TATA KELOLA INDUSTRI EKSTRAKTIF DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
2014, No Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lemb

Berikut penataan regulasi yang disederhanakan/dicabut Jilid II oleh Kementerian ESDM (belum termasuk peraturan lain pada SKK Migas):

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

Sosialisasi: Peraturan Menteri ESDM No. 48/2017 tentang Pengawasan Pengusahaan di Sektor ESDM (Revisi atas Permen ESDM No.

PELAKSANAAN UU 23 TAHUN 2014 DI PROVINSI JAWA TIMUR

Mekanisme Investasi Modal Asing Dalam Pertambangan Nasional

SOSIALISASI DAN SEMINAR EITI PERBAIKAN TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERBA

sumber daya mineral perlu adanya kepastian hukum dan kepastian prosedur;

MENTER! ENERG! DAN SUMBER DAYA MINERAL FPEPUBLIK INDONESIA

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA KEDAULATAN ENERGI

MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI SULAWESI UTARA, GORONTALO, DAN SULAWESI BARAT

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SEMARANG, 20 MEI 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DAN NUSA TENGGARA BARAT

KEMAKMURAN, PENYELAMATAN SDA UNTUK KESEJAHTERAAN BERSAMA: PRAKTIK BAIK DAN AKSI KOLEKTIF

PROGRES IMPLEMENTASI 5 (LIMA) SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI MINERAL DAN BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang terkandung dalam wilayah hukum. pertambangan Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

MENTERl ENERGi DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBUK INDONESIA. PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR48 TAHUN 2017

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

Oleh : DR. TGH. M. ZAINUL MAJDI GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

Menimbang ; a. bahwa dalam pemberian Layanan Cepat Perizinan

Inception Report. Pelaporan EITI Indonesia KAP Heliantono & Rekan

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.165,2010 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Pendaftaran Penanaman Modal.

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI MALUKU, PAPUA, DAN PAPUA BARAT

Informasi Berkala Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI BENGKULU, LAMPUNG, DAN BANTEN

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

KEBIJAKAN SUB SEKTOR MINERBA DI KALIMANTAN TENGAH

KEBIJAKAN PENGELOLAAN BATUBARA

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Evaluasi. Penerbitan. Izin Usaha Pertambangan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Repub

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat atas Peratur

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 128 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL. Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SOP PERIZINAN KEMENTERIAN ESDM

BAB I PENDAHULUAN. hewan tumbuan dan organisme lain namun juga mencangkup komponen abiotik

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

MEDAN, 25 MARET 2015 OLEH : GUBERNUR ACEH

PENCAPAIAN TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1947, 2014 KEMENKOMINFO. Kewenangan. Komunikasi. Infomatika. Penanaman Modal. Pencabutan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Pelimpahan Wewenang. Pemberian Izin Usaha. Penanaman Modal.

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

bumi dalam rangka peldcsanaan pclayanan terpadu satu MENT ERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, SDA dan LH Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

BUPATI BELITUNG TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

CAPAIAN SUB SEKTOR MINERAL DAN BATUBARA SEMESTER I/2017

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

bahwa untuk memberikan kepastian hukum terhadap

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

BAB V PENUTUP. Berdasarkan seluruh uraian pada bab-bab terdahulu, kiranya dapat. disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut:

2017, No Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa k

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. PPM. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Informasi Wajib Tersedia Setiap Saat Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG KANTOR PERWAKILAN PERUSAHAAN ASING

BB. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

TATA KELOLA INDUSTRI EKSTRAKTIF DI INDONESIA STAF AHLI MENTERI BIDANG INVESTASI DAN PRODUKSI BOGOR, 7 SEPTEMBER 2015 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat

PENDAHULUAN 2

3

UUD 1945 PASAL 33 Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat UUD No 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi Menimbang : a. Bahwa pembangunan nasional harus diarahkan kepada terwujudnya kesejahteraan rakyat dengan melakukan reformasi disegala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 4

PRESIDENT S DIRECTIVES ON THE FIRST CABINET MEETING 1. Simplifying and Debottlenecking Kapasitas litbang, industri & infrastruktur belum optimal 2. Silo-breaking 3. Delivering to the People 5

6 ENERGY SECTOR AS THE INDONESIA S ENGINE FOR GROWTH Fair, Reliable and Sustainable Energy as an Engine for Growth Value creation from Mineral Resources Can Do Clean Country Building Competitive Decisive and executionoriented public services Clean and transparent services for industry & people Growing Indonesia s capability & technology Economically sound-based pricing Create 1 to 2 million additional jobs Total investment of IDR 2400 trillion over next 5 years

7 Share Pertambangan dan Penggalian Dalam Produk Domestik Bruto

8 Penerimaan Migas dan Minerba/Pertambangan Umum (2009-2013)

PERKEMBANGAN REFORMASI DI SEKTOR MIGAS 9

Jumlah Wilayah Kerja Migas Konvensional dan Non Konvensional (Status 23 Maret 2015) 10

5 PILAR REVISI RUU MIGAS 11

Keistimewaan Daerah Dalam Rancangan Revisi UU Migas 12

TATA KELOLA STRUKTUR MIGAS 13

Ilustrasi Perizinan Kegiatan Hulu Migas *Perizinan dimaksud mencakup izin dan non izin (persetujuan, sertifikasi, rekomendasi, dll) ** Berdasarkan data sementara yang ada di SKK Migas 14

Progres Penyederhanaan Perizinan Sub Sektor Migas Permen ESDM No. 23 Tahun 2015 tentang Pendelegasian Wewenang Menteri ESDM terhadap perizinan bidang migas, berlaku efektif sejak 1 Agustus 2015. Pokok-pokok penting dalam Permen dimaksud, antara lain: MESDM mendelegasikan wewenang perizinan bidang Migas kepada Kepala BKPM sebanyak 42 izin terdiri atas izin usaha, rekomendasi, persetujuan, dan bentuk lain yang menjadi wewenang MESDM dibagi menjadi 3 waktu efektif pendelegasian yaitu tanggal 1 Agustus 2015, 1 September 2015, dan 1 Oktober 2015; Menteri ESDM menunjuk pejabat terkait untuk penugasan di BKPM ; Kepala BKPM dalam mengeluarkan izin berpedoman pada peraturan perundangan-undangan dan SOP di Ditjen Migas.

Pokok-Pokok Pengaturan Permen ESDM No. 23 Tahun 2015 Permen No. 23 Tahun 2015 Tentang Pendelagasian Wewenang Pemberian Perizinan Bidang Minyak dan Gas Bumi Dalam Rangka Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kepada Kepala Badan Koordinasi Penenaman Modal Pendelegasian wewenang Perizinan Penunjukan Petugas PTSP (penggantian setiap 6 bulan) Pembentukan SOP Laporan Ka BKPM kpd MESDM MESDM dapat menarik pendelegasian 42 Peizinan Bidang Migas SK DJM SK DJM (SOP,Persyaratan, dan Flowchart) 16

PERKEMBANGAN REFORMASI DI SEKTOR MINERBA 17

Peran Mineral dan Batubara Dalam Memberikan Manfaat Secara Berkelanjutan 18

Penataan IUP (1) Tindaklanjut Penataan Izin Usaha Pertambangan Non CNC Hingga 20 Mei 2015 terdapat 4.279 IUP non CnC atau sejumlah 41% dari total IUP 10.428, hal ini menunjukkan masih lemahnya tata kelola perizinan pertambangan di daerah. Perlu ketegasan pemerintah provinsi untuk penetapan status IUP yang sampai saat ini belum CnC. No Tindak Lanjut Target Waktu 1. Diserahkan kepada Gubernur untuk evaluasi administrasi dan Wilayah (PNBP masih dievaluasi Pusat) 2. Koordinasi dan Supervisi bersama KPK-RI di 34 Provinsi dan Kab/Kota : Monitoring dan evaluasi tindak lanjut koordinasi dan supervisi dengan KPK di 12 Provinsi Mei-Desember 2014 6, 20 dan 27 November 2014 Monitoring dan Evaluasi dengan KPK atas pelaksanaan penataan IUP di 22 Provinsi Maret-Juni 2015 (6 lokasi) 3. Pembentukan Tim Ditjen Minerba untuk Penyelesaian CnC secara paralel ke seluruh provinsi 4. Batas akhir penyelesaian penataan IUP, disarankan wilayah eks IUP Non CNC ditetapkan menjadi Wilayah Pencadangan Negara (WPN) atau Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK). April-Juni 2015 Juni 2015 19

Penataan IUP (2) Rekapitulasi Izin Usaha Pertambangan Mineral & Batubara Nasional (Status 20 Mei 2015) Sebelum Korsup Sesudah Korsup Status Mineral Batubara Mineral Batubara Jumlah EKS OP EKS OP EKS OP EKS OP Jumlah CNC 1.524 2.056 1.473 988 6.041 1.504 2.211 1.349 1.085 6.149 NON CNC 1.442 1.974 1.063 398 4.877 1.236 1.845 848 350 4.279 Sub Total 2.966 4.030 2.536 1.386 2.740 4.056 2.197 1.435 10.918 Total 6.996 3.922 6.796 3.632 10.428 20

Renegoisasi KK dan PKP2B 21

TRANSPARANSI DI SUB SEKTOR MINERBA 22

23

TANTANGAN TRANSPARANSI DI SEKTOR MINERBA 24

Progres Penyederhanaan Perizinan Sub Sektor Minerba Permen ESDM No. 25/2015 Tentang Pendelegasian Wewenang Pemberian Perizinan Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Dalam Rangka Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Pokok-pokok penting dalam Rancangan Permen ESDM tersebut antara lain: o o Pendelegasian wewenang perizinan di bidang mineral dan batubara kepada Kepala BKPM yang terdiri atas: 1) Izin usaha pertambangan eksplorasi; 2) Izin usaha pertambangan operasi produksi dan perpanjangannya; 3) Pengakhiran izin usaha pertambangan karena pengembalian; 4) Izin usaha pertambangan operasi produksi khusus untuk pengangkutan, penjualan dan perpanjangannya; 5) Izin usaha pertambangan operasi produksi khusus untuk pengolahan, pemurnian dan perpanjangannya; 6) Izin sementara untuk melakukan pengangkutan dan penjualan; 7) Izin usaha pertambangan operasi produksi untuk penjualan; 8) Izin prinsip pengolahan dan/atau pemurnian; 9) Izin usaha jasa pertambangan dan perpanjangannya; 10) Persetujuan perubahan status dari perusahaan PMDN menjadi perusahaan PMA, dan perubahan status dari perusahaan PMA menjadi perusahaan PMDN; 11) Persetujuan perubahan IUP Operasi Produksi khusus pengangkutan dan penjualan. Menteri ESDM menunjuk pejabat terkait untuk penugasan di BKPM.

www.esdm.go.id

Perizinan Mineral dan Batubara 27

Tahap Pendelegasian Perizinan ke BKPM 1. Rancangan Peraturan Menteri ESDM Tentang Pendelegasian Kewenangan Perizinan Pertambangan Mineral dan Batubara Dalam Rangka Pelayanan Terpadu Satu Pintu (contoh Permen ESDM No. 35/2014) 2. Surat Dirjen Minerba kepada Menteri ESDM dengan tembusan ke Sekjen Kementerian ESDM 3. Penandatanganan Rpermen ESDM 4. Biro Hukum akan Berkoordinasi dengan BKPM tentang teknis pendelegasian perizinan

Perizinan Bidang Mineral dan Batubara No Perizinan Waktu 1 IUP Eksplorasi Mineral 7 hari 2 IUP Operasi Produksi Mineral 12 hari 3 IUP OPK Pengangkutan dan Penjualan Mineral 8 hari 4 IUP OPK Pengolahan dan /atau Pemurnian Mineral 10 hari 5 Pencabutan/pengkahiran IUP Mineral 10 hari 6 IUP Eksplorasi Batubara 7 hari 7 IUP Operasi Produksi Batubara 12 hari 8 IUP OPK Pengangkutan dan Penjualan Batubara 8 hari 9 IUP OPK Pengolahan Batubara 10 hari 10 Pencabutan/pengakhiran IUP Batubara 10 hari 11 IUJP atau Perpanjangan IUJP 10 hari 12 Surat Keterangan Terdaftar atau perpanjangan SKT 9 hari

Persetujuan, Perizinan dan Rekomendasi Ditjen Minerba No. Unit Perizinan Persetujuan Rekomendasi 1 Dit. Pengusahaan Mineral 5 18 17 2 Dit. Pengusahaan Batubara 10 13 21 3 Dit. Teknik dan Lingkungan Minerba 6 43 2 Jumlah 21 74 40

Daftar Perizinan Per Tanggal 14 Juli 2015 No. Unit Perizinan Persetujuan Rekomendasi 1 Dit. Pengusahaan Mineral 2 Dit. Pengusahaan Batubara 3 Dit. Teknik dan Lingkungan Minerba 9 (kurang terminasi) 18 (blm lengkap) 15 (belum lengkap) 14 (lengkap) 20 (lengkap) 18 (lengkap) 2 (lengkap) 43 (lengkap) 2 (lengkap) Jumlah 25 71 35

Resume Perpres No. 97 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Perpres No. 97 Tahun 2014 ditetapkan di Jakarta tanggal 15 September 2014 dan berlaku pada tanggal diundangkan. Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) adalah pelayanan terintegrasi dalam satu kesatuan proses dimulai dari tahap permohonan sampai tahap penyelesaian produk pelayanan melalui satu pintu. Pendelegasian Wewenang adalah penyerahan tugas, hak, kewajiban, dan pertanggungjawaban perizinan termasuk penandatanganannya atas nama pemberi wewenang. PTSP bertujuan memperpendek proses pelayanan dan berprinsip pada keterpaduan, ekonomis, koordinasi, pendelegasian wewenang, akuntabilitas, dan aksesibilitas. Penyelenggaraan PTSP Pemerintah Pusat dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Kepala BKPM mendapat pendelegasian wewenang dari Menteri yang memiliki kewenangan perizinan dengan menunjuk pejabat terkait untuk ditugaskan di BKPM. Pendelegasian wewenang ditetapkan melalui Peraturan Menteri dan Menteri menyusun serta menetapkan bidang-bidang usaha dan tata cara perizinan untuk penyelenggaraan PTSP. Perpres No. 97 Tahun 2014 mencabut Perpres No. 27 Tahun 2009. 32

Resume Inpres No. 4 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat Di Badan Koordinasi Penanaman Modal Inpres No. 4 Tahun 2015 ditetapkan di Jakarta tanggal 16 Maret 2015 dan berlaku pada tanggal diundangkan. Menteri ESDM diinstruksikan untuk mendelegasikan seluruh wewenang perizinan terkait penanaman modal kepada Kepala BKPM dan menugaskan pejabat terkait pada PTSP Pusat di BKPM. Pendelegasian wewenang perizinan kepada Kepala BKPM paling lambat 31 Desember 2015. Honorarium dengan besaran khusus bagi pejabat yang ditugaskan ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan dibayarkan terhitung sejaka bulan Januari 2015. Biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan PTSP Pusat di BKPM dibebankan pada anggaran BKPM. 33

Resume Permen ESDM No. 35 Tahun 2014 Tentang Pendelegasian Wewenang Pemberian Izin Usaha Ketenagalistrikan Dalam Rangka Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Permen ESDM No. 35 Tahun 2014 ditetapkan di Jakarta tanggal 19 Desember 2014 dan berlaku pada tanggal diundangkan. MESDM mendelegasikan wewenang izin usaha ketenagalistrikan kepada Kepala BKPM yang terdiri atas: o Izin usaha penyediaan tenaga listrik; o Izin operasi; o Penetapan wilayah usaha; o Izin usaha jasa penunjang tenaga listrik; o Izin jual beli tenaga listrik lintas negara; o Izin pemanfaatan jaringan tenaga listrik untuk kepentingan telekomunikasi, multimedia, dan informatika; o Penugasan survei pendahuluan panas bumi; o Izin panas bumi; o Persetujuan usaha penunjang panas bumi; o Izin penggunaan gudang bahan peledak panas bumi. Menteri ESDM menunjuk pejabat terkait untuk penugasan di BKPM. Kepala BKPM dalam mengeluarkan izin berpedoman pada persyaratan di bidang penanaman modal serta peraturan dan ketentuan teknis tata cara perizinan usaha yang ditetapkan MESDM. Kepala BKPM dalam pemberian izin bertindak untuk dan atas nama MESDM dan menyampaikan tembusan kepada MESDM. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan izin usaha ketenagalistrikan dilaksanakan kepada MESDM. Permen ESDM No. 35 Tahun 2014 mencabut Permen ESDM No. 05 Tahun 2010. 34

Resume Permen ESDM No. 23 Tahun 2015 Tentang Pendelegasian Wewenang Pemberian Perizinan Bidang Minyak Dan Gas Bumi Dalam Rangka Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Permen ESDM No. 23 Tahun 2015 ditetapkan di Jakarta tanggal 31 Juli 2015 dan berlaku pada tanggal diundangkan. MESDM mendelegasikan wewenang perizinan bidang Migas kepada Kepala BKPM sebanyak 42 izin terdiri atas izin usaha, rekomendasi, persetujuan, dan bentuk lain yang menjadi wewenang MESDM dibagi menjadi 3 waktu efektif pendelegasian yaitu tanggal 1 Agustus 2015, 1 September 2015, dan 1 Oktober 2015. Menteri ESDM menunjuk pejabat terkait untuk penugasan di BKPM. Kepala BKPM dalam mengeluarkan izin berpedoman pada peraturan perundangan-undangan dan SOP di Ditjen Migas. Kepala BKPM dalam pemberian izin bertindak untuk dan atas nama MESDM dan menyampaikan tembusan kepada MESDM. MESDM dapat menarik kembali pendelegasian wewenang pemberian izin dari Kepala BKPM. Permohonan izin yang telah diajukan kepada MESDM dan/atau Dirjen Migas sebelum tanggal 1 Agustus 2015 tetap proses penyelesaiannya di MESDM dan/atau Dirjen Migas. Permen ESDM No. 23 Tahun 2015 mencabut Permen ESDM No. 05 Tahun 2010. 35

Resume Permen ESDM No 25 Tahun 2015 Tentang Pendelegasian Wewenang Pemberian Perizinan Bidang Pertambangan Mineral Dan Batubara Dalam Rangka Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Permen ESDM No. 25 Tahun 2015 ditetapkan di Jakarta tanggal 12 Agustus 2015 dan berlaku pada tanggal diundangkan. MESDM mendelegasikan wewenang perizinan di bidang mineral dan batubara kepada Kepala BKPM yang terdiri atas: o Izin usaha pertambangan eksplorasi; o Izin usaha pertambangan operasi produksi dan perpanjangannya; o Pengakhiran izin usaha pertambangan karena pengembalian; o Izin usaha pertambangan operasi produksi khusus untuk pengangkutan, penjualan dan perpanjangannya; o Izin usaha pertambangan operasi produksi khusus untuk pengolahan, pemurnian dan perpanjangannya; o Izin sementara untuk melakukan pengangkutan dan penjualan; o Izin usaha pertambangan operasi produksi untuk penjualan; o Izin prinsip pengolahan dan/atau pemurnian; o Izin usaha jasa pertambangan dan perpanjangannya Persetujuan perubahan status dari perusahaan PMDN menjadi perusahaan PMA, dan perubahan status dari perusahaan PMA menjadi perusahaan PMDN; o Persetujuan perubahan IUP Operasi Produksi khusus pengangkutan dan penjualan. Menteri ESDM menunjuk pejabat terkait untuk penugasan di BKPM. Kepala BKPM dalam mengeluarkan izin berpedoman pada persyaratan perundang-undangan. Kepala BKPM dalam pemberian izin bertindak untuk dan atas nama MESDM dan menyampaikan tembusan kepada MESDM. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan izin bidang minerba dilaksanakan kepada MESDM. MESDM dapat menarik kembali pendelegasian wewenang pemberian izin dari Kepala BKPM. Permohonan izin yang telah diajukan kepada MESDM dan/atau Dirjen Minerba sebelum ditetapkan Permen tetap proses penyelesaiannya di MESDM dan/atau Dirjen Minerba. Permen ESDM No. 25 Tahum 2015 mencabut Permen ESDM No. 05 Tahun 2010. 36

Penyederhanaan Perizinan Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral Bidang/Sub Sektor Jumlah Perizinan Sebelum Saat ini Perizinan yang dilimpahkan ke BKPM melalui PTSP Listrik dan EBTKE 52 29 10 Minyak dan Gas Bumi 104 42 42 (3 tahap) Mineral dan Batubara 62 18 11 37