Sistem Injeksi Hidrogen untuk Mengurangi Emisi Hidrokarbon

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu campuran komplek antara hidrokarbon-hidrokarbon sederhana

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan (JIPTEK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

ANALISA DAN PEMBUATAN SISTEM WATER COOLANT INJECTION PADA MOTOR BENSIN TERHADAP PERFORMA DAN EMISI GAS BUANG

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4-

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

Imam Mahir. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta Jalan Rawamangun Muka, Jakarta

Pembangkit Non Konvensional OTEC

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGHEMATAN BAHAN BAKAR SERTA PENINGKATAN KUALITAS EMISI PADA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI PEMANFAATAN AIR DAN ELEKTROLIT KOH DENGAN MENGGUNAKAN METODE

Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam merubah energi kimia menjadi energi mekanis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

PENAMBAHAN REAKTOR PLASMA DBD (DIELECTRIC-BARRIER DISCHARGE)

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

BAB I PENDAHULUAN.

Pengaruh Tabung Evaporasi Pada Instalasi Generator Hidrogen. Terhadap Kandungan Polutan Gas Sisa Pembakaran Pada Motor Statis Honda Supra

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

Jika diperhatikan lebih jauh terdapat banyak perbedaan antara motor bensin dan motor diesel antara lain:

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

KONTROL SISTEM BAHAN BAKAR PADA ELECTRONIC FUEL INJECTION (EFI) Oleh Sutiman, M.T

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

Pemanfaatan Elektrolisis Sebagai Alternatif Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel Untuk Mengurangi Polusi Udara

ANALISIS PERBANDINGAN KADAR GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK (CDI) DAN PENGAPIAN KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah permasalahan besar yang harus dihadapi pada

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

PENGARUH JARAK ANTAR CELL ELEKTRODA TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO TIPE DRY CELL

RANCANG BANGUN ALAT PENGHASIL GAS HIDROGEN UNTUK BAHAN BAKAR KOMPOR

Ma ruf Ridwan K

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGARUH LETAK MIXERHYDROGEN BOOSTER TERHADAP KUALITAS GAS BUANG DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MESIN BENSIN

PERANCANGAN ENGINE CONTROL UNIT BERBASIS KNOWLEDGE BASED UNTUK PENGATURAN SISTEM INJEKSI DAN SISTEM PENGAPIAN MOTOR BAKAR

BAB II TEORI DASAR Komponen sistem pengapian dan fungsinya

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

BAB II LANDASAN TEORI

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO

PROGRAM STUDI MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO (2014)

PENGARUH PENGGUNAAN THREE WAY CATALYTIC CONVERTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA KENDARAAN TOYOTA KIJANG INNOVA

I. PENDAHULUAN. premium dan solar. Kelangkaan terjadi hampir di seluruh kabupaten dan kota di

PENGARUH VARIASI LARUTAN WATER INJECTION PADA INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA DAN EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


PENGARUH VARIASI LUAS PERMUKAAN PLAT ELEKTRODA DAN KONSENTRASI LARUTAN ELEKTROLIT KOH TERHADAP DEBIT GAS HASIL ELEKTROLISIS AIR

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator.

ELEKTROLISIS UNTUK EFISIENSI BAHAN BAKAR BENSIN DAN PENINGKATAN KUALITAS GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

K BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

SOLUSI PENGHEMATAN BENSIN DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI SEDERHANA GEN TANDON SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISIR PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL Oleh: Benny Chandra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA/ LANDASAN TEORI

STUDI KARAKTERISTIK GENERATOR GAS HHO DRY CELL DAN APLIKASINYA PADA KENDARAAN BERMESIN INJEKSI 1300 CC

BAB II TINJAUAN LITERATUR

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

PENGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU)

PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN

Analisa Pengaruh Penggunaan Sensor Oksigen Terhadap Kandungan Emisi Gas Buang CO Dan HC

IDENTIFIKASI & FUNGSI SISTEM BAHAN BAKAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri,

PENGARUH MEDAN ELEKTROMAGNET TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN 4 TAK 1 SILINDER

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Transkripsi:

Sistem Injeksi Hidrogen untuk Mengurangi Emisi Hidrokarbon Philip Kristanto Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Abstrak Kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber emisi hidrokarbon ke atmosfir terutama akibat tidak sempurnanya pembakaran di ruang bakar, sehingga banyak diemisikan hidrokarbon dari saluran buang. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengurangi emisi dari saluran buang adalah melalui sistim injeksi hidrogen setelah proses pembakaran untuk membakar hidrokarbon di saluran buang. Kata kunci : Injeksi Hidrogen, Hidrokarbon, Elektrolisa Abstract Motor vehicles are one of the source emissions of hidrocarbon to atmosphere because of incomplete combustion in combustion chamber, so there are more emissions hidrocarbon from exchaust pipe. One of the method can be used to reduce hidrocarbon emissions from exchaust manifold are injecting hidrogen after combustion process for burning hidrocarbon in exchaust pipe. Keywords : Hidrogen Injection, Hidrocarbon, Electrolysis. 1. PENDAHULUAN Pencemaran udara yang diakibatkan oleh gas buang kendaraan bermotor pada akhirakhir ini sudah berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan dan memberikan andil yang terbesar dalam pencemaran udara secara total terutama di kota-kota besar negara berkembang. Salah satu polutan gas buang kendaraan bermotor yang ikut berpartisipasi dalam pencemaran udara adalah hidrokarbon. Bensin yang digunakan sebagai bahan bakar untuk kendaraan bermotor merupakan suatu campuran komplek antara hidrokarbonhidrokarbon sederhana dengan sejumlah kecil bahan tambahan non-hidrokarbon bersifat sangat volatil yang sangat mudah menguap dan mengemisikan hidrokarbon ke udara. Hidrokarbon yang diemisikan tersebut merupakan polutan primer karena dilepaskan ke udara secara langsung oleh kendaraan bermotor baik pada saat pengisian bahan bakar maupun karena tidak sempurnanya pembakaran yang terjadi di ruang bakar. Hidrokarbon merupakan komponen yang berperan dalam produksi oksidan fotokimia di mana berdasarkan struktur molekulnya dibeda- Catatan : Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 Januari 2000. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada Jurnal Teknik Mesin Volume 2 Nomor 1 April 2000. kan menjadi hidrokarbon alifatik, aromatik dan alisiklis. Hidrokarbon aromatik lebih berbahaya dibandingkan kedua jenis hidrokarbon yang lainnya. Campuran produk-produk sebagai akibat pembebasan hidrokarbon ke atmosfir akan mengganggu siklus fotolitik NO2 (Nitrogen dioksida) yang disebut dengan smog fotochemical berupa gabungan antara asap dan kabut, tentunya hal ini akan sangat mengganggu sarana transportasi baik darat, laut dan udara karena terbatasnya jarak pandang. Karena dampak yang ditimbulkan akibat dibebaskannya hidrokarbon ke udara atmosfir, kiranya perlu dilakukan pengendalian terhadap emisi hidrokarbon terutama hidrokarbon yang dihasilkan saat motor belum mencapai temperatur kerjanya. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan penambahan hidrogen sesaat setelah penyalaan dalam ruang bakar, dimana hidrokarbon yang belum terbakar di ruang bakar akan diikat oleh hidrogen tambahan, sehingga terjadi pembakaran lanjut yang akan menghasilkan gas buang yang lebih bersih. 2. Landasan Teori 2.1 Pencemaran Oleh Hidrokarbon Emisi hidrokarbon yang terdapat pada gas buang berbentuk bahan bakar yang tidak 122

Sistem Injeksi Hidrogen untuk Mengurangi Emisi Hidrokarbon (Philip Kristanto) terbakar dengan sempurna di ruang bakar di mana hanya sebagian bahan bakar bereaksi dengan oksigen terutama di dekat dinding silinder antara torak dan silinder hal ini pada umumnya disebabkan karena lemahnya api dan rendahnya temperatur pembakaran. Hidrokarbon dapat diemisikan tidak hanya jika campuran udara-bahan bakarnya kaya, tetapi dapat juga jika campuran tersebut miskin. Jika suhu pembakaran rendah dan perambatan nyala api lemah serta luasan dinding ruang bakarnya yang bersuhu rendah agak besar, kondisi ini terutama dijumpai pada saat motor baru dihidupkan atau pada putaran bebas (idle) maka secara alamiah motor akan banyak menghasilkan emisi hidrokarbon. Profil temperatur sepanjang torak dan melalui dinding torak dapat ditunjukkan dalam gambar berikut ini. Gambar 1. Quench Zone antara Torak dan Silinder Motor Bakar Karena adanya proses pendinginan, maka terdapat bagian pada ruang bakar yang bertemperatur rendah. Daerah ini disebut dengan quench zone, dan karena rendahnya temperatur, maka campuran udara-bahan bakar akan sulit untuk terbakar. Gas buang di sekitar katup akan keluar lebih dahulu dan bertemperatur relatif rendah, dan gas terakhir yang mengenai dinding torak yang bertemperatur rendah akan menjadi bertemperatur rendah juga. Jadi dalam tujuan untuk mengurangi emisi hidrokarbon juga akan mencakup pengurangan quench zone. 2.2 Produksi Hidrogen Salah satu cara untuk menghasilkan hidrogen adalah melalui proses elektrolisa dengan bantuan energi listrik. Skema dari prinsip elektrolisa ditunjukkan dalam gambar 2. Sebuah tangki diisi dengan air yang dicampur dengan larutan asam, sehingga air tersebut dapat bertindak sebagai konduktor untuk menghantarkan listrik. Campuran air dan larutan asam tersebut disebut dengan elektrolit. Dalam elektrolit tersebut dipasang dua buah elektroda masing-masing adalah elektroda positip atau anoda dan elektroda negatip atau katoda. Bagian anoda dihubungkan dengan kutub positip listrik arus searah dan katoda pada kutub negatipnya. Gambar 2. Skema Prinsip Produksi Hidrogen Dengan Elektrolisa Jika arus searah mengalir, terjadilah peristiwa elektrolisa, sehingga atom-atom hidrogen dari air akan kehilangan elektronnya, sedangkan atom-atom oksigen mendapat tambahan elektron. Dengan demikian atom oksigen menjadi sebuah ion bermuatan negatip (O ) dan atom hidrogen menjadi sebuah ion yang bermuatan positip (H + ). Karena bermuatan positip, ion-ion H + akan tertarik ke katoda yang bermuatan negatip. Ion-ion H + ini akan berkumpul di katoda. Pada saat menyentuh katoda, ion H + akan menerima sebuah elektron dan kembali menjadi sebuah atom H biasa tanpa bermuatan. Atom-atom hidrogen ini bergabung menjadi gas H2 dalam bentuk gelembung-gelembung dan melalui katoda akan naik ke atas keluar dari tangki. Dalam proses ini elektrolit harus selalu ditambah air karena H2O terus menerus terurai. Dengan demikian dalam poroses elektrolisa ini, air bertindak sebagai bahan baku. Beberapa proses elektrolisa menggunakan elektrolit padat berupa polymer yang berfungsi sebagai suatu membran penukar ion. Membran tersebut fleksibel, mempunyai kekuatan mekanik yang baik dan tahan terhadap gas pereaksi (reaktan). Skema dari sistim tersebut ditunjukkan dalam gambar 3. Metode ini merupakan proses pemisahan ionion air. Sel yang terdapat pada sistim ini terdiri dari membran pengubah ion di mana pada kedua bagian sisinya dilapisi dengan platina, kolektor sebagai catu daya pada membran untuk menjaga sirkulasi dari elektrolit dan menghasilkan gas. Separator berfungsi untuk menjaga kontinuitas aliran ion ke anoda. Sel 123

tersebut bekerja pada tegangan DC kurang dari 2 volt. Beberapa keuntungan yang dapat dipetik dari sistim ini, di antaranya: 1. Bebas perawatan. Hal ini disebabkan karena komponen dapat terhindar dari korosi karena tidak menggunakan larutan yang bersifat korosif seperti basa/alkalin. 2. Hidrogen yang dihasilkan sangat murni (99 %) 3. Pengoperasian dan pengendaliannya sangat sederhana. Pembangkitan hidrogen dapat diatur melalui aliran arus yang masuk. 4. Membran pengubah ion dapat memisahkan sekaligus memampatkan hidrogen yang dihasilkan. besarnya energi yang dikonsumsi, kerapatan arus listrik yang beroperasi, dimensi unit pensuplai dan lain-lain. Bagaimanapun juga unit ini dirancang untuk membangkitkan hidrogen sebesar 0,2 liter/menit selama ± 10 menit di mana konsumsi air pada tiap siklus sekitar 2 cc. Pada gambar 5 ditunjukkan kurva hubungan antara jumlah hidrogen yang dihasilkan terhadap arus. Kondisi dari hidrogen yang dihasilkan dan proses penyimpanannya dapat dipantau melalui indikator tekanan dalam tangki dan lamanya arus listrik diberikan, selain itu hidrogen yang tersimpan dapat dipisahkan dari oksigen untuk menghasilkan hidrogen yang lebih murni dengan menggunakan membran pengubah ion. Hal ini memungkinkan penyimpanan hidrogen bertekanan tinggi tanpa menimbulkan penyalaan sendiri, sehingga dapat dikatakan sangat aman. Jumlah hidrogen yang dihasilkan, liter/menit 0,2 Gambar 3. Konfigurasi dari Sistim Elektrolisa Air dengan Elektrolit Solid Polymer 2.3 Sistim Suplai Hidrogen Dalam pemilihan unit suplai hidrogen harus memperhatikan faktor kemudahan pemasangan pada kendaraan bermotor, bobot, biaya dan perawatan. Konfigurasi dari sistim suplai hidrogen (gambar 4) terdiri dari : tangki air yang terbuat dari material resin, generator hidrogen di mana peristiwa elektrolisa berlangsung, dan tangki hidrogen yang juga dari material resin. Hidrogen generator Tangki air Tangki hidrogen Gambar 4. Konfigurasi sistim suplai hidrogen Unit pensuplai hidrogen ini dirancang seringkas mungkin untuk dipasang pada ruang motor. Waktu yang dibutuhkan untuk mensuplai hidrogen tiap siklus tergantung dari Gambar 5. Kurva Arus yang Digunakan vs Jumlah Hidrogen yang Dihasilkan 2.3 Penerapan Sistim Dalam penerapannya di lapangan, sistim tersebut membutuhkan beberapa komponen bantu yang lain, di antaranya adalah sistim suplai udara cadangan, yang mensuplai udara cadangan pada exchaust manifold; sistim penyalaan yang terdiri dari koil tegangan tinggi dan pemantik untuk menyalakan hidrogen yang diinjeksikan di atas katalisator; pengendali, yang mengatur/membatasi hidrogen yang diinjeksikan, suplai udara cadangan dan sistim penyalaan. Skema sistim penambahan hidrogen setelah pembakaran ditunjukkan pada gambar 6. Prinsip kerja dari sistim tersebut diawali dengan sinyal untuk menghidupkan motor dikirim ke kontroler yang akan memberikan perintah untuk membuka katup solenoid (suplai hidrogen), selanjutnya kontroler mengirimkan sinyal untuk menghidupkan pompa suplai udara cadangan dan sistim penyalaan. Pada proses penyalaan lanjut, hidrogen yang sudah terbentuk dinyalakan untuk membakar 7 Arus, A 124

Sistem Injeksi Hidrogen untuk Mengurangi Emisi Hidrokarbon (Philip Kristanto) hidrokarbon yang belum terbakar di ruang bakar. dengan pemasokan hidrogen dilakukan selama 10 detik setelah berlangsungnya proses pembakaran dan kondisi pemanas katalis diatur agar temperatur ujung terdepan dari katalis mencapai 350 C atau lama pemanasan diatas 20 detik, Air-Fuel ratio 12,8 dan suplai udara sekunder 135 liter/menit. Skema dari pengujian ditunjukkan dalam gambar 7 dibawah ini. Gambar 6. Spesifikasi Dan Konfigurasi Sistim 3. Pengujian Hal terpenting untuk mengevaluasi kemampuan dari sistim suplai hidrogen adalah dengan melakukan uji ketahanan, getaran dan adanya perubahan temperatur yang mendadak. Pengujian tersebut dilakukan untuk melakukan kontrol terhadap sistim operasi beserta dampak-dampaknya terhadap semua komponen yang terlibat dalam sistim. Diantara semua pengujian tersebut, uji siklus temperatur khususnya pada temperatur rendah merupakan hal yang sangat penting guna menjamin kemampuan dari elektrolit padat polymer. Dengan asumsi tegangan pada permukaan sambungan dari membran dan platina diakibatkan karena adanya ekspansi termal sehingga akan mempengaruhi reabilitas, jumlah plat elektroda pada membran pengubah ion serta hasil dari proses elektrolisa. 3.1 Pengujian Posisi Nosel Hidrogen Dan Pemantik Untuk memaksimalkan hasil dari sistim penambahan hidrogen pada proses pembakaran lanjut, maka harus dilakukan pengujian posisi dari nosel hidrogen dan pemantiknya. Berikutnya dilakukan pengujian terhadap jumlah persediaan udara cadangan. Pengujian yang dilakukan oleh Kanada Youyi; Masaharu Hayasi; Motonubu Akaki dan Shunzou Tsuchikawa 3) menggunakan motor 4 silinder inline 2200 cc pada putaran 1200 rpm konstan Gambar 7. Skema Pengujian Sistim Hasil dari pengujian tabel 1. ditunjukkan dalam Tabel 1. Hasil Pengujian Posisi Plug Ignition dan Nosel Hidrogen Posisi Plug Ignition (A)mm Posisi Nosel Hidrogen (B) mm Periode Pemanasan (detik) Peak Temperatur pada Ujung Katalis (*C) 55 Tidak ada pemanasan 120 25 190 Tidak ada pemanasan 80 340 Tidak ada pemanasan 55 160 190 18 620 340 19 590 310 340 19 585 Dari tabel diatas nampak bahwa pada posisi plug ignition 25 mm, peak temperatur pada ujung katalis <350 C, jadi tidak terjadi peningkatan panas yang signifikan. Sedangkan pada posisi plug ignition 160 mm dan posisi nosel hidrogen 190mm dihasilkan peak temperatur tertinggi pada ujung katalis, yaitu 620 C. 3.2 Pengujian Volume Udara Sekunder dan A/F Untuk mendapatkan gambaran tentang jumlah hidrokarbon yang tidak terbakar dengan udara yang dihasilkan dari energi pembakaran untuk pemanasan katalis yang cepat, posisi nosel hidrogen dan plug ignition dibuat tetap, dan dengan menggunakan exchaust gas analyser dilakukan analisa A/F ratio dan konsentrasi hidrokarbon yang masih belum terbakar. 125

Berdasarkan hasil dari pengujian 3) didapatkan bahwa pada A/F ratio 12,8 dan volume udara sekunder 110 liter/menit dihasilkan periode pemanasan yang lebih singkat (18 detik). 4. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil pengujian posisi plug ignition 160 mm dan posisi nosel hidrogen 190 mm menghasilkan kondisi yang cukup ideal, dimana peak temperatur pada ujung katalis 620 C. 2. Pada posisi plug ignition 160 mm dan posisi nosel hidrogen 190 mm tersebut dan debit udara sekunder 110 liter/menit dihasilkan periode pemanasan yang lebih singkat pada A/F ratio 12,8. 3. Sistim pembakaran lanjut memungkinkan untuk menurunkan emisi hidrokarbon karena HC yang belum terbakar di ruang bakar akan mengalami proses pembakaran lanjut. Daftar Pustaka 1. Culp, A.W., Principle Of Energy Conversion, McGraw-Hill, Ltd, 1979. 2. Perkins, H.C., Air Polution, McGraw-Hill Book Company, 1974. 3. Masaharu K., Akaki, H.M., Tsuchikawa, A.S., Hidrogen Added After-Burner System, Journal Society of Automotive Engineers, 1996. 4. Vesilind, P.A., Peirce, J.J., Winer, R.F., Environmental Engineering, Butterworth - Heinemann,1994. 5. Noel De Nevers, Air Polution Controll Engineering, McGraw-Hill Book Company, 1995. 126