II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mendorong kemampuan siswa demi tercapainya tujuan. terhadap suatu objek. Siswa mempunyai keyakinan dan pendirian tentang

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Sikap berkaitan dengan objek yang disertai dengan perasaan positif (favourable)

I. PENDAHULUAN. demi peningkatan kualitas maupun kuantitas prestasi belajar peserta didik,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Selanjutnya Gerung dalam Sunarto dan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

II. KAJIAN PUSTAKA. Inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang artinya pertanyaan atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Tipe Creative Problem Solving (CPS)

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 pada

METODE INKUIRI DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) Oleh : Legiman, S.Pd., M.Pd. Widyaiswara Muda LPMP DIY

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

Khairun Nisa Marwan dan Rita Juliani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan semua keterampilan yang digunakan untuk

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

II._TINJAUAN PUSTAKA. Inkuiri berasal dari kata bahasa Inggris Inquiry yang dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vika Aprianti, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubungan timbal

Kata kunci: inkuiri terbimbing, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan. mengamati, melakukan eksperimen, menafsirkan data

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. metode pembelajaran guided inquiry terhadap prestasi belajar materi bangun datar

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh penggunaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental

I. PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa alam dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep fisika.

I. PENDAHULUAN. rendah hingga makhluk hidup tingkat tinggi. Biologi tidak hanya terdiri atas

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah scaffolding memang tidak terlalu asing akhir-akhir ini. Hammond

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

I. PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. konstruktivis (constructivist theorist of learning). Konstruktivisme merupakan

I. PENDAHULUAN. dengan guru, siswa dengan lingkungan, dan siswa dengan sesamanya serta siswa. dan penyampaian (media informasi pendidikan) yang tepat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat universal dan mempunyai

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

Dwi Ambarwati 1. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Rumpun ilmu IPA erat kaitannya dengan proses penemuan, seperti yang. dinyatakan oleh BSNP (2006: 1) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran aktif. Kardi (2003: 3) Inkuiri merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I.PENDAHULUAN. produk, proses dan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip,

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Oleh : Dwi Fujiani (Pendidikan Fisika PMIPA FKIP Universitas Jambi) Pembimbing : (I) Drs. Maison, M.Si, Phd (II) Tugiyo Aminoto, M.Si, M.

BAB I PENDAHULUAN. siswa, oleh karena itu pembelajaran fisika harus dibuat lebih menarik dan mudah

15. Metode Discovery

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

II. TINJAUAN PUSTAKA. peningkatan lingkungan belajar bagi siswa. Agar proses belajar. media pembelajaran, khususnya penggunaan komputer.

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengajaran sejarah bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktif mengungkapkan gagasan dan ide-ide secara individual maupun kelompok.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses

1. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu yang mengaplikasikan konsep dalam kehidupan nyata.

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang pada awalnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian efektivitas pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Perasaan kurang minat dan susah mengerti akan suatu mata pelajaran

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

I. PENDAHULUAN. syarat untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk

Transkripsi:

6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Sikap Ilmiah Siswa Pada sebuah kegiatan pembelajaran, sikap positif siswa sangat diperlukan untuk mendorong kemampuan siswa demi tercapainya tujuan pembelajaran. Adanya sikap positif siswa dalam kegiatan pembelajaran tentang sesuatu yang belum diketahui dapat mendorong siswa untuk belajar untuk mencari tahu. Siswa pun mengambil sikap seiring dengan minatnya terhadap suatu objek. Siswa mempunyai keyakinan dan pendirian tentang apa yang seharusnya dilakukannya. Slameto (2010:188) berpendapat bahwa: Sikap dapat diartikan sebagai kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan. Dimana tindakan yang akan dipilih, tergantung pada sikapnya terhadap penilaian akan untung atau rugi, baik atau buruk, memuaskan atau tidak, dari suatu tindakan yang dilakukannya. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong ke arah perbuatan belajar. Jadi, sikap siswa dapat dipengaruhi oleh motivasi dan menjadi faktor penting sehingga ia dapat menentukan sikap belajar. Sikap memang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Sikap dalam pembelajaran Sains sering dikaitkan dengan sikap terhadap

7 Sains (sikap ilmiah). Keduanya saling berhubungan dan keduanya mempengaruhi perbuatan. Sikap ilmiah difokuskan pada ketekunan, keterbukaan, kesediaan mempertimbangkan bukti, dan kesediaan membedakan fakta dengan pendapat. Pengelompokan sikap ilmiah oleh para ahli cukup bervariasi, meskipun jika ditelaah lebih jauh hampir tidak ada perbedaan yang berarti. Variasi muncul hanya dalam penempatan dan penamaan sikap ilmiah yang ditonjolkan. Misalnya pengelompokkan oleh American Association for Advancement of Science (AAAS) dan Harlen dalam Kusuma (2013:9), secara ringkas disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Pengelompokan sikap ilmiah menurut pendapat para ahli Harlen Curiosity (sikap ingin tahu) Respect for evidence (sikap respek terhadap data) Critial reflection (sikap refleksi kritis) Perseverance (sikap ketekunan) AAAS Honesty (sikap jujur) Curiosity (sikap ingin tahu) Open minded (sikap berpikiran terbuka) Skepticism (sikap keragu-raguan) Cretivity and inventiveness (sikap kreatif dan penemuan) Co-operation with others (sikap bekerjasama dengan orang lain) Willingness to tolerate uncertainty (sikap keinginan menerima ketidakpastian) Sensitivity to environment (sikap sensitive terhadap lingkungan)

8 Sikap ilmiah merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap diperoleh melalui proses seperti pengalaman, pembelajaran, identifikasi, perilaku peran (guru-murid, orang tua-anak). Karena sikap itu dipelajari, sikap juga dapat dimodivikasi dan diubah. Pengalaman baru secara konstan mempengaruhi sikap, membuat sikap berubah, intensif, lemah, ataupun sebaliknya. Untuk mengukur sikap ilmiah siswa, dapat didasarkan pada pengelompokkan sikap sebagai dimensi, sikap selanjutnya dikembangkan indikator-indikator sikap untuk setiap dimensi sehingga memudahkan menyusun butir instrumen sikap ilmiah. lndikator-indikator tersebut dapat dikembangkan sendiri agar tepat mendukung dimensi sikap yang akan diukur. Merujuk pada pendapat para ahli di atas, maka dimensi sikap ilmiah yang diteliti dalam penelitian ini adalah rasa ingin tahu yang tinggi, sikap jujur, sikap kritis, sikap luwes, dan teliti. Dimensi dan indikator pencapaiannya ditunjukkan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Dimensi dan Indikator sikap ilmiah dalam penelitian No Dimensi yang diamati (Sikap Ilmiah Siswa) 1. Sikap Ingin Tahu Indikator a. sikap antusiasme siswa melakukan praktikum dan diskusi b. sikap berani siswa dalam bertanya c. siswa mencari hubungan sebab akibat sesuatu dapat terjadi berdasarkan percobaan dan diskusi yang dilakukan

9 Lanjutan Tabel 2.2 No Dimensi yang diamati (Sikap Ilmiah Siswa) 2. Sikap Luwes 3. Sikap kritis 4. Sikap Jujur 5. Ketelitian Indikator a. partisipasi siswa dalam melakukan praktikum dan diskusi b. sikap siswa dalam bekerja sama dengan teman sekelompok c. sikap siswa dalam mengkaji informasi dan menerapkan dalam melakukan percobaan dan diskusi a. siswa mendiskusikan hasil percobaan dan jawaban pertanyaan yang ada dalam LKK. b. siswa mengisi LKK. c. siswa mempresentasikan hasil percobaan yang telah dilakukan di depan kelas. a. siswa tidak memanipulasi data b. mencatat data yang sebenarnya sesuai dengan hasil LKK kelompoknya c. tidak mencontek hasil LKK kelompok lain a. siswa memilih alat yang tepat/mengerjakan LKK. b. siswa dapat menggunakan alat dengan baik/siswa mengamati gambar dengan benar. c. siswa melakukan langkah-langkah percobaan dengan benar/ siswa dapat menjawab LKK dengan benar. Dimyati dan Mudjiono (2004: 141-150) 2. Penguasaan Konsep Sebagian materi pembelajaran yang dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep. Konsep sangat penting dalam proses belajar. Suatu konsep tidak dapat berdiri sendiri, artinya suatu konsep berhubungan dengan konsep lain. Untuk menguasai konsep baru, maka diperlukan konsep awal

10 yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman keseharian pada berbagai aspek pengetahuan. Setelah memahami suatu konsep, siswa akan menguasai konsep tersebut. Adapun yang dimaksud dengan penguasaan konsep menurut Dahar (2003:24), penguasaan konsep sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan definisi penguasaan konsep yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Bloom dalam Rustaman (2005:247), yaitu Penguasaan konsep adalah kemampuan menangkap pengertianpengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya. Selain itu, Sumaya (2004:132) berpendapat bahwa: Seseorang dapat dikatakan menguasai konsep jika orang tersebut benarbenar memahami konsep yang dipelajarinya sehingga mampu menjelaskan dengan menggunakan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi tidak mengubah makna yang ada di dalamnya. Menganalisis pendapat beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep tidak hanya sekedar memahami, tetapi juga mampu menerapkan konsep yang diberikan dalam suatu permasalahan. Pemahaman konsep dapat diartikan sebagai proses, perbuatan, cara untuk mengerti benar atau mengetahui benar suatu materi pembelajaran. Untuk mata pelajaran dalam rumpun sains, khususnya pelajaran fisika, menguasai konsep sangatlah penting. Hal ini bertujuan agar siswa tidak merasa kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep pelajaran yang

11 berikutnya, karena adanya keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya. Salah satu cara untuk mengukur penguasaan konsep fisika siswa adalah dengan melakukan evaluasi. Dimyati dan Mudjiono (2004:36) berpendapat bahwa evaluasi merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan atau pengukuran hasil belajar. 3. Model Inkuiri Terbimbing Inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pembelajaran inkuiri beriorientasi pada keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, dan mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Untuk proses belajar siswa agar lebih efektif, ada baiknya menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing. Andriani, dkk.( 2011:133) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang

12 dilakukan oleh siswa. Hal ini dapat diartikan bahwa dalam kegiatan pembelajarannya, masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari guru. Model tersebut dinilai cukup efektif karena berdampak positif bagi siswa. Menurut Suryosubroto (2002 : 201) menyatakan bahwa: Ada beberapa kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing, antara lain: (1) Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa. (2) Membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikannya menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan. (3) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan. (4) Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui prosesproses penemuan. (5) Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar. (6) Strategi ini berpusat pada anak, misalkan memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabannya belum diketahui. Kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing ini berpusat pada siswa. Artinya, siswa terlibat langsung dalam proses belajar dan siswa secara aktif dalam menemukan sendiri konsep-konsep dengan permasalahan yang diberikan atau dipilih oleh guru. Menurut Suryosubroto (2002 : 201) menyatakan bahwa: Ada beberapa kelemahan pembelajaran inkuiri terbimbing, antara lain: (1) Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini. (2) Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. (3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri terbimbing.

13 Kelemahan inkuiri terbimbing ini, siswa belum terbiasa untuk melaksanakan proses pembelajarannya, karena siswa masih terbiasa mengandalkan guru. Siswa tidak terlibat langsung dan aktif dalam proses belajar.nya. Langkah-langkah inkuiri terbimbing menurut Memes (2002: 42): (1) Merumuskan masalah, (2) Membuat hipotesis, (3) Merencanakan kegiatan, (4) Melaksanakan kegiatan, (5) Mengumpulkan data, (6) Mengambil kesimpulan. Enam langkah pada inkuiri terbimbing ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi, dan berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang akan dihadapi. Tugas guru adalah mempersiapkan skenario pembelajaran sehingga pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar. B. Kerangka Pemikiran Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan satu kelas dan dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMA. Terdapat tiga bentuk variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah (X), variabel terikatnya adalah penguasaan konsep (Y), dan variabel moderatornya adalah model pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Z).

14 Sebuah kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru hendaknya dapat memunculkan sikap positif siswa. Siswa akan menunjukan sikap positif jika mereka merasa nyaman dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan menjadi salah satu yang berpengaruh pada pemahaman dan penguasaan konsep bagi siswa. Sikap dalam pembelajaran Sains sering dikaitkan dengan sikap terhadap Sains (sikap ilmiah). Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap akan diperoleh melalui proses seperti pengalaman, pembelajaran, identifikasi, perilaku peran (guru-murid, orang tua-anak). Melalui pengalaman baru secara konstan mempengaruhi sikap, membuat sikap berubah, intensif, lemah, ataupun sebaliknya. Hal inilah yang dapat mendorong sikap ilmiah siswa ke arah positif sehingga siswa mampu memahami dan menguasai konsep-konsep yang dipelajarinya. Adapun sikap ilmiah yang akan diteliti yaitu ingin tahu, luwes, kritis, jujur, dan teliti. Untuk itu, model pembelajaran inkuiri terbimbing dirasa mampu digunakan pada materi Suhu dan Kalor di SMA, karena kegiatan belajar dengan berkelompok akan memudahkan siswa untuk bertukar pendapat sehingga akan terjadi diskusi. Kemudian menimbulkan adanya interaksi dan memunculkan sikap ilmiah serta dengan adanya evaluasi pada akhir pembelajaran untuk mengetahui penguasaan konsep siswa. Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk. (2013:5) yang menyimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik daripada sikap ilmiah siswa yang

15 dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing yang ditekankan adalah prosesnya, pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk lebih aktif dan dapat menemukan jawaban sendiri atas permasalahan yang dihadapi baik melalui percobaan atau pencatatan informasi. Dengan belajar secara inkuiri terbimbing siswa akan mendapat bimbingan sehingga memperoleh pengetahuan sendiri melalui pengalaman secara langsung dan dapat mendorong sikap ilmiah siswa pada diri siswa seperti sikap hasrat ingin tahu, kritis, terbuka dan kerja sama. Dengan demikian, dalam penelitian ini sikap ilmiah siswa diduga berpengaruh positif terhadap penguasaan konsep fisika siswa. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh sikap ilmiah terhadap penguasaan konsep fisika siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas X SMA Negeri 12 Bandar Lampung. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang didukung dengan variabel moderator, dapat dilihat pada Gambar 2.1. X r Y Z Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran

16 Keterangan: X = sikap ilmiah siswa Y = penguasaan konsep Z = model inkuiri terbimbing r = pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap penguasaan konsep C. Hipotesis Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah: Hipotesis : H 0 : Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan sikap ilmiah siswa terhadap penguasaan konsep fisika menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. H 1 : Ada pengaruh yang positif dan signifikan sikap ilmiah siswa terhadap penguasaan konsep fisika menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.