketenagakerjaan yang diajukan secara tidak tertulis. 4. BPJS Ketenagakerjaan wajib memberikan tanda bukti penerimaan permintaan informasi BPJS Ketenagakerjaan berupa nomor pendaftaran pada saat permintaan diterima. 5. Dalam hal permintaan disampaikan secara langsung atau melalui surat elektronik, nomor pendaftaran diberikan saat penerimaan permintaan. 6. Dalam hal permintaan disampaikan melalui surat, pengiriman nomor pendaftaran dapat diberikan bersamaan dengan pengiriman informasi. 7. Paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya permintaan, BPJS Ketenagakerjaan wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis yang berisikan:

Mekanisme Memperoleh Informasi 7. Paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya permintaan, BPJS Ketenagakerjaan wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis yang berisikan: a. Informasi yang diminta berada dibawah penguasaannya ataupun tidak; b. BPJS Ketenagakerjaan wajib memberitahukan Badan Publik yang menguasai informasi yang diminta apabila informasi yang diminta tidak berada dibawah penguasaannya dan Badan Publik yang menerima permintaan mengetahui keberadaan informasi yang diminta; c. Penerimaan atau penolakan permintaan; d. Dalam hal permintaan diterima seluruhnya atau sebagian dicantumkan materi informasi yang akan diberikan; e. Dalam hal suatu dokumen mengandung materi yang dikecualikan, maka informasi yang dikecualikan tersebut dapat dihitamkan dengan disertai alasan dan materinya; f. Alat penyampaian dan format informasi yang akan diberikan. 8. BPJS Ketenagakerjaan dapat memperpanjang waktu untuk mengirimkan pemberitahuan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja berikutnya dengan memberikan alasan secara tertulis.