PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENDUDUK KABUPATEN TAPIN

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG KONTRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PROGRAM MULTIGUNA BIDANG KESEHATAN KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI,

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KABUPATEN SUMEDANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2008

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA)

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

SISTEM JAMINAN KESEHATAN DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 61 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM ASURANSI KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 61 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2013

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 66 TAHUN 2007 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012

WALIKOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 47 TAHUN 2012 TENT ANG

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI KUDUS T E N T A N G PEMBEBASAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA PUSKESMAS DAN KELAS III DI RUMAH SAKIT BAGI PENDUDUK KABUPATEN KUDUS

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 03 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 156 TAHUN : 2012 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 26 TAHUN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM JAMINAN KESEHATAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KABUPATEN BLORA

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 41 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH KABUPATEN BERAU

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI WARGA MISKIN KOTA KEDIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA JAMBI

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG

=========================================================== PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR : 21 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 5.A TAHUN 2012 TENTANG

PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA Oleh : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 36/PMK.02/2011 TENTANG PELAKSANAAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MENTERI DAN PEJABAT TERTENTU

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456).

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM PELAYANAN KARAWANG SEHAT TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

1 of 5 18/12/ :36

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

: 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG

Transkripsi:

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa kesehatan merupakan hak fundamental setiap penduduk. Oleh sebab itu Pembangunan Bidang Kesehatan merupakan salah satu prioritas yang harus dilakukan guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pencapaian komitmen bangsa sesuai dengan Tujuan Pembangunan Millenium; b. bahwa dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sehat perlu dilakukan berbagai upaya pemeliharaan kesehatan yang bersifat menyeluruh, berkesinambungan dan bermutu, yang salah satunya diwujudkan dalam bentuk jaminan kesehatan; c. bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Daerah dapat menyelenggarakan jaminan kesehatan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan huruf c diatas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Sistem Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan; 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Dalam Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 859); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 53; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3039); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 5. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502); 1

6. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 7. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan antara pemerintah, pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah kabupaten/kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 12. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 23 Tahun 2009 tentang Penanggulangan Kemiskinan (Lembaran Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2009 Nomor 134). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA YOGYAKARTA dan WALIKOTA YOGYAKARTA MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN. Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Daerah adalah Kota Yogyakarta. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Yogyakarta. 3. Walikota adalah Walikota Yogyakarta. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disebut DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Yogyakarta. 5. Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut Jamkes adalah salah satu bentuk perlindungan untuk menjamin kesehatan seluruh penduduk Kota Yogyakarta. 6. Sistem Jaminan Kesehatan adalah suatu tata cara penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan yang dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara. 7. Iuran kepesertaan Jamkes yang selanjutnya disebut Iuran adalah sejumlah uang dalam nominal tertentu yang wajib dibayarkan secara teratur oleh peserta yang tidak miskin sebagai biaya jaminan kesehatan bagi peserta, yang dibayarkan dimuka (pra upaya). 2

8. Badan Penyelenggara yang selanjutnya disebut Bapel adalah badan yang dibentuk Pemerintah Kota untuk menyelenggarakan Jamkes. 9. Peserta adalah penduduk Kota Yogyakarta yang memiliki Kartu Tanda Penduduk dan/atau terdaftar dalam Kartu Keluarga serta membayar iuran. 10. Pemberi Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disebut PPK adalah sarana pelayanan kesehatan yang memenuhi syarat administrasi dan teknis dan telah memiliki kerjasama dengan Badan Penyelenggara untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta Jaminan Kesehatan yang meliputi PPK I (Puskesmas dan jaringannya), PPK II (rumah sakit tipe C dan D) dan PPK III (rumah sakit tipe A dan B). BAB II ASAS, MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Jamkes diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial. Pasal 3 Jamkes dimaksudkan untuk memberikan jaminan perlindungan pemeliharaan kese hatan yang layak bagi penduduk di Daerah. Pasal 4 Jamkes bertujuan untuk menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. BAB III PRINSIP JAMKES Pasal 5 (1) Jamkes diselenggarakan berdasarkan prinsip asuransi sosial dan ekuitas. (2) Prinsip asuransi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Kegotongroyongan; b. Nirlaba; c. Keterbukaan; d. Kehati-hatian; e. Akuntabilitas; f. Portabilitas; g. Kepesertaan bersifat wajib; h. dana amanat; dan i. hasil pengelolaan dana Jaminan Kesehatan dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta. (3) Prinsip ekuitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medisnya yang tidak terikat dengan besaran iuran yang telah dibayarkannya. BAB IV SASARAN Pasal 6 Sasaran Jamkes adalah seluruh penduduk daerah yang memiliki Kartu Tanda Penduduk dan/atau terdaftar dalam Kartu Keluarga. 3

BAB V KEPESERTAAN Bagian Kesatu Sifat Kepesertaan Pasal 7 (1) Kepesertaan Jamkes bersifat wajib bagi penduduk daerah yang belum menjadi peserta Jaminan Kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Propinsi. (2) Bagi penduduk daerah yang menjadi peserta asuransi komersial dapat menjadi peserta Jamkes. Bagian Kedua Peserta Pasal 8 (1) Peserta Jamkes diklasifikasikan: a. Penduduk Miskin; b. Penduduk Tidak Miskin; c. Peserta dengan kategori khusus; (2) Klasifikasi peserta sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Bagian Ketiga Kepesertaan Pasal 9 (1) Setiap peserta Jamkes diberikan Kartu Identitas Peserta, yang diterbitkan oleh Bapel. (2) Kepesertaan berakhir apabila peserta meninggal dunia. Bagian Keempat Pendaftaran Kepesertaan Pasal 10 (1) Pendaftaran Kepesertaan Jamkes dilakukan oleh Bapel. (2) Prosedur dan tata cara pendaftaran kepesertaan Jamkes sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. BAB VI KEWAJIBAN DAN HAK PESERTA Bagian Kesatu Kewajiban Peserta Pasal 11 (1) Peserta Jamkes mempunyai kewajiban: a. membayar iuran kepada Bapel bagi Penduduk Tidak Miskin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b ; b. mengajukan permohonan kepada Bapel jika pindah Pemberi Pelayanan Kesehatan; c. memberitahukan kepada Bapel apabila mengikuti jaminan kesehatan dan/atau asuransi kesehatan lainnya. 4

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan tatacara melaksanakan kewajiban sebagaimana pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Bagian Kedua Hak Peserta Pasal 12 Peserta Jamkes mempunyai hak untuk : a. memperoleh informasi yang lengkap dari Bapel; b. memperoleh kartu identitas kepesertaan dari Bapel; c. memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan paket pelayanan yang sudah ditentukan; d. memperoleh penggantian pembayaran atas pemanfaatan pelayanan kesehatan pada penyelenggara kesehatan yang tidak terikat perjanjian kerjasama menggunakan mekanisme reimburst. BAB VII PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN (PPK) Bagian Kesatu Sarana Pemberi Pelayanan Kesehatan Pasal 13 (1) Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta bersifat komprehensif dan terstruktur sesuai dengan kebutuhan medis. (2) PPK dilarang menolak peserta untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. (3) Dalam memberikan pelayanan kepada peserta, PPK wajib mengutamakan mutu, keamanan dan kenyamanan pelayanan. Pasal 14 PPK yang dapat diikat dengan perjanjian kerjasama dalam penyelenggaraan Jamkes harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut : a. telah memiliki izin operasional; b. bagi rumah sakit telah memiliki penetapan kelas. Bagian Kedua Kewajiban dan Hak Pemberi Pelayanan Kesehatan Paragraf 1 Kewajiban Pemberi Pelayanan Kesehatan Pasal 15 PPK berkewajiban untuk : a. memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta sesuai ketentuan paket pelayanan dan/atau standar diagnostik nasional; b. memberikan pelayanan kesehatan sesuai ketentuan dalam sistem rujukan; c. tidak menghentikan perawatan dengan alasan administratif; d. memenuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Bapel sebagaimana dituangkan dalam perjanjian kerjasama. Paragraf 2 Hak Pemberi Pelayanan Kesehatan Pasal 16 (1) PPK berhak mendapatkan pembayaran atas pelayanan yang telah diberikan dan hak-hak lain sesuai perjanjian kerjasama dengan Bapel. 5

(2) Pembayaran kepada PPK dilaksanakan dengan mekanisme klaim. Bagian Ketiga Standar Pelayanan Kesehatan Pasal 17 (1) PPK memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan perjanjian kerjasama. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VIII PELAYANAN KESEHATAN Pasal 18 (1) Pelayanan Kesehatan yang dijamin oleh Bapel sesuai dengan paket-paket pelayanan kesehatan. (2) Paket pelayanan Jamkes sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang disediakan oleh PPK I meliputi : a. Rawat Jalan Tingkat Pertama: 1. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan; 2. Laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin); 3. Pengobatan dan tindakan medis kecil; 4. Pemberian Obat; 5. Pemeriksaan dan pengobatan gigi, termasuk cabut/tambal; 6. Pemeriksaan ibu hamil/nifas/menyusui, bayi dan balita; 7. Pelayanan efek samping kontrasepsi; 8. Bahan Medis Habis Pakai (BMHP); 9. Pemeriksaan elektromedik dasar (USG, EKG, Rontgen); 10. Konsultasi psikologi dan psikoterapi; 11. Rehabilitasi medis; 12. Reduksi dan protein urine khusus ibu hamil. b. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) 1. Akomodasi rawat inap; 2. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan; 3. Laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin); 4. Tindakan medis kecil; 5. Pemberian obat; 6. Persalinan normal dan dengan penyulit (PONED); 7. Persalinan normal; 8. Pelayanan gawat darurat (emergency); 9. Rujukan medis; 10. Rehabilitasi medis; 11. Pemeriksaan elektromedik dasar (EKG, USG). (3) Paket pelayanan Jamkes sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang disediakan oleh PPK II dan PPK III meliputi : a. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL): 1. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan oleh dokter spesialis/umum; 2. Rehabilitasi medik; 3. Penunjang diagnostik: laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik; 4. Tindakan medis kecil dan sedang; 5. Pemeriksaan dan pengobatan gigi tingkat lanjutan; 6. Pelayanan efek samping dan komplikasinya; 7. Pemberian obat yang mengacu pada Formularium Rumah Sakit; 6

8. Pelayanan darah; 9. Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi dan penyulit. b. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL): 1. Akomodasi rawat inap pada kelas III RS; 2. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan; 3. Penunjang diagnostik: laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik; 4. Tindakan medis; 5. Operasi sedang, besar dan khusus; 6. Pelayanan rehabilitasi medis; 7. Perawatan intensif (ICU, ICCU, PICU, NICU, PACU); 8. Pemberian obat mengacu Formularium RS program ini; 9. Pelayanan darah; 10. Bahan dan alat kesehatan habis pakai; 11. Persalinan dengan risiko tinggi dan penyulit (PONEK); 12. Hemodialisa dengan batasan (biaya, frekuensi, umur). c. Pelayanan gawat darurat (emergency); d. Pelayanan Paket Khusus yang meliputi Upaya Kelangsungan HIDUP (life Saving) Ibu Hamil dengan tindakan OPERASI, Kasus KDRT, Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak, HIV/AIDS, hasil DDTKA,DDTKB, Rujukan Penjaringan kesehatan anak sekolah serta difabel; e. Pembatasan Pelayanan (Limitation services) meliputi: pemberian kacamata, Intra Ocular Lens (IOL), Alat bantu dengar, Alat bantu gerak dan pelayanan penunjang diagnostik canggih; f. Pelayanan Yang Tidak Dijamin (Exclusion) meliputi pelayanan yang tidak sesuai prosedur dan ketentuan, Bahan, alat dan tindakan yang bertujuan untuk kosmetika, General check up, Prothesis gigi tiruan, Pengobatan alternatif (antara lain akupunktur, pengobatan tradisional) dan pengobatan lain yang belum terbukti secara ilmiah, Rangkaian pemeriksaan, pengobatan dan tindakan dalam upaya mendapat keturunan, termasuk bayi tabung dan pengobatan impotensi, Pelayanan kesehatan pada masa tanggap darurat bencana alam dan Pelayanan kesehatan yang diberikan pada kegiatan bakti sosial. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis paket pelayanan, mekanisme dan tata cara pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Walikota. Pasal 19 Pelayanan Jamkes dilaksanakan sesuai perjanjian kerja sama tertulis antara penyelenggara jaminan kesehatan dengan Peserta, dan penyelenggara jaminan kesehatan dengan pemberi pelayanan kesehatan. BAB IX BADAN PEMBINA Pasal 20 (1) Dalam penyelenggaraan Jamkes dibentuk Badan Pembina. (2) Anggota Badan Pembina terdiri atas unsur pemerintah daerah, tokoh masyarakat dan akademisi dengan jumlah 5 (lima) orang. (3) Badan Pembina sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai tugas melakukan penilaian atas rekomendasi penentuan besaran iuran peserta, melaksanakan pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan Jamkes. (4) Badan Pembina berhak memperoleh semua data dan informasi dalam penyelenggaraan Jamkes. (5) Tatacara pembentukan dan pemberhentian Badan Pembina diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Walikota. 7

BAB X BADAN PENYELENGGARA (BAPEL) Bagian Kesatu Kelembagaan Badan Penyelenggara Pasal 21 Jamkes diselenggarakan oleh Bapel yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (1) Bapel bertugas menyelenggarakan Jamkes. Bagian Kedua Tugas Bapel Pasal 22 (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi, kedudukan, tugas pokok Bapel diatur dalam Peraturan Daerah tersendiri. BAB XI IURAN Pasal 23 (1) Besarnya iuran kepesertaan Jamkes diperhitungkan dan ditetapkan berdasarkan keseimbangan manfaat pelayanan, jenis pelayanan dan kebutuhan aktual pelayanan kesehatan. (2) Perhitungan besarnya iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditinjau secara berkala. (3) Besarnya nominal iuran didasarkan atas perhitungan aktuaria dan ditetapkan dengan Peraturan Walikota berdasarkan rekomendasi dari Badan Pembina. Pasal 24 (1) Kewajiban membayar iuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a dibayar penuh peserta Jamkes yang masuk kategori penduduk tidak miskin. (2) Pemerintah Daerah wajib menjamin ketercukupan anggaran jamkes bagi penduduk miskin. (3) Bagi peserta yang masuk kategori pada ayat (1) yang dikemudian hari tidak mampu membayar iuran Jamkes, dapat mengajukan permohonan pembiayaan Jamkes kepada Bapel. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme, tata cara pembayaran dan permohonan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. (5) Pembayaran iuran dilaksanakan secara berkala untuk periode masa kepesertaan tertentu. BAB XII SANKSI Pasal 25 (1) Bagi peserta, PPK, Bapel dan pejabat pemerintah yang melakukan pelanggaran dalam ketentuan peraturan ini, dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. (2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Walikota dapat mengambil sanksi administratif terhadap pelanggaran ketentuan Peraturan Daerah ini. (3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk : a. Peringatan lisan atau tertulis; b. Pengumuman publik; c. Denda administrasi; d. Pembatalan perjanjian kerjasama; dan/atau 8

e. Pencabutan perizinan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. BAB XIII Pasal 26 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 27 Sebelum kelembagaan Bapel memenuhi persyaratan peraturan perundangan yang berlaku maka penyelenggaraan Jaminan Kesehatan dilaksanakan oleh SKPD/Unit Kerja yang memiliki tugas pokok dan fungsi yang sesuai serta bertanggung jawab kepada Walikota dengan menerapkan PPK BLUD. BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal 2 Januari 2012. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Yogyakarta. Ditetapkan di Yogyakarta pada tanggal 31 Desember 2010 WALIKOTA YOGYAKARTA, ttd Diundangkan di Yogyakarta. pada tanggal 31 Desember 2010 H. HERRY ZUDIANTO SEKRETARIS DAERAH KOTA YOGYAKARTA ttd H.RAPINGUN LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2010 NOMOR 10 9

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN UMUM Jaminan kesehatan merupakan bagian Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang sangat penting artinya dalam rangka memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, khususnya penduduk Kota Yogyakarta. Melalui program jaminan kesehatan ini, setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila tejadi hal-hal karena menderita sakit. Selama ini telah ada berbagai macam program yang bertujuan untuk memberikan jaminan kepada penduduk, misalnya Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Jaminan yang ada tersebut belum sepenuhnya mampu memberikan jaminan kepada penduduk Kota Yogyakarta, baru sebagian kecil penduduk yang telah terjamin hak atas kesehatannya. Jaminan kesehatan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini menghendaki agar ke depan tercipta kondisi kualitas kesehatan yang semakin baik, sehingga pemerintah Kota mewajibkan penduduk Kota Yogyakarta menjadi peserta Jaminan Kesehatan. Prinsip yang dikedepankan dalam program jaminan kesehatan adalah kegotongroyongan antara yang kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua dan muda, dan yang berisiko tinggi dan rendah. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 - asas kemanusiaan berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat manusia; - asas manfaat merupakan asas yang bersifat operasional menggambarkan pengelolaan yang efisien dan efektif; - asas keadilan merupakan asas yang bersifat ideal. Ketiga asas tersebut dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan program dan hak peserta. Pasal 3 Yang dimaksud dengan layak adalah terpenuhinya kebutuhan esensial setiap orang demi terwujudnya kesejahteraan sosial. Pasal 4 Pasal 5 ayat (1) - Yang dimaksud dengan Asuransi Sosial adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna perlindungan atas resiko gangguan kesehatan yang menimpa peserta; 10

- Yang dimaksud dengan Ekuitas adalah kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medisnya yang tidak terikat dengan besaran iuran yang telah dibayarkannya. ayat (2) huruf a Yang dimaksud dengan Kegotongroyongan adalah prinsip kebersamaan antar peserta dalam menanggung beban biaya jaminan kesehatan. huruf b Yang dimaksud dengan Nirlaba adalah pengelolaan usaha yang mengutamakan hasil pengembangan dana untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh peserta. huruf c Yang dimaksud dengan Keterbukaan adalah prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan jelas bagi setiap peserta. huruf d Yang dimaksud dengan Kehati-hatian adalah adalah prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib. huruf e Yang dimaksud dengan Akuntabilitas dalam ketentuan ini adalah prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. huruf f Yang dimaksud dengan Portabilitas adalah prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah NKRI huruf g Yang dimaksud dengan Kepesertaan bersifat wajib adalah prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk menjadi peserta jaminan kesehatan yang dilaksanakan secara bertahap. huruf h Yang dimaksud dengan Dana Amanat dalam ketentuan ini adalah bahwa iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana titipan dari peserta untuk digunakan sebesar- besarnya bagi kepentingan peserta jaminan kesehatan huruf i ayat (3) Pasal 6 Cukup Jela. Pasal 7 ayat (1) Bagi penduduk daerah yang sudah memiliki jaminan kesehatan dari pemerintah pusat atau pemerintah propinsi tidak diperbolehkan menjadi peserta jamkes. ayat (2) Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 11

Pasal 12 Yang dimaksud dengan Reimburst adalah jumlah yang dibayarkan kepada peserta Jamkes untuk pengeluaran biaya yang diajukan sebagai akibat dari suatu kecelakaan atau penyakit dengan ketentuan pembayaran tidak lebih dari jumlah yang tertulis dalam kwitansi yang dikeluarkan oleh rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lain. Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pada sistem reimburstment, peserta atau tertanggung membayar terlebih dahulu semua biaya perawatan selama tertanggung dirawat di rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lain. Keseluruhan biaya ini seperti tertera pada kwitansi pembayaran ke rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lain kemudian disampaikan ke Bapel untuk mendapatkan penggantian. Ayat (1) Yang dimaksud Terstruktur adalah sesuai dengan sistem rujukan yang diberikan oleh PPK. ayat (2) s/d ayat (3) ayat (1) ayat (2) Yang dimaksud dengan Klaim adalah permintaan yang diajukan oleh PPK kepada Bapel atas nama peserta jamkes untuk mendapatkan penggantian atas pelayanan kesehatan yang telah diberikan. huruf a s/d huruf c huruf d Yang dimaksud Berkala adalah dilakukan 2 (dua) kali dalam satu tahun pada bulan Juli dan bulan Januari. Huruf e 12

Pasal 23 Pasal 24 ayat (1) ayat (2) yang dimaksud dengan Berkala adalah dilakukan 1 (satu) kali dalam satu tahun. ayat (3) yang dimaksud dengan Aktuaria adalah perhitungan tentang iuran dan perkiraan biaya medis secara berkala. Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 13