TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat Lampung Saibatin Marga Pugung Tampak di Kecamatan Pesisir Utara

dokumen-dokumen yang mirip
Provinsi Lampung memiliki dua masyarakat adat yaitu Lampung Saibatin (jurai saibatin) dan

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. para ahli. Makna berasal dari bahasa Jerman meinen yang artinya ada di pikiran atau benar

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

I. PENDAHULUAN. salah satu faktor penyebab keinginan manusia untuk hidup. membentuk sebuah komunitas yaitu masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia, setiap kebudayaan adalah hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu perantara sosial

I. PENDAHULUAN. Lampung Pepadun yang berdialek nyow dan Lampung Saibatin yang berdialek

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Untuk memberikan gambaran yang memperjelas permasalahan yang akan dibahas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan),

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu dijadikan tuhan berpasang-pasangan. Begitupun manusia dijadikan

BAB II KAJIAN TEORI. "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menarik

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian proses menurut Ariyono Soeyono (1985:335) dalam kamus Antropologi

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

I. PENDAHULUAN. Asal usul bangsa Lampung berasal dari Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang

BAB I PENDAHULUAN. diberi nama. Meski demikian, Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan kenyataan, bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB V PENUTUP. Perkawinan campuran suku bangsa Jawa dengan suku bangsa Batak. Mandailing yang terjadi pada masyarakat di daerah Kelurahan Gedung Johor

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,

BUPATI KAUR PROPINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan,

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang kaya dengan keanekaragaman etnik, banyak

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dengan keanekaragaman adat istiadat yang terdiri dari berbagai macam

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMELIHARAAN KEBUDAYAAN LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan model pembelajaran untuk membentuk kurikulum (rencana

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan cerminan yang terefleksikan dalam keseharian

I. PENDAHULUAN. adalah satu yaitu ke Indonesiaannya. Oleh karena itu maka adat bangsa

VI. SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

I. PENDAHULUAN. merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan. Sejalan dengan kehadiran negara modern, kemandirian dan kemampuan

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SAMBUTAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI PADA ACARA HALAL BI HALAL KELUARGA BESAR PERPUSTAKAAN NASIONAL RI. Senin, 27 September 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

BAB II KAJIAN TEORI. Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suku yang hidup dan berkembang di Provinsi Aceh.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang

I. PENDAHULUAN. pengukuhan perpindahan status bujangan dan perawan menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Cianjur merupakan suatu kabupaten yang luas wilayahnya +/ ,48

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara kepulauan, yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, yang

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

TINJAUAN PUSTAKA. manusia senantiasa mengalami suatu perubahan-perubahan pada kehidupan. tak terbatas (Muhammad Basrowi dan Soenyono, 2004: 193).

PEDOMAN WAWANCARA. Saibatin yang tidak mempunyai anak laki-laki di Pekon Way Mengaku

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Kakiceran Pada Masyarakat Lampung Saibatin Masyarakat Lampung Saibatin Marga Pugung Tampak di Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat memiliki banyak sekali bentuk kebudayaan dan salah satunya adalah tradisi kakiceran. Kakiceran merupakan suatu pentas budaya yang biasa dilakukan oleh muli mekhanai setempat secara turun temurun dalam rangka memeriahkan hari raya idul fitri. Dalam pelaksanaannya terdapat perlombaan tari menari yang dilakukan sepenuhnya oleh muli mekhanai baik sebagai panitia maupun sebagai peserta lomba. Secara terminologi kata kakiceran berasal dari bahasa lampung yaitu kicer yang artinya suara yang berisik yang disebabkan oleh suara tetabuhan rebana dalam rangka hiburan dan ajang berkumpulnya muli mekhanai dalam rangka memeriah hari raya idul fitri. Jika artikan secara keseluruhan, maka kakiceran adalah ajang berkumpulnya muli mekhanai dalam rangka memeriahkan hari raya idul fitri yang berisikan perlombaan tari menari dengan diiringi oleh suara rebana. Proses pelaksanaannya meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap penutup. Tahap perencanaan dilakukan sebelum acara kakiceran dimulai. Pada tahap ini diadakan himpun atau rapat yang terdiri atas himpun pekon dan himpun marga. Himpun pekon dilaksanakan ditiap pekon untuk membahas perencanaan biaya dan pembentukan panitia dimasing-masing pekon untuk melaksanakan kakiceran, sedangkan himpun marga berisikan pembahasan mengenai hadiah untuk juara umum perlombaan tari menari pada acara kakiceran. Tahap pelaksanaan dilakukan pada waktu acara kakiceran dimulai. Tahap ini

terbagi menjadi beberapa proses yaitu menentukan tempat pelaksanaan, menentukan waktu pelaksanaan, pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kakiceran, beberapa jenis tari yang diperlombakan, dan penyusunan acara kakiceran. Tahap terakhir dalam proses pelaksanaan kakiceran adalah tahap penutup. Pada tahap ini ditentukan juara umum untuk perlombaan tari menari dan sekaligus menyerahkan trophy marga untuk juara umum. Ketiga tahap tersebut merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat setempat agar pelaksanaan tradisi kakiceran dapat berjalan dengan lancar. Menurut Bapak Haryadi, selaku tokoh masyarakat setempat menjelaskan bahwa tradisi kakiceran mulai dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda atau sekitar tahun 1800 an. Pada waktu itu, kakiceran dilakukan sebagai salah satu siasat masyarakat Saibatin Marga Pugung Tampak dalam menentang penjajahan Belanda. Para pejuang/orang tua memanfaatkan acara tersebut sebagai pengalih perhatian Belanda, sehingga perhatian Belanda hanya terfokus pada acara kakiceran yang dilaksanakan oleh muli/mekhanai dan mereka tidak menyadari bahwa di suatu tempat yang dinamakan sesakhan, telah berkumpul pejuang/orang tua mereka untuk menyusun strategi perang. Kakiceran pada waktu dulu memiliki tujuan yang berbeda dengan waktu sekarang. Kakiceran pada waktu dulu memiliki nilai patriotik dan agamis, sedangkan saat ini, tujuan kakiceran lebih condong pada acara silaturahmi (halal bil halal) dan melestarikan budaya. Nilai-nilai patriotisme mulai hilang begitu juga dengan nilai agamisnya. Sehingga secara perlahan, tradisi ini akan hilang seiring dengan masuknya budaya-budaya dari luar. (Wawancara dengan Bapak Haryadi dilaksanakan pada tanggal 9 September 2011 pukul 19.40 Wib di kediaman beliau) Sedangkan menurut Bapak Musradin selaku pemuka adat setempat menjelaskan bahwa tradisi kakiceran merupakan salah satu bentuk kebudayaan masyarakat Lampung Saibatin yang mana di dalamnya terdapat perlombaan tari menari dalam rangka memeriahkan hari

raya Idul fitri dan bertujuan untuk melestarikan budaya dan mempererat silaturahmi antar warga dan merupakan suatu tradisi yang dilaksanakan secara turun temurun yang bersifat menghibur. Adapun tujuan dari tradisi ini adalah untuk mempererat silaturahmi antar warga atau masyarakat, untuk melestarikan budaya dan sebagai ajang untuk mencari jodoh bagi muli mekhanai setempat. (Wawancara dengan Bapak Musradin dilaksanakan pada tanggal 20 September 2011 pukul 13.00 di kediaman beliau) 2.1.2 Konsep Masyarakat Di dalam masyarakat itu sendiri terdapat peranan-peranan dan kelompok-kelompok dalam menjalankan aktivitasnya yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya perlaku sosial masyarakat, dan selanjutnya akan mengarah pada pembentukan budaya di lingkungannya. Masyarakat memiliki peran penting dalam pembentukan status sosial budaya masyarakat di lingkungannya melalui pola pendidikan, pekerjaan dan kebiasaan hidup sehari-hari, budaya tersebut akan terbentuk dalam waktu yang lama. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup bersama dan bercampur untuk waktu yang lama, yang masing-masing memiliki keinginan-keinginan, perasaan-perasaan yang pada akhirnya nanti akan menimbulkan peraturan-peraturan yang akan membentuk suatu kebudayaan. (Sarjono Soekanto, 1990: 27). Sedangkan menurut Koentjaraningrat masyarakat adalah semua kesatuan hidup manusia yang bersifat menetap dan yang terikat oleh satuan adat istiadat dan rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 1990 : 148). Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi kakiceran merupakan bagian dari kehidupan dan aktifitas masyarakat yang meliputi adat istiadat dan rasa kebersamaan yang tinggi.

2.1.3 Konsep Budaya Di dalam buku Pengantar Ilmu Sejarah Kebudayaan Indonesia jilid I dikatakan bahwa kebudayaan adalah segala ciptaan manusia yang sesungguhnya hanyalah hasil usahanya untuk mengubah dan memberi bentuk dan susunan baru kepada pemberian Tuhan sesuai dengan kebutuhan jasmani dan rohaninya (R. Soekmono, 1939 : 9). Kebudayaan adalah komplek yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota dari masyarakat (Sarjono Soekanto, 1989 : 154). Sedangkan menurut Koentjaraningrat kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1990 : 180). Dari pendapat-pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kakiceran merupakan salah satu bentuk dari kebudayaan yang mana di dalamnya terdapat unsur-unsur dari kebudayaan itu sendiri. 2.1.4 Konsep Tradisi Pada masyarakat Indonesia, terdapat berbagai macam tradisi yang masih dilaksanakan dengan baik maupun yang sudah hilang seperti tradisi pembersihan desa, tradisi dalam perkawinan, tradisi tolak bala, tradisi lebaran dan masih banyak tradisi-tradisi yang tidak dapat disebutkan secara menyeluruh. Tradisi-tradisi tersebut mengandung nilai-nilai budaya dan moral yang memiliki tujuan yang baik untuk menciptakan masyarakat yang memiliki jati diri, berakhlak mulia, dan berperadaban.

Secara terminologis perkataan tradisi mengandung suatu pengertian tersembunyi tentang adanya kaitan antara masa lalu dengan masa kini. Ia menunjuk kepada sesuatu yang diwariskan oleh masa lalu, tetapi masih berwujud dan berfungsi pada masa sekarang. Oleh karena itulah tradisi dalam pengertian yang paling elementer adalah sesuatu yang ditransimisikan atau diwariskan dari masa lalu ke masa kini (http wordpress, 2009). Tradisi adalah adat kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun dan masih dilaksanakan pada masyarakat yang ada (J.S. Badudu.2003:349) Salah satu dari sekian banyak tradisi tersebut adalah tradisi lebaran. Tradisi ini banyak dilakukan oleh masyarakat diberbagai belahan bumi salah satunya adalah masyarakat Indonesia. Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam memeriahkan hari lebaran biasanya dilakukan dengan berbagai cara. Seperti mudik lebaran (pulang kampung), tradisi pertunjukan seni dan tari, tradisi bermaaf-maafan, tradisi memakai pakaian bagus, tradisi makanan khas lebaran, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan tradisi kakiceran. Tradisi ini termasuk dalam tradisi lebaran karena dilaksanakan ketika hari lebaran tepatnya tanggal 2 syawal sampai dengan 10 syawal dalam hitungan kalender hijriah. Selain itu, tradisi kakiceran termasuk dalam kategori pertunjukan seni tari dan budaya bermaaf-maafan karena di dalam pelaksanaannya terdapat perlombaan tari menari dan wayak. Perlombaan tari menari dan wayak tersebut merupakan cara yang digunakan oleh masyarakat Saibatin Marga Pugung Tampak dalam memanfaatkan hari lebaran sebagai ajang untuk silaturahmi dan bermaf-maafan secara masal. Dari penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kakiceran merupakan salah satu bentuk tradisi lebaran yang dilakukan secara turun temurun dalam rangka memeriahkan hari raya idul fitri dan mempererat silaturahmi.

2.1.5 Konsep Orang Lampung Saibatin Orang Lampung Saibatin pada dasarnya dapat diketahui dengan kesempatan untuk menduduki atau meningkatkan kedudukan dalam adat diperoleh dari keturunan, dan hanya ada kemungkinan untuk meningkatkan kedudukannya hanya sampai pada Punyimbang Pekon dan kesempatan untuk Punyimbang Marga tidak dapat lagi, karena Punyimbang Marga dapat berlangsung secara dinasti (Depdikbud Lampung, 1981/1982;3). Mengenai asal usul orang Lampung sendiri dikatakan bahwa mereka berasal dari Sekala Brak yang sudah ada sejak awal abad 14 masehi, sedangkan suku Lampung yang mendiami Sekala Brak adalah suku Lampung yang beradat Saibatin atau yang biasa disebut masyarakat Lampung Pesisir. Orang Lampung Saibatin adalah sekelompok masyarakat yang berusaha menjaga kemurnian daerah dalam kedudukan seseorang pada jabatan adat, yang pada kelompok adat disebut punyimbang. Masyarakat Lampung Saibatin memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Martabat kedudukan tetap, tidak ada upacara peralihan adat, 2) Jenjang kedudukan saibatin tanpa tahta, 3) Bentuk perkawinan jujokh dan semanda, 4) Pakaian adat hanya dimiliki dan dikuasai oleh saibatin (siger, mahkota sebelah), 5) Kebangsawanan keturunan hanya terbatas pada kerabat saibatin, 6) Hubungan kekerabatan kurang akrab, 7) Belum diketahui kitab pegangan adatnya, 8) Pengaruh agama Islam lebih kuat, 9) Peradilan adat mulai melemah. (Hadikusuma, 1989;119). Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa orang Lampung Saibatin adalah sekelompok masyarakat adat yang dominan bertempat tinggal di daerah pesisir dan menjaga kemurnian darah dalam kepunyimbangan. Orang Lampung Saibatin yang bertempat tinggal di Marga Pugung Tampak, Pesisir Utara Lampung Barat juga masih memegang teguh adat Lampung dan tetap menjaga kemurnian darah berdasarkan keturunan punyimbang.

2.2 Kerangka Pikir Proses pelaksanaan tradisi kakiceran meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap penutupan acara. Tahap perencanaan kakiceran dilakukan pada malam 10 ramadhan atau tepatnya H-20 sebelum hari raya idul fitri. Pada tahap ini, ketua bujang dari masing-masing pekon akan berkumpul di lamban gedung untuk mengadakan himpun marga. Di dalam lamban gedung tersebut, ketua bujang dari masing-masing pekon yang dipimpin oleh ketua bujang marga akan membahas tentang pelaksanaan kekiceran. Setelah diadakan himpun marga, ketua bujang masing-masing menyampaikan hasil rapat kepada muli dan mekhanai, baik mengenai iuran marga, tropy bergilir, maupun hasil undian pekonnya masing-masing. Selama lebih kurang 2 (dua) minggu sebelum hari H, masingmasing pekon akan mempersiapkan anak tarinya yang dilatih oleh guru tari yang telah ditunjuk, dan berlatih dengan berbagai jenis tarian seperti tari cipta, tari adat, maupun tari adat kreasi. Dengan jangka waktu tersebut, guru tari masing-masing pekon akan berlombalomba mempersiapkan anak tarinya agar mendapatkan juara pada waktu pelaksanaan kakiceran nantinya. Tahap kedua adalah pelaksanaan kakiceran atau Acara Inti. Tahap ini dimulai pada malam ke 2 (dua) setelah shalat idul fitri dan diakhiri pada malam ke 10 (sepuluh) bulan syawal. Setiap pekon yang telah mendapatkan giliran akan melaksanakan kakiceran yang sesuai dengan undian pada waktu himpun marga, Pekon yang mendapatkan giliran pertama akan bertindak sebagai tuan rumah, sedangkan peserta kakiceran adalah perwakilan dari masing-masing pekon. Sebagai contoh pelaksanaan kakiceran yang diambil adalah kakiceran di pekon Kotakarang yang dilaksanakan pada malam ke 3 (tiga) syawal. Pada pukul 10.00 pagi, muli mekhanai berkumpul di pekon. Setelah terkumpul, selanjutnya mereka menyusun posisi

tempat duduk peserta kakiciran sampai selesai pada pukul 17.00. Setelah shalat magrib, muli mekhanai kembali berkumpul di lokasi acara untuk mempersiapkan berbagai keperluan dan mengisi kekurangan demi kelancaran acara. Pukul 20.00 Wib peserta kakiceran mulai berdatangan ke lokasi/tempat acara. Mereka menuju ke rumah saudaranya di pekon tersebut untuk numpak. Mereka memanfaatkan rumah sanak saudaranya tersebut untuk mendandani anak tari ataupun latihan menari. Setelah mereka mengetahui tempat numpak tersebut, mereka menuju ke arena kakiceran dan menduduki kursi yang telah ditentukan. Tahap terakhir adalah tahap penutupan kakiceran. Tahap ini dilaksanakan pada malam terakhir diadakan acara kakiciran atau tepatnya pada malam 10 syawal. Tahap ini adalah penentuan juara umum untuk memperebutkan trophy marga dan uang tunai yang telah disiapkan oleh marga. Trophy ini adalah trophy bergilir yang berasal dari iuran marga. Pekon yang mendapatkan nilai tertinggi dari semua ajang perlombaan akan mendapatkan trophy ini. Selain itu, acara kakiceran ditutup dan panitia kekiceran dibubarkan sambil menunggu tahun depan untuk mengadakan acara yang sama. 2.3 Paradigma

Proses Pelaksanaan Kakiceran Tahap Perencanaan Tahap Pelaksanaan (Acara Inti) Tahap Penutupan Acara 1. Himpun/rapat di tiap-tiap pekon 2. Himpun/rapat Marga di lamban gedung 3. Alokasi Dana 1. Tempat Pelaksanaan 2. Waktu Pelaksanaan 3. Peserta Kakiceran 4. Jenis Tari yang Diperlombakan 5. Susunan Acara Kakiceran 1. Penentuan juara umum 2. Pembagian trophy marga Keterangan : : Garis Proses Pelaksanaan REFERENSI Sarjono Soekanto. 1985. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali. Jakarta. Hal 27

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta. 148 Hal R. Soekmono. 1993. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia Indonesia I. Kanisius. Jakarta. Hal 9 Sarjono Soekanto. 1985. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali. Jakarta. Hal 154 Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta. 180 Hal http://jupri.wordpress.com/2009/09/25/tradisi-idul-fitri/ J.S. Badudu. 2003. Kamus Kata-Kata Serapan Asing. Kompas. Jakarta Depdikbud. 1981/1982. Upacara Tradisional Daerah Lampung, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Daerah Lampung. Kanwil Prov. Lampung: Bandar Lampung. Hadikusuma, Hilman. 1989. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Mandar Maju. Bandung. Hal 119