KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 544/MENKES/SK/VI/2002 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA REFRAKSIONIS OPTISIEN

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1239/Menkes/SK/XI/2001 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 679/MENKES/SK/V/2003 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA ASISTEN APOTEKER

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1363/MENKES/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK FISIOTERAPIS

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1392/Menkes/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA PERAWAT GIGI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548/MENKES/PER/V/2007 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK OKUPASI TERAPIS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 867/MENKES/PER/VIII/2004 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK TERAPIS WICARA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN REFRAKSIONIS OPTISIEN DAN OPTOMETRIS

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1019/MENKES/SK/VII/2000 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA PERAWAT GIGI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.589, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Refraksionis Optisien. Optometris. Penyelenggaraan. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

NOMOR 900/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/148/I/2010 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PERAWAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 512/MENKES/PER/IV/2007 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA OPTIKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN PEREKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG IZIN OPTIK

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN PERAWAT ANESTESI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PSIKOLOG KLINIS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK FISIOTERAPIS

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA REGISTRASI TENAGA KESEHATAN

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 357/MENKES/PER/V/2006 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA RADIOGRAFER

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG REGISTRASI DOKTER DAN DOKTER GIGI KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK TENAGA GIZI

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Kecil dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur/Jawa Tengah/ Jawa Barat ;

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN TEKNIS IJIN KERJA PETUGAS KESEHATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN. BAB...

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK ELEKTROMEDIS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK FISIOTERAPIS

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN OPTIKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1175/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN PRODUKSI KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 184/MENKES/PER/II/1995 TENTANG PENYEMPURNAAN PELAKSANAAN MASA BAKTI DAN IZIN KERJA APOTEKER

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambaha

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PMK.01/2012 TENTANG PERSYARATAN UNTUK MENJADI KUASA HUKUM PADA PENGADILAN PAJAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 36/M-DAG/PER/9/2007 TANGGAL : 4 SEPTEMBER 2007 DAFTAR LAMPIRAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Kosmetika. Izin Produksi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

, No.1901 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TENTANG IZIN KERJA DAN PRAKTIK PERAWAT

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nom

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR: 3 TAHUN 2006 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PMK.01/2012 TENTANG PERSYARATAN UNTUK MENJADI KUASA HUKUM PADA PENGADILAN PAJAK

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negar

2015, No c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun 2013 tentang Pedoman Penjatuhan Hukuman Disiplin dan Penindakan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TENTANG

PERATURAN WALIKOTA PANGKALPINANG NOMOR 07 TAHUN 2014

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG REGISTRASI TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /POJK.04/2015 TENTANG PERIZINAN WAKIL AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA

Menteri Kesehatan Republik Indonesia * KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2016 TENTANG AKTUARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEDAGANG ECERAN OBAT

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

TENTANG IZIN KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH DATAR,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Praktik Berkelompok Dokter/Dokter Gigi/Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis.

2017, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tingg

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PRAKTEK TENAGA MEDIS DAN TENAGA KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN DALAM NEGERI

SURAT EDARAN NOMOR HK.03.03/MENKES/274/2014 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

dan hak secara penuh untuk menyelenggarakan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 544/MENKES/SK/VI/2002 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA REFRAKSIONIS OPTISIEN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa sebagai pelaksanaan lebih lanjut Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Registrasi dan Izin Kerja Refraksionis Optisien; : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495 ); 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839 ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637). 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4095); 1

7. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4106); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4124); 9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan; MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA REFRAKSIONIS OPTISIEN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Refraksionis Optisien adalah seseorang yang telah lulus pendidikan refraksionis optisien minimal program pendidikan diploma, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. 2. Surat Izin Refraksionis Optisien selanjutnya disebut SIRO adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan refraksionis optisien di seluruh wilayah Indonesia. 3. Surat Izin Kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis yang diberikan kepada refraksionis optisien untuk melakukan pekerjaan di sarana pelayanan kesehatan. 4. Standar Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik. 2

5. Pemeriksaan mata dasar adalah tindakan untuk mengidentifikasi dan menemukan adanya kelainan/penyakit mata yang perlu dirujuk ke dokter spesialis mata. 6. Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. BAB II PELAPORAN DAN REGISTRASI Pasal 2 (1) Pimpinan penyelenggara pendidikan refraksionis optisien wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat mengenai peserta didik yang baru lulus, selambatlambatnya 1 (satu) bulan setelah dinyatakan lulus. (2) Bentuk dan isi laporan dimaksud pada Ayat (1) sebagaimana tercantum dalam formulir I terlampir. Pasal 3 (1) Refraksionis optisien yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana institusi pendidikan berada guna memperoleh SIRO selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah menerima ijazah pendidikan refraksionis optisien. (2) Kelengkapan registrasi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), antara lain meliputi: a. Fotokopi ijazah pendidikan refraksionis optisien; b. Surat keterangan sehat dari dokter; c. Pasfoto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2(dua) lembar. (3) Bentuk permohonan SIRO sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) tercantum dalam formulir II terlampir. Pasal 4 (1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan melakukan registrasi berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 untuk menerbitkan SIRO. (2) SIRO sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) diterbitkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan dalam waktu selambat- 3

lambatnya 1(satu) bulan sejak permohonan diterima dan berlaku secara nasional. (3) Bentuk dan isi SIRO sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) tercantum dalam formulir III terlampir. Pasal 5 (1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi membuat pembukuan registrasi mengenai SIRO yang telah diterbitkan. (2) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi melaporkan secara berkala kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Biro Kepegawaian Departemen Kesehatan mengenai SIRO yang telah diterbitkan untuk kemudian akan diterbitkan dalam buku registrasi nasional. Pasal 6 (1) Refraksionis optisien lulusan luar negeri wajib melakukan adaptasi untuk melengkapi persyaratan mendapatkan SIRO. (2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dilakukan pada sarana pendidikan yang ditunjuk pemerintah. (3) Untuk melakukan adaptasi refraksionis optisien mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. (4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) dengan melampirkan : a. fotokopi ijazah yang telah dilegalisir oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi; b. transkrip nilai ujian yang bersangkutan. (5) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) menerbitkan rekomendasi untuk melaksanakan adaptasi. (6) Refraksionis optisien yang telah melakukan adaptasi berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3 dan Pasal 4. Pasal 7 (1) SIRO berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui, serta merupakan dasar untuk memperoleh SIK. 4

(2) Pembaharuan SIRO sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana refraksionis optisien melakukan pekerjaannya dengan melampirkan, antara lain: a. SIRO yang telah habis masa berlakunya; b. Surat keterangan sehat dari dokter; c. Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar. BAB III P E R I Z I N A N Pasal 8 Setiap refraksionis optisien untuk melakukan pekerjaan pada sarana kesehatan wajib memiliki SIK. Pasal 9 (1) SIK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) diajukan dengan melampirkan persyaratan meliputi: a. Fotokopi SIRO yang masih berlaku; b. Surat keterangan sehat dari dokter; c. Pasfoto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2(dua) lembar; d. Surat keterangan dari pimpinan sarana kesehatan yang menyatakan tanggal mulai bekerja; e. Rekomendasi dari organisasi profesi. (3) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) tercantum pada formulir IV terlampir. Pasal 10 Permohonan SIK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, selambat-lambatnya diajukan dalam waktu 1 (satu ) bulan setelah diterima bekerja. Pasal 11 SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana kesehatan. 5

Pasal 12 (1) SIK berlaku sepanjang SIRO belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali. (2) Pembaharuan SIK sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan melampirkan persyaratan meliputi: a. Fotokopi SIRO yang masih berlaku; b. Fotokopi SIK yang lama; c. Surat keterangan sehat dari dokter; d. Pas foto 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar; e. Surat keterangan dari pimpinan sarana kesehatan yang menyatakan masih bekerja sebagai refraksionis optisien; f. Rekomendasi dari organisasi profesi. BAB IV PEJABAT YANG BERWENANG MENGELUARKAN DAN MENCABUT IZIN KERJA Pasal 13 (1) Pejabat yang berwenang mengeluarkan dan mencabut SIK adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. (2) Dalam hal tidak ada pejabat sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dapat menunjuk pejabat lain. Pasal 14 (1) Permohonan SIK yang disetujui atau ditolak harus disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada pemohon dalam waktu selambatlambatnya 1(satu) bulan sejak tanggal permohonan diterima. (2) Apabila permohonan SIK diterima, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIK. (3) Apabila permohonan SIK ditolak, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus memberi alasan penolakan tersebut. (4) Bentuk dan isi SIK yang disetujui sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) tercantum dalam formulir V terlampir. 6

(5) Bentuk surat penolakan SIK sebagaimana di maksud pada Ayat (3) tercantum dalam formulir VI terlampir. Pasal 15 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan laporan secara berkala kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat tentang pelaksanaan pemberian atau penolakan SIK di wilayahnya dengan tembusan kepada Organisasi Profesi setempat. BAB V PEKERJAAN REFRAKSIONIS OPTISIEN Pasal 16 (1) Refraksionis optisien dalam melaksanakan pekerjaan berwenang untuk : a. Melakukan pemeriksaan mata dasar; b. Melakukan pemeriksaan refraksi; c. Menetapkan, menyiapkan dan membuat kacamata berdasarkan ukuran lensa kacamata/lensa kontak sesuai dengan kebutuhan; d. Menerima dan melayani resep kacamata dari dokter spesialis mata; e. Mengepas (fitting) kacamata/lensa kontak pada pemakai/pasien untuk kenyamanan dan keserasian. (2) Dalam hal tidak ada dokter spesialis mata didaerah tertentu sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) butir d, refraksionis optisien dapat melayani resep kacamata dari dokter umum yang berwenang. Pasal 17 Refraksionis optisien dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 harus : a. menghormati hak pasien; b. merujuk kasus yang tidak dapat ditangani; c. menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; d. meminta persetujuan (informed consent) tindakan yang akan dilakukan; e. memberikan informasi kepada pasien; f. melakukan pencatatan (medical record) dengan baik. 7

Pasal 18 Refraksionis optisien dalam melaksanakan pekerjaannya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi. Pasal 19 (1) Refraksionis optisien yang bekerja sebagai penanggung jawab teknis pada sebuah optikal, wajib bekerja penuh dan dilarang bekerja di sarana kesehatan lainnya. (2) Refraksionis optisien yang bekerja sebagai pelaksana hanya diperbolehkan bekerja maksimum pada 2 (dua) sarana kesehatan. Pasal 20 Refraksionis optisien dalam menjalankan pekerjaan wajib mentaati semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 21 Setiap refrasionis optisien dalam menjalankan tugas profesinya berkewajiban mengikuti pendidikan berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan keilmuan dan keterampilan dalam bidang refraksi dan optisi/optometri. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 22 (1) Refraksionis optisien wajib mengumpulkan sejumlah angka kredit yang besarnya ditetapkan oleh organisasi profesi. (2) Angka kredit sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dikumpulkan dari kegiatan pendidikan berkelanjutan dan kegiatan ilmiah lain. (3) Jenis dan besarnya angka kredit dari masing-masing unsur sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) ditetapkan oleh organisasi profesi. (4) Organisasi Profesi mempunyai kewajiban membimbing dan mendorong para anggotanya untuk dapat mencapai angka kredit yang ditentukan. Pasal 23 Pimpinan sarana kesehatan wajib melaporkan refraksionis optisien yang bekerja dan berhenti pada sarana kesehatannya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan organisasi profesi terkait. 8

Pasal 24 (1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau organisasi profesi terkait melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap refraksionis optisien yang menjalankan pekerjaan di wilayahnya. (2) Kegiatan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat dilakukan melalui pemantauan yang hasilnya dibahas dalam pertemuan periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu tahun. Pasal 25 (1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota memberi peringatan lisan atau tertulis kepada refraksionis optisien yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan keputusan ini. (2) Peringatan lisan atau tertulis sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dan apabila peringatan tersebut tidak diindahkan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut SIK tersebut. Pasal 26 Sebelum Keputusan pencabutan SIK ditetapkan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terlebih dahulu mendengar pertimbangan dari organisasi profesi. Pasal 27 (1) Keputusan pencabutan SIK disampaikan kepada refraksionis optisien yang bersangkutan dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung sejak keputusan ditetapkan. (2) Dalam Surat Keputusan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) disebutkan lama pencabutan SIK. (3) Terhadap keputusan SIK sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat diajukan keberatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah keputusan diterima, apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari tidak diajukan keberatan, maka keputusan pencabutan SIK tersebut dinyatakan mempunyai kekuatan hukum tetap. (4) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi memutuskan di tingkat pertama dan terakhir semua keberatan mengenai pencabutan SIK. 9

(5) Sebelum prosedur keberatan sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) ditempuh, Pengadilan Tata Usaha Negara tidak berwenang mengadili sengketa tersebut sesuai dengan maksud Pasal 48 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Pasal 28 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan setiap pencabutan SIK kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dengan tembusan kepada organisasi profesi setempat. Pasal 29 (1) Dalam keadaan luar biasa untuk kepentingan nasional Menteri Kesehatan atas rekomendasi organisasi profesi dapat mencabut untuk sementara SIK refraksionis optisien yang melanggar ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. (2) Pencabutan izin sementara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) selanjutnya diproses sesuai dengan ketentuan keputusan ini. BAB VII S A N K S I Pasal 30 Refraksionis optisien yang dengan sengaja : a. Melakukan pekerjaan tanpa mendapat pengakuan/adaptasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Ayat (1); b. Melakukan pekerjaan tanpa memiliki SIK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8; c. Melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Pasal 18 dan Pasal 19; dipidana sesuai ketentuan Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Pasal 31 Pimpinan sarana kesehatan yang tidak melaporkan tenaga refraksionis optisien sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dan/atau mempekerjakan tenaga 10

refraksionis optisien yang tidak memiliki izin kerja, dikenakan sanksi sesuai ketentuan Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Pasal 32 (1) Dengan tidak mengurangi sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, refraksionis optisen yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang ditetapkan dalam Keputusan ini dapat dikenakan tindakan disiplin berupa teguran lisan, teguran tertulis sampai dengan pencabutan izin. (2) Pengambilan tindakan disiplin sebagaimana dimaksud Ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 33 (1) Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri ini tenaga refraksionis optisien yang saat ini telah bekerja pada sarana kesehatan harus memiliki SIRO dan SIK. (2) SIRO dapat diperoleh secara kolektif dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat. (3) SIK dapat diperoleh secara kolektif dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. (4) Permohonan mendapatkan SIRO sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) diperoleh dengan melampirkan : a. Fotokopi ijazah pendidikan refraksionis optisien; b. Surat keterangan sehat dari dokter; c. Pas foto 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar. (5) Permohonan mendapatkan SIK sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) diperoleh dengan melampirkan : a. Fotokopi ijazah pendidikan refraksionis optisien; b. Foto kopi SIRO; c. Surat keterangan sehat dari dokter; 11

d. Surat keterangan dari pimpinan sarana kesehatan yang menyatakan masih bekerja sebagai refraksionis optisien pada institusi bersangkutan; e. Pas foto 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar. Pasal 34 (1) Bagi penanggung jawab optikal yang bukan tenaga refraksionis optisien dengan pendidikan formal, dengan ditetapkannya Keputusan ini diberikan SIRO sementara selama 5 (lima) tahun. (2) Penanggung jawab optikal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) yang telah menyesuaikan pendidikan dapat memiliki SIRO tetap sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Keputusan ini. (3) Penanggung jawab optikal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) yang tidak melakukan penyesuaian pendidikan refraksionis dalam jangka waktu 5 (lima) tahun, maka SIRO sementara dicabut dan dilarang menjadi penangung jawab optikal. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 35 Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 4 Juni 2002 MENTERI KESEHATAN, ttd Dr. ACHMAD SUJUDI 12

Nomor : Lampiran : Perihal : Laporan Lulusan Pendidikan Refraksionis Optisien Formulir I Kepada Yth, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi di. Dengan ini kami laporkan lulusan pendidikan refraksionis optisien sebagai berikut: No. Nama Lengkap L/P Tempat dan Tgl. Lahir Lulus Tahun Alamat Keterangan, 200.. Pimpinan.. ( ) ( N a m a ) Tembusan: 1. Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Kesehatan Depkes RI; 2. Kepala Biro Kepegawaian Sekretariat Jenderal Depkes RI. 1

Perihal : Permohonan Surat Izin Refraksionis Optisien Formulir II Kepada Yth, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi... di... Dengan hormat, Yang bertanda tangan dibawah ini, Nama Lengkap :... Alamat :... Tempat/Tanggal Lahir :... Jenis kelamin :... Tahun Lulusan :... Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Refraksionis Optisien sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 544/Menkes/SK/VI/2002 tentang Registrasi dan Izin Kerja Refraksionis Optisien. Sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan: a. Fotokopi ijazah pendidikan refraksionis optisien; b. Surat keterangan sehat dari dokter; c. Pasfoto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2(dua) lembar; Demikian atas perhatian bapak/ibu kami ucapkan terima kasih....,... Yang memohon,... 2

Formulir III KOP SURAT DINAS KESEHATAN PROPINSI SURAT IZIN REFRAKSIONIS OPTISIEN NOMOR... Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 544/Menkes/SK/VI/2002 tentang Registrasi dan Izin Kerja Refraksionis Optisien, bahwa kepada : Nama :... Tempat/Tanggal Lahir :... Lulusan :...Tahun... Dinyatakan telah terdaftar sebagai Refraksionis Optisien pada Departemen Kesehatan dengan nomor registrasi. dan diberikan kewenangan untuk dapat melakukan pekerjaan refraksionis optisien di seluruh wilayah Republik Indonesia. SIRO berlaku sampai dengan tanggal.. Pasfoto 4 X 6., 2000 a.n. Menteri Kesehatan RI Kepala Dinas Kesehatan Propinsi (.) Tembusan: 1. Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Kesehatan Depkes RI; 2. Kepala Biro Kepegawaian Sekretariat Jenderal Depkes RI; 3. Organisasi Pofesi. 3

Perihal : Permohonan Surat Izin Kerja (SIK) Refraksionis Optisien Formulir IV Kepada Yth. Kepala Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Dengan Hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama Lengkap Alamat Tempat/Tanggal Lahir Jenis Kelamin Tahun Lulusan :... :... :... :... :... Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Kerja (SIK) pada (sebut nama sarana kesehatannya, alamat, kabupaten/kota) sesuai keputusan Menteri Kesehatan Nomor 544/Menkes/SK/VI/2002 tentang Registrasi dan Izin Kerja Refraksionis Optisien. Sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan : a. Fotokopi ijazah pendidikan refrasionis optisien; b. Fotokopi SIRO yang masih berlaku; c. Surat keterangan sehat dari dokter; d. Pasfoto 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar; e. Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan yang menyebutkan tanggal mulai bekerja sebagai refraksionis optisien. Demikian atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.,. Yang Memohon ( ) 4

KOP SURAT DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA... Formulir V SURAT IZIN KERJA (SIK) REFRAKSIONIS OPTISIEN NOMOR... Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 544/Menkes/SK/VI/2002 tentang Registrasi dan Izin Kerja Refraksionis Optisien maka kepada: Nama :... Tempat/Tanggal Lahir :... Alamat :... Surat Izin Refrasionis Optisien Nomor :... Dikeluarkan oleh :... Pada Tanggal :... Diberikan izin kerja pada... (sebut nama sarana kesehatannya, alamat, kabupaten/ kota). Surat Izin Kerja (SIK) ini berlaku sampai dengan tanggal... (sesuai tanggal SIRO). Pasfoto 4x6 Dikeluarkan di. Pada tanggal. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota... ( ) Tembusan: 1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi; 2. Organisasi Profesi. 5

Perihal : Penolakan Permohonan Surat Izin Kerja (SIK) Refraksionis Optisien Kepada Yth, Formulir VI. di. Sehubungan dengan surat Saudara, Perihal Permohonan Izin Kerja Refraksionis Optisien, setelah dilakukan penilaian, diberitahukan bahwa permohonan Saudara tidak dapat disetujui karena : 1... 2... 3... Selanjutnya Saudara diminta untuk... Demikian untuk dimaklumi....,...200 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota... ( ) NIP. Tembusan: 1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi; 2. Organisasi Profesi; 3. Pertinggal. 6