BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan kurikulum yang dikembangkan pemerintah saat ini, yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 (Burhanuddin, 2007: 82), mengungkapkan bahwa:

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. formal, maupun jaring-jaring kemasyarakatan, merupakan proses memanusiakan. dengan seperangkat potensi dan perilaku kesehariannya.

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, mengembangkan potensi diri, membentuk pribadi yang bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

PRAMUKA EKSTRAKULIKULER WAJIB DI SEKOLAH. Saipul Ambri Damanik

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pendidikan, seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas,

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan tanpa tanggung jawab untuk keselamatan atau kebahagiaan dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

I. PENDAHULUAN. disegala bidang. Salah satu dari pembangunan Nasional di Indonesia adalah di

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan kurikulum yang dikembangkan pemerintah saat ini, yaitu kurikulum 2013 sangat mengutamakan pembentukan karakter. Hal ini ditegaskan oleh Marlina (2013: 27), bahwa Kurikulum 2013 dinyatakan membentuk siswa melakukan pengamatan/observasi, bertanya dan bernalar terhadap ilmu yang diajarkan, sehingga siswa memiliki pengetahuan tentang lingkungan, kehidupan, dan memiliki pondasi pribadi tangguh dalam kehidupan social serta kreativitas yang lebih baik. Pendidikan karakter mengatur tata kelakuan manusia pada aturan khusus, hukum, norma, adat kebiasaan dalam bidang kehidupan sosial manusia yang memiliki pengaruh sangat kuat pada sikap mental (mental attitude) manusia secara individu dalam aktivitas hidup. Perkembangan karakter siswa dalam dunia pendidikan di Indonesia, akhir-akhir ini kurang membanggakan. Banyak kasus-kasus kekerasan dan pelecehan seksual hingga perbuatan yang melanggar etika yang dilakukan oleh siswa, bahkan guru juga termasuk sebagai pelaku, baik kekerasan dan pelecehan seksual hingga perbuatan yang melanggar etika. Menurut Harahap (2013: 2) pendidikan dewasa ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian bersama. Fenomena merosotnya karakter berbangsa di tanah air dapat disebabkan lemahnya pendidikan 1

2 karakter di sekolah. Disamping itu, lemahnya implementasi nilai-nilai berkarakter dilembaga-lembaga pemerintahan dan kemasyarakatan ditambah arus globalisasi telah mengaburkan kaidah-kaidah karakter budaya bangsa yang sesungguhnya bernilai tinggi. Menurunnya pendidikan karakter dalam praktek kehidupan sekolah mengakibatkan sejumlah perilaku negatif yang amat merisaukan masyarakat yang berakibat merusak kehidupan berbangsa. Permasalahan pendidikan di Indonesia memang cukup kompleks, mulai dari fenomena degradasi moral hingga hilangnya percayaan pada sistem pendidikan yang ada. Cukup banyak contoh perilaku tidak terpuji dilakukan oleh siswa dilingkungan sekolah, mulai dari mencontek, menjiplak karya orang lain tanpa izin, hingga praktek joki pada saat ujian. Pelaksanaan ujian nasional yang disiagakan secara berlebihan dengan kontrol yang sangat ketat menunjukkan ketidak percayaan dengan mekanisme dan sistem yang ada. Di sisi lain kekhawatiran berlebihan yang dialami oleh para guru pada saat ujian akhir nasional, banyak didengar sekolah yang mengadakan doa bersama dan ritual-ritual keagamaan lain hingga menyediakan makanan bagi siswa yang ujian menunjukkan ketidak percayaan guru dan kekhawatiran pada kemampuannya dalam mengajar. Pada sisi yang lain, maraknya bimbingan belajar menjadi bukti nyata ketidakpercayaan orangtua terhadap guru dan sekolah sebagai institusi pendidikan. Hal ini menunjukkan kegamangan sistem pendidikan di Indonesia sebagai ujung tombak pembentukan karakter bangsa (Widyowati dan Hadjam, 2013).

3 Salah satu pedoman pembelajaran berbasis karakter sebagaimana dalam kurikulum 2013 adalah dengan ekstrakurikuler Pramuka. Kurikulum 2013 mewajibkan pramuka sebagai pendidikan ekstrakurikuler sesuai dengan Permendikbud. No. 63 Tahun 2014. Kurikulum 2013 dilaksanakan mulai tahun 2013. Dalam rangka implementasi Kurikulum 2013 disusun perangkat kurikulum dan sebagaimana dalam pendahuluan nomor menyebutkan adanya 15 Pedoman Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Pedoman khusus mengenai Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Secara konstitusional, pendidikan nasional:...berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional). Menurut Permendikbud. No. 63 Tahun 2014, pengembangan potensi peserta didik sebagaimana dimaksud dalam tujuan pendidikan nasional tersebut secara sistemik-kurikuler diupayakan melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler (Furkan, 2012: 45). Kegiatan intrakurikuler diselenggarakan melalui kegiatan terstruktur dan terjadwal sesuai dengan

4 cakupan dan tingkat kompetensi muatan atau mata pelajaran. Kegiatan kokurikuler dilaksanakan melalui penugasan terstruktur terkait satu atau lebih dari muatan atau mata pelajaran. Kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan kegiatan terorganisasi/ terstruktur di luar struktur kurikulum setiap tingkat pendidikan yang secara konseptual dan praktis mampu menunjang upaya pencapaian tujuan pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler adalah program pendidikan yang alokasi waktunya tidak ditetapkan dalam kurikulum. Kegiatan ekstra-kurikuler merupakan perangkat operasional (supplement dan complements) kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan dalam rencana kerja tahunan/ kalender pendidikan satuan pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler menjembatani kebutuhan perkembangan peserta didik yang berbeda; seperti perbedaan rasa akan nilai moral dan sikap, kemampuan, dan kreativitas. Melalui partisipasinya dalam kegiatan ekstrakurikuler peserta didik dapat belajar dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain, serta menemukan dan mengembangkan potensinya. Kegiatan ekstrakurikuler juga memberikan manfaat sosial yang besar. Dalam Kurikulum 2013, pendidikan kepramukaan ditetapkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib. Hal ini mengandung makna bahwa pendidikan kepramukaan merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang secara sistemik diperankan sebagai wahana penguatan psikologis-sosial-kultural (reinfocement) perwujudan sikap dan keterampilan kurikulum 2013 yang secara psikopedagogis koheren dengan pengembangan sikap dan kecakapan dalam pendidikan kepramukaan. Dengan demikian pencapaian Kompetensi

5 Inti Sikap Spiritual (KI-1), Sikap Sosial (KI-2), dan Keterampilan (KI-3) memperoleh penguatan bermakna (meaningfull learning) melalui fasilitasi sistemik-adaptif pendidikan kepramukaan di lingkungan satuan pendidikan. Ekstrakurikuler Kepramukaan dinilai sangat penting. Melalui pendidikan kepramukaan akan timbul rasa memiliki, saling tolong menolong, mencintai tanah air dan mencintai alam. Karenanya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mewajibkan setiap sekolah melaksanakan ekstrakurikuler pendidikan kepramukaan. Koherensi proses pembelajaran yang memadukan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler, didasarkan pada dua alasan dalam menjadikan Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib. Pertama, dasar legalitasnya jelas yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Kedua, pendidikan kepramukaan mengajarkan banyak nilai-nilai, mulai dari nilai-nilai Ketuhanan, kebudayaan, kepemimpinan, kebersamaan, sosial, kecintaan alam, hingga kemandirian. Dari sisi legalitas pendidikan kepramukaan merupakan imperatif yang bersifat nasional, hal itu tertuang dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Kebijakan pemerintah sebagaimana tertuang dalam Permendikbud 63/2014, menjadi acuan dan dasar hukum bagi SMK Negeri 2 Surakarta dalam menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler pramuka. SMK Negeri 2 Surakarta. Kondisi karakter siswa saat ini di SMK Negeri 2 Surakarta perlu ditindaklanjuti sehingga karakter siswa tidak berkembang ke arah sikap yang negatif. Kebijakan masuk sekolah SMK Negeri 2 Surakarta sebelumnya

6 adalah jam 07.00 WIB dan masih banyak siswa yang terlambat. Hingga kemudian jam masuk sekolah diganti menjadi jam 07.30 WIB dengan harapan siswa yang terlambat dapat berkurang, namun perubahan kebijakan tersebut belum mengurangi jumlah siswa yang terlambat masuk. Karakter siswa seperti ini sulit diharapkan untuk dapat berkembang karena sikap disiplin dalam diri siswa tidak ada. Sikap tidak disiplin siswa akhirnya berkembang ke perilaku lain seperti ketidakseriusan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar yang diberikan oleh guru. Secara emik, berdasarkan informasi awal dari salah satu guru Bimbingan Konseling (nama disamarkan atas permintaan informan), banyak sekali siswa yang melakukan pelanggaran dan siswa cenderung mengabaikan peringatan yang dilakukan oleh guru. SMK Negeri 2 Surakarta mencoba untuk berbenah dan memperbaiki karakter siswa agar menjadi lebih baik, salah satu diantaranya melalui kegiatan ekstrakurikuler. Pendidikan ekstrakurikuler SMK Negeri 2 Surakarta yang saat ini diselenggarakan diantaranya Pramuka, English Club, PBB / Paskib, PKS, Wartawan Siswa. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang diselenggarakan untuk membangun jiwa toleransi dan solidaritas dalam komunitas ekstrakurikuler tersebut. Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan berdasarkan Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 adalah kegiatan kepramukaan. Kewajiban penyelenggaraan tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan kurikulum 2013 yang identik dengan kurikulum berbasis karakter. Permasalahan yang dipertanyakan adalah bagaimanakah pengelolaan ekstrakurikuler berbasis karakter dalam kurikulum

7 2013 di SMK Negeri 2 Surakarta khususnya kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Berdasarkan uraian di atas, kegiatan pramuka sebagai ekstrakurikuler berbasis karakter dalam Kurikulum 2013, harus dapat benar-benar berjalan dengan baik. Artinya ada pengelolaan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pramuka sebagai ekstrakurikuler berbasis karakter dalam Kurikulum 2013. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pengelolaan ekstrakurikuler berbasis karakter di SMK Negeri 2 Surakarta? 2. Bagaimana pelaksanaan ekstrakurikuler berbasis karakter di SMK Negeri 2 Surakarta? 3. Bagaimana efektifitas pelaksanaan ekstrakurikuler berbasis karakter di SMK Negeri 2 Surakarta? C. Tujuan Penelitian Penelitian dan Pengembangan ini memiliki tujuan untuk: 1. Menjelaskan langkah-langkah perencanaan pengelolaan ekstrakurikuler berbasis karakter di SMK Negeri 2 Surakarta.

8 2. Mendeskripsikan pelaksanaan ekstrakurikuler berbasis karakter di SMK Negeri 2 Surakarta. 3. Mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan ekstrakurikuler berbasis karakter di SMK Negeri 2 Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis: Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengelolaan ekstrakurikuler berbasis karakter dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 pada SMK Negeri 2 Surakarta. 2. Manfaat praktis: Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan: a. Bagi SMK Negeri 2 Surakarta Agar dapat menyelenggarakan ekstrakurikuler berbasis karakter pada pelaksanaan kurikulum 2013 agar dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh. b. Bagi Pembina Pramuka Agar dapat digunakan sebagai referensi dan panduan dalam menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler pramuka supaya berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

9 c. Bagi peneliti Agar dapat menjadi acuan sebagai bahan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengelolaan ekstrakurikuler khususnya penelitian mengenai pengelolaan ekstrakurikuler pramuka berbasis pramuka.