Urgensi Pengaturan Perlindungan Pengetahuan Tradisional Dalam Hukum Positif Indonesia Oleh: Akhmad Aulawi *

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman

PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL TERHADAP PENGETAHUAN TRADISIONAL DI INDONESIA

Adiharsa Winahyu Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

BAB II PENGETAHUAN TRADISIONAL DALAM PENGATURAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. Harmonisasi antara pengetahuan modern dan pengetahuan tradisional

Pengenalan Kekayaan Intelektual Oleh : dr. Gita Sekar Prihanti, M Pd Ked SENTRA KI - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ketentuan dan Praktik Royalti dalam Hak Kekayaan Intelektual DWI ANITA DARUHERDANI, SH., LL.M. SEKRETARIS JENDERAL ASOSIASI KONSULTAN HKI INDONESIA

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

ARTIKEL PPM SOSIALISASI HKI BAGI USAHA KECIL MENENGAH (UKM) BINAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. Oleh:

TUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. (Intelectual Property Rights Law)

SOFYAN ARIEF SH MKn

Dr. Tb. Maulana Kusuma Web: Gunadarma University

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.


PENDAFTARAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

EKSPRESI KARYA SENI TRADISIONAL SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL BANGSA. Oleh: Etty S.Suhardo*

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 73 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN FASILITASI PENDAFTARAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan isu yang sangat

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. : HAKI (Hak atas kekayaan Intelektual) : Hukum Bisnis Syariah

II. TINJAUAN PUSTAKA. macam istilah hukum: Hak Milik Intelektual dan Hak Kekayaan Intelektual.

MODUL KEKAYAAN INTELEKTUAL. Pusbindiklat Peneliti. Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat Pertama LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 2017

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO

I. PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan

Rudy Susatyo. Yogyakarta, 8 Agustus Oleh

Pengantar Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

Hak Atas Kekayaan Intelektual. Business Law Universitas Pembangunan Jaya Semester Gasal 2014

BAB I PENDAHULUAN. Warisan kebudayaan Indonesia yang bermacam macam ini disebabkan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. resmi dari Intellectual Property Rights (IPR). Berdasarkan substansinya, HKI

Undang-undang Nomor 7/1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (WTO)

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. 1 No. 3, Oktober 2009 PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI) TERHADAP USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

MANFAAT DAN STRATEGI MENYUSUN DOKUMEN PATEN

Buku Panduan Permohonan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu bagi Sivitas Akademika IPB

PERLINDUNGAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DALAM HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DI INDONESIA

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) TINDAK LANJUT HASIL PENELITIAN

Abstract. Sulasi Rongiyati *

PROGRAM HIBAH PENELITIAN BERPOTENSI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL BAGI DOSEN DAN MAHASISWA UAJY

PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HKI (UBER- HKI)

SILABI MATA KULIAH HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL

PERBEDAAN POLITIK, EKONOMI, DAN HUKUM DALAM BISNIS INTERNASIONAL

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia merupakan negara yang strategis yang terletak

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Contoh Pedoman Etika Periklanan Manca Negara. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke:

NI MATUZAHROH, S.PSI, M.SI BAHAN DISKUSI WORKSHOP SENTRA HKI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK SENTRA HKI-UMM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Intellectual Property Right (IPR) Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Sumber: Ditjen HKI - Republik Indonesia. Latar Belakang

PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HKI (UBER- HKI)

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG MASYARAKAT ADAT

BAB I PENDAHULUAN. Dimana keunikan budaya yang dimiliki Indonesia telah diakui dalam kancah

BAB I PENDAHULUAN. para pemilik bisnis baik kecil, menengah, maupun besar, benar-benar harus

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI) SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN

PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (UBER-HKI)

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang harus mengejar ketertinggalan dan terkadang memaksakan diri

BAB I PENDAHULUAN. karakter yang eksklusif. Berdasarkan Undang-undang No. 31 Tahun 2000 hak

Mata Kuliah: Legal Aspek dalam produk TIK Disusun oleh : Dr. Henny Medyawati, S.Kom, MM

PENGANTAR KOMPUTER & SOFTWARE I

Anugerah Kekayaan Intelektual Nasional dan WIPO Awards

SALINAN. KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 136/K13/PG/2004. Tentang

UPAYA KANTOR WILAYAH KEMENTRIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BALI DALAM MENCEGAH PELANGGARAN HAK CIPTA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL KOMUNAL ATAS EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DI BALI

MAKALAH HAK DESAIN INDUSTRI

PENGELOLAAN KEKAYAAN INTELEKTUAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL PENANGGULANGAN PELANGGARAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

STIE DEWANTARA Hak Atas Kekayaan Intelektual Dalam Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Isu-isu di bidang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan hak-hak penduduk

HAKI PADA TEKNOLOGI INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi

PENGENALAN HKI (Hak Kekayaan Intelektual)

2017, No Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nom

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan kemajuan masyarakat. Oleh karena itu, dalam era globalisasi. perdagangan, pembangunan hukum di Indonesia diharapkan mampu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh: Fahmi Mutiara Endry Heweningtiyas A.A Yusa Damardhi Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai artistik dan nilai jual yang tinggi, seperti cerita wayang,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EFEKTIVITAS PENGATURAN HUKUM HAK CIPTA DALAM MELINDUNGI KARYA SENI TRADISIONAL DAERAH

URGENSI PENGATURAN EKSPRESI BUDAYA (FOLKLORE) MASYARAKAT ADAT. Oleh : Simona Bustani *

PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (UBER-HKI)

PENINGKATAN PROFESIONALISME KARYA CIPTA TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN HAKI

HaKI (IPR) Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights)

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat ini di satu sisi membawa dampak positif, tetapi disisi lain

Pemanfaatan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ragil Yoga Edi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan perlindungan hukum terhadap rahasia dagang sebagai bagian. perdagangan dari HKI (The TRIPs Agreement) tidak memberikan

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL: PENGERTIAN DAN MANFAAT BAGI LITBANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2001 TENTANG

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYA CIPTA BATIK TRADISIONAL INDONESIA. Oleh: Nur Khasanah Setiani, SH 1. Abstrakasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property

SALINAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

ETIKA PROFESI DAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL MPB12103-MPB13102

PENGATURAN HASIL KARYA INTELEKTUAL ATAS LAYANGAN JANGGAN SEBAGAI EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL KE DALAM HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi budhi yang berarti tunggal atau budhaya yang berarti majemuk 1, sehingga

Divisi Inovasi dan Produk Unggulan. LP3M Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,


Transkripsi:

Urgensi Pengaturan Perlindungan Pengetahuan Tradisional Dalam Hukum Positif Indonesia Oleh: Akhmad Aulawi * Naskah diterima: 25 November 2015; disetujui: 18 Desember 2015 Latar Belakang Kesadaran atas perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual di Indonesia saat ini telah menjadi perhatian dari setiap pemangku kepentingan. Hal ini dapat dibuktikan dengan telah berlakunya beberapa undang-undang yang mengatur mengenai Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI), yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desai Tata Letak Sirkuit Terpadu. Namun demikian, tidak semua hal yang terkait dengan HKI telah dilindungi. Adalah pengetahuan tradisional (traditional knowledge) yang sampai saat ini belum menjadi perhatian dari Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat untuk diberikan perlindungan hukum dalam bentuk undang-undang yang yang memadai. Pada prinsipnya perhatian atas pengetahuan tradisional bukan merupakan barang baru dalam perkembangan HKI di Indonesia. Hal ini dikarenakan pengetahuan tradisional menjadi barang yang rentan untuk dijadikan objek pelanggaran HKI. Beberapa kasus yang mengemuka terkait dengan pelanggaran pengetahuan tradisional adalah kasus klaim pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional Indonesia oleh Malaysia, dimana dalam salah satu iklan komersial di Discovery Channel, ditayangkan bahwa Tari Pendet, Wayang, dan Reog Ponorogo diklaim sebagai kekayaan tradisional Malaysia. Padahal, sudah menjadi informasi umum bahwa ketiga hal tersebut merupakan ekspresi budaya tradisonal Indonesia. Kasus lainnya adalah telah dipatenkannya pengetahuan pengobatan tradisional 1

masyarakat Jawa oleh pengusaha Jepang, yang pendaftaran patennya dilakukan di Japanese Patent Office. (Media HKI Vol.XII/No.4/Juli 2015) Dari dua kasus tersebut, yang merupakan fenomena gunung es, dapat dimungkinkan telah atau akan munculnya beberapa kasus lainnya yang tidak muncul ke media, yang akan merugikan kekayaan intelektual bangsa Indonesia. Munculnya dua kasus di atas juga dikarenakan sampai saat ini belum ada peraturan perundangundang yang tegas mengatur mengenai perlindungan pengetahuan tradisional, sehinggga menjadi sasaran empuk bagi pihak atau negara lain untuk menjadikan pengetahuan tradisional bangsa Indonesia menjadi HKI mereka atau bangsa lain. Untuk itu sudah menjadi keharusan pengaturan yang lebih tegas dalam peraturan perundang-undangan bagi pengetahuan tradisional harus segera terwujud agar perlindungan pengetahuan tradisional di masyarakat dapat terimplementasikan. Pengetahuan Tradisional Dalam Tinjauan Teori dan Konsep Dalam penjelasan mengenai pengetahuan tradisional terdapat beberapa tinjauan teori dan konsep. Pengetahuan tradisional atau juga dikenal dengan traditional knowledge didefinisikan sebagai karya masyarakat tradisional (adat) yang dapat berupa adat budaya, karya seni, dan teknologi yang telah turun temurun digunakan sejak nenek moyang. (Endang Purwaningsih:2005) Pengertian lainnya mengenai pengetahuan tradisional yang diajukan oleh Kementrian Ristek dan Teknologi, yaitu seluruh bentuk pengetahuan, inovasi dan kegiatan budaya dari masyarakat asli (Indigenous Community) maupun masyarakat lokal yang meliputi cara hidup dan teknologi tradisional yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari secara turuntemurun. (Adrian Sutedi: 2009) Sedangkan UNESCO mendefinisikan pengetahuan tradisional secara lebih luas, namun hanya melihat dari sisi kebudayaan semata: The traditional knowledge and expressions of indigenous cultures are defined as the ways in which indigenous cultures are expressed and which are manifestations of worldwide of the indigenous peoples of the pacific. Traditional knowledge and cultural expressions are any knowledge or any creation created, acquired and inspired 2

(applied, inherent, or abstract) for the physical and spiritual well-being of the indigenous peoples of the pacific. The nature and use of such knowledge and expressions are transmitted from one generation to the next to enhance, safeguard and perpetuate the identity, well-being and right of the indigenous of the pacific. (Muhammad Djumhana: 2006) Pengetahuan tradisional pada prinsipnya merupakan bentuk inovasi, kreasi, dan ekspresi kultural yang dihasilkan dan dipelihara secara turun temurun oleh suatu komunitas masyarakat tertentu atau individu dalam suatu komunitas lokal di suatu negara. Selanjutnya, pengetahuan tradisional itu merupakan pengetahuan yang diciptakan, dipertahankan, digunakan, dan dilindungi dalam lingkaran tradisional. Sedangkan menurut WIPO, pengetahuan tradisional merujuk pada berbagai pengetahuan yang sangat luas, dan tidak terbatas pada suatu bidang tertentu. (Ahkam Subroto dan Suprapedi:2005) Pengaturan Pengetahuan Tradional Dalam Hukum Positif Indonesia Sebelum mengetahui lebih jauh mengenai posisi pengetahuan tradisional dalam hukum positif Indonesia, perlu diketahui secara sekilas mengenai HKI. Secara prinsip HKI merupakan hak yang berkenaan dengan kekayaan yang timbul karena kemampuan intelektual manusia. HKI juga merupakan perwujudan dari benda yang immaterial atau tidak berwujud. Selain itu, prinsip lainnya HKI merupakan hak privat yang bersifat eksklusif yang diberikan negara kepada pelaku HKI, baik inventor, pencipta, atau pendesain. Selanjutnya, HKI terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu hak cipta dan hak atas kekayaan perindustrian. Hak cipta dapat berasal dari seni, ilmu pengetahuan, sastra, dan hak terkait. Sedangkan hak atas kekayaan perindustrian terdiri dari paten, paten sederhana, rahasia dagang, merek, desain industri, perlindungan varietas tanaman, desain tata letak terpadu, indikasi geografis dan indikasi asal, dan kompetisi terselubung. Dalam perkembangan HKI terdapat beberapa norma dan standar yang mendapat perlindungan HKI yaitu mencakup hak cipta dan hak-hak lain yang terkait, merek, indikasi geografis, desain produk industri, paten, desain tat letak sirkuit terpadu, perlindungan terhadap informasi yang dirahasiakan, dan 3

pengendalian praktik-praktik persaingan curang dalam perjanjian lisensi. Saat ini yang menjadi permasalahan dimana posisi pengetahuan tradisional dalam hukum positif di Indonesia khususnya dalam HKI, karena ternyata pengetahuan tradisional tidak menjadi bagian dari cabang HKI yang dilindungi. Sebenarnya berdasarkan pemaparan di atas, terdapat dua alasan mengapa pengetahuan tradisional tidak menjadi objek perlindungan HKI. Pertama, HKI merupakan hak privat yang bersifat eksklusif yang diberikan negara kepada pelaku HKI, baik inventor, pencipta, atau pendesain, sedangkan pengetahuan tradisional merupakan karya masyarakat tradisional (adat) yang dapat berupa adat budaya, karya seni, dan teknologi yang telah turun temurun digunakan sejak nenek moyang. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tradisional tidak bersifat privat karena dimiliki secara komunal oleh suatu masyarakat di suatu daerah tertentu. Kedua, HKI berlaku secara terbatas berdasarkan waktu, sedangkan pengetahuan tradisional berlaku secara terus menerus, turun temurun, dalam suatu komunitas masyarakat tertentu. Berlakunya HKI secara terbatas berdasarkan waktu dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek (Undang-Undang Merek). Dalam Pasal 28 Undang-Undang Merek dinyatakan bahwa Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak Tanggal Penerimaan dan jangka waktu perlindungan itu dapat diperpanjang. Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten (Undang-Undang Paten). Dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Paten dinyatakan bahwa Paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang. Namun demikian, jika melihat beberapa kasus yang terjadi dan diuraikan dalam pemaparan sebelumnya, keberadaan pengetahuan tradisional dalam hukum positif di Indonesia belum menjadi perhatian untuk diatur. Sebenarnya perhatian atas pengetahuan tradisional untuk diatur dalam peraturan perundang-undangan sudah menjadi wacana umum yang didengungdengungkan sampai dengan fora internasional. Dalam konferensi pertama mengenai Hak Budaya dan Intelektual dari 4

Penduduk Asli di Selandia Baru Tahun 1993 yang mengeluarkan Deklarasi Mataatun, mengeluarkan beberapa hal penting terkait dengan pengetahuan tradisional di antaranya yaitu hak untuk melindungi pengetahuan tradisional adalah sebagian dari hak menentukan nasib, kode etik harus dikembangkan untuk ditaati pengguna luar apabila mencatat pengetahuan tradisional dan adat, serta sebuah lembaga harus dibentuk untuk melestarikan dan memantau komersialisasi karya-karya dan pengetahuan tradisional untuk memberi usulan kepada penduduk asli mengenai bagaimana mereka dapat melindungi sejarah budayanya dan untuk berunding dengan Pemerintah mengenai undangundang yang berdampak atas hak tradisional. (Endang Purwaningsih:2005) Berdasarkan hal tersebut, pengaturan pengetahuan tradisional menurut pandangan penulis sudah selayaknya diatur dalam hukum positif di Indonesia yang dalam hal ini diatur dalam undang-undang. Terdapat beberapa pemikiran yang mendasari mengapa pengetahuan tradisional perlu diatur dalam undang-undang, pertama, pengetahuan tradisional yang merupakan suatu bentuk inovasi, kreasi, dan ekspresi kultural yang dihasilkan dan dipelihara secara turun temurun oleh suatu komunitas masyarakat tertentu atau individu dapat berpotensi adanya nilai ekonomi yang terkandung di dalamnya, dimana apabila tidak diatur secara normatif dapat diakui oleh suatu pihak sebagai miliknya. Hal ini akan merugikan komunitas masyarakat tertentu atau individu dimana pengetahuan tradisional itu berasal. Kedua, pengaturan perlindungan pengetahuan tradisional saat ini sudah menjadi domain publik internasional untuk diatur di setiap negara dalam rangka melindungi inovasi, kreasi, dan ekspresi kultural yang berasal dari suatu negara, agar tidak disalahgunakan oleh pihak atau negara lain. Jika melihat dari penerapannya, sebenarnya beberapa negara di dunia telah memberlakukan undang-undang perlindungan pengetahuan tradisional seperti Afrika Selatan dan India. Untuk itu, Indonesia yang terkenal dengan beragam pengetahuan tradisional sudah semestinya mengatur hal tersebut dalam suatu bentuk aturan undang-undang dalam rangka melindungi pengetahuan tradisional Indonesia. 5

Ketiga, beberapa kasus yang berdampak dilanggarnya pengetahuan tradisional Indonesia, disebabkan lemahnya aturan hukum kita yang belum mengatur pengetahuan tradisional dalam hukum positif Indonesia. Kasus itu dimungkinkan merupakan fenomena gunung es yang bisa jadi terdapat beberapa kasus lainnya yang belum terdeteksi oleh kita. Keempat, dalam hal berbedanya beberapa prinsip pengetahuan tradisional dengan HKI, tidak serta merta pengetahuan tradisional tidak diatur dalam undang-undang. Perbedaan prinsip tersebut justru menjadi trigger agar pengetahuan tradisional diatur dalam undang-undang tersendiri yang mengatur substansi perlindungan pengetahuan tradisional mengingat betapa penting dan besarnya dampak yang ditimbulakn dari pengaturan tersebut. Untuk itu, dalam perkembangan dan dinamika hukum saat ini, sudah selayaknya Pemerintah dan DPR memiliki politik hukum yang sama untuk menjadikan perlindungan pengetahuan tradisional menjadi produk hukum yang bertujuan untuk menjaga eksistensi kekayaan dan kedaulatan bangsa Indonesia di dunia internasional. * Penulis adalah Perancang Peraturan Perundang-undangan di Badan Keahlian DPR RI. 6