PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/PERMEN/M/2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN KAWASAN KHUSUS

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 02 /PERMEN/M/2009 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10 /PERMEN/M/2007

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Sabua Vol.6, No.3: November 2014 ISSN HASIL PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

Terlaksananya kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan. Terlaksananya penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerj

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

CC. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2017PRT/M/2017 TENTANG PENYEDIAAN RUMAH KHUSUS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

2 Ruang Wilayah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang menjadi pedoman dalam pemanfaa

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sistematika Rancangan Peraturan Presiden tentang RencanaTata Ruang Pulau/Kepulauan dan RencanaTata Ruang Kawasan Strategis Nasional

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 Tentang : Rawa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi visi pembangunan perumahan rakyat yaitu Setiap Keluarga Indonesia Menghuni Rumah yang layak, maka salah satu kebijakan pembangunan perumahan rakyat diarahkan pada pengembangan perumahan berbasis kawasan; b. bahwa pengembangan perumahan berbasis kawasan antara lain dapat diselenggarakan pada kawasan perumahan yang menunjang kegiatan fungsi kelautan dan perikanan yang biasanya dikenal sebagai kawasan nelayan; c. bahwa pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas ingin dicapai demi menciptakan kehidupan dan penghidupan masyarakat nelayan yang efisien dan produktif; d. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas perlu diatur petunjuk pelaksanaan yang merupakan ketentuan yang spesifik tentang kawasan perumahan nelayan dan merupakan tindak lanjut dari Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 14/Permen/M/2006 tentang Penyelenggaraan Perumahan Kawasan Khusus; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3260); 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419); 3. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4433); 1

4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3409); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3660); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3660); 7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16 Tahun 2006 tentang Pelabuhan Perikanan; 8. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 14/Permen/M/2006 tentang Penyelenggaraan Perumahan Kawasan Khusus; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Pertama Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Kawasan khusus adalah bagian wilayah dalam provinsi dan/atau kabupaten/kota untuk menyelenggarakan kegiatan dengan fungsi khusus seperti industri, perbatasan, nelayan, pertambangan, pertanian, pariwisata, pelabuhan, cagar budaya, dan rawan bencana. 2. Perumahan kawasan khusus adalah kawasan untuk pengembangan perumahan pada hamparan tanah yang fisiknya telah dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dan pemukiman dalam rangka menunjang kegiatan dengan fungsi khusus, yang dilengkapi dengan jaringan primer, sekunder dan tersier prasarana lingkungan, sarana lingkungan serta utilitas, sesuai dengan rencana tata bangunan dan lingkungan perumahan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah dan sesuai dengan persyaratan pembakuan tata lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan pelayanan lingkungan. 3. Perumahan kawasan nelayan untuk selanjutnya disebut kawasan nelayan adalah perumahan kawasan khusus untuk menunjang kegiatan fungsi kelautan dan perikanan. 2

4. Prasarana kawasan nelayan adalah kelengkapan dasar fisik kawasan nelayan yang memungkinkan kawasan tersebut dapat berfungsi dan mengembangkan berbagai kegiatan terkait dengan kegiatan fungsi kelautan dan perikanan sebagaimana mestinya, misalnya dermaga, tambatan perahu, dok kapal. 5. Sarana kawasan nelayan adalah fasilitas penunjang kawasan nelayan yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya kehidupan dan penghidupan nelayan, misalnya tempat penjemuran ikan, tempat pembuatan jaring, tempat penjualan ikan. 6. Jaringan primer prasarana kawasan nelayan adalah jaringan utama yang menghubungkan antar satuan perumahan dalam kawasan perumahan atau antara kawasan perumahan dengan kawasan lain dan digunakan untuk kepentingan umum, baik berupa prasarana jalan darat, jeramba (jalan di atas air) maupun jalan air. 7. Jaringan sekunder prasarana kawasan nelayan adalah jaringan cabang dari jaringan primer prasarana kawasan nelayan yang melayani kebutuhan di dalam 1 (satu) satuan perumahan yang digunakan untuk kepentingan umum. 8. Jaringan tersier prasarana kawasan nelayan adalah jaringan cabang dari jaringan sekunder prasarana kawasan nelayan yang melayani kebutuhan ke masing-masing rumah yang digunakan untuk kepentingan umum. 9. Utilitas adalah sarana penunjang untuk pelayanan perumahan yang meliputi sarana air bersih, listrik, telepon, dan gas. 10. Pengusaha kawasan pelabuhan perikanan untuk selanjutnya disebut pengusaha kawasan adalah orang atau badan hukum yang mengusahakan pengembangan dan atau pengelolaan pelabuhan perikanan. 11. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum. 12. Pemilik perusahaan pembudidayaan ikan, kuasa pemilik perusahaan pembudidayaan ikan, dan/atau penanggungjawab perusahaan pembudidayaan ikan adalah orang atau badan hukum yang mengusahakan pembudidayaan ikan. 13. Badan Usaha adalah badan hukum yang kegiatan usahanya di bidang pembangunan perumahan dan permukiman yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. 14. Masyarakat nelayan selanjutnya disebut masyarakat adalah orang atau sekelompok orang yang bekerja sebagai nelayan, nelayan kecil, pembudi daya ikan dan pembudi daya-ikan kecil yang bertempat tinggal di kawasan nelayan dan/atau sekitarnya. 15. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. 16. Nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 17. Pembudi daya-ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan. 18. Pembudi daya-ikan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 3

19. Menteri adalah menteri yang bertugas mengkoordinasikan dan bertanggungjawab di bidang perumahan dan permukiman. Bagian Kedua Maksud, Tujuan dan Lingkup Pengaturan Pasal 2 (1) Pengaturan dalam petunjuk pelaksanaan ini dimaksudkan agar para pembina pada berbagai tingkat pemerintahan maupun pelaksana mempunyai panduan untuk mengembangkan kawasan perumahan untuk nelayan dengan mempertimbangkan berbagai aspek pengembangan kawasan, khususnya dalam penyelenggaraan dan pengelolaan kawasan, sehingga dapat menciptakan suatu kawasan perumahan nelayan yang layak dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah. (2) Pengaturan petunjuk pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ini bertujuan untuk terlaksananya kelancaran penyelenggaraan dan pengelolaan pengembangan kawasan perumahan nelayan secara berdaya guna dan berhasil guna. (3) Lingkup pengaturan dalam petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan pengembangan kawasan nelayan ini sesuai dengan hal-hal sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 14/Permen/M/2006 tentang Penyelenggaraan Perumahan Kawasan Khusus, dengan mempertimbangkan hal-hal khusus terkait dengan nelayan. Bagian Ketiga Prioritas Penanganan Penyelenggaraan Kawasan Nelayan Pasal 3 Penanganan penyelenggaraan kawasan nelayan diprioritaskan bagi yang mempunyai kondisi sebagai berikut : a. Kondisi lingkungannya tidak tertata dan kumuh. b. Mencemari perairan di sekitarnya. c. Aksessibilitas rendah ke kawasan nelayan atau terisolir karena misalnya terletak di perbatasan Negara dan pulau-pulau kecil terpencil. d. Masyarakatnya miskin. e. Rawan bencana kebakaran. f. Rawan terhadap terpaan gelombang termasuk abrasi, tsunami dan angin. g. Adanya rencana pembangunan pelabuhan perikanan, dan industri perikanan. 4

Bagian Keempat Persyaratan Dan Kriteria Lokasi Kawasan Nelayan Pasal 4 Persyaratan dan kriteria lokasi penyelenggaraan kawasan nelayan selain yang disebut dalam Pasal 7 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 14/Permen/M/2006 tentang Penyelenggaraan Perumahan Kawasan Khusus, adalah sebagai berikut: a. Terletak pada pesisir, dan atau pulau-pulau di sekitar laut yang memiliki potensi kelautan dan perikanan yang besar, termasuk di sekitar sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air lainnya yang dapat diusahakan serta lahan pembudidayaan yang potensial. b. Adanya pelabuhan perikanan atau rencana pembangunan pelabuhan perikanan yang perlu dukungan perumahan. Bagian Kelima Keberhasilan Penyelenggaraan Pengembangan Kawasan Nelayan Pasal 5 Keberhasilan penyelenggaraan pengembangan kawasan nelayan, selain yang disebut dalam Pasal 8 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 14/Permen/M/2006 tentang Penyelenggaraan Perumahan Kawasan Khusus, adalah sebagai berikut: a. Terlibatnya pengusaha kawasan dalam pengembangan kawasan nelayan. b. Tumbuhnya berbagai kegiatan terkait dengan sektor kelautan dan perikanan, seperti industri kecil dan menengah pengolahan ikan, wisata laut. BAB II PENGATURAN TAHAPAN PENYELENGGARAAN KAWASAN NELAYAN Bagian Pertama Pengaturan Pada Tahapan Penyelenggaraan Pasal 6 Tahapan penyelenggaraan kawasan nelayan perlu dilaksanakan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 45 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 14/Permen/M/2006 tentang Penyelenggaraan Perumahan Kawasan Khusus, dengan mempertimbangkan pula hal-hal khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, sebagai berikut: a. Pada identifikasi tipologi kawasan kelautan dan perikanan perlu mempertimbangkan: 5

1) wilayah yang berpotensi besar dalam sektor atau kegiatan kelautan dan perikanan, termasuk berpotensi untuk pengembangan wisata laut; 2) penilaian terhadap kondisi kawasan nelayan terkait dengan angka 1) di atas. b. Pada identifikasi isu-isu strategis kawasan kelautan dan perikanan perlu mempertimbangkan: 1) berbagai kebijaksanaan dan strategi pengembangan sektor kelautan dan perikanan yang terkait dengan provinsi/kabupaten/kota. 2) berbagai kebijaksanaan dan strategi pengembangan sektor pariwisata laut yang terkait dengan provinsi/ kabupaten/kota. c. Pada penetapan tujuan penyelenggaraan kawasan nelayan perlu mempertimbangkan: 1) arah pengembangan kawasan nelayan dikaitkan dengan pengembangan pelabuhan perikanan, pengembangan budidaya ikan, industri perikanan dan kegiatan usaha kelautan lainnya. 2) pelabuhan perikanan sebagaimana dimaksud pada angka 1) berdasarkan klasifikasi serta jumlah dan persebarannya di Indonesia dicantumkan pada lampiran 1 dan lampiran 2. 3) kemungkinan peningkatan ekonomi nelayan antara lain melalui pengembangan wisata laut dan industri kecil kelautan dan perikanan. d. Pada penetapan lokasi kawasan nelayan perlu mempertimbangkan: 1) kriteria kelayakan teknis yaitu : i. berdekatan dengan pengembangan pelabuhan perikanan dan atau pengembangan budidaya ikan dan atau industri perikanan dan atau kegiatan usaha kelautan lainnya. ii. mempunyai akses ke kawasan perairan. iii. dapat dibangun dermaga dan tambatan perahu. 2) kriteria kelayakan lingkungan yang tidak merusak kawasan hutan bakau dan kehidupan biota laut. e. Pada pembentukan penyelenggara dan pengelola kawasan nelayan perlu mempertimbangkan: 1) kelembagaan yang sudah ada, seperti korporasi, koperasi nelayan, organisasi buruh pelabuhan perikanan, serikat pekerja industri perikanan. 2) berbagai lembaga keuangan yang mempunyai produk kredit perumahan dan penjamin pinjaman khususnya untuk nelayan. f. Pada perencanaan pengembangan kawasan nelayan yang berkaitan dengan: 1) Penyiapan pra studi kelayakan investasi dan pendanaan perlu mempertimbangkan: i. pengembalian investasi jangka panjang mengingat banyaknya nelayan yang miskin. ii. Pola pembiayaan perumahan kawasan khusus untuk nelayan. 6

2) Pemetaan partisipatif perlu mempertimbangkan: i. penjelasan rencana yang disiapkan untuk nelayan dan bagaimana memanfaatkan dan memelihara berbagai prasarana, sarana dan utilitas agar dapat berdaya guna dan berhasil guna. ii. penjelasan kemungkinan pengembangan aktivitas lain di luar perikanan misalnya wisata laut yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. iii. pengembangan aspek-aspek peran serta masyarakat dalam menunjang kegiatan pelabuhan perikanan terkait. 3) Perencanaan kawasan nelayan yang berkaitan dengan : i. Perencanaan dalam penyelenggaraan perlu mempertimbangkan: 1. Pengaturan zonasi kawasan nelayan dengan memanfaatkan sumberdaya pesisir pantai dan kelautan yang produktif serta selalu berupaya untuk menjaga ekosistem. 2. Penataan ruang kawasan nelayan yang memperhatikan dan memberikan karakteristik spesifik bagi desa-desa pantai agar dapat memberikan keseimbangan dan keserasian interaksi dengan kegiatan fungsi kelautan dan perikanan. 3. pengembangan pola usaha perikanan (laut) yang merupakan penataan sistem terpadu dengan wilayah penangkapan ikan, pangkalan pendaratan ikan, pangkalan pendaratan perahu/pelabuhan nelayan, tempat pelelangan ikan dan pasar ikan, dok pembuatan/perbaikan perahu, perumahan nelayan, serta fasilitas umum sosial wisata. 4. perencanaan pembangunan dermaga, docking kapal, cold storage, pabrik es balok, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN). 5. pengembangan desain lingkungan dan rumah yang spesifik (tradisional) dan memiliki nilai jual sebagai obyek wisata. ii. Perencanaan dalam pengelolaan perlu mempertimbangkan: 1. skema pembiayaan khusus untuk peningkatan ekonomi masyarakat nelayan. 2. Pola skema pembiayaan perumahan kawasan khusus untuk nelayan terkait dengan pengembangan ekonomi di bidang kelautan dan perikanan. 3. pemanfaatan kawasan nelayan untuk mengembangkan nilai jual wisata. 4. pemeliharaan dan pengendalian kawasan nelayan yang selalu berupaya untuk menjaga ekosistem. g. Pada penyediaan tanah selain diatur dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 14/Permen/M/2006, mempertimbangkan pula pendapat dari berbagai instansi terkait, khususnya berkaitan dengan : 1) hak atas tanah atau lahan perumahan untuk kemungkinan pembangunan perumahan kawasan nelayan pada lahan diatas laut. 2) status kepemilikan hak, penegakan hak dan kewajiban termasuk penetapan perubahan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan 7

pemanfaatan tanah perumahan kawasan nelayan, yang dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh instansi bidang pertanahan dengan instansi terkait. h. Pada penyiapan lahan kawasan nelayan sudah cukup diatur secara umum dalam Pasal 34 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 14/Permen/M/2006, kecuali ada pertimbangan lain dari instansi terkait, khususnya berkaitan dengan kemungkinan konstruksi fisik untuk pembangunan kawasan nelayan pada lahan diatas laut. i. Pada penyediaan prasarana, sarana dan utilitas kawasan nelayan perlu mengatur agar pelaksanaan pembangunan kawasan nelayan terintegrasi dengan pelaksanaan pembangunan pelabuhan perikanan dan industri perikanan yang diharapkan menjadi faktor pendorong peningkatan ekonomi masyarakat nelayan, kecuali ada pertimbangan lain dari instansi bidang pekerjaan umum, kelistrikan, perhubungan, telekomunikasi, meteorologi dan geofisika, kelautan dan perikanan, energi dan sumber daya mineral, khususnya berkaitan dengan kemungkinan konstruksi fisik untuk penyediaan prasarana, sarana dan utilitas kawasan nelayan pada lahan diatas laut. j. Pada pemanfaatan kawasan nelayan perlu mengatur pemanfaatan bagi nelayan dan masyarakat terkait dengan pelayanannya. k. Pada pemeliharaan kawasan nelayan perlu mengatur pemeliharaan kawasan nelayan yang selalu berupaya untuk menjaga ekosistem. l. Pada pengendalian kawasan nelayan perlu mengatur untuk mengendalikan kawasan nelayan agar selalu berupaya dan tertib dalam menjaga ekosistem. Pasal 7 Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Kedua Pengaturan penyelenggaraan di Daerah Pasal 8 (1) Untuk pengaturan penyelenggaraan kawasan nelayan di Daerah perlu dibuat Peraturan Daerah yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Menteri ini. (2) Dalam hal Daerah belum mempunyai Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka terhadap penyelenggaraan kawasan nelayan di Daerah diberlakukan ketentuan-ketentuan penyelenggaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6. 8

(3) Daerah yang telah mempunyai Peraturan Daerah tentang penyelenggaraan kawasan nelayan sebelum Peraturan Menteri ini diterbitkan harus menyesuaikannya dengan ketentuan-ketentuan penyelenggaraan kawasan nelayan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6. Pasal 9 (1) Dalam melaksanakan pembinaan penyelenggaraan kawasan nelayan, Pemerintah Daerah melakukan peningkatan kemampuan aparat Pemerintah Daerah maupun masyarakat dalam memenuhi ketentuan penyelenggaraan kawasan nelayan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 untuk terwujudnya suatu kawasan perumahan nelayan yang layak dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah secara berdaya guna dan berhasil guna. (2) Dalam melaksanakan pengendalian penyelenggaraan kawasan nelayan, Pemerintah Daerah wajib menggunakan pengaturan pentahapan penyelenggaraan kawasan nelayan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 sebagai landasan dalam mengeluarkan persetujuan dan atau perizinan yang diperlukan. (3) Terhadap aparat Pemerintah Daerah yang bertugas dalam pengendalian penyelenggaraan kawasan nelayan yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 6 dikenakan sanksi administrasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Ketiga Sanksi Administrasi Pasal 10 (1) Penyelenggaraan kawasan nelayan yang melanggar ketentuanketentuan Pasal 6 dan Pasal 7 Peraturan Menteri ini dikenakan sanksi administrasi yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 8. (2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sesuai dengan tingkat pelanggaran dapat berupa : a. peringatan tertulis; b. pembatasan kegiatan; c. penghentian sementara kegiatan sampai dilakukannya pemenuhan tahapan penyelenggaraan kawasan nelayan; d. pencabutan izin yang telah dikeluarkan untuk penyelenggaraan kawasan nelayan. (3) Selain sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), di dalam Peraturan Daerah dapat diatur mengenai pengenaan denda, tindakan pembongkaran serta disinsentif lainnya atas terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan kawasan nelayan. 9

BAB III PEMBINAAN Pasal 11 Pembinaan penyelenggaraan kawasan nelayan dilaksanakan sebagaimana diatur dalam Pasal 46 sampai dengan Pasal 49 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 14/Permen/M/2006 tentang Penyelenggaraan Perumahan Kawasan Khusus, dengan mempertimbangkan pula hal-hal sebagai berikut: a. Pembinaan teknis dan bantuan teknis pengembangan bidang kelautan dan perikanan, dilaksanakan oleh Menteri bidang kelautan dan perikanan. b. Pembinaan teknis dan bantuan teknis bagi kawasan perumahan nelayan yang dimanfaatkan pula sebagai obyek wisata, dilaksanakan oleh Menteri bidang pariwisata. c. Pembinaan teknis dan bantuan teknis bagi kawasan perumahan nelayan khususnya dalam pemeliharaan lingkungan, dilaksanakan oleh Menteri bidang lingkungan hidup. BAB IV PERAN MASYARAKAT NELAYAN Pasal 12 Peran masyarakat nelayan perlu dilaksanakan sebagaimana diatur dalam Pasal 50 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 14/Permen/M/2006 tentang Penyelenggaraan Perumahan Kawasan Khusus, disamping perlu pula mempertimbangkan pendapat dari berbagai asosiasi masyarakat nelayan yang ada di masing-masing daerah. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 13 Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, maka semua ketentuan penyelenggaraan kawasan nelayan yang telah ada masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini, sampai digantikan dengan yang baru. 10

BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 (1) Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. (2) Peraturan Menteri ini disebarluaskan kepada pihak-pihak yang bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 Agustus 2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT ttd MOHAMMAD YUSUF ASY ARI 11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23