KETANGGUHAN BEBAN IMPAK DAN BEBAN TARIK MAKSIMUM PADA PELAT BAJA BERLAPIS AKIBAT QUENCHING DAN NORMALIZING

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS. R. Bagus Suryasa Majanasastra 1)

ANALISA PROSES SPRAY QUENCHING PADA PLAT BAJA KARBON SEDANG

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

KARAKTERISASI BAJA CHASIS MOBlL SMK (SANG SURYA) SEBELUM DAN SESUDAH PROSES QUENCHING

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

Pengaruh Temperatur Pemanasan dan Holding Time pada Proses Tempering terhadap Sifat Mekanik dan Laju Korosi Baja Pegas SUP 9A

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif, kebutuhan

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending

Materi #2 TIN107 Material Teknik 2013 SIFAT MATERIAL

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISA QUENCHING PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN MEDIA SOLAR

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

Pengaruh Perlakuan Panas Dengan Air Dan Oli Terhadap Kekuatan Impact (Benturan) Bahan Piston Dan Cylinder Liner ABSTRAK

PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140

PERBEDAAN STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN, DAN KETANGGUHAN BAJA HQ 705 BILA DIQUENCH DAN DITEMPER PADA MEDIA ES, AIR DAN OLI

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

TINGKAT KETELITIAN PADA REDESIGN ALAT UJI IMPAK TERHADAP SKALA LABORATORIUM METALURGI FISIK Agus Suyatno 1), Suriansyah S 2) ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PROSES PENGERASAN (HARDENNING)

PENGARUH MEDIA PENDINGIN MINYAK PELUMAS SAE 40 PADA PROSES QUENCHING DAN TEMPERING TERHADAP KETANGGUHAN BAJA KARBON RENDAH

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DWI HANDOKO. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Pontiana, Jl. Ahmad Yani Pontianak

PENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSES NORMALIZING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

Jurnal Teknik Mesin, Volume 6, Nomor 1, Tahun

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Bulan September 2012 sampai dengan November

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BESI COR NODULAR (FCD 60)

PENGARUH TEMPERING PADA BAJA St 37 YANG MENGALAMI KARBURASI DENGAN BAHAN PADAT TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

Sifat Sifat Material

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: ISSN

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia teknik dikenal empat jenis material, yaitu : logam,

ANALISIS KEKERASAN PERLAKUAN PANAS BAJA PEGAS DENGAN PENDINGINAN SISTEM PANCARAN PADA TEKANAN 20, 40 DAN 60 PSi. Abstract

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

Diajukan Sebagai Syarat Menempuh Tugas Akhir. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah. Surakarta. Disusun Oleh : WIDI SURYANA

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL MODUL 3 - PENGUJIAN IMPAK DELIANA RAMDANIAWATI KELOMPOK: 7

PROSES THERMAL LOGAM

I. PENDAHULUAN. Baja karbon AISI 1045 adalah jenis baja yang tergolong dalam baja paduan

Kategori Sifat Material

Kunci: camshaft, patahan, operasional, pengujian, kegagalan.

PERANCANGAN ALAT UJI IMPAK METODE CHARPY KAPASITAS 100 JOULE. Yopi Handoyo 1)

PENGARUH MEDIA QUENCHING TERHADAP KEKUATAN BAJA AISI 1045 DIAPLIKASIKAN PADA SPROCKET RANTAI DENGAN METODE UJI IMPACT

KAJIAN EKSPERIMEN PENGUJIAN TARIK BAJA KARBON MEDIUM YANG DISAMBUNG DENGAN LAS SMAW DAN QUENCHING DENGAN AIR LAUT

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Material, Laboratorium

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

IMPACT DAN TENSILE TEST MATERIAL BANGUNAN RUMAH (TELAAH KONSEP MODULUS YOUNG DAN DEFORMASI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengaruh Unsur-unsur Paduan Pada Proses Temper:

ANALISA PENGARUH PERLAKUAN PANAS SEBELUM DAN SESUDAH PENEMPERAN TERHADAP NILAI KEKERASAN PADA BAJA PERKAKAS HSS

PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBON RENDAH AKIBAT PENGARUH PROSES PENGARBONAN DARI ARANG KAYU JATI

BAB I PENDAHULUAN. Suhu mempengaruhi sifat mekanik material, yaitu ketangguhan material

Impact Toughness Test. Sigit Ngalambang

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

yang tinggi, dengan pencelupan sedang dan di bagian tengah baja dapat dicapai kekerasan yang tinggi meskipun laju pendinginan lebih lambat.

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

PENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (100%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 390 G

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

Rubijanto ) ABSTRAK. Kata kunci : Perlakuan panas,proses pendinginan. ) Staf Pengajar Jurusan Mesin UNIMUS. Traksi. Vol. 4. No.

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBONISASI DENGAN BAHAN ARANG KAYU BK

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

Transkripsi:

KETANGGUHAN BEBAN IMPAK DAN BEBAN TARIK MAKSIMUM PADA PELAT BAJA BERLAPIS AKIBAT QUENCHING DAN NORMALIZING Nukman (1) (1) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya Prabumulih km 32, Indralaya 30662 Ogan Ilir e-mail: ir_nukman2001@yahoo.com Ringkasan Kekuatan bahan pada saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Pada umumnya kekuatan material logam tergantung terhadap dimensi material tersebut. Suatu material memerlukan kekuatan terhadap tumbukan serta kelenturan. Untuk meningkatkan kekuatan material dapat dilakukan dengan penambahan jumlah lapisan dengan ketebalan dan dimensi yang sama melalui panas yang sesuai. Pengujian impak dan pengujian tarik dilakukan dengan tiga yaitu tanpa, normalizing dan quenching. Energi impak yang terbesar pada spesimen uji impak tanpa dengan ketebalan 2,5 mm dengan hasil 89,75 Joule dan energi impak yang terkecil secara keseluruhan dari ketiga yang digunakan pada pengujian impak terdapat pada spesimen yang diberi quenching pada ketebalan 2,0 mm yaitu 62,12 Joule. Beban tarik maksimum paling besar terdapat pada spesimen tanpa dengan ketebalan 2,0 mm yaitu sebesar 9075 kgf dan beban tarik maksimum yang paling rendah terdapat pada spesimen yang dinormalizing dengan ketebalan 1,25 mm yaitu sebesar 7262,5 kgf. Abstract Until now the material strength has growth rapidly. Commonly, the strength of material is depend on the dimension. A material need a strength too, one of the strength is impact strength and the tensile strength. To maximized the strength of material is added the layer of material with the same thickness, same dimension and compactible heat treatment. The specimens had make for two testing are impact and tensile testings. The impact testing show that the biggest point is thickness 2,5 mm with non treatment 89,75 Joule and the smallest point is to be thickness 2,0 mm with quenching 62,12 Joule. The tensile testing show that biggest point is thickness 2,5 mm with non treatment 89,75 Joule and the smallest point is to be thickness 2,0 mm with quenching 62,12 Joule. The tensile testing show that biggest point is thickness 2,0 mm with non treatment 9075 kgf and the smallest point is to be thickness 1,25 mm with quenching 7262,5 kgf. Keywords: Metal sheet,quenching, Normalizing, Impact, Tensile 1 PENDAHULUAN Seiring dengan pesatnya kemajuan industri saat ini, proses-proses pemesinan juga semakin berkembang dan menghasilkan beraneka ragam produk komponen mesin. Proses pembentukan logam melalui memanaskan logam telah lama dikenal manusia. Pada awalnya kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan bentuk yang sesuai dengan penggunaanya. Perlakuan panas sangat mempengaruhi sifat mekanik dari material logam itu sendiri. Logam mempunyai sifat sifat teknologi (mampu bentuk, mampu mesin, mampu keras), sifat sifat mekanik (kekuatan, keuletan, kekerasan, kekakuan), sifat sifat fisik (ukuran, massa jenis, struktur). Maka dari itu sudah terjadi keharusan untuk memanfaatkan logam dengan daya guna yang maksimum. Penggunaan berbagai produk logam dalam berbagai keperluan dengan bermacam kondisi menuntut adanya peningkatan kualitas logam tersebut yang biasanya dilakukan dengan cara melakukan penambahan unsurunsur yang dapat meningkatkan sifat mekanik logam. Hal lain yang dapat mempengaruhi kualitas logam adalah jumlah lapisan pada material tersebut. Untuk mendapatkan perubahan sifat yang baik pada material perlu diperhatikan ketebalan yang sesuai maupun jumlah lapisan yang sesuai dengan penggunaan material tersebut. Dengan proses panas yang sesuai dengan tebal lapisan yang tepat maka sifat mekanik bahan tersebut dapat ditingkatkan. Hal yang sama dapat dilihat pada pegas daun yang digunakan pada kendaraan roda empat. Pegas daun JURNAL REKAYASA MESIN, VOL. 9 No. 3 NOVEMBER 2009 61

merupakan pegas yang berbentuk semi elips yang terbuat dari pelat baja dengan susunan yang berlapislapis. Pegas daun pada umumnya dipasangkan pada gardan roda belakang dan pada sasis dari kendaraan bermotor. Perpatahan adalah pemisahan atau pemecahan dari suatu benda padat menjadi dua atau lebih bagian karena adanya suatu tegangan. Proses perpatahan dapat dianggap terdiri dari dua bagian awal yaitu awal retak dan perambatan retak. Perpatahan berdasarkan regangan perpatahannya dapat dibagi dalam dua kelompok umum yaitu : a. Patah rapuh/getas (brittle fracture) b. Patah ulet (ductile fracture ) 2. KAJIAN PUSTAKA Kekuatan impak (impact strength) akan turun karena dengan meningkatnya kekerasan, maka tegangan dalamnya akan meningkat. Karena pada pengujian impact beban yang bekerja adalah beban geser dalam satu arah maka tegangan dalam akan mengurangi kekuatan impak Normalizing Proses ini biasa diterapkan pada baja karbon rendah atau sedang atau baja paduan agar struktur butiran lebih merata atau untuk meghilangkan tegangan dalam atau untuk memperoleh sifat sifat fisis yang diinginkan (Vliet dan Both, 1984). Spesimen yang telah dibentuk sesuai dengan ukuran pengujian selanjutnya dipanaskan dalam tungku pemanas Hofman. Spesimen tersebut dipanaskan pada temperatur 500 o C. Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan di udara terbuka hingga temperatur kamar selain 30 menit. Tujuan dari pemanasan ini antara lain untuk menghilangkan ketidakseragaman mikrostruktur, mengeleminasi tegangan sisa meningkatkan keseragaman dan penghalusan ukuran butir. Hal ini biasanya dilakukan pada material yang telah mengalami hot working seperti forging, rolling, extrusion dan sebagainya. Quenching Quenching adalah proses pendinginan cepat baja dari temperatur austenisasi pada media tertentu yang akan menghasilkan struktur martensit. Pada tahap Quenching media cair, proses yang akan terjadi diantaranya adalah: a. Selimut Uap (Vapor Blanket) b. Pendidihan (Boiling) c. Konveksi (Convection) Selimut uap terjadi pada kecepatan pendinginan yang relatif lambat akibat seluruh permukaan ditutupi selimut uap. Pendidihan terjadi jika kecepatan sangat tinggi ditandai oleh gelembung-gelembung uap pada permukaan logam. Proses konveksi terjadi ketika kecepatan pendinginan kembali menjadi lambat, melalui rambatan konveksi. Kondisi perpindahan panas ini sangat dipengaruhi oleh viskositas cairan, agitasi, dan temperatur cair. Proses quenching banyak digunakan karena mudah dalam melakukannya dan sangat efektif. Pemilihan media quench untuk mengeraskan baja tergantung pada laju pendinginan yang diinginkan agar dicapai kekerasan tertentu. Fluida yang ideal untuk mengquenching baja agar diperoleh sifat martensit yang baik haruslah bersifat: a. Mengambil panas dengan cepat didaerah temperatur yang tinggi agar pembentukan perlit dapat dicegah. b. Mendinginkan benda kerja relatif lambat didaerah temperatur yang rendah agar distorsi atau retak dapat dicegah. Proses quenching dilakukan dengan memanaskan spesimen pada suhu 500 o. Kemudian dikeluarkan satu persatu dan dicelupkan kedalam oli. Pada penelitian ini media quench yang digunakan adalah oli industri dangan SAE 40. 3. METODE PENELITIAN Pembuatan Spesimen Uji Tarik Spesimen uji tarik untuk penelitian ini berbentuk pelat dengan bentuk dan ukuran menurut standar JIS (Japan Internasional Standard). Hal ini dikarenakan mesin uji tarik yang digunakan menggunakan standar JIS Z2201 (Gambar 1). 62 Ketangguhan Beban Impak dan Beban Tarik Maksimum pada Baja Berlapis Akibat Quenching dan Normalizing 50 mm 82,5 mm R 25 mm 200 mm 220 mm 410 mm Gambar 1: Spesimen Uji tarik Dalam penelitian ini, spesimen yang dipakai adalah baja karbon rendah dengan komposisi sebagai berikut: Tabel 1: Unsur Kimia Baja Karbon Rendah UNSUR KANDUNGAN % C 0,079 Mn 0,262 S 0,026 P 0,02 Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui beberapa sifat mekanik material baja diantaranya adalah kekeuatan tarik, kekuatan luluh, ketangguhan maupun keuletan dari baja tersebut. Pada pengujian tarik spesimen uji tarik diberikan beban gaya tarik sesumbu yang bertambah besar secara kontinyu,bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai pertambahan panjang yang dialami benda uji tarik tersebut. Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-

regangan suatu material tergantung pada sifat-sifat dari material tersebut. Spesimen yang telah dipersiapkan akan dilakukan pengujian tarik dengan menggunakan Universal Testing Machine tipe Rat 30P. Pembuatan Spesimen Uji Impak Energi impak adalah energi potensial dari hammer yang mengenai benda pada temperatur tertentu dan dihitung dalam satuan joule. Dari hubungan dengan temperatur didapat diagram yang menggambarkan sifat material tersebut terhadap beban tiba tiba pada temperatur tertentu. Spesimen untuk uji impak ini berbentuk pelat tipis dengan bentuk dan ukuran sebagai berikut : Gambar 2: Spesimen Uji Impak Pembuatan spesimen ini dilakukan dengan berbagai tingkat ketebalan. Ada 3 (tiga) tingkat ketebalan lapisan yang dipergunakan yaitu: a. 2,5 mm b. 2,0 mm c. 1,2 mm Tingkat ketebalan spesimen yang digunakan dalam penelitian ini pada masing masing spesimen uji adalah berbeda. Hal ini disebabkan oleh tebal maksimal yang dipergunakan adalah 1 cm sesuai dengan ukuran spesimen uji impak. Oleh karena untuk mencapai tebal 1 cm maka jumlah lapisan setiap spesimen disesuaikan dengan jumlah masing masing ketebalan yang digunakan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Charpy Impact Testing Machine dengan spesifikasi berikut: - P = 25,68 Kg. - D = 0,6490. - Sudut angkat palu = 20 o A B C Gambar 3: Spesimen Uji Impak Setelah Dilapis A) Spesimen Uji Impak dengan 4 Lapis. B) Spesimen Uji Impak dengan 5 Lapis. C) Spesimen Uji Impak dengan 8 Lapis. Pada uji impak dapat diukur energi yang diserap untuk mematahkan benda uji. Setelah benda uji patah, bandul berayun kembali. Makin besar energi yang diserap, makin rendah ayunan kembali dari bandul. 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN Data Hasil Pengujian Impak Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar energi yang diserap spesimen sampai terjadinya perpatahan, dengan kata lain untuk mengetahui kekuatan impak atau ketangguhan dari spesimen tersebut. Contoh Perhitungan Energi impak tanpa dengan ketebalan lapisan 1,25 mm: φ = 113,5 o α = 146,5 o D = 0,6490 m P = 25,68 kg = 251,9 Newton Jadi: E = P.g.D (Cos φ - Cos α ) = 251,9. 0,6490 (Cos 113,5 o - Cos 146,5 o ) = 71,15 Joule Nilai Impak lainnya langsung dapat digunakan. Suatu jenis logam mungkin sangat keras dan kuat namun tidak tahan terhadap beban kejut atau impak. (Amstead,dkk, 1997). Pengujian ini terutama untuk melihat kekuatan impak suatu bahan. Setelah benda uji patah, bandul berayun kembali. Makin besar energi yang diserap, makin rendah ayunan kembali dari bandul. Suatu bahan ulet dengan kekutan yang sama dengan bahan tidak ulet akan memerlukan energi perpatahan yang besar dan mempunyai ketangguhan lebih baik. Berdasarkan pengujian impak yang telah dilakukan terhadap spesimen tanpa, dengan normalizing dan quenching. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan ketebalan total 1 cm dengan tebal material setiap lapisan yang berbeda yaitu 1,25 mm ; 2,0 mm dan 2,5 mm. Perbedaan ketebalan ini juga mempengaruhi jumlah setiap lapisan yaitu 4 lapis, 5 lapis dan 8 lapis. Dengan jenis material yang sama tapi dengan ketebalan yang berbeda maka dapat bisa diketahui bahwa energi impak yang terbesar pada setiap terdapat pada ketebalan 2,5 mm. Energi Hal ini dipengaruhi oleh besarnya ketebalan dari material yang digunakan. Semakin tebal maka semakin sedikit JURNAL REKAYASA MESIN, VOL. 9 No. 3 NOVEMBER 2009 63

pula jumlah material yang digunakan sehingga semakin kecil pula gesekan yang terjadi diantara luas permukaan material. Hal ini dapat membantu material dalam mempertahankan posisinya dalam menahan beban kejut yang diberikan. Sedangkan pada material yang semakin tipis jika ditumpukkan dengan ketebalan total yang sama dan diberikan beban kejut tiba tiba, energi joule yang diserapnya akan lebih kecil dari material yang ketebalannya lebih besar. Hal ini disebabkan karena jarak yang ada diantara setiap lapisan semakin banyak dan ini menimbulkan kemampuan benda menerima beban semakin kecil. Secara keseluruhan dari ketiga yang digunakan dalam pengujian maka energi impak yang terbesar terdapat pada spesimen uji impak tanpa dengan ketebalan 2,5 mm dengan hasil 89,75 Joule dan energi impak yang terkecil secara keseluruhan dari ketiga yang digunakan pada pengujian impak terdapat pada spesimen yang diberi quenching pada ketebalan 2,0 mm yaitu 62,12 Joule. Energi impak yang terbesar jika dibandingkan secara keseluruhan juga terdapat pada ketebalan lapisan 2,5 mm yang tanpa diberi. Hal ini disebabkan karena material tersebut belum mengalami perubahan sifat sifat mekanik dikarenakan belum adanya proses thermal ataupun inthermal yang memungkinkan terjadinya perubahan perubahan sifat sifat material tersebut. Hal ini berbeda dengan material yang telah diquenching. Proses quenching membuat material bertambah keras tetapi getas, hal ini yang membuat spesimen yang diquenching dengan ketebalan 2,0 mm merupakan spesimen yang dapat menyerap energi impak paling rendah. Karena ketangguhan (toughness) dikaitkan dengan jumlah energi yang diserap bahan sampai terjadi perpatahan (Vlack, 1995 ). Jadi jika suatu material dikatakan tangguh jika material tersebut dapat menyerap energi impak lebih besar dari material yang lain. No 1 2 Tabel 2: Perbandingan Nilai Energi Impak Jenis Tanpa Perlakuan Normali zing Energi impak terendah Lapi san Energi (Joule) Energi impak tertinggi lapi san Energi (Joule) 1,25 71,15 2,5 89,75 2,5 64,57 2,0 72,42 3 Quenching 2,0 62,12 2,5 75,20 Berdasarkan data dari tabel perbandingan nilai energi impak diatas tersebut maka dapat dibuat gambar 4 sebagai berikut: Nilai Impak (Joule) Gambar 4: Perbandingan Nilai Impak Kekuatan tarik merupakan salah satu sifat bahan yang dapat digunakan untuk memperkirakan karateristik bahan sewaktu mengalami lenturan dan pemesinan (Amstead, dkk 1997). Untuk mendapatkan kekuatan tarik maksimum dipengaruhi oleh beban tarik maksimum. Beban tarik maksimum yang digunakan terhadap spesimen uji tarik dapat mewakili kekuatan tarik dari material yang diuji. Untuk logam logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum, dimana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas (Dieter, 1993). Dari data tabel 3 yang didapat bisa diketahui bahwa beban tarik maksimum paling besar terdapat pada spesimen tanpa dengan ketebalan 2,0 mm yaitu sebesar 9075 kgf sedangkan beban tarik maksimum yang paling rendah terdapat pada spesimen yang dinormalizing dengan ketebalan 1,25 mm yaitu sebesar 7262,5 kgf. No 100 80 60 40 20 0 Tanpa Grafik Perbandingan Nilai Impak Tabel 3: Data Hasil Pengujian Tarik Normalizing Quenching Nilai Impak Terendah Nilai Impak Tertinggi Nilai Rata-Rata Beban Maksimum (kgf) 1 TANPA 1,25 7183,3 2 PERLAKUAN 2,0 9075 3 2,5 7875 4 1,25 7262,5 NORMALIZING 5 2,0 8450 6 2,5 8756,25 7 1,25 7506,25 QUENCHING 8 2,0 8912,5 9 2,5 8756,25 Berdasarkan data dari tabel 3 nilai rata rata beban tarik maksimum diatas tersebut dapat dibuat gambar 5, sebagai berikut: Grafik Nilai Rata Rata Beban Maksimum Pengujian Tarik 10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 tanpa normalizing quenching Beban Maksimum (kgf) 1,25 mm 2,0 mm 2,5 mm Gambar 5: Nilai Rata Rata Beban Maksimum 64 Ketangguhan Beban Impak dan Beban Tarik Maksimum pada Baja Berlapis Akibat Quenching dan Normalizing

Hal ini menunjukkan bahwa jika spesimen tanpa beban tarik maksimum yang digunakan dapat membuat spesimen menjadi lebih lentur karena sifat material yang belum mengalami perubahan, sedangkan proses quenching menyebabkan beban tarik maksimum yang didapat lebih rendah karena proses pendinginan yang terjadi membuat spesimen menjadi lebih getas dan tidak memerlukan beban tarik yang besar untuk menariknya sehingga mengalami perpatahan. KESIMPULAN Berdasarkan pengujian impak yang dilakukan terhadap baja karbon rendah maka didapat kesimpulan: 1. Dari pengujian impak yang dilakukan tanpa maka didapat energi impak yang terbesar terdapat pada ketebalan 2,5 mm dengan 89,75 Joule sedangkan yang terkecil terdapat pada ketebalan 1,25 mm dengan 71,15 Joule. 2. Dari pengujian impak yang dilakukan dengan normalizing maka didapat energi impak yang terbesar terdapat ketebalan 2,0 mm dengan 72,42 Joule sedangkan yang terkecil terdapat pada ketebalan 2,5mm dengan 64,57 Joule. 3. Dari pengujian impak yang dilakukan dengan quenching maka didapat energi impak yang terbesar terdapat ketebalan 2,5 mm dengan 75,20 Joule sedangkan yang terkecil terdapat pada ketebalan 2,0 mm dengan 62,12 Joule. 4. Dari data yang didapat bisa diketahui bahwa beban tarik maksimum paling besar terdapat pada spesimen tanpa dengan ketebalan 2,0 mm yaitu sebesar 9075 kgf sedangkan beban tarik maksimum yang paling rendah terdapat pada spesimen yang dinormalizing dengan ketebalan 1,25 mm yaitu sebesar 7262,5 kgf. DAFTAR PUSTAKA [1.] Amstead, B.H, Phillip F. Ostwald, Myron L. Begemen, dan Sriati Djaprie, Teknologi Mekanik, Jilid 1, Edisi Ketujuh, Erlangga, Jakarta, 1993 [2.] Dieter. E, George dan Sriati Djaprie, Metalurgi Mekanik, Erlangga, Jakarta, 1993. [3.] Surdia, Tata dan Saito, Shinroku.. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: Pradnya Paramita. 2000 [4.] Vlack van.h. Lawrence, dan Djaprie, Sriati Ilmu dan Teknologi Bahan (Ilmu Logam dan Bukan Logam ), Erlangga, Jakarta, 1995. [5.] Van Vliet G.L.J. dan W.Both, Teknologi Untuk Bangunan Mesin (Bahan-Bahan) jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1984. JURNAL REKAYASA MESIN, VOL. 9 No. 3 NOVEMBER 2009 65