BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi dalam proyek konstruksi merupakan hal yang sangat penting.

dokumen-dokumen yang mirip
Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan kinerja karyawan menurun. Penurunan kinerja karyawan akan

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi merupakan suatu industri yang melibatkan kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Emotional Intelligence (EI) Compiled by : Idayustina

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A.1 Pengertian Kecerdasan Emosional. seorang dosen psikologi, Daniel Goleman. Pada awal kemunculannya, banyak

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

Interpersonal Communication Skill

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Makna kecerdasan emosional oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Para manajer memiliki peran strategis dalam suatu organisasi. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kualitas kinerja pegawai pemerintahan di Indonesia pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa. Masa depan bangsa ini berada di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1.1 Pengertian Pengambilan Keputusan. Kegiatan ini memegang peranan penting terutama bila manajer

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sekolah yang tidak lepas dari cita-cita mencetak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam dunia bisnis sangat ketat, oleh sebab

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan perusahaan, karena peran karyawan sebagai subyek

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN UMUR MAHASISWI SEMESTER I DIV KEBIDANAN TAHUN 2017

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya,

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap individu

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I. Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang

BAB II LANDASAN TEORI. prestasi belajar. Seperti yang dikatakan oleh Winkel (2009: 168) bahwa

BAB II LANDASAN TEORI

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan merupakan wadah interaksi antara berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi organisasi atau perusahaan itu sendiri. Sumber daya manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap organisasi. Banyak usaha dan daya yang dilakukan untuk mengatasi,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Adapun yang melatarbelakangi mengapa peneliti merasa tertarik

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN STRES KERJA PADA GURU MI 02, MTS, DAN MA MAZRA ATUL ULUM PACIRAN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, perusahaan dituntut untuk efisien dan efektif dalam setiap

MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN DEBATE PADA PELAJARAN PKN DI KELAS V SD NEGERI 086 DALAN LIDANG

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PRODI DIII KEBIDANAN STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KEPEMIMPINAN DAN ORGANISASI. (The Influences Emotional Intelligence at Leadership And Organization)

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. adat ( kebiasaan ), tujuan gaya hidup dan semacamnya.

ARIS RAHMAD F

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan alam sekitar beserta permasalahan di dalamnya. Mempelajari IPA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengarah pada fakta bahwa manusia adalah makhluk ciptaan yang paling unggul, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tinggi tidak sanggup membuat anak didiknya menguasai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Soft skill mahasiswa menurut pendapat Setditjend Dikti (2010)

PENGARUH KEPEMIMPINAN, KECERDASAN EMOSIONAL DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA SEKRETARIAT DAERAH ACEH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Perbedaan Kecerdasan..., Muhammad Hidayat, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian target yang akan dicapai secara professional (Ismirani, 2011). pada perasaan tertekan atau stres (Badiah, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara

penting. Keberhasilan suatu proyek pertama-tama sangat dipengaruhi oleh ketepatan

BAB I PENDAHULUAN. Widjaja, 2006). Pegawai memiliki peran yang besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak usia dini orang tua selalu berharap dan mengajarkan kepada anaknya untuk bisa

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara. PUSDIKMIN

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Proyek Organisasi dalam proyek konstruksi merupakan hal yang sangat penting. Dalam organisasi suatu proyek terdapat makna usaha, kerjasama, dan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Ervianto (2004), definisi dari organisasi adalah bersatunya kegiatan kegiatan dari dua individu atau lebih di bawah satu koordinasi, dan berfungsi mempertemukan menjadi satu tujuan. Penanganan yang efektif terhadap organisasi dan sumber daya selalu menghadapi banyak tantangan. Organisasi organisasi sekarang harus menghadapi persaingan di pasar global dan ledakan teknologi dan informasi yang ada. Meskipun factor factor yang penting di suatu organisasi industry meliputi sumber dana, keterampilan dan teknologi, namun kunci keberhasilannya terletak pada manajemen. Manajemen adalah kegiatan yang mengatur semua unsur atau elemen yang terlibat dalam organisasi, termasuk individu individu yang berada di dalamnya, sarana dan prasarana serta segala peraturan dan prosedur, untuk secara efektif dan efisien mencapai tujuan organisasi (Hersey dan Blanchard,1993). Dalam suatu organisasi industri, individu individu yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur atau mengkoordinir semua aktivitas manajerial, yaitu aktivitas untuk mencapai tujuan yang ditetapkan melalui wadah organisasi disebut manajer. Dalam pengaturan dan pengkoordinasian ini, manajer memanfaatkan 7

8 semua sumber daya manusia, material maupun financial. Oleh karena itu manajer dapat dipandang sebagai perencana, pelaksana, pemimpin, maupun pengawas organisasi (Ashar Sunyoto Munandar,1997). Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai suatu organisasi, diperlukan profesionalisme dari pengelolanya. Keberhasilan akan terwujud bila didukung oleh pengelola atau manajer yang professional (Murti,2006). Keberhasilan manajer ditentukan oleh strateginya dalam mengambil keputusan ketika mereka menghadapi permasalahan dan menjawab setiap tantangan organisasional. Kegagalan menjalankan fungsi vital ini dapat menimbulkan akibat akibat serius bagi organisasi yang bersangkutan. Banyak kejadian menunjukkan bahwa sebuah organisasi menjadi lumpuh karena kegagalan seorang manajer dalam mengambil keputusan di saat kritis (Widura I. Mustopo,1997). 2.2. Kepemimpinan Secara teoritis kepemimpinan (leadership) merupakan hal yang sangat penting dalam manajerial, karena kepemimpinan maka proses manajemen akan berjalan dengan baik dan pegawai akan bergairah dalam melakukan tugasnya (Hasibuan, 1996). Dengan kepemimpinan yang baik diharapkan akan meningkatkan kinerja pegawai seperti yang diharapkan(baik karyawan maupun organisasi yang bersangkutan). Faktor kepemimpinan memainkan peranan yang sangat penting dalam keseluruhan upaya untuk meningkatkan kerja, baik pada tingkat kelompok

9 maupun pada tingkat organisasi. Dikatakan demikian karena kinerja tidak hanya menyoroti pada sudut tenaga pelaksana yang pada umumnya bersifat teknis akan tetapi juga dari kelompok kerja dan manajerial (Sukidjo Noto Atmojo,2003). Definisi kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dan orang orang di luar kelompok atau organisasi. Menurut Ivancevich (1977), definisi kepemimpinan adalah hubungan antara 2 atau lebih orang yang mana seseorang berusaha untuk mempengaruhi yang lain kea rah pencapaian tujuan bersama. Fungsi kepemimpinan yang paling utama adalah membantu organisasi menyesuaikan diri terhadap lingkungannya dan memperoleh segala sumber daya yang dibutuhkan untuk dapat bertahan. Menurut Siagian (2002 : 62) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain (para bawahannya) sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya. 2.3. Pengertian Kecerdasan Emosional Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University

10 of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional arau yang sering disebut EQ sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.(shapiro, 1998). Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional. Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan. (Shapiro, 1998-10). Sebuah model pelopor lain yentang kecerdasan emosional diajukan oleh Bar- On pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan dan tekanan lingkungan (Goleman, 2000 :180). Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan

11 pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, dan empati. Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame of Mind (Goleman,2000) mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis yang monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spectrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistic, matematika/logika, spasial, kinestetik, music, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut kecerdasan emosional. Menurut Cooper dan Sawaf (1999) kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya kepekaan emosi sebagai sumber energy, informasi, koreksi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energy emosi dalam kehidupan sehari hari. Dimana kecerdasan emosi juga merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan untuk membangun produktif dan meraih keberhasilan.

12 2.4. Dimensi Kecerdasan Emosional Dimensi kecerdasan emosional terdiri dari empat kemampuan mendasar. Setiap kemampuan tersusun dari perangkat-perangkat kemampuan yang spesifik. Kemampuan yang spesifik itu dibedakan menjadi : a. Kesadaran Diri (self-awareness) Kesadaran diri emosional: kemampuan untuk membaca dan memahami emosi emosi diri dan mengenali pengaruhnya pada kinerja, hubungan dan sebagainya. Penilaian diri secara akurat: penilaian realistis dari kekuatan dan kelemahan diri. Kepercayaan diri: perasaan yang kuat dan sensitive mengenai harga diri. b. Manajemen Diri (self-manajement) Kontrol diri: kemampuan untuk menjaga agar emosi dan kata hati yang mengganggu tetap terkontrol. Kepantasan untuk dipercaya: suatu penunjukan dari kejujuran dan integritas yang terus - menerus. Kesungguhan: kemampuan untuk mengatur diri sendiri dan tangung jawab yang dimiliki. Kemampuan beradaptasi: kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah dan mengatasi masalah. Orientasi kesuksesan: dorongan untuk mewujudkan standar kesempurnaan pribadi.

13 Inisiatif: kesiapan untuk merebut kesempatan. c. Kesadaran Sosial (social-awareness) Empati : kemampuan untuk merasakan emosi orang lain, memahami cara pandang mereka, dan tertarik secara aktif terhadap keprihatinan mereka. Kesadaran berorganisasi: kemampuan untuk membaca arus dari kehidupan berorganisasi, membangun jaringan keputusan dan menavigasikan politik. Orientasi jasa: kemampuan untuk mengenali dan memenuhi kebutuhan konsumen. d. Kemampuan Sosial (Social Skill) Kepemimpinan bervisi: kemampuan untuk mengambil tanggung jawab dan memberikan inspirasi dengan visi sebagai pendorong. Pengaruh: kemampuan untuk mempergunakan berbagai taktik persuasive. Mengembangkan orang lain: kecenderungan untuk mengembangkan kemampuan orang lain melalui feedback dan bimbingan. Komunikasi : kemampuan untuk mendengarkan dan mengirimkan pesan yang jelas, meyakinkan dan baik. Katalisator perubahan: keahlian dalam memprakarsai ide ide baru dan memimpin orang ke arah yang baru. Manajemen Konflik: kemampuan untuk mengurangi ketidaksetujuan dan menyusun resolusi. Membangun ikatan: keahlian mempererat dan menjaga jaringan hubungan.

14 Kerja tim dan kolaborasi: kemampuan mempromosikan kerja sama dan membangun tim. 2.5. Peranan Kepemimpinan Yukl (2001) menjabarkan penelitian Barry yang mengidentifikasikan empat peranan kepemimpinan yang muncul sebagai hal yang paling mendasar dalam kelompok atau organisasi untuk memecahkan masalah, mengelola proyek ataupun mengembangkan kebijakan. Peranan kepemimpinan ini mencakup (1) envisioning, (2) organizing, (3) social integrating, (4) external spanning. Masing masing peranan kepemimpinan dapat dijabarkan ke dalam perilaku kepemimpinan yang lebih spesifik. Peranan kepemimpinan beserta perilaku kepemimpinan yang terdapat di dalamnya adalah : a. Envisioning : pemimpin mengkomunikasikan pandangan dan membantu tim untuk menjelasakan tujuan yang ingin dicapai. Perilaku kepemimpinan yang terdapat pada envisioning adalah : Menyampaikan dengan jelas tujuan atau pandangan yang membangun kepercayaan/komitmen anggota kelompok. Membantu anggota kelompok memahami dan meningkatkan cara pandang dan pemikiran mereka dalam menghargai hubungan tugas yang berubah ubah. Menyampaikan ide ide yang kreatif dan mendorong kelompok untuk memikirkan memikirkan strategi inovatif dalam menyelesaikan pekerjaan.

15 b. Organizing: pemimpin membantu dan mengarahkan tim mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam pekerjaan. Perilaku kepemimpinan yang terdapat pada organizing antara lain: Merencanakan dan menjadwalkan kegiatan kegiatan kelompok untuk melakukan koordinasi dalam menyelesaikan proyek tepat waktu. Membantu kelompok menetapkan standard dan metode untuk memperkirakan kemajuan dan kinerja proyek. Menyusun dan memimpin pertemuan untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan dengan cara yang sistematis. c. Social Integrating: pemimpin membantu dalam mengelola hubungan dekat internal sesama anggota kelompok. Perilaku kepemimpinan yang terdapat pada social integrating antara lain: Mendorong mewujudkan hubungan yang menguntungkan melalui kepercayaan, penerimaan dan sikap saling bekerja sama diantara anggota kelompok. Memfasilitasi komunikasi yang terbuka, kesetaraan dalam peran serta, dan toleransi dalam perbedaan pendapat. Membantu menengahi perselisihan diantara anggota kelompok dan membantu mereka menemukan pemecahan yang tuntas. d. External Spanning: pemimpin membantu untuk menjaga keputusan kelompok tetap sesuai denga kebutuhan pihak pihak lain yang terlibat diluar anggota

16 kelompok. Perilaku kepemimpinan yang terdapat pada external spanning adalah: Mengamati kondisi lingkungan di luar kelompok untuk mengidentifikasi kebutuhan klien, permasalahan yang berkembang, dan perkembangan politik yang mungkin mempengaruhi kelompok. Mempromosikan sebuah citra kelompok yang positif kepada pihak luar. Mempengaruhi orang orang diluar kelompok untuk menyediakan sumber daya yang cukup, pengakuan, bantuan dan kerjasama bagi kelompoknya. 2.6. Kecerdasan Emosional dan Kepemimpinan Kecerdasan emosional berhubungan erat dengan keefektifan kepemimpinan (Goleman, 1995; Mayer dan Salovey, 1995). Kecerdasan emosional dapat membantu para pemimpin menyelesaikan masalah masalah yang rumit, membuat keputusan yang lebih baik, merencanakan bagaimana untuk menggunakan waktu secara efektif, menyesuaiakan perilaku mereka terhadap situasi dan mengelola kemelut. Kecerdasan emosional diperlukan untuk dapat mengatasi rintangan dan hambatan yang secara langsung dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Penelitian terhadap ribuan eksekutif, manajer dan wiraswastawan yang berhasil, menunjukkan bahwa sebagian besar mereka selama bertahun tahun telah bertumpu pada kecerdasan emosional dalam pengambilan atau pembuatan keputusan dan interaksi penting dalam kapasitas mereka sebagai seorang pemimpin (Cooper dan Sawaf,1997).

17 Kelly Radford berpendapat bahwa tren yang berkembang adalah menguatnya pemahaman tentang pentingnya kecerdasan emosional (emotional intelligence) dalam kepemimpinan. Kecerdasan emosional memiliki hakikat seputar menjalin hubungan yang efektif. Tanpa memiliki kemampuan menjalin hubungan yang baik dengan rekan, para pemimpin tidak akan berhasil membangkitkan komitmen, keselarasan dan budaya yang dibutuhkan untuk bertahan dan berhasil di masa masa sulit (Adiwinoto,2005). Marian N. Ruderman (Adiwinoto,2005) berpendapat bahwa kecerdasan emosional atau yang kemudian dikenal juga sebagai people skills mempunyai peranan yang sangat penting dalam membedakan kinerja seseorang yang dikatakan rata rata dan yang diatas rata rata. Kecerdasan emosional membantu pemimpin dalam menangani perubahan dan lebih efektif dalam melakukan fungsinya. Kecerdasan emosional juga membantu pemimpin untuk membangun hubungan kerja yang baik, menjadi anggota kelompok yang kooperatif dan konstruktif, serta mengontrol kemarahan dan gejolak. 2.7. Kepemimpinan dalam Organisasi Proyek Konstruksi Suatu organisasi tidak terlepas dari suatu proses mengorganisir. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Soeharto (1998) bahwa proses mengorganisir proyek mengikuti pola umum pengorganisasian suatu usaha yaitu melakukan diferensiasi pekerjaan, pemisahan berdasarkan criteria tertentu, dan penyerahan kepada individu atau kelompok yang memiliki kecakapan dan keahlian yang bersangkutan. Demikian pula pada organisasi proyek konstruksi. Dalam proses

18 pengorganisasian tersebut, tidak terlepas dari keterlibatan individu individu yang memiliki karakteristik masing masing. Untuk dapat menjalankan fungsi organisasi sebagai sarana untuk mencapai tujuan, maka diperlukan adanya seorang yang dapat memandu dan mengarahkan tiap tiap individu tersebut. Dalam hal ini diperlukan adanya seorang pemimpin. Kepemimpinan merupakan unsur penting dari pengelolaan sumber daya manusia. Kecakapan memimpin adalah syarat yang tidak bisa dipisahkan bagi suatu pengelolaan yang efektif dari suatu usaha, tidak terkecuali dalam penyelenggaraan proyek (Soeharto, 1998). Dalam proyek konstruksi, setelah menetapkan tujuan yang merupakan bagian dari perencanaan, maka fungsi manajemen berikutnya adalah mengorganisir sumber daya perusahaan untuk mencapai tujuan. Dalam kaitan tugas ini, tugas manajemen proyek adalah memimpin sumber daya manusia yang terdiri dari anggota atau kelompok, agar melakukan kegiatan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang bersangkutan. Sementara itu, individu yang merupakan anggota kelompok memiliki tujuan tujuan tersendiri yang dianggap penting bagi dirinya. Sehingga kepemimpinan dalam konteks ini mempunyai focus menyeimbangkan antara penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran organisasi secara efektif dan efisien, dengan perhatian atas pemenuhan keinginan individu atau kelompok dalam organisasi (Soeharto, 1998).