RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBANGUNAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2/1/2008 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah beberapa kali diub

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 60 TAHUN 2014

CUPLIKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DESA

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG KERJASAMA DESA MENTERI DALAM NEGERI,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER-SUMBER PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 16/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PEDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN

Transkripsi:

HASIL PANSUS FINAL 9-05-09_26-5-09 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBANGUNAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perdesaan merupakan landasan pembangunan nasional untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa yang adil dan merata guna mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa pembangunan perdesaan selama ini belum memperhatikan prinsip responsif, transparansi, dan partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi sesuai dengan potensi dan budaya guna mewujudkan masyarakat desa yang sejahtera; c. bahwa pembangunan perdesaan saat ini diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan belum diatur dengan undang-undang tersendiri; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Pembangunan Perdesaan; Mengingat : Pasal 18A, Pasal18B, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 23 ayat (1), Pasal 27 ayat (2), Pasal 28A, Pasal 28C, Pasal 28D, Pasal 28F, Pasal 28H, Pasal 28I ayat (3), Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33, dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBANGUNAN PERDESAAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Pembangunan perdesaan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa dengan memanfaatkan sumber daya, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya, serta menjamin tetap terpeliharanya adat istiadat setempat guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional. 2. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok, atau badan usaha. 3. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4. Perdesaan atau yang disebut dengan nama lain adalah kawasan yang mempunyai kegiatan pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, dan pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 5. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya meningkatkan pengetahuan, sikap, ketrampilan, perilaku masyarakat dan aparatur penyelenggara pemerintahan desa dalam memanfaatkan sumber daya, sehingga mampu membangun diri dan lingkungannya secara mandiri. 6. Sistem Informasi Pembangunan Perdesaan adalah keseluruhan aspek informasi yang saling terkait sebagai satu kesatuan dalam berbagai tahapan pembangunan perdesaan. 7. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 8. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 2

9. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 10. Pemerintahan desa atau yang disebut dengan nama lain adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 11. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kepala desa dan perangkat desa sebagai unsur penyelengara Pemerintahan Desa. 12. Badan Pemusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. BAB II ASAS DAN TUJUAN Bagian Kesatu Asas Pasal 2 Pembangunan perdesaan diselenggarakan dengan asas: a. kebersamaan dan gotong-royong; b. efisiensi berkeadilan; c. berkelanjutan; d. berwawasan lingkungan; e. kemandirian; f. kesetaraan; g. kemanusiaan; h. kebangsaan; i. kekeluargaan; j. bhinneka tunggal ika; k. ketertiban dan kepastian hukum; l. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan; m. kreativitas; n. kearifan lokal; o. integratif; p. transparansi; q. akuntabilitas; r. efektivitas; s. responsif dan peranserta aktif; t. tanggung jawab negara; 3

Bagian Kedua Tujuan Pasal 3 Pembangunan perdesaan bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa dan meningkatkan peran masyarakat desa dalam setiap tahapan pembangunan dengan tetap menjamin terpeliharanya adat istiadat setempat. BAB III RUANG LINGKUP DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN PERDESAAN Bagian Kesatu Ruang Lingkup Pasal 4 Pembangunan perdesaan meliputi pembangunan infrastruktur dan sumberdaya manusia perdesaan. Bagian Kedua Tahapan Paragraf 1 Umum Pasal 5 (1) Pembangunan perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 diselenggarakan melalui tahapan: a. perencanaan; b. pelaksanaan; c. pengawasan; dan d. evaluasi. (2) Informasi kegiatan seluruh tahapan pembangunan perdesaan memanfaatkan sistem informasi pembangunan perdesaan. Paragraf 2 Perencanaan Pasal 6 (1) Pemerintahan Desa menyusun perencanaan pembangunan perdesaan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. (2) Perencanaan Pembangunan Perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai dari musyawarah masyarakat desa. (3) Perencanaan pembangunan perdesaan memuat jenis pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. (4) Perencanaan Pembangunan Perdesaan dapat disusun untuk jangka panjang, jangka menengah dan tahunan. 4

(5) Perencanaan Pembangunan Perdesaan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun menjadi Rencana Kerja Pemerintah Desa dan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Pasal 7 (1) Rencana pembangunan perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5) disampaikan kepada kabupaten/kota melalui kecamatan atau disebut dengan nama lain. (2) Rencana pembangunan perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima Pemerintah Kabupaten/Kota paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum dilakukan rapat rencana pembangunan kabupaten/kota. Pasal 8 (1) Rencana Pembangunan Perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5) menjadi pedoman penyusunan perencanaan pembangunan kabupaten/kota. (2) Perencanaan pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Paragraf 3 Pelaksanaan Pasal 9 (1) Pelaksanaan pembangunan perdesaan dilakukan sesuai dengan Rencana Pembangunan Perdesaan yang telah ditetapkan. (2) Pelaksanaan pembangunan perdesaan merupakan tanggung jawab Pemerintah Desa. (3) Pelaksanaan pembangunan perdesaan dilakukan oleh Pemerintah Desa dan/atau masyarakat desa. (4) Pelaksanaan pembangunan perdesaan dilakukan dengan memanfaatkan kearifan lokal dan sumber daya alam desa. Paragraf 4 Pengawasan Pasal 10 (1) Pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan perdesaan dilakukan secara cermat dalam setiap proses dan tahapan sesuai dengan Rencana Pembangunan Perdesaan yang telah ditetapkan. (2) Badan Permusyawaratan Desa melakukan pengawasan pembangunan perdesaan. (3) Masyarakat dapat melakukan pengawasan pembangunan perdesaan sebagai bentuk peran serta aktif. 5

Pasal 11 (1) Hasil pengawasan pembangunan perdesaan meliputi laporan kinerja dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan. (2) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada DPRD Kabupaten/Kota. Paragraf 5 Evaluasi Pasal 12 (1) Pemerintahan Desa dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melakukan evaluasi atas pelaksanaan pembangunan perdesaan dan hasil evaluasi tersebut menjadi acuan penyusunan perencanaan pembangunan perdesaan tahun berikutnya. (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan laporan kinerja perencanaan dan pelaksanaan. (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan selambatlambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah hasil pengawasan disampaikan ke DPRD Kabupaten/Kota. (4) Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Badan Permusyawaratan Desa. (5) Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada DPRD Kabupaten/Kota. BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA Pasal 13 (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memberdayakan masyarakat desa dengan: a. meningkatkan kualitas masyarakat desa melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan; b. memberikan pendampingan dalam kegiatan pembangunan perdesaan; c. menjamin ketersediaan lapangan kerja sesuai potensi desa; d. mengutamakan penggunaan dan pengembangan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan dengan memanfaatkan kearifan lokal;dan e. menumbuhkembangkan adat-istiadat dan budaya lokal. (2) Selain pemberdayaan masyarakat desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat melakukan pemberdayaan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat desa. 6

BAB V PEMBIAYAAN Bagian Kesatu Pembiayaan Pembangunan Perdesaan Pasal 14 (1) Negara mengalokasikan anggaran pembangunan perdesaan sekurangkurangnya dua puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta sekurang-kurangnya dua puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (2) Penetapan alokasi dan pendistribusian anggaran pembiayaan pembangunan perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan langsung kepada masing-masing desa dengan kategori desa besar, desa sedang, dan desa kecil secara proporsional. (3) Kategori desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah, indeks pembangunan manusia, indeks kemahalan, dan sumber daya alam. (4) Selain pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari pendapatan asli desa dan masyarakat. Pasal 15 Pengelolaan pembiayaan pembangunan perdesaan dilakukan secara transparan, akuntabel dan proporsional sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Pasal 16 (1) Pembiayaan pembangunan perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) diserahkan langsung kepada masing-masing desa melalui rekening desa di perbankan nasional. (2) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Sentral memfasilitasi pelayanan perbankan sampai tingkat desa di seluruh Indonesia. Bagian Kedua Pembiayaan Pemberdayaan Masyarakat Desa Pasal 17 (1) Pembiayaan pemberdayaan masyarakat desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dibebankan pada mata anggaran pembangunan perdesaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (2) Selain pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari pendapatan asli desa dan masyarakat. (3) Pengelolaan pembiayaan pemberdayaan masyarakat desa dilakukan secara transparan, akuntabel dan proporsional sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. 7

BAB VI INFORMASI PEMBANGUNAN PERDESAAN Pasal 18 (1) Informasi pembangunan perdesaan merupakan informasi publik yang sifatnya umum, terbuka, dan bertanggung jawab disampaikan kepada masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan setiap tahun kepada Badan Permusyawaratan Desa, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Pemerintah. Pasal 19 (1) Pemerintah membangun Sistem Informasi Pembangunan Perdesaan. (2) Sistem Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi fasilitas perangkat keras dan perangkat lunak, jaringan, serta sumber daya manusia. (3) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola oleh Pemerintah Desa. (4) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat selambatlambatnya 1 (satu) tahun terhitung sejak undang-undang ini berlaku. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Segala peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pembangunan perdesaan menyesuaikan dengan ketentuan undang-undang ini. Pasal 21 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang- Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal... PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd SUSILO BAMBANG YUDHOYONO 8

Diundangkan di Jakarta pada tanggal... MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd ANDI MATTALATA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN... NOMOR... 9

RANCANGAN PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBANGUNAN PERDESAAN I. UMUM Pada hakikatnya pembangunan adalah proses meningkatkan kualitas segenap bidang kehidupan masyarakat serta pengelolaan sumberdaya alam dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pembangunan nasional bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa yang adil dan merata. Selama lebih tiga puluh tahun, pembangunan nasional yang mengedepankan pada pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi, ternyata belum berhasil mengantarkan bangsa Indonesia ke arah pencapaian tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945. Bahkan dengan dipicu pula oleh krisis moneter tahun 1998 yang kemudian berimbas pada krisis nasional, telah menimbulkan persoalan-persoalan baru. Salah satu di antaranya adalah disparitas dan ketidakadilan yang membebani masyarakat di perdesaan, di mana masyarakat perdesaan memiliki tingkat kesejahteraan yang jauh lebih rendah dibandingkan mereka yang tinggal diperkotaan. Padahal sebagian besar penduduk Indonesia persebarannya berada di perdesaan. Hal ini juga mengindikasikan bahwa sebagian besar penduduk miskin Indonesia juga berada di wilayah perdesaan. Dengan demikian, perdesaan sebagai tempat persebaran sebagian besar masyarakat Indonesia mempunyai peranan yang cukup besar dalam menopang perekonomian bangsa dan sekaligus indikator bagi keberhasilan pembangunan nasional. Sehingga ke depan, perhatian khusus terhadap perdesaan dengan melakukan pembangunan perdesaan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat perdesaan sesuai dengan semangat yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan sebuah keniscayaan. Untuk itu, pembangunan perdesaan dikonsentrasikan pada dua bidang pokok yaitu infrastruktur dan sumberdaya manusia perdesaan. Infrastruktur 10

perdesaan antara lain meliputi sarana dan prasarana pemerintahan, jalan dan jembatan, pasar, pertanian, waduk dan irigasi, bank desa atau lembaga keuangan lainnya, transportasi, komunikasi, pendidikan, kesehatan, kelistrikan, air bersih, sanitasi, dan lain-lain. Sedangkan sumberdaya manusia perdesaan antara lain seperti pelayanan jasa permintahan, pelayanan sosial, penataan permukiman, kelembagaan sosial dan ekonomi masyarakat serta budaya. Penyelenggaraan pembangunan perdesaan dilakukan dengan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good government), mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Pembangunan perdesaan didasarkan pada pendekatan peran aktif masyarakat desa, mulai dari perencanaan sampai evaluasi pembangunan perdesaan. Selama ini pembangunan perdesaan belum diatur dalam undang-undang tersendiri. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah diatur mengenai desa yang meliputi sistem pemerintahan desa, kelembagaan desa, keuangan desa, dan pembangunan perdesaan. Pada kenyataannya, pengaturan pembangunan perdesaan belum komprehensif. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Rancangan Undang- Undang tentang Pembangunan Perdesaan adalah: a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; d. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; e. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; f. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; g. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional; h. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; dan i. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Untuk meningkatkan pembangunan perdesaan diperlukan landasan hukum dalam bentuk undang-undang guna mewujudkan perdesaan yang maju, adil, makmur, dan sejahtera, serta meningkatkan peran masyarakat sebagai subyek dalam setiap proses dan tahapan pembangunan dengan tetap menjamin terpeliharanya adat istiadat setempat. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Huruf a 11

Yang dimaksud dengan asas kebersamaan dan gotong-royong adalah pembangunan perdesaan diselenggarakan secara bersamasama oleh seluruh komponen masyarakat agar terwujud kesejahteraan masyarakat desa. Huruf b Yang dimaksud dengan asas efisiensi berkeadilan adalah asas yang menjamin pembangunan perdesaan dilakukan secara efisien dan berkeadilan. Huruf c Yang dimaksud dengan asas berkelanjutan adalah pembangunan perdesaan diselenggarakan secara terus-menerus oleh semua komponen masyarakat demi mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat desa. Huruf d Yang dimaksud dengan asas berwawasan lingkungan adalah pembangunan perdesaan diselenggarakan dengan memperhatikan lingkungan sebagai bagian penting bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat desa. Huruf e Yang dimaksud dengan asas kemandirian adalah pembangunan perdesaan harus mencerminkan kemampuan masyarakat desa untuk mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan segala potensi yang dimiliki. Huruf f Yang dimaksud dengan asas kesetaraan adalah pembangunan perdesaan harus mencerminkan persamaan tanggung jawab dan hak di antara masyarakat desa. Huruf g Yang dimaksud dengan asas kemanusiaan adalah pembangunan perdesaan harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat masyarakat desa secara proporsional. Huruf h Yang dimaksud dengan asas kebangsaan adalah pembangunan perdesaan harus mencerminkan sifat dan karakteristik masyarakat desa di Indonesia yang pluralistik (kebhinekaan) dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan Republik Indonesia. Huruf i Yang dimaksud dengan asas kekeluargaan adalah pembangunan perdesaan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan. Huruf j Yang dimaksud dengan asas bhinneka tunggal ika adalah pembangunan perdesaan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus desa, dan budaya. Huruf k Yang dimaksud dengan asas ketertiban dan kepastian hukum adalah pembangunan perdesaan harus dapat menimbulkan 12

ketertiban dalam masyarakat desa melalui jaminan adanya kepastian hukum. Huruf l Yang dimaksud dengan asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan adalah pembangunan perdesaan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan masyarakat desa dengan kepentingan bangsa dan negara. Huruf m Yang dimaksud dengan asas kreativitas adalah pembangunan perdesaan harus menciptakan atau mendukung kemampuan inovasi dan kreasi masyarakat desa. Huruf n Yang dimaksud dengan asas kearifan lokal adalah pembangunan perdesaan harus memperhatikan karakteristik budaya dan daerahnya dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa. Huruf o Yang dimaksud dengan asas integratif adalah pembangunan perdesaan harus terpadu dengan pembangunan lainnya agar dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa. Huruf p Yang dimaksud dengan asas transparansi adalah pembangunan perdesaan harus memperhatikan keterbukaan dan kemampuan menyajikan informasi yang relevan secara tepat waktu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan standar pelaporan yang berlaku; Huruf q Yang dimaksud dengan asas akuntabilitas adalah pembangunan perdesaan harus menjamin bahwa setiap tahapan pembangunan perdesaan dapat dipertanggungjawabkan. Huruf r Yang dimaksud dengan asas efektifitas adalah pembangunan perdesaan harus terlaksana secara tepat guna dan berdaya guna untuk dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa.. Huruf s Yang dimaksud dengan asas responsif dan peranserta aktif adalah pembangunan perdesaan harus mampu menjamin keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan perdesaan. Huruf t Yang dimaksud dengan asas tanggung jawab negara adalah pembangunan perdesaan harus memiliki peran yang kuat dan bertanggungjawab terhadap keseluruhan aspek dalam pembangunan perdesaan. Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Yang dimaksud dengan pembangunan infrastruktur perdesaan, antara lain: 13

a. jalan dan jembatan; b. pasar; c. pertanian; d. waduk dan irigasi; e. transportasi; f. komunikasi; g. sarana pendidikan; h. sarana kesehatan; i. kelistrikan; j. air bersih; dan/atau k. sanitasi; Yang dimaksud dengan pembangunan sumberdaya manusia perdesaan, antara lain; a. pelayanan jasa pemerintahan; b. pelayanan sosial dan keagamaan; c. penataan permukiman; d. kelembagaan sosial dan ekonomi masyarakat; dan e. budaya; Pasal 5 Pasal 6 Ayat (1) Yang dimaksud dengan kebutuhan dan potensi desa adalah bahwa dalam menyusun perencanaan program pembangunan perdesaan harus dilakukan dengan memperhatikan potensi yang dimiliki oleh tiap-tiap desa, serta dengan memperhatikan prioritas bidang pembangunan yang dibutuhkan oleh masing-masing desa, misalnya dalam hal infrastruktur maka perlu diperhatikan sarana dan prasarana apa yang paling dibutuhkan, demikian juga dalam hal pembangunan sumberdaya manusia maka bidang apa yang paling dibutuhkan oleh masing-masing desa. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup Jelas. Pasal 9 Cukup Jelas. 14

Pasal 10 Cukup Jelas. Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan pelatihan diantaranya pemberian keterampilan kepada masyarakat desa. Yang dimaksud dengan penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi masyarakat desa agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran kelestarian fungsi lingkungan hidup. Huruf b Huruf c Yang dimaksud dengan menjamin ketersediaan lapangan kerja sesuai dengan potensi desa adalah menyediakan lapangan kerja dengan menyesuaikan pada potensi sumber daya manusia dan memprioritaskan penggunaan tenaga kerja yang berasal dari desa tersebut. Huruf d Huruf e Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 14 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Yang dimaksud dengan pembiayaan dari masyarakat dapat berupa hibah, wakaf dan/atau bentuk lain yang merupakan pemberian tidak mengikat. Pasal 15 15

Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan jaringan meliputi antara lain penyiapan bandwidth, modem, server, dan perangkat lainnya yang mendukung. Yang dimaksud dengan sumber daya manusia adalah sumber daya manusia yang memiliki kemampuan mengelola sistem informasi. Ayat (3) Ayat (4) Pasal 20 Pasal 21 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR... 16