DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 83/PMK.05/2008 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.05/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 49/PMK.02/2008 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 66/PMK.02/2006 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 87 1P13/2011

2017, No Pinjaman atas Beban Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; d. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.05/2011 tentang Pem

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-31/PB/2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 91 /PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENARIKAN PINJAMAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 136/PMK.05/2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 119/PMK. 05/2006 TENTANG TATACARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PENGELOLAAN DANA DUKUNGAN INFRASTRUKTUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDOENSIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 268/PMK.05/2014

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.05/2011 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN DANA OPERASIONAL KHUSUS PENGAMANAN PENERIMAAN NEGARA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 210/PMK.02/2009 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.05/2012 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

SALINAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.05/2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

94/PMK.07/2012 PENYALURAN DANA BAGI HASIL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN ATA

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN GAJI PEGAWAI NEGERI, PEJABAT NEGARA, DAN PE

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 63/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH

NOMOR 73 /PMK.05/2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.85, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Mekanisme. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Pelaksanaan.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR- 38 IPB/2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Tata Cara. Pelayanan Umum. Angkutan Laut. Penumpang. Ekonomi. Pertanggung Jawaban. Pencabutan.

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presid

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 37/PMK.02/2006 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.05/2009 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.06/2006 TENTANG DANA OPERASIONAL MENTERI/PEJABAT SETINGKAT MENTERI MENTERI KEUANGAN,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

2011, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

Arsip Nasional Republik Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 of 6 18/12/ :41

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR31/PMK.06/2006 TENTANG DANA OPERASIONAL TAKTIS PENGAMANAN PENERIMAAN NEGARA MENTERI KEUANGAN,

2016, No Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/Lembaga; Mengingat : 1. Undan

2017, No dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 194/PMK.05/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 65/PMK.02/2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 44 /PMK.05/2009 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBUKINDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENGELOLAAN REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/KANTOR/SATUAN KERJA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94/PMK.02/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG

2016, No Negara/Pemerintah Daerah beserta perubahannya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dalam perkembangannya perlu dilakukan penyesuaian d

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 57 / PMK.05 / 2007 TENTANG PENGELOLAAN REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/KANTOR/SATUAN KERJA

2016, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan Dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri (Lembaran Negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pembayaran Tunjangan Kinerja Pegawai pada Kementerian Negara/Lembaga; Menging

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No Negara berwenang menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara;bahwa agar pelaksanaan pengelolaan ddana ggeothermal dapa

228/PMK.05/2010 MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Subsidi Beras. Masyarakat. Pendapatan Rendah.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.05/2013 TENTANG

2016, No b. bahwa dalam rangka efektifitas dan efisiensi penyelesaian pengembalian kelebihan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangu

2 1. Dana Operasional Menteri/Pimpinan Lembaga yang selanjutnya disebut dengan Dana Operasional adalah dana yang disediakan bagi Menteri/Pimpinan Lemb

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 158/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN LANGSUNG PUPUK

Transkripsi:

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-20/PB/2006 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA JAMINAN SOSIAL PENYANDANG CACAT BAGI PENYANDANG CACAT BERAT DAN JAMINAN SOSIAL LANJUT USIA BAGI LANJUT USIA TERLANTAR DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberian dana Jaminan Sosial Penyandang Cacat bagi Penyandang Cacat Berat dan pemberian dana Jaminan Sosial Lanjut Usia bagi Lanjut Usia Terlantar yang dananya bersumber pada dana Rupiah Murni yang dialokasikan dalam DIPA Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat dan DIPA Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia, perlu diatur Petunjuk Teknis Penyaluran dan Pencairan Dana Jaminan Sosial Penyandang Cacat bagi Penyandang Cacat Berat dan Jaminan Sosial Lanjut Usia bagi Lanjut Usia Terlantar; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Petunjuk Penyaluran dan Pencairan Dana Jaminan Sosial Penyandang Cacat bagi Penyandang Cacat Berat dan Jaminan Sosial Lanjut Usia bagi Lanjut Usia Terlantar; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4418); 5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 302/KMK.01/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan; 6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 214/KMK.01/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara; 7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 8. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA JAMINAN SOSIAL PENYANDANG CACAT BAGI PENYANDANG CACAT BERAT DAN JAMINAN SOSIAL LANJUT USIA BAGI LANJUT USIA TERLANTAR

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini yang dimaksud dengan: 1. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga serta disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dokumen pelaksanaan pembiayaan kegiatan serat dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah. 2. Dana Jaminan Sosial Penyandang Cacat kepada Penyandang Cacat Berat, yang selanjutnya disebut Jaminan Sosial Penyandang Cacat adalah pemberian bantuan langsung berupa uang tunai sejumlah tertentu kepada Lanjut Usia Terlantar. 3. Dana Jaminan Sosial Lanjut Usia kepada Lanjut Usia Terlantar, yang selanjutnya disebut Jaminan Sosial Lanjut Usia adalah pemberian bantuan langsung berupa uang tunai sejumlah tertentu kepada Lanjut Usia Terlantar. 4. Surat Perintah Membayar Langsung, selanjutnya disebut SPM-LS adalah surat perintah membayar langsung kepada pihak ketiga yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja lainnya. 5. Surat Perintah Pencairan Dana, selanjutnya disebut SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara, untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM. 6. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA/Kuasa PA adalah Menteri/Pimpinan Lembaga atau kuasanya yang bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan, dalam hal ini

pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Sosial untuk mengelola dana yang dialokasikan untuk Jaminan Sosial Penyandang Cacat dan Jaminan Sosial Lanjut Usia termasuk dana untuk keperluan safe guarding. 7. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, selanjutnya disebut KPPN, adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 8. Kantor Pos Bayar adalah Unit Pelaksana Teknis PT Pos Indonesia (Persero) yang ditunjuk untuk pembayaran dana Jaminan Sosial Penyandang Cacat Berat. 9. Dana safe guarding adalah dana yang dialokasikan untuk kegiatan pendukung pelaksanaan Jaminan Sosial Penyandang Cacat dan Jaminan Sosial Lanjut Usia. Pasal 2 (1) Pemberian Jaminan Sosial Penyandang Cacat ditujukan kepada penyandang cacat berat guna: a. Meringankan beban hidup dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar: b. Memelihara taraf kesejahteraan sosial penyandang cacat agar menikmati taraf hidup yang wajar. (2) Pemberian Jaminan Sosial Lanjut Usia ditujukan kepada lanjut usia terlantar guna: a. Membantu lanjut usia terlantar agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya; b. Memelihara taraf kesejahteraan sosial lanjut usia agar menikmati taraf hidup yang wajar.

Pasal 3 Pencairan dan penyaluran dana Jaminan Sosial Penyandang Cacat dan Lanjut Usia dilaksanakan atas dasar prinsip efektifitas, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas. BAB II ALOKASI DANA Pasal 4 (1) Alokasi dana Jaminan Sosial Penyandang Cacat dituangkan dalam DIPA Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat. (2) Alokasi dana Jaminan Sosial Lanjut Usia dituangkan dalam DIPA Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia. (3) Jumlah dana yang tercantum dalam DIPA merupakan pagu maksimal yang tidak dapat dilampaui. BAB III PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA Pasal 5 (1) Pelaksanaan penyaluran dana Jaminan Sosial Penyandang Cacat dan Lanjut Usia, Kuasa PA bekerja sama dengan PT Pos Indonesia (Persero). (2) PT Pos Indonesia (Persero) melaksanakan penyaluran dana Jaminan Sosial Penyandang Cacat dan dana Jaminan Sosial Lanjut Usia berdasarkan suatu perjanjian kerjasama. (3) Penentuan penerima dana ditetapkan melalui hasil pendataan Penyandang Cacat dan pendataan Lanjut Usia yang dilakukan oleh Dinas/Instansi Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota. (4) Data Penyandang Cacat dan Lanjut Usia disampaikan oleh Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota melalui Dinas/Instansi Sosial Provinsi yang diteruskan ke Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial untuk dibuat Surat Keputusan Direktur Jenderal

tentang Penyandang Cacat Berat dan Lanjut Usia Terlantar yang menerima jaminan sosial. (5) Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial tentang Penerima Jaminan Sosial Penyandang Cacat dan Lanjut Usia Terlantar disampaikan kepada PT Pos Indonesia (Persero). (6) Berdasarkan data Penyandang Cacat Berat dan Lanjut Usia Terlantar yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial pada ayat (5), PT Pos Indonesia (Persero) menentukan Kantor Pos Bayar. (7) PT Pos Indonesia (Persero) meyampaikan data sebagaimana dimaksud pada ayat (5) kepada masing-masing Kantor Pos Bayar sesuai lokasi Penerima Jaminan Sosial Penyandang Cacat dan Lanjut Usia. Pasal 6 (1) Pencairan dana Jaminan Sosial Penyandang Cacat dan Lanjut Usia pada KPPN yaitu KPPN Jakarta III dilaksanakan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan selama 12 (dua belas) bulan sesuai dengan jumlah Penyandang Cacat dan Lanjut Usia yang diajukan oleh Kuasa PA. (2) Pencairan dana Jaminan Sosial Penyandang Cacat di KPPN dilaksanakan dengan mengajukan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) oleh Kuasa PA ke KPPN dengan melampirkan: a. Data Penyandang Cacat Berat; b. Rekapitulasi dana Jaminan Sosial Penyandang Cacat sesuai dengan data jumlah Penyandang Cacat Berat yang dirinci per provinsi, per kabupaten/kota, per kecamatan, dan per desa/keluharan; c. Asli Perjanjian Kerjasama antara Departemen Sosial Republik Indonesia dan PT Pos Indonesia (Persero) mengenai penyaluran dana Jaminan Sosial Penyandang Cacat.

(3) Pencairan dana Jaminan Sosial Lanjut Usia di KPPN dilaksanakan dengan mengajukan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) oleh Kuasa PA ke KPPN dengan melampirkan: a. Data Lanjut Usia Terlantar; b. Rekapitulasi dana Jaminan Sosial Lanjut Usia sesuai dengan data jumlah Lanjut Usia Terlantar yang dirinci per provinsi, per kabupaten/kota, per kecamatan, dan per desa/kelurahan; c. Asli Perjanjian Kerjasama antara Departemen Sosial Republik Indonesia dan PT Pos Indonesia (Persero) mengenai penyaluran dana Jaminan Sosial Lanjut Usia. (4) Atas dasar SPM-LS tersebut, KPPN menerbitkan SP2D dan mentransfer dana ke rekening Kuasa PA yang ada di PT Pos Indonesia (Persero) c.q. Sentral Giro Layanan Keuangan (SGLK) Jakarta. (5) PT Pos Indonesia (Persero) c.q. Sentral Giro Layanan Keuangan (SGLK) Jakarta dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari terhitung mulai tanggal pencairan dana oleh Bank Operasional KPPN, harus mentransfer dana tersebut ke seluruh Kantor Pos Bayar. (6) PT Pos Indonesia (Persero) wajib menginformasikan kepada Kantor Pos Bayar mengenai transfer dana sebagaimana dimaksud dalam ayat (5). (7) Kantor Pos Bayar melakukan penyaluran dana Jaminan Sosial Penyandang Cacat dan Lanjut Usia Terlantar kepada yang berhak sesuai dengan data Penyandang Cacat Berat dan Lanjut Usia Terlantar yang disampaikan PT Pos Indonesia (Persero) sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (7). (8) Penyaluran dana oleh Kantor Pos Bayar dilakukan setelah Kantor Pos Bayar melakukan verifikasi mengenai kebenaran dan keabsahan data yang diterima. (9) Kantor Pos Bayar dapat melakukan pembayaran setelah tenggang waktu 21 hari sejak SGLK menerima transfer dana dari Bank Operasional KPPN berdasarkan surat pemberitahuan dari SGLK.

(10) Masa pembayaran adalah 40 hari sejak Kantor Pos Bayar dapat mulai melakukan pembayaran sebagaimana pada ayat (9). BAB IV LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN Pasal 7 (1) PT Pos Indonesia (Persero) wajib menyampaikan Laporan Transfer Dana beserta salinan Rekening Koran kepada Kuasa PA pada hari berikutnya setelah transfer dana yang dilakukan. (2) PT Pos Indonesia (Persero) c.q. Sentral Giro dan Layanan Keuangan (SGLK) Jakarta wajib menyampaikan Laporan Rekapitulasi Realisasi Penyaluran Dana per Kabupaten/Kota dan Provinsi dari setiap Kantor Pos Bayar kepada Kuasa PA dan KPPN selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. (3) Pada akhir tahun anggaran PT Pos Indonesia (Persero) c.q. Sentral Giro dan Layanan Keuangan (SGLK) Jakarta wajib menyetorkan ke rekening Kas Negara sisa dana yang tidak terserap oleh penerima bantuan selambat-lambatnya tanggal 31 Desember tahun anggaran berkenaan dan berkewajiban menyampaikan bukti setoran tersebut ke KPPN dan Ditjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. (4) Selanjutnya PT Pos Indonesia (Persero) c.q. Sentral Giro dan Layanan Keuangan (SGLK) Jakarta dan Ditjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial membuat Surat Pernyataan Bersama bahwa dana bantuan telah disalurkan kepada penerima bantuan. Surat Pernyataan Bersama ini disampaikan kepada KPPN. BAB V KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 8 (1) Kecuali dinyatakan lain, Dana Jaminan Sosial Penyandang Cacat bagi Penyandang Cacat Berat dan Jaminan Sosial Lanjut Usia bagi Lanjut

Usia Terlantar yang tidak dicairkan setelah batas akhir tahun anggaran dapat digunakan pada tahun anggaran berikutnya. (2) Kepala Kantor Wilayah XI Direktorat Jenderal Perbendaharaan Jakarta diminta mengawasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan penyaluran dana sehingga berjalan lancar. Pasal 9 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini berlaku mulai 1 Januari 2006. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.