Peraturan Menteri Kesehatan No. 528 Tahun 1982 Tentang : Kualitas Air Tanah Yang Berhubungan Dengan Kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
No. 416 Tahun 1990 Tentang : Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

Menimbang : Mengingat :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 Tahun 1995 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI NASIONAL LANJUT USIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 45/PRT/1990 T E N T A N G PENGENDALIAN MUTU AIR PADA SUMBER-SUMBER AIR MENTERI PEKERJAAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang : Mengingat :

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI NASIONAL LANJUT USIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

2016, No Guru dan Tenaga Kependidikan Menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Si

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1117 TAHUN 1990 TENTANG

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 35 Tahun 1995 Tentang : Program Kali Bersih

2016, No Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1987 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM KEPADA DAERAH

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 65 Tahun 1993 Tentang : Penyuluhan Pengairan

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1982 TENTANG TATA PENGATURAN AIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN

2017, No Perekonomian selaku Ketua Pengarah Tim Koordinasi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove Nasional; c. bahwa berdasarkan pertimbanga

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG INSPEKTORAT KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1994 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG S U N G A I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

-2-3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1994 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PEMBANGUNAN SARANA KESEHATAN BAB II UMUM. Pasal 1

2017, No Transfer ke Daerah dan Dana Desa, persetujuan atas pembagian Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau untuk provinsi/kabupaten/kota yang d

GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAFTARAN PENDUDUK

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 58 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1976 TENTANG PROGRAM BANTUAN PEMBANGUNAN SARANA KESEHATAN 1976/1977 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indon

Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi No K Tahun 1993 Tentang : Pelaksana Inspeksi Tambang Bidang Pertambangan Umum

2016, No mengalihkan Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota menjadi Pegawai Negeri Sipil Kementerian Kelautan dan Peri

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR UNTUK KONSUMSI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

2016, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG PENDAYAGUNAAN AIR TANAH GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2002 TENTANG

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar 1945;

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KOTA, SEKRETARIAT DPRD DAN STAF AHLI KOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 15 TAHUN 2000 TENTANG

2017, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 18 TAHUN 2003 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI PASER PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

No. 416 Tahun 1990 Tentang : Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

BUPATI HULU SUNGAI UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 665/Kpts-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI MENTERI KEHUTANAN,

Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 Tentang : Pengendalian Pencemaran Air

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1982 TENTANG IRIGASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR : 11 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

INSTRUKSI PRESlDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1975 TENTANG PROGRAM BANTUAN PEMBANGUNAN SARANA KESEHATAN 1975/1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Republik Indonesia Nomor 3676); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1987 Tentang : Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Dibidang Pekerjaan Umum Kepada Daerah

2017, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pembinaan terhadap

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA MADIUN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Keputusan Kepala Bapedal No. 2 Tahun 1998 Tentang : Tata Laksana Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di Daerah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 63 TAHUN 2001

RANCANGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lem

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tenta

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 663/Kpts-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

Transkripsi:

Peraturan Menteri Kesehatan No. 528 Tahun 1982 Tentang : Kualitas Air Tanah Yang Berhubungan Dengan Kesehatan MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa air tanah mempunyai peranan dalam pemeliharaan, perlindungan dan mempertinggi derajat kesehatan rakyat; b. bahwa perlu mencegah pencemaran air tanah dan melindungi masyarakat dari penggunaan air tanah yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan; c. bahwa untuk melaksanakan hal-hal tersebut pada huruf a dan b perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan; Mengingat : 1. Undang-Undang ganguan (Hinderoordonnantie) 1926 Stbl. No.226 yang telah diubah dan ditambah terakhir dengan Stbl 1940 No.14 dan No.450; 2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1950 tentang Pokok-pokok Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068); 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1962 tentang Hygiene (Lembaran Negara Tahun 1966 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2475); 4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene (Lembaran Negara Tahun 1966 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2804); 5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037); 6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046); 7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuanketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215); 8. Keputusan Presiden Republik Indonesia No.44 dan 45 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok dan Susunan Organisasi Departemen dengan Perubahan-perubahannya; 9. Peraturan Menteri Kesehatan republik Indonesia No. 173/Men.Kes/Per/VIII/77 tentang pengawasan pencemaran Air

dari Badan Air Untuk Berbagai Kegunaan Yang Berhubungan Dengan Kesehatan. Memutuskan : Menetapkan : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Kwalitas Air Tanah yang Berhubungan dengan Kesehatan. BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri Ini yang dimaksud dengan: a. Air Tanah semua air yang terdapat dalam lapisan pengandung air di bawah permukaan tanah, baik sebagai air tanah bebas maupun sebagai air artesis; b. Air tanah artesis adalah air tanah yang terdapat dalam suatu lapisan pengandung air yang diapit oleh lapisan kedap air; c. Lapisan pengandung air adalah suatu lapisan atau formasi batuan yang mengandung cukup bahan lulus/sarang untuk melepaskan air dalam jumlah yang berarti sebagai sumber air; d. Buangan adalah buangan yang berasal dari proses produksi, proses penambangan, kegiatan rumah tangga dan atau kegiatan tempattempat umum; e. Direktur Jenderal adalah direktur Jenderal yang tugas, fungsi dan wewenangnya mencakup bidang pengawasan kwalitas air tanah; f. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten / Kotamadya Daerah Tingkat II atau yang setingkat; g. Keadaan khusus adalah keadaan yang menyimpang dari ketentuan/persyaratan yang telah ditetapkan, yang disebabkan keadaan alam atau keadaan lainnya yang tidak dapat / tidak mungkin dihindarkan, tetapi tidak mengganggu dan atau membahayakan kesehatan masyarakat; h. Zone A adalah bukan zone pemukiman tertentu tetapi yang airtanahnya digunakan sebagai sumber air baku, misalnya mata air dan sumur artesis maupun bukan sumur artesis; i. Zona B adalah zona pemukiman tertentu yang airtanahnya dapat digunakan untuk air baku; j. Zona C adalah zona untuk pemukiman tertentu yang airtanahnya dapat digunakan untuk pemandian dan air pertanian yang hasilnya dimakan tanpa dimasak terlebih dahulu; k. Zona D adalah zona pemukiman tertentu yang airtanahnya tidak dapat digunakan untuk berbagai kegunaan yang berhubungan dengan kesehatan;

l. Zona pembuangan adalah zona tertentu yang digunakna sebagai tempat dan wadah buangan dalam bentuk padat dan atau cair; BAB II Z O N E Pasal 2 (1) Sesuai dengan jenis kegunaan airtanahnya, maka zone dibedakan sebagai berikut : a. Zone A; b. Zone B; c. Zone C; d. Zone D; e. Zone Pembuangan. (2) Dinas Kesehatan dapat mengusulkan kepada Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II tentang penetapan Zone-zone sebagai yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini. BAB III Syarat-Syarat Kualitas Airtanah Pasal 3 (1) Airtanah Zona A dan Zona B harus berkualitas sesuai dengan kualitas air baku seperti yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan (2) Airtanah Zona C harus berkwalitas sesuai dengan kualitas air pemandian alam dan pertanian yang hasilnya dimakan tanpa dimasak terlbih dahulu, seperti yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Pasal 4 Penyimpangan dari syarat-syarat yang tercantum dalam pasal 3 tidak dibenarkan, kecuali dalam keadaan khusus dengan persetujuan Menteri Kesehatan. BAB IV Perlindungan Kwalitas Airtanah Pasal 5 Buangan dalam bentuk padat maupun cair yang tidak dapat diolah baik dengan proses pengolahan alami maupun buatan tidak dibenarkan dibuang dilapisan pengandung air artesis maupun lapisan pengandung airtanah bebas, Zone A, Zone B, Zone C, Zone D, kecuali di Zone Pembuangan

Pasal 6 (1) Buangan dalam bentuk cair yang dapat diolah baik dengan prose pengolahan alami maupun buatan tidak dibenarkan dibuang dizona A dan lapisan pengandung air artesis. (2) Buangan dalam bentuk cair seperti dimaksud ayat (1) tidak dibenarkan dibuang di lapisan pengandung airtanah bebas dari Zoba B, Zone C dan Zone D, kecuali bila buangan tersebut diolah terlebih dahulu. BAB V Syarat-Syarat Wadah dan atau Tempat Penimbunan/Penampungan Bahan Atau Buangan Pasal 7 (1) Wadah atau tempat penimbunan dan atau tempat penampungan bahan yang dapat mencemari air tidak dibenarkan ditempatkan di Zona A. (2) Wadah atau tempat penimbunan dan atau tempat penampungan bahan yang dapat mencemari airtanah Zona B, Zona C, Zona D tidak dibenarkan bocor dan rembes. (3) Saluran bahan atau saluran pembuangan buangan air yang dapat mencemari airtanah di Zona B, Zona C, Zona D tidak dibenarkan bocor dan rembes. (4) Wadah atau tempat penimbunan dan atau tempat penampungan buangan dalam bentuk padat maupun cair harus ditempatkan di Zona Pembuangan atau tempat tertentu yang tidak dapat menimbulkan pencemaran airtanah. Pasal 8 Buangan dalam bentuk padat dan atau cair yang dibuang di Zona Pembuangan sebagaiman dimaksud dalam pasal 5 tidak boleh mengakibatkan pencemaran airtanah bagi Zona A, Zona B, Zona C, sehingga tidak memenuhi syaratsyarat seperti dimaksud dalam pasal 3. Pasal 9 Buangan cair yang telah diolah sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (2) harus memenuhi syarat-syarat: a. Fisik dan Kimiawi seperti yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan; b. Tidak boleh mengakibatkan pencemaran sehingga airtanahnya tidak memenuhi syarat-syarat seperti dimaksud dalam pasal 3. Pasal 10 Penyimpangan dari syarat-syarat yang tercantum dalam pasal 9 tidak dibenarkan, kecuali dalam keadaan khusus dengan persetujuan Menteri Kesehatan.

BAB VI Pemeliharaan Pasal 11 (1) Kualitas airtanah seperti dimaksdu dalam pasal 3 harus dipelihara dengan baik secara teratur dan terus menerus. (2) Kualitas buangan cair seperti dimaksud dalam pasal 9 harus dipelihara oleh yang bersangkutan dengan baik secara teratur dan terus menerus. (3) Pemeliharaan airtanah harus mengindahkan pedoman pemeliharaan yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan. BAB VII Pengawasan Pasal 12 (1) Gubernur Kepala Daerah Tingkat! dan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II mengkoordinasikan pengawasan kualitas airtanah seperti dimaksud dalam pasal 3, buangan padat dan buangan cair seperti dimaksud dalam pasal 8 dan pasal 9; (2) Dinas Kesehatan secara Fungsional melaksanakan pengawasan kualitas airtanah, buangan padat dan buangan cair seperti dimaksud dalam ayat (1) Pasal 13 Pengawasan yang dimaksud dalam pasal 12 meliputi: a. Pemeriksaan secara berkala baik di lapangan maupun dilaboratorium; b. Penganalisaan hasil kegiatan huruf a; c. Perumusan saran cara-cara pemecahan masalah yang timbul dari hasil kegiatan huruf a dan huruf b; d. Upaya pemecahan masalah atas dasar huruf c. Pasal 14 (1) Pembinaan pengelolaan pengawasan kualitas airtanah pada tingkat Propinsi/Daerah tingkat I, dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan. (2) Pembinaan pengelolaan pengawasan kualitas airtanah pada tingkat Kodya/Daerah tingkat II, dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan. (3) Penyelenggaraan pengawasan dan penetapan syarat-syarat tenaga pengawasan kualitas airtanah ditetapkan dalam petunjuk pelaksanaan oleh Direktur Jendera. Pasal 15 Laboratorium tempat pemeriksaan sampel airtanah dalam rangka penyelenggaraan pengawasan seperti yang dimaksud dalam pasal 12 ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

Pasal 16 Metode pengambilan dan pemeriksaan sampel airtanah ditetapkan oleh Direktur Jenderal. BAB VIII Pembiayaan Pasal 17 Pembiayaan kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 dibebankan pada anggaran belanja Departemen Kesehatan. BAB IX Penindakan Pasal 18 Barang siapa melanggar pasal 3,5,6,7,8,9 dan 11 sehingga mengganggu dan atau membahayakan kesehatan atau jiwa seseorang dihukum berdasarkan kesehatan atau jiwa seseorang dihukum berdasarkan pasal 202 Kitab Undang-undang hukum Pidana dan Peraturan Perundang-undangan lainnya. Pasal 19 Barang siapa yang karena kelalaiannya melanggar pasal 3,5,6,7,8,9 dan 11 sehingga menggangu dan atau membahayakan kesehatan atau jiwa seseorang dihukum berdasarkan pasal 203 Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Peraturan Perundang-undangan lainnya. Pasal 20 Kepala Daerah Kesehatan dapat mengusulkan kepada Bupati/Kotamadya Kepala Daerah Tingkat II untuk menurunkan tingkat kegunaan atau menghentikan penggunaan airtanah di Zona yang tercemar. BAB X Penutup Pasal 21 Peraturan Menteri ini Mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 1 Desember 1983 Menteri Kesehatan republik Indonesia ttd Dr.Suwardjono Surjaningrat