KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA No. 0584/MENKES/SK/VI/1995. Tentang SENTRA PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PENGOBATAN TRADISIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ADJIDARMO

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1994 Tentang : Pedoman Susunan Keanggotaan Dan Tata Kerja Komisi AMDAL

KepMen Ttg Penyempurnaan KepMen

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 760/MENKES/ PER/ lx/1992 TENTANG FITOFARMAKA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 29 TAHUN 2002 SERI D NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 12 TAHUN 2002

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2013 TENTANG SENTRA PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PENGOBATAN TRADISIONAL

Menteri Kesehatan Republik Indonesia * KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SRAGEN BUPATI SRAGEN,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1988 TENTANG BADAN KOORDINASI BANTUAN PEMANTAPAN STABILITAS NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 14 SERI D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN,

BUPATI SRAGEN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1984 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 117 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SRAGEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2005

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2000 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 295/PRT/M/2005 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL MENTERI PEKERJAAN UMUM,

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PARIWISATA, SENI DAN BUDAYA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN MENTERI DALAM NEGERI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 003/MENKES/PER/I/2010 TENTANG SAINTIFIKASI JAMU DALAM PENELITIAN BERBASIS PELAYANAN KESEHATAN

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 40 TAHUN 2011

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 629/Kpts/OT.140/12/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BESAR VETERINER MENTERI PERTANIAN,

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 15 Tahun 1994 Tentang : Pembentukan Komisi AMDAL Terpadu

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambah Lembaran Negara Nomor 3445 );

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2013 TENTANG SENTRA PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PENGOBATAN TRADISIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI NASIONAL LANJUT USIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1979 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYELENGGARAAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS GUDANG FARMASI PADA DINAS KESEHATAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA DUMAI

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Organisasi. Tata Kerja. Rumah Sakit Pengayoman. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI NASIONAL LANJUT USIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Permen PU No. 294/2005 tt BPPSPAM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 294/PRT/M/2005 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN WALIKOTA TERNATE

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA MADIUN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/OT.140/1/2007 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGENDALI PENYAKIT AVIAN INFLUENZA REGIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENGELOMPOKAN OBAT BAHAN ALAM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MALINGPING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2004 T E N T A N G

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Rumah Sakit Umum. Tata Kerja. Organisasi. Pencabutan.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 5 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 5 QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

3. Bupati adalah Bupati Jombang. 4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten. 5. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KABUPATEN SRAGEN

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL KOTA LANGSA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 32/MEN/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KARANTINA IKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA DEWAN ENERGI NASIONAL,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA SENSOR FILM

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1974 POKOK-POKOK ORGANISASI DEPARTEMEN TENTANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 27 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN SRAGEN

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA KEDIRI KEDIRI KEDIRI

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MOKOPIDO TOLITOLI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 628/Kpts/OT.140/12/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI OBAT HEWAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 301/Kpts/OT.140/7/2005 TENTANG

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN No. 0584/MENKES/SK/VI/1995 Tentang SENTRA PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PENGOBATAN TRADISIONAL MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa pengobatan tradisional merupakan salah satu upaya pengobatan dan atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan ilmu perawatan; b. bahwa pengobatan tradisional perlu dibina, dikembangkan, dan diawasi agar dapat dipertanggung jawabkan manfaat dan keamanannya; c. bahwa dalam rangka pembinaan, pengembangan, dan pengawasan seperti tersebut dalam butir b, perlu ditetapkan pengaturan tentang pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan; 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun 1986 tentang Kewenangan, Pengaturan, Pembinaan dan pengembangan lndustri; 3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 037 tahun 1973 tentang Wajib Daftar Akupunturis; 4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 038 tahun 1973 tentang Wajib Daftar Shinse dan Tabib; 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 246 tahun 1990 tentang lzin lndustri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional Usaha; 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 760 tahun 1992 tentang Fitofarmaka.

MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESI TENTANG SENTRA PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PENGOBATAN TRADISIONAL BAB 1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan : a. Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (Sentra P3T) adalah suatu wadah untuk pengkajian/penelitian/pengujian, pendidikan-pelatihan, dan pelayanan pengobatan tradisional sebelum pengobatan tersebut diterapkan secara luas dimasyarakat atau diintegrasikan ke dalam jaringan pelayanan kesehatan. b. Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan, baik yang asli maupun yang berasal dari luar Indonesia, yang dilakukan dengan cara, obat, dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman dan keterampilan turun-temurun, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. c. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galanik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. d. Pengobatan tradisional adalah orang yang melakukan pengobatan tradisional. e. Fitofarmaka adalah sediaan obat tradisional yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang memenuhi persyaratan yang berlaku. f. Komisi Ahli Uji Fitofarmaka adalah komisi yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan, beranggotakan para pakar multidisipliner, yang diberi tugas mengevaluasi uji pre-klinik dan uji klinik fitofarmaka dan membedakan rekomendasi untuk keputusan terhadap hasil uji preklinik dan uji klinik fitofarmaka tersebut. g. Sentra Uji Fitofarmaka adalah instansi pelayanan kesehatan atau intansi penelitian yang disetujui Menteri Kesehatan untuk melaksanakan dan atau mengkoordinasikan uji fitofarmaka.

BAB II SENTRA PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PENGOBATAN TRADISIONAL Pasal 2 (1) Di setiap propinsi dapat dibentuk sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional, disingkat Sentra P3T. (2) Penerapan propinsi sebagai lokasi Sentra P3T dilakukan oleh Menteri Kesehatan atau rekomendasi dari Tim Pengarah Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional. (3) Kedudukan Sentra P3T dalam lingkup pengorganisasian Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional dituangkan dalam skema terlampir. Pasal 3 Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional, yang selanjutnya disebut Sentra P3T mempunyai tugas : a. Melakukan penapisan dan pengkajian/penelitian/pengujian pengobatan tradisionil yang dapat dikembangkan; b. Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan tentang pengobatan tradisional yang telah terbukti manfaat dan keamanannya; c. Menyelenggarakan pelayanan pengobatan tradisional yang telah terbukti manfaat dan keamanannya sebagai percontohan; d. Menyelenggarakan uji klinis/uji penerapan obat tradisional yang potensial untuk menjadi fitofarmaka. BAB Ill UNIT TEKNIS SENTRA P3T Pasal 4 (1) Sentra P3T mempunyai struktural terbuka berbentuk suatu wadah yang melaksanakan tiga fungsi Sentra P3T secara terpadu, yang pelaksanaannya dapat dilakukan disatu Unit Teknis atau di beberapa Unit Teknis dalam satu jaringan kerjasama terpadu.

(2) Penetapan suatu unit organisasi menjadi Unit Teknis Sentra P3T dan penetapan tugasnya dilakukan oleh Kepala Kanwil Depkes setempat selaku Ketua Tim Pengendalian P3T. Pimpinan unit organisasi tersebut otomatis berfungsi sebagai koordinator kegiatan Sentra P3T di unitnya. (3) Unit Teknis Sentra P3T dapat berupa Puskesmas, Rumah Sakit, Balai Pengobatan, dan unit organisasi lain milik pemerintah dan atau milik masyarakat termasuk swasta. Pasal 5 (1) Untuk melaksanakan tugas-tugas Sentra P3T perlu ditunjuk sekelompok tenaga fungsional sebagai pengurus Sentra P3T. Pengurus Sentra P3T dibentuk dari wakil-wakil Unit Teknis Sentra P3T. Pengurus Sentra P3T memilih ketua dari antara mereka atau tokoh lain yang dipandang mampu, untuk bertindak sebagai Ketua Sentra P3T. Susunan pengurus Sentra P3T dikonsultasikan untuk kemudian disyahkan oleh Kepala Kanwil Depkes Propinsi selaku wakil Menteri Kesehatan di propinsi. (2) Dalam melaksanakan kegiatan, pengurus Sentra P3T berkonsultasi dengan Kepala Kanwil Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan dan pakar, yang tergantung di dalam Tim Pengendalian P3T. BAB IV TIM PENGARAH PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PENGOBATAN TRADISIONAL Pasal 6 (1) Pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional secara nasional diarahkan oleh sebuah Tim tingkat pusat yang disebut Tim Pengarah Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional yang selanjutnya disebut Tim Pengarah P3T. (2) Tugas dari Tim Pengarah P3T, adalah: a. Membantu Menteri Kesehatan dalam penerapan propinsi-propinsi yang dinyatakan sebagai sentra pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional; b. Membantu Menteri Kesehatan dalam penetapan pedoman/metodologi penapisan dan pengkajian/penelitian/pengujian pengobatan tradisional yang dapat dikembangkan dan diterapkan di pelayanan kesehatan;

c. Membantu Menteri Kesehatan dalam penetapan pedoman/petunjuk pelaksanaan/tatacara pelaksanaan pengobatan tradisional oleh pengobatan tradisional dan oleh profesi serta pelayanan kesehatan modern; d. Bekerjasama dengan Komisi Ahli Uji Fitofarmaka dalam pengembangan obat tradisional; e. Melakukan penapisan terhadap cara-cara pengobatan tradisional yang potensial untuk dikembangkan dan diterapkan dipelayanan kesehatan; f. Mengupayakan dukungan dana untuk pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional; g. Merumuskan dan mengembangkan jaringan informal dan dokumentasi pengobatan tradisional; h. Membantu mengevaluasi, dan membina sentra-sentra pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional. Pasal 7 (1) Susunan Tim Pengarah P3T adalah sebagai berikut : Ketua : Sekretaris Jenderal Depkes. Wakil Ketua Anggota : Dirjen. Pembinaan Kesehatan Masyarakat. : 1. Dirjen. Pengawasan Obat dan Makanan 2. Dirjen. Pengawasan Medik 3. Dirjen.Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. 4. Kepala Badan Litbang Kesehatan. (2). Tim Pengarah P3T dibantu oleh Pelaksana harian Tim Pengarah P3T yang susunannya adalah sebagai berikut : Ketua : Ka. Dit. Bina Upaya Kesehatan Tradisional Wakil Ketua : Ka. Dit. Pengawasan Obat Tradisional Sekretaris : Ka. Dit. Rumah Sakit Umum dan Pendidikan

Anggota : 1. Ka. Dit. Bina Upaya Kesehatan Puskesmas. 2. Ka. Dit. Rumah Sakit Umum dan Pendidikan 3. Ka. Dit. Rumah Sakit Khusus dan Swasta 4. Ka. Dit. Kesehatan Jiwa 5. Ka. Puslitbang Pelayanan Kesehatan. 6. Ka. Puslit Penyakit Tidak Menular 7. Ka. Puslit Farmasi 8. Pakar Pengobatan Tradisional 9. Pakar Kesehatan/Pengobatan Modern BAB V TIM PENGENDALI PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PENGOBATAN TRADISIONAL Pasal 8 (1) Disetiap propinsi Sentra P3T dibentuk Tim Pengendali Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional dengan Keputusan Menteri Kesehatan. (2) Tim Pengendali Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional, yang selanjutnya disebut Tim Pengendali P3T, berada dalam koordinasi dan pengarahan dari Tim Pengarah P3T. (3) Tim Pengendali P3T mempunyai tugas : a. Membantu Kepala Kanwil Departemen Kesehatan setempat dalam penjabaran perdoman Menteri Kesehatan mengenai pengobatan tradisional yang dapat dikembangkan dan diterapkan di wilayahnya; b. Membantu Kepala Kanwil Departemen Kesehatan setempat menetapkan unit-unit organisasi yang merupakan pelaksana pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional di wilayahnya; c. Melakukan penapisan terhadap obat tradisional yang potensi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka;

d. Melakukan penapisan terhadap cara-cara pengobatan tradisional yang potensi untuk dikembangkan dan diterapkan di pelayanan kesehatan; e. Mengupayakan dukungan dana untuk pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional di wilayahnya; f. Mengembangkan jaringan informasi dan dokumentasi pengobatan tradisional diwilayahnya; g. Mengawasi, membina dan mengarahkan pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional di Sentra P3T termasuk unit-unit pelayanan pengobatan tradisional di wilayahnya; h. Memantau dan mengevaluasi pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional di wilayahnya. Pasal 9 (1) Susunan Tim Pengendali P3T adalah sebagai berikut. Ketua : Kepala Kanwil Depkes Propinsi Wakil Ketua : Ka. Dinas Kesehatan Dati 1. Sekretaris : Ka. Bidang Bimdal Peningkatan Kesehatan Pemberantasan Penyakit Kanwil Depkes Propinsi. Anggota : 1. Ka. Bid. Bimdal Farmasi & Makanan 2. Ka. Bid. Bimdal Pelayanan Kesehatan 3. Ka. Subdinas Bina Pelayanan Kesehatan 4. Pakar Pengobatan Tradisional 5. Pakar Kesehatan/pengobatan modern (2) Tim Pengendali P3T dibantu oleh Sekretariat yang terdiri atas staf Bidang Bimdal Peningkatan Kesehatan & Pemberantasan Penyakit dan Bimdal Pelayanan Kesehatan.

BAB VI TATA KERJA Pasal 10 Sentra P3T termasuk Unit-unit Teknis Sentra P3T secara aktif mengindentifikasi pengobatanpengobatan tradisional (cara obat dan pengobatannya) yang potensial untuk dikembangkan dan melaporkannya kepada Tim Pengendali P3Tdi wilayahnya. Pasal 11 (1) Tim Pengendali P3T menugasi Sentra P3T untuk mengkaji/meneliti/menguji cara-cara pengobatan tradisional yang potensial untuk dikembangkan dan diterapkan sesuai dengan pedoman dari Menteri Kesehatan. (2) Tim Pengendali P3T melaporkan obat tradisional yang potensial menjadi fitofarmaka kepada Tim Pengarah P3T. (3) Tim Pengendali P3T melaporkan cara-cara pengobatan tradisional yang telah terbukti manfaat dan keamanannya kepada Tim Pengarah P3T. Pasal 12 (1) Tim Pengarah P3T mengusulkan obat tradisional yang potensial menjadi fitofarmaka kepada Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan untuk dikaji oleh Sentra Uji Fitofarmaka yang sesuai dan dilakukan uji klinis/uji penerapan di Sentra P3T. (2) Tim Pengarah P3T mengusulkan cara-cara pengobatan tradisional yang telah terbukti manfaat dan keamanannya kepada Menteri Kesehatan untuk penetapan penerapan ke dalam jaringan pelayanan kesehatan formal atau berkembang tersendiri. Pasal 13 (1) Obat-obat tradisional yang telah dinyatakan sebagai fitofarmaka oleh Menteri Kesehatan, diinformasikan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan kepada Tim Pengarah P3T dan Tim Pengendali P3T. (2) Tim Pengendali P3T meneruskan informasi tentang fitofarmaka kepada Sentra P3T termasuk Unit-unit Teknis Sentra P3Tdan sarana pelayanan kesehatan lainnya, agar fitotarmaka tersebut dapat digunakan;

(3) Cara-cara pengobatan tradisional yang telah dinyatakan oleh Menteri Kesehatan masuk ke dalam jaringan pelayanan kesehatan atau berkembang tersediri, diinformasikan kepada Tim Pengarah P3T dan Tim Pengendali P3T. (4) Tim Pengendali P3T meneruskan informasi tentang cara-cara pengobatan tradisional tersebut pada ayat (3) kepada Sentra P3T termasuk Unit-unit Teknis Sentra P3T dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, agar cara-cara tersebut dapat digunakan. Pasal 14 (1) Untuk meningkatkan koordinasi pelaksanaan tugasnya, Tim Pengarah P3T menyelenggarakan rapat Tim sedikitnya 2 kali dalam setahun; (2) Sebagai pelaksana operasional, Pelaksana Harian Tim Pengarah P3T menyelenggarakan rapat sedikitnya 4 kali dalam setahun; (3) Sebagai pengendali pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional di tingkat propinsi, Tim Pengendali P3T menyelenggarakan rapat Tim sedikitnya 6 kali dalam setahun; (4) Sebagai pelaksana kegiatan di tingkat Sentra P3T, pengurus Sentra P3T menyelenggarakan rapat sedikitnya 6 kali dalam setahun. Pasal 15 (1) Sentra P3T termasuk Unit-unit Teknis Sentra P3T wajib melaporkan secara berkala kegiatannya kepada Tim Pengendali P3T; (2) Tim Pengendali P3T wajib mengolah laporan dari Sentra P3T termasuk Unit-unit Teknis Sentra P3T di wilayahnya dan secara berkala menyampaikan laporan tentang pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional di wilayahnya kepada Menteri Kesehatan.

BAB VIl PENUTUP Pasal 16 Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal diterapkan dan akan ditinjau kembali serta diperbaiki bilamana di kemudian hari terdapat kekeliruan. Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 2 JUNI 1995 MENTERI KESEHATAN. ttd Prof. Dr. SUJUDI Tembusan: 1. Menteri Dalam Negeri Up. Dirjen. Sospol 2. Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Up. Dirjen. Diklusepora 3 Menteri Agama Up. Staf Ahli Bid Hub. Antar Dep. dan Non Dep. 4. Kejaksaan Agung Up. Kadit PAKEM 5. Para Eselon I di lingkungan Departemen Kesehatan RI 6. Kakanwil Depkes di 27 Propinsi 7. Kadinkes Dati I di 27 Propinsi 8. Yang bersangkutan