HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL IBU DENGAN POLA PEMBERIAN NUTRISI TERHADAP BALITA OBESITAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAMAJANG

dokumen-dokumen yang mirip
ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA MULYOREJO, KEC.KRATON, KAB.PASURUAN.

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi Balita (1-5 tahun) Di Desa Sumurgeneng Wilayah Kerja Puskesmas Jenu-Tuban

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI KEC. RATU SAMBAN KOTA BENGKULU. Zulkarnain

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

PENGARUH AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA MURID

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. 5 tahun di dunia mengalami kegemukan World Health Organization (WHO, menjadi dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sehingga berkontribusi besar pada mortalitas Balita (WHO, 2013).

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi Balita (1-5 tahun) (Di Desa Sumurgeneng Wilayah Kerja Puskesmas Jenu-Tuban)

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG. Nonce Nova Legi

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

ABSTRAK GAMBARAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SD SUKASARI I BANDUNG PERIODE

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

GAMBARAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI PPA (PUSAT PENGEMBANGAN ANAK) ID-127 DI KELURAHAN RANOMUUT MANADO

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 1-6 BULAN DI DESA TEGALARUM KECAMATAN BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

SIKAP IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI DENGAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BATITA DI DESA MOPUSI KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ardina Nur Rahma 1, Mulyo Wiharto 2. Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul 2

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa baduta (bawah dua tahun) merupakan Window of opportunity. Pada

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH. Achmad Ridwan, Anita Nur Lely Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Ekonomi Orang Tua dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Kraton, Yogyakarta

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERMAINAN EDUKATIF DENGAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK PADA IBU-IBU DESA PEPE KELURAHAN LANGENHARJO

Vol. 12 Nomor 4 Oktober 2017 Jurnal Medika Respati ISSN :

HUBUNGAN SIKAP IBU BALITA TENTANG GIZI TERHADAP STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAN HERAN KECAMATAN RENGAT BARAT TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. penting yang menjadi kesepakatan global dalam Sustainable Development

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG PENTINGNYA BUDAYA PENGGUNAAN ASI BAGI IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEKEJATI TAHUN 2007

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN

HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA IBU BEKERJA DI KELURAHAN WIROGUNAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN TERHADAP OVERWEIGHT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia

Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Guna Bangsa Yogyakarta ABSTRACT


Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN :

PENGARUH KONSELING GIZI TERHADAP

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

Hubungan Status Sosial Ekonomi dan Gaya Hidup dengan Kejadian Obesitas pada Siswa SD Negeri 08 Alang Lawas Padang

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA TODDLER DI POSYANDU MELATI TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

Putri, et al, Hubungan Antara Faktor Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian ASI... Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat 2

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

Transkripsi:

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL IBU DENGAN POLA PEMBERIAN NUTRISI TERHADAP BALITA OBESITAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAMAJANG Hj. Sumarny Mappeboki 1 1 Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan, Makassar ABSTRACT To know the relationship of mother s social characteristic with the form giving nutrition for the children obesity do towards the mother having obese children in Mamajang hearth centre area at 26 september until 20 october 2008. this survey was on discriptive research using cross sectional study with use research instrumental such as cuisioner and observation. Motherr s knowladge about correlation between the mother social characteristic with giving nutrition for the children obesity. There were among education end occupation. But there was not any correlation with social economi class. We concluded thet mother s knowladge level is very importand by the educational backgnound, if the level education is high so the level of comprehension is better good and than, if the mother work the buzy factor can make the giving nutrition can less. Key words: Characteristic the mother, nutrition. PENDAHULUAN Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Ada hubungan erat antara tingkat keadaan gizi dengan komsumsi makan. Tingkat keadaan gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan gizi optimal terpenuhi. Apabila komsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi malnutrisi. Malnutrisi mencakup gizi lebih (overnutrition) dan gizi kurang (undernutrition). Dari segi kesehatan Obesitas merupakan salah satu penyakit salah gizi sebagai akibat komsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhan (Yueniwati dan Rahmawati, 2002) Masalah obesitas pada anak kini bukan hanya milik masyarakat negara maju yang dari sisi ekonomi makmur, tapi sudah menjadi masalah global yang juga menimpa masyarakat dinegara berkembang (Irianti dan Wahyu, 2004). Persoalan obesitas pada anak di Indonesia belum banyak menjadi perhatian. Padahal angka penderita di Indonesia dari tahun ketahun cenderung meningkat. Obesitas pada masa anak beresiko tinggi menjadi obesitas dimasa dewasa dan berpotensi mengalami penyakit metabolik dan penyakit degeneratif dikemudian hari. Menurut WHO pada awal tahun 2000-an, sekitar 1 miliar orang mengalami kegemukan dan 30% diantaranya mengalami kegemukan berlebih atau obesitas. Amerika menunjukkan bahwa obesitas pada 1 2 tahun dengan orang tua normal sekitar 8% menjadi obesitas dewasa. Di Indonesia, Prevalensi obesitas pada balita sudah meningkat menjadi 20% pada tahun 2003 dan 21% pada tahun 2004. Berdasarkan SUSENAS prevalensi obesitas pada balita mengalami peningkatan baik diperkotaan maupun dipedesaan. Penelitian Syarif menemukan hipertensi pada 20-30 % anak yang obesitas, terutama obesitas tipe abdominal (Yueniwati dan Rahmawati, 2002). Berdasarkan hasil survei Tahun 2006 penduduk wilayah Puskesmas Mamajang sebanyak 25.384 Jiwa, yang terdiri dari 1.224 (7,8%) jumlah balita. Pada saat pengambilan data awal jumlah balita yang mengunjungi puskesmas mamajang sebanyak 159 pada bulan Agustus yang mengalami obesitas sebanyak 32 balita. Dewasa ini masyarakat belum menyadari sepenuhnya bahaya obesitas bahkan ada yang memandangnya sebagai lambang kemakmuran, banyak orang tua yang malu bila anaknya kurus (depkes, 2006) Faktor kegemukan dapat memicu penyakit lain, kurangnya pengetahuan orang tua tentang asupan makan bergizi yang seimbang, juga dapat menjadi pemicunya. Serta 55

peningkatan pendapatan yang mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikomsumsi, juga berkaitan dengan tingkat kematangan dan kesiapan mental ibu dalam pengasuhan anak. Diagnosis dan penanganan obesitas pada anak tidaklah mudah. Pengolahan penurunan berat badan pada anak harus dilakukan berhati-hati karena pada anak masih dalam proses pertumbuhan. Program penurunan berat badan merupakan upaya yang sukar untuk mencapai hasil yang memuaskan oleh karena itu upaya yang lebih penting adalah mencegah terjadinya obesitas pada anak sedini mungkin (Yueniwati dan Rahmawati, 2002). Masa lampau berpengaruh besar terhadap masa yang akan datang. Apa yang diberikan dan dilakukan pada balita sangat menentukan terhadap pertumbuhan dan keadaan tubuh, serta beberapa perilaku pada saat remaja dan dewasa kelak. Karena itu, sejak usia balita orang tua harus memperhatikan pemberian nutrisi yang diperlukan oleh sikecil agar ia tumbuh kembang optimal, sehat, serta cerdas sesuai dengan harapan. Setiap anak memerlukan nutrisi yang baik dan seimbang dan porsi yang tepat, tidak berlebihan, dan disesuaikan dengan kebutuhan tubuhnya (Syhad dan Mardiah, 2004). Dengan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian guna mengetahui hubungan karakteristik sosial ibu dengan pola pemberian nutrisi terhadap balita obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang hubungan karakteristik sosial ibu dengan pola pemberian nutrisi terhadap balita obesitas. METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional studi. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak balita obesitas di wilayah kerja puskesmas mamajang yaitu sebanyak 34 orang. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 32 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 september sampai 20 Oktober 2006. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Mamajang kecamatan Mamajang Makassar. Data diperoleh dengan cara kuesioner yang terstruktur untuk kemudian diisi oleh responden. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini diketahui bahwa anak yang mengalami obesitas terbanyak berusia 3-4 tahun yaitu 16 balita (50%) dan kebanyakan lakilaki yaitu 20 balita (62,5%). Ini disebabkan karena balita masih dalam periode transisi dari makan bayi ke makana orang dewasa, jadi masih memerlukan adaptasi. Pada penelitian ini diketahui adanya hubungan antara tingkat pendidikan terakhir ibu dengan pola pemberian nutrisi pada balita obesitas. Pada ibu yang termasuk dalam tingkat pendidikan rendah adalah 4 orang ( 12,5%) dengan pola pemberian nutrisi yang kurang dan 0 orang (0%) dengan pola pemberian nutrisi yang cukup, sedangkan tingkat pendidikan tinggi adalah 10 orang (31,1%) pola pemberian nutrisinya kurang dan 18 orang (56,3%) dengan pola pemberian nutrisi yang cukup. Dari angkaangka ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang memiliki balita obesitas, berpendidikan tinggi. Hal ini dapat dijelaskan, bahwa pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar, terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana manjaga kesehatan anak, dan sebagainya (Yueniwati dan Rahmawati, 2002). Tingkat pengetahuan sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin baik tingkat pemahaman tentang suatu konsep disertai cara pemikiran dan penganalisaan yang tajam dengan sendirinya memberikan persepsi yang baik. Belajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial, perubahan- perubahan itu terjadi karena suatu usaha dan bukan karena proses kematangan (Notoadmodjo, 2003). Status pekerjaan ibu juga berhubungan dengan pola pemberian nutrisi pada balita obesitas, yaitu apakah ibu bekerja atau tidak bekerja. Pada ibu yang tidak bekerja yaitu ada 3 orang ( 9,4%) dengan pola pemberian nutrisi yang kurang dan 12 orang (37,5%) dengan pola pemberian nutrisi yang cukup, sedangkan pada ibu yang bekerja yaitu 11 orang (34,4%) pola pemberian nutrisinya kurang dan 6 orang (18,8%) dengan pola pemberian nutrisi yang cukup. Hal ini dapat disebabkan karena faktor kesibukan ibu. 56

Sehingga ibu cenderung memberikan pola nutrisi yang salah (Yueniwati dan Rahmawati, 2002). Semakin banyak sekarang pasangan suami istri yang memilih untuk sama-sama bekerja. Hal ini sejalan dengan kesempatan yang semakin besar untuk para wanita bekerja dan berkarir diluar rumah. Padahal seperti kita ketahui bersama betapa besar peran orang tua (ibu) dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Tidak sedikit pula para suami yang melarang istrinya untuk bekerja dengan alasan supaya istrinya dapat mendampingi anak-anak mereka dalam pertumbuhan dan perkembangannya, atau kesadaran dari ibunya sendiri bahwa dia tidak dapat menjadi ibu yang selalu ada ketika dibutuhkan anak. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa peran wanita sebagai ibu dan sebagai pekerja atau wanita karir menuntut supaya ekstra dari si wanita agar dapat menjalankan peran- peran tersebut supaya seimbang dan optimal. Situasi tersebut dihadapkan pada situasi yang sulit antara mempertahankan kesinambungan karir dengan keluarga, yang jelas ada pengorbanan pada setiap pilihan. Biasanya, Objek yang paling sensitif yang jadi sasaran adalah anak. Malahan banyak orang tua karena alasan kesibukan kerja secara tidak sadar telah menyerahkan seluruh pengurusan anak kepada pengasuh (babysitter) Pada penelitian ini status sosial ekonomi tidak berhubungan dengan pola pemberian nutrisi pada balita obesitas. Pada ibu dengan Status sosial ekonomi kurang, didapatkan 3 orang (9,4%) dengan pola pemberian nutrisi yang kurang dan 2 orang (6,3%), dengan pola pemberian nutrisi yang cukup. Sedangkan pada ibu dengan Status sosial ekonomi baik didapatkan 11 orang (34,4%) dengan pola pemberian nutrisi yang kurang dan 16 orang (50,0%) dengan pola pemberian nutrisi yang cukup. Sebagian besar responden berpenghasilan antara 1.000.000-2.900.000 yaitu sebanyak 22 orang (68,75). Ini berkaitan dengan gaya hidup, sikap dan perilaku serta peningkatan pendapatan yang mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikomsumsi (Yueniwati dan Rahmawati, 2002). Masalah obesitas ini bukan hanya menjadi ancaman bagi negara-negara kaya. Masyarakat Indonesia yang banyak mengalami gizi buruk juga harus berhadapan dengan masalah obesitas seperti layaknya negaranegara maju. Bahkan, saat ini Indonesia sedang menghadapi kemungkinan meledaknya penderi obesitas. Kecenderungan beban ganda yang dihadapi persoalan gizi di tanah air ini diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Aburizal Bakrie pada seminar Gizi di Jakarta, beberapa waktu lalu. Menurutnya, saat ini Indonesia menghadapi persoalan ganda dengan masih banyaknya penderita gizi kurang, namun di sisi lain juga terjadi peningkatan kecenderungan orang menderita obesitas. Krisis ekonomi yang belum berakhir telah memunculkan sedemikian banyak individu yang memiliki gizi buruk di awal kehidupannya. Hal ini berarti akan semakin banyak populasi yang berisiko untuk terkena obesitas di kemudian hari. Hal ini harus segera diwaspadai dengan melakukan deteksi dan pencegahan sejak dini. Boon Yee Yeong (direktur eksekutif International Life Science Institute). Faktor yang diduga menjadi penyebab obesitas yang dialami anak pada penelitian ini pola makan yang salah pada anak serta didukung pula adanya faktor herediter yaitu riwayat obesitas orang tuanya. Salah satu faktor predisposisi terjadinya obesitas pada anak-anak adalah adanya faktor herediter dari keluarganya. Apabila ayah atau ibu gemuk, maka kemungkinan anak menjadi gemuk 41-50%. Apabila kedua orang tua gemuk maka maka kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 66-80% (Yueniwati dan Rahmawati, 2002). KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dalam penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan antara karakteristik sosial ibu dengan pola pemberian nutrisi pada balita obesitas, yaitu pendidikan terakhir, pekerjaan ibu, dan pengetahuan ibu. Tidak ada hubungan status sosial ekonomi dengan pola pemberian nutrisi pada balita obesitas. DAFTAR PUSTAKA Alikhomsan. (2004). Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Raja Grafindo Parsida. Jakarta. 17 Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 11 Baron, R, A. (2002). Psikologi sosial. Erlangga. Jakarta. 58, 123 57

Depkes RI. (2006). pedoman pelaksanaan stimulasi deteksi dan interfensi dini tumbuh kembang anak. Jakarta. 41-45 Irianto, K., Woluyo, K. (2004). Gizi dan Pola Hidup Sehat. Yrama widya. Bandung. 16, 48, 77 Kartasapoetra, C., Marsetyo, H. (2005). Ilmu Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktifitas Kerja). Rineka Cipta. Jakarta. 42 Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip Prinsip Dasar. Rineka Cipta. Jakarta.15 25, 30 Nugroho, W.(2000). Keperawatan gerontik. Edisi II. EGC. Jakarta. 20 Santoso, S. (2004). Kesehatan dan Gizi. Edisi II. Rineka Cipta. Jakarta. 70, 71 Sastrohariwiryono, S. (2005). Menejemen tenaga kerja Indonesia. Bumi Aksara. Bandung. 27 Sediaoetamaja. D. (2006). Ilmu Gizi. Dian Rakyat. Jakarta. 27, 249, 250 Setiadi. (2008). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu. Yogyakarta. 72, 117, 127, 128 Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta. 183 Supariasa, N. I. D. dkk. (2001). Penilaian statis gizi. EGC. Jakarta. 20, 23, 37-42 Suprajitno. (2004). Asuhan keperawatan keluarga. EGC. Jakarta. 13, 34 Staf pengajar ilmu kesehatan anak fak. Kedok UI. (1999). Ilmu kesehatan anak. Infomedika. Jakarta. 334 Syhad, L. A dan Mardiah. (2004). Makanan tepat untuk balita. Kawan pustaka. Jakarta. 24 Yueniwati, Y dan Rahmawati, A. (2002). Hubungan Karakteristik sosial ibu dengan pengetahuan tentang obesitas pada anak (on line). www.temopinteraktif.com/medika/arsip diakses 58

Lampiran Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik ibu berdasarkan kelompok pendidikan No Pendidikan Jumlah Persentase (%) 1 Rendah 4 12,5 2 Tinggi 28 87,5 Tabel 4.2 Distribusi frekuensi karakteristik ibu berdasarkan kelompok Pekerjaan No Pekerjaan Jumlah Persentase (%) 1 Tidak Bekerja 15 46,9 2 Bekerja 17 53,1 Tabel 4.3 Distribusi frekuensi karakteristik ibu berdasarkan kelompok Status sosial ekonomi No Status sosial ekonomi Jumlah Persentase(%) 1 Kurang 5 15,6 2 Cukup 27 84,4 Tabel 4.4 Distribusi frekuensi ibu berdasarkan Pola pemberian nutrisi di Wilayah kerja Puskesmas Mamajang No Pola pemberian nutrisi Jumlah Persentase (%) 1 Kurang 14 44 2 Cukup 18 56 59

Tabel 4.5 Hubungan pendidikan dengan pola pemberian nutrisi pada balita obesitas Pola Pemberian Nutrisi Pendidikan Total Kurang Cukup Jumlah % Jumlah % Jumlah % Rendah 4 12,5 0 0 4 12,5 Tinggi 10 31,3 18 56,3 28 87,5 Total 14 43,8 18 56,3 32 100 Sumber: data primer 2008 Tabel 4.6 Hubungan pekerjaan dengan pola pemberian nutrisi pada balita obesitas Pola Pemberian Nutrisi Pekerjaan Total Kurang Cukup Jumlah % Jumlah % Jumlah % Bekerja 11 34,4 6 18,6 17 53,1 Tidak Bekerja 3 9,4 12 37,5 15 46,9 Total 14 43,8 18 56,3 32 100 Sumber: data primer 2008 Tabel 4.7 Status sosial ekonomi dengan pola pemberian nutrisi pada balita obesitas Pola Pemberian Nutrisi Status sosial Total ekonomi Kurang Cukup Jumlah % Jumlah % Jumlah % Kurang 3 9,4 2 6,3 5 15.6 Cukup 11 34,4 16 50 27 84,4 Total 14 43,8 18 56,3 32 100 Sumber: data primer 2008 60