MEDIA VIDEO KEJADIAN FISIKA DI LINGKUNGAN DISERTAI BESARAN FISIS DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA (STUDI PADA KELAS X SMA NEGERI 1 MUNCAR)

dokumen-dokumen yang mirip
Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DISERTAI MEDIA FOTO KEJADIAN FISIKA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMAN 2 JEMBER

Falestina Rosyida et al., Model Tugas Analisis Video Kejadian Fisika dengan Verifikasi Konsep...

PAKET BAHAN AJAR DENGAN ANALISIS KEJADIAN RIIL DALAM FOTO DAN WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA (Kajian Pada: Konsep Fluida Statis)

MODEL PEMBELAJARAN INSTRUCTION, DOING, DAN EVALUATING (MPIDE) DENGAN MODUL SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP

MODEL PEMBELAJARAN CLIS (CHILDREN LEARNING IN SCIENCE) DENGAN ORIENTASI MELALUI OBSERVASI GEJALA FISIS DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN ANALISIS WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PREDICTION GUIDE DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

MODEL PEMBELAJARAN INSTRUCTION, DOING, DAN EVALUATING (MPIDE) DENGAN VIDEO KEJADIAN FISIKA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER DISERTAI MEDIA CARD SORT DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

Eli Dwi Susanti, 2) Indrawati, 2) Yushardi 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

PENERAPAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)

Bagus Dwi Jaya, Sutarto. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA SISWA SMA. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)

JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

MODEL INQUIRY TRAINING DENGAN SETTING KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA FISIKA SMP ARTIKEL.

HASIL BELAJAR IPA SISWA DI SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW (THINK TALK WRITE) DISERTAI LKS BERBASIS MULTIREPRESENTASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY (GD) DISERTAI MEDIA AUDIOVISUAL DALAM PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) DI SMP

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)

PENERAPAN METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW (SQ3R) DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGGUNAKAN PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP ARTIKEL

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) DISERTAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMAN 4 JEMBER.

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

MODEL PEMBELAJARAN DENGAN KEGIATAN MENDESKRIPSIKAN DEMONSTRASI SECARA KONSEPTUAL DALAM PEMBELAJARAN FISIKA SMA ARTIKEL

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

TUGAS ANALISIS WACANA DALAM BENTUK GAMBAR PROSES KEJADIAN LINGKUNGAN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

IMPLEMENTASI MODEL DISCOVERY LEARNING DISERTAI LEMBAR KERJA SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA SISWA DI SMA

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DISERTAI LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING DENGAN METODE TUGAS TERSTRUKTUR DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA JURNAL. Oleh. Rr. Laksmi Wulandari NIM

Abstrak. Kata kunci : LKS berbasis analisis wacana fisika, metode eksperimen, aktivitas belajar siswa, hasil belajar fisika.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

EFEKTIFITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SDN CONDONGCATUR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, AND TRANSFERRING

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DISERTAI TEKNIK SCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN MODEL INQURI TERBIMBING DISERTAI PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI MAN 1 JEMBER

Pancasakti Science Education Journal

PEMBELAJARAN FISIKA MATERI GERAK LURUS MELALUI MODEL POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) DISERTAI DIAGRAM VEE DI KELAS X SMA NEGERI PAKUSARI

Pengaruh Metode Discovery

DAMPAK MODEL INKUIRI TERBIMBING DISERTAI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIOVISUAL

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan yang bertindak sebagai guru

Putri Darma 25, Joko Waluyo 26, Pujiastuti 27

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 7 (2), 2015,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

ABSTRAK. Kata kunci: Kooperatif, Numbered Heads Together, Student Team Achievement Division, hasil belajar

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VIII 4 SMP NEGERI 1 MAKASSAR

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DISERTAI LKS BERBASIS MULTIREPRESENTASI PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Pangesti et al., Pengaruh Penggunaan Media Lingkungan...

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN METODE CERAMAH BERMAKNA MATERI DESAIN GRAFIS SMAN 1 GONDANG TULUNGAGUNG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR

Tjiptaning Suprihati, Mirisa Izzatun Haniyah. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK FISIKA SEBAGAI MEDIA INSTRUKSIONAL POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP ARTIKEL

Afif Yuli Candra Prasetya dan Suliyanah Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 02 No. 03 Tahun 2013, 50 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEBAK KATA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA

MODEL KOOPERATIF STAD BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA ARTIKEL. Oleh

MODEL PEMBELAJARAN INSTRUCTION, DOING, DAN EVALUATING (MPIDE) DENGAN FOTO KEJADIAN FISIKA PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DISERTAI METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: HELMI SUSANTI

PENERAPAN MODEL CONCEPT ATTAINMENT DISERTAI TEKNIK CONCEPT MAPPING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI MA

PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DISERTAI PETA KONSEP DI MAN 2 JEMBER (Pada Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus)

Unnes Physics Education Journal

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH

Laela Ngasarotur Risfiqi Khotimah Partono Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY)

JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

Elida Tambunan dan Nurdin Bukit Jurusan Pendidikan Fisika, Pascasarjana Universitas Negeri Medan

MODEL PEMBELAJARAN INSTRUCTION, DOING, DAN EVALUATING (MPIDE) DISERTAI RESUME DAN VIDEO FENOMENA ALAM DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

IMPLEMENTASI MODEL GI-GI (GROUP INVESTIGATION-GUIDED INQUIRY) DALAM PEMBELAJARAN HUKUM NEWTON DI SMA

PENGARUH PENGGUNAAN LKS BERBASIS GUIDED INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MIPA SMA NEGERI 1 PASAMAN

PENGEMBANGAN VITUR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA

Sariyani, Purwati Kuswarini, Diana Hernawati ABSTRACT

PEMBELAJARAN MOMENTUM DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA KARTU SOAL DAN KARTU PINTAR

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA FLASH DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Pengaruh Penggunaan Media Video Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Suhu dan Kalor Pada Siswa Kelas X Man 1 Palu.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)

Transkripsi:

MEDIA VIDEO KEJADIAN FISIKA DI LINGKUNGAN DISERTAI BESARAN FISIS DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA (STUDI PADA KELAS X SMA NEGERI 1 MUNCAR) 1) Praba Candra Pradipta, 2) Sutarto, 2) Agus Abdul Gani 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2) Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Email: prabacandra27@gmail.com Abstract Video Media Physics Phenomenon in Environment Accompanied by Physical Magnitudes, showing video physics phenomenon the existing events around students (contains the concepts of physics) that accompanied a detailed of the physical magnitudes according to the material used. The purposes of this research are to describe learning activities, determine the difference learning achievement of physics before and after learning, and describe their retention. This research was carried out in SMA Negeri 1 Muncar and this research is a research quasi experiment, doing only in one group of experiments. This type of design used the Time-Series Design. Data learning activities during learning that applying Video Media Physics Phenomenon in Environment Accompanied by Physical Magnitudes obtained 79,41% in average, the data analysis learning achievement using t-test and t-table that show the value of t-test > t-table, and the is high grades with the retention 70% in each of the meeting. This research can be concluded that the activity of learning to used Video Media Physics Phenomenon in Environment Accompanied by Physical Magnitudes categorized is active, there is difference in learning achievement before and after learning, and have a strong retention. Keyword: Video Media, physics phenomenon, environment, learning achievement, learning activities, retention. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha yang mampu mengembangkan potensi diri siswa dalam menghadapi perkembangan dunia khususnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Lembaga pendidikan menyajikan materi yang harus dikuasai oleh peserta didik, salah satunya adalah fisika.fisika adalah bagian dari sains, merupakan proses produk dari penelitian dan penyelidikan yang mempelajari tentang gejala alam, komponen-komponen pada benda (zat), serta hubungan timbal balik antara zat dengan gejala yang ditimbulkanya (Sutarto, 2005). Hakikat fisika adalah ilmu yang mempelajari gejalagejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal (Bektiarso, 2000). Menurut Supardi dkk. (2011) beberapa hal yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar fisika antara lain: kurikulum yang padat, materi pada buku pelajaran yang terlalu sulit untuk dipahami, media belajar yang kurang efektif, laboratorium yang tidak memadai, kurang tepatnya penggunaan media pembelajaran yang dipilih oleh guru, kurang optimal dan keselarasan siswa itu sendiri, atau sifat konvensional, di mana siswa tidak banyak 331

332 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol.4 No.4, Maret 2016, hal 331-337 terlibat dalam proses pembelajaran dan keaktifan kelas sebagian didominasi oleh guru.pada kenyataannya dalam proses pembelajaran fisika masih terjadi hambatan-hambatan, salah satunya adalah penggunaan metode atau cara mengajar guru yang monoton dan cenderung menggunakan ceramah. Para guru di sekolah lebih menitik beratkan pada kemampuan kognitif yang didorong oleh rasa tanggung jawab mereka kepada masyarakat untuk mencetak lulusan dengan nilai yang bagus (Rusmiyati dan Yulianto, 2009). Selain itu, berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 1 Muncar, umumnya dalam pembelajaran fisika di Sekolah tersebut siswa banyak menghafalkan rumus dan tanpa disertai penjelasan proses mendapatkan rumus tersebut. Akibatnya siswa tidak terlalu aktif dalam kegiatan pembelajaran dan terkadang membuat siswa lebih cepat bosan serta siswa terus berasumsi bahwa Fisika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan, sehingga ilmu Fisika tereduksi menjadi bacaan dan siswa hanya dapat membayangkan.untuk membantu proses pembelajaran yang aktif menarik, bersifat ilmiah, dan tidak membosankan, maka diperlukan penggunaan alat bantu untuk mempermudah penyampaian materi. Alat bantu ini memungkinkan fakta dan konsep fisika yang ada di alam dapat tersampaikan, alat bantu yang dimaksud disebut media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu hal yang tidak bisa diabaikan fungsinya dalam pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih mudah menangkap dan menelaah materi yang diberikan oleh guru. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif peserta didik dan akan menjadikan pembelajaran lebih menarik, hal tersebut dapat didukung dengan memanfaatkan fasilitas pendidikan untuk menunjang kegiatan pembelajaran (Nugroho, 2014). Media yang paling sering digunakan di era modern ini biasa disebut multimedia. Multimedia yang digunakan adalah media audio visual yang merupakan penggabungan dari gambardan dilengkapi dengan video dengan harapan siswa semakin mudah dalam menyerap materi yang disampaikan guru (A yun, 2012). Menurut Eko (2012), media audio-visual (video) memiliki kelebihan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Kelebihan dalam ranah kognitif antara lain dapat digunakan untuk menunjukan contoh dan cara bersikap atau berbuat dalam suatu penampilan, khususnyayang menyangkut interaksi siswa. Kelebihan dalam ranah afektif antara lain dapat menjadi media yang sangat baik dalam mempengaruhi sikap dan emosi. Kelebihan dalam ranah psikomotor antara lain dapat memperlihatkan contoh keterampilan yang menyangkut gerak, baik dengan cara memperlambat maupun mempercepat gerakan yang ditampilkan. Menurut Retno (2013:3) salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika ialah media pembelajaran dalam bentuk audio-visual atau video yang dikemas dengan menampilkan video di lingkungan sekitar dan dinamakan media video kejadian fisika. Media video kejadian fisika dalam pembelajaran fisika di SMA ini telah teruji, dan berdasarakan hasil penelitian tersebut membuktikan adanya peningkatan aktivitas belajar dengan kategori sangat aktif dan adanya perbedaan signifikan hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan media video kejadian fisika (Retno, 2013:44). Media video kejadian fisika merupakan media pembelajaran dalam bentuk gambar yang dapat bergerak yang disertai suara, akan tetapi media video yang disajikan tidak disertai penjelasan secara fisika, sehingga terkadang siswa bingung dan kurang mengerti maksud dari video tersebut. Salah satu cara yang digunakan untuk mengemas media video yaitu dengan disertai penjelasan besaran fisis. Dengan disertai besaran fisis pada video tersebut

Praba, Media Video Kejadian 333 siswa akan lebih mudah memahami kejadian Fisika yang ada di video serta konsep yang berhubungan dengan kejadian tersebut. Media video kejadian fisika di lingkungan disertai besaran fisis, menampilkan video kejadian fisika yang ada di lingkungan sekitar siswa (berisi konsep-konsep fisika) yang disertai penjelasan besaran fisis yang rinci sesuai dengan materi yang digunakan, sehingga memicu indera penglihatan, indera pendengaran dan berpikir ilmiah. Berdasarkan latar belakang diatas,peneliti melakukan penelitian dengan judul Media Video Kejadian Fisika di SMA disertai Besaran Fisis dalam Pembelajaran Fisika di SMA (Studi pada Kelas X SMA Negeri 1 Muncar). Tujuan daripenelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan aktivitas belajar siswa dengan Media Video Kejadian Fisikadi Lingkungan disertai Besaran Fisis. (2) Mengkaji perbedaan hasil belajar fisika pada siswa sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan Media Video Kejadian Fisika di Lingkungan disertai Besaran Fisis. (3) Mendeskripsikan retensi hasil belajar fisika siswa Media Video Kejadian Fisika di Lingkungan disertai Besaran Fisis dalam pembelajaran Fisika di SMA. METODE Desain penelitian menggunakan Time-Series Design. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi, wawancara, dan tes. Data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah data hasil belajar, aktivitas belajar siswa, dan retensi hasil belajar siswa.teknik analisis data untuk aktivitas belajar siswa dengan observasi menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa. Deskripsi aktivitas belajar siswa diketahui dari persentase keaktifan siswa dengan persamaan: P a = A 100%...(1) N Hasil persentase aktivitas yang didapatkan dengan menggunakan persamaan (1), dan dicocokkan dengan kriteria aktivitas belajar siswa yang disajikan pada tabel 1 berikut. Tabel 1.Kriteria Aktivitas Belajar Siswa Persentase Aktivitas Belajar Siswa (%) Kriteria 0% - 20% Sangat Kurang 21% - 40% Kurang 41% - 60% Sedang 61% - 80% Aktif 81% - 100% Sangat Aktif Festiyed dan Ernawati (2008:95) Aspek penilaian hasil belajar adalah pada ranah kognitif dengan teknik pengumpulan data berupa tes tertulis. Instrumen pengumpulan data hasil belajar berupa pre-test dan post-test,terdiri atas 5 soal pilihan ganda dan 1 soal uraian yang diberikan setelah menuntaskan beberapa pokok bahasan yaitu hukum newton, gaya berat, gaya normal, gaya gesek, dan dinamika dalam gerak melingkar. Aspek penilaian retensi hasil belajar adalah pada ranah kognitif dengan teknik pengumpulan data berupa tes tertulis. Instrumen pengumpulan data hasil belajar berupa tes tunda,terdiri atas 5 soal pilihan ganda dan 1 soal uraian yang diberikan setelah menuntaskan beberapa pokok bahasan yaitu hukum newton, gaya berat, gaya normal, gaya gesek, dan dinamika dalam gerak melingkar. Deskripsi retensi hasil belajar siswa diketahui dari persentase perbandingan skor tes tunda dengan posttest dengan persamaan 2 berikut: R = T 3 T 100%...(2) 2 Keterangan: R = retensi hasil belajar T = rata-rata tes tunda 3 (Ibrahim, 2002) T 2 = rata-rata post-test Retensi dikatakan kuat jika kekuatan retensinya 70% dan dikatakan kurang kuat jika kekuatan retensinya 69% (Ibrahim, 2005).

334 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol.4 No.4, Maret 2016, hal 331-337 HASIL DAN PEMBAHASAN Data aktivitas belajar siswa diperoleh dari hasil observasi terhadap empat indikator yaitu mencatat, bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengerjakan tugas. Data rata-rata aktivitas belajar siswa pada tiap indikator dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3.Ringkasan Skor Aktivitas Belajar Siswa Tiap Indikator Indikator Pertemuan Rata- 1 2 3 Rata Mencatat 87 % 88% 94% 90% Bertanya 61% 68% 62 % 64% Menjawab Pertanyaan 70% 85% 83% 79% Mengerjak an Tugas 70% 76% 92% 79% Rata-rata 72% 80% 86 % 79% Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan rata-rata aktivitas belajar tiap indikator pada tiap pertemuan dengan kriteria aktivitas belajar yang merujuk pada Tabel 1menunjukkan besar presentase aktivitas siswa. Aktivitas siswa pada pertemuan 1 diperoleh aktivitas siswa indikator mencatat sebesar 87,08%, indikator bertanya sebesar 61,18%, indikator menjawab pertanyaan sebesar 70,14%, dan indikator mengerjakan tugas sebesar 70,38%. Pertemuan 2 diperoleh aktivitas siswa indikator mencatat sebesar 88,94%, indikator bertanya sebesar 68,72%, indikator menjawab pertanyaan sebesar 85,67%, dan indikator mengerjakan tugas sebesar 76,86%. Pada pertemuan 3 diperoleh aktivitas siswa indikator mencatat sebesar 94,77%, indikator bertanya sebesar 62,62%, indikator menjawab pertanyaan sebesar 83,11%, dan indikator mengerjakan tugas sebesar 92,22%. Indikator aktivitas siswa tiap pertemuan selalu mengalami peningkatan. Rata-rata presentase aktivitas pertemuan 1 lebih rendah dibandingkan pertemuan 2 dan 3. Hal ini disebabkan karena siswa masih kurang memahami maksud dari video yang disajikan oleh peneliti serta masih kurangnya siswa dalam menganalisis video kejadian yang disajikan. Rendahnya presentase aktivitas siswa juga disebabkan karena peneliti masih menggunakan metode tugas individu yaitu siswa mengerjakan tugas sendiri sehingga menyebabkan kurangnya presentase hasil belajar. Pertemuan 2 dan 3, rata-rata aktivitas siswa mengalami peningkatan dari 80,05% menjadi 86%. Meningkatnya aktivitas siswa dikarenakan pada pembelajaran pertemuan 2 dan 3 peneliti menggunakan diskusi kelompok sehingga dapat memudahkan siswa dari segi komunikasi materi antar siswa dan tentunya dengan menggunakan diskusi kelompok, siswa lebih aktif dalam menganalisis video kejadian Fisikadi lingkungan terutama dalam menggambar diagram gaya. Pada indikator bertanya nilai aktivitas yang paling rendah yaitu pada pertemuan 1 yaitu 61,18% dibandingkan pada pertemuan 2 sebesar 68,72% dan pada pertemuan 3 sebesar 62,62%. Jika dilihat pada aktivitas siswa pada indikator bertanya pada pertemuan 3 mengalami penurunan dari pertemuan 2. Penurunan tersebut disebabkan karena siswa sudah memahami materi dengan baik dan benar, sehingga siswa cenderung diam pada kegiatan diskusi kelompok. Hasil wawancara peneliti kepada beberapa siswa, bahwa pada pertemuan 3 siswa lebih memahami dan menerima materi dengan baik dan benar, serta siswa mengaku lebih tertarik pembelajaran dengan menggunakan media video kejadian fisika di lingkungan disertai besaran fisis daripada pembelajaran konvesional. Dari data pada Tabel 3, diperoleh persentase aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran fisika menggunakan Media Video Kejadian Fisika di Lingkungan disertai Besaran Fisis terus meningkat pada setiap pertemuan, dan jika dihitung presentase secara keseluruhan, aktivitas siswa mencapai 79,41%. Kemudian jika

Praba, Media Video Kejadian 335 disesuaikan dengan kriteria aktivitas siswa, maka termasuk pada kriteria aktif. Data hasil belajar siswa diperoleh dari skor pre-test dan skor post-test pada Tabel 4.Ringkasan Skor Hasil Belajar Siswa kelas X 5, X 6, dan X 7 di SMA Negeri 1 Muncar sebagai kelas eksperimen. Data hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Pertemuan Kelas X 5 Kelas X 6 Kelas X 7 Pre-test Post-test Pre-test Post-test Pre-test Post-test Pertemuan 1 37,5 59,3 39,9 75,5 33,6 68,2 Pertemuan 2 22,5 75,7 28,2 53,8 23,9 66,4 Pertemuan 3 17,3 59,7 17,8 45,0 19,8 53,5 Skor hasil belajar rata-rata pre-test dan post-test pada Tabel 4 kemudian dianalisis menggunakan paired sample t test pada SPSS 20. Analisis data hasil belajar siswa ditunjukkan pada tabel 5. Tabel 5. Analisis Hasil Belajar Siswa Pertemuan Kelas X 5 Kelas X 6 Kelas X 7 t-test t-test t-test Pertemuan 1 5,419 9,039 11,008 Pertemuan 2 13,023 8,147 11,461 Pertemuan 3 12,806 7,816 9,374 Berdasarkan Tabel 4 dapat diuraikan bahwa rata-rata skor hasil belajar post-test lebih besar dibandingkan skor pre-testpada tiap kelas dan tiap pertemuan. Perbedaan ini kemudian dianalisis lebih lanjut untuk Tabel 6. Analisis Retensi Hasil Belajar memberi keputusan menggunakan uji statistik menggunakan paired sample t test pada SPSS 20. Seperti yang disajikan pada Tabel 5, diperoleh nilai t-test > dari t-tabel (2,042). Hal ini membuktikan bahwa H 0 ditolak dan H a diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa disetiap kelas (X 5, X 6, dan X 7) sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan Media Video Kejadian Fisika di Lingkungan disertai Besaran Fisis. Data retensi hasil belajar siswa diperoleh dari membandingkan skor tes tunda dengan skor post-test siswa, retensi digunakan untuk mengetahui ketahanan daya ingat siswa setelah pembelajaran. Data retensi hasil belajar ditunjukkan pada tabel 6 berikut. Kelas X 5 Kelas X 6 Kelas X 7 Pertemuan Posttest tunda test tunda test tunda Tes Post- Tes Post- Tes Retensi Retensi Retensi Pertemuan 1 59,3 57,6 97,13% 75,5 50,8 67,28% 68,2 68 99,7% Pertemuan 2 75,7 65,8 86,92% 53,8 70 130% 66,4 81,9 123% Pertemuan 3 59,7 62,9 105% 45 69,1 153% 53,5 46,1 86,2% Tabel 6, menunjukkan analisis retensi siswa nilai tiap pertemuan pada masing-masing kelas. Pada pertemuan 1 nilai retensi hasil belajar kelas X 5 sebesar 97,13%, X 6 sebesar 67,28%, dan X 7 sebesar 99,7%. Pada pertemuan 2 nilai retensi hasil belajar kelas X 5 sebesar 86,92%, X 6 sebesar 130%, X 7 sebesar 123%. Pada pertemuan 3 nilai retensi hasil belajar kelas X 5 sebesar 105%, X 6 sebesar 153%, X 7 sebesar 86,2%. Rata-rata retensi hasil belajar tiap pertemuan pada masing-masing kelas, pada pertemuan 1 sebesar 88,04% dan tergolong nilai retensinya kuat. Pertemuan 2 sebesar 113% dan tergolong nilai retensi kuat. Dan pertemuan 3 sebesar 114% dan tergolong nilai retensi kuat. Besarya nilai retensi siswa disebabkan karena siswa mengaku lebih menyukai pembelajaran menggunakan

336 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol.4 No.4, Maret 2016, hal 331-337 Media Video Kejadian Fisika di Lingkungan disertai Besaran Fisis. Berdasarakan hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa, mereka mengaku lebih mudah memahami dan mengingat materi dalam pembelajaran yang peneliti lakukan. Sehingga dapat dikatakan pembelajaran menggunakan Media Video Kejadian Fisikadi Lingkungan disertai Besaran Fisis memiliki retensi hasil belajar yang kuat pada tiap pertemuan dengan nilai retensi 70%. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Aktivitas belajar siswa selama pembelajaran yang menggunakan Media Video Kejadian Fisika di Lingkungan disertai Besaran Fisis dapat digolongkan dalam kategori aktif dengan aktivitas siswa mencapai 79,41%. (2) Ada perbedaan yang signifikan antara antara hasil belajar siswa sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan Media Video Kejadian Fisika di Lingkungan disertai Besaran Fisis. (3) Hasil retensi siswa menerapkan Media Video Kejadian Fisika di Lingkungan disertai Besaran Fisis memiliki daya retensi yang tinggi pada siswa dengan nilai retensinya 70 % di setiap pertemuan pertemuan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran yang diberikan yaitu (1) Bagi guru, hendaknya dalam menerapkan Media Video Kejadian Fisika di Lingkungan disertai Besaran Fisislebih meningkatkan kreatifitas, baik dalam merencanakan pembelajaran maupun dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. (2) Bagi peneliti lain, hendaknya penelitian ini dapat dikembangkan dalam materi yang berbeda dengan sampel yang lebih besar dan dengan diterapkan dengan model pembelajaran dengan pendekatan yang bersifat SCL (Student Center Learning). DAFTAR PUSTAKA A yun, Qurotul Dya. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Berbasis Multimedia Audio Visual Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp. Jurnal Pembelajaran Fisika. ISSN 2301-9794.Vol. 1 (2): 152-157. Bektiarso, S. 2000. Pentingnya Konsep Awal dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal Saintifika. ISBN 1693-0371. Vol. 1(1): 11-20. Eko, Febrian. 2012. Pengembangan Media Audio-Visual Berbasis Kontekstual dalam Pembelajaran Fisika di SMA. Jurnal Pembelajaran Fisika. ISSN 2301-9794. Vol.1 (3): 247-253 Festiyed dan Ernawati. 2008. Pembelajaran Problem Based Intruction Berbasis Media Sederhana Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pembelajaran. ISSN 0126-0863. Vol. 30 (2): 91-99. Ibrahim, Nurdin. 2002. Manajemen SLTP Terbuka(Studi Kasus SLTP Terbuka Kelumpang Hulu Kabupaten Kota Baru Kalimantan Selatan). Jurnal Pendidikan Kebudayaan. ISSN 0215-2673.Vol. 8 (36): 55-75. Nugroho, Soni. 2014. Video Pembelajaran Berbasis Masalah pada Materi Kalor untuk Siswa Kelas VII. Jurnal Pendidikan Fisika. ISSN 2338-0691. Vol. 2 (1) 21-25 Palupi, Retno. 2013. Media Video Kejadian Fisika dalam Pembelajaran Fisika di SMA. Tidak Dipublikasikan. Skripsi. Jember: FKIP UNEJ. Rusmiyati, A., & Yulianto, A. 2009. Peningkatan Keterampilan Proses Sains dengan Menerapkan Model Problem Based Instruction.Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. ISSN1693-1246. Vol. 5: 75-78.

Praba, Media Video Kejadian 337 Supardi, dkk. 2011. Pengaruh Media Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika. Jurnal Formatif. ISSN: 2088-351X. 2(1): 71-81, Jul 2011. Sutarto, 2005.Buku Ajar Fisika (BAF) Dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika (AFKF) Sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika.Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. ISSN 0215-2673.No. 54, tahun ke-11, Mei 2005.