ABSTRAKS. Kata Kunci: Taburia, konsumsi, berat badan.

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

EFEKTIVITAS PEMBERIAN MICRONUTRIENT TERHADAP STATUS GIZI DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN UTARA KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. prevalensi balita pendek kurus dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan,

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA


GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

PEMBERIAN TABLET FE DAN ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP STATUS ANEMIA PADA MURID SDN 20 RUMBIA KABUPATEN MAROS

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

Puseksmas Kambat Utara, Kecamatan Pandawan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Mona Sylvia J. Manullang¹, Albiner Siagian², Arifin Siregar²

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

RETNO DEWI NOVIYANTI J

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA UMUR 3-5 TAHUN DI DESA PUTON KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ABSTRAK. Kata kunci : Balita, Status gizi, Energi, Protein PENDAHULUAN

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

PREVALENSI BALITA DENGAN BERAT BADAN RENDAH DI SULAWESI UTARA PADA TAHUN 2009 Marsella Dervina Amisi*, Ester Candrawati Musa*

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

PENGARUH PEMBERIAN TABURIA TERHADAP PERUBAHAN STATUS GIZI ANAK GIZI KURANG UMUR BULAN DI KECAMATAN PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA BALITA GIZI KURANG USIA 6-48 BULAN TERHADAP STATUS GIZI DI WILAYAH PUSKESMAS SEI TATAS KABUPATEN KAPUAS

FREKUENSI KONSELING GIZI, PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PERUBAHAN BERAT ENERGI PROTEIN (KEP) DI KLINIK GIZI PUSKESMAS KUNCIRAN, KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya paling besar mengalami masalah gizi. Secara umum di Indonesia

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, tetapi juga perkembangan kecerdasaanya. (Kurniasih,dkk, 2010). Namun, anak usia di bawah lima tahun (balita)

PENGARUH BUKU SAKU TERHADAP TINGKAT KECUKUPAN GIZI PADA REMAJA (Studi Di SMA Teuku Umar Semarang Tahun 2016)

I. PENDAHULUAN. Prevalensi gizi buruk pada batita di Indonesia menurut berat badan/umur

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang dimulai sejak janin berada di kandungan sampai anak berusia 2 tahun.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

Ani Kipatul Hidayah 1) Lilik Hidayanti., SKM, M.Si 2)

HUBUNGAN POLA ASUH DAN ASUPAN ZAT GIZI PADA BADUTA STUNTING DAN ATAU WASTING DI KELURAHAN ALLEPOLEA KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI KEC. RATU SAMBAN KOTA BENGKULU. Zulkarnain

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

EFEKTIVITAS PROGRAM PMT PEMULIHAN TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN PADA BALITA STATUS GIZI BURUK DI KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (TELUR REBUS DAN BUBUR KACANG HIJAU) TERHADAP STATUS GIZI ANAK USIA SEKOLAH

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ch Retnaningsih, Bayu Satria Putra, Sumardi Program Studi Teknologi Pangan, Unika Soegijapranata ABSTRACT

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN TABURIA TERHADAP PERTUMBUHAN PADA ANAK 6-24 BULAN DI DESA WIRUN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN TABURIA TERHADAP KONSUMSI DAN BERAT BADAN ANAK BALITA GIZI KURANG USIA 6-24 BULAN DI DESA KEMBANG KERANG DAYA KECAMATAN AIKMEL KABUPATEN LOMBOK TIMUR (Effect of Cok Iwan Jaya Mardiawan 2), AASP. Chandradewi 1) dan I Gde Narda Widiada 1) 1) Dosen pada Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Mataram, 2) Alumni Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Mataram ABSTRAKS Defisiensi zat gizi mikro memberi kontribusi yang serius pada morbiditas dan mortalitas anak. Pemenuhan kebutuhan zat gizi mikro dapat diperoleh dari makanan, makanan yang difortifikasi atau suplementasi langsung. Taburia merupakan multivitamin multimineral yang diberikan kepada balita gizi kurang umur 6-24 bulan yang bertujuan untuk membantu balita tumbuh kembang secara optimal, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan nafsu makan, mencegah anemia dan mencegah kekurangan zat gizi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian taburia terhadap konsumsi dan berat badan anak balita gizi kurang usia 6-24 bulan di Desa Kembang Kerang Daya Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur. Metode penelitian berupa Studi Quasi-eksperiment dengan rancangan pre and post-test with control group design. Pengamatan dilakukan selama 2 bulan. Subjek pada penelitian ini adalah anak balita gizi kurang usia 6-24 bulan di desa Kembang Kerang Daya di Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur. Variabel bebas pada penelitian ini adalah Taburia, variabel terikat adalah konsumsi dan berat badan. Analisis statistik dilakukan dengan uji Paired T-test dan Independent T-tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian taburia pada anak balita gizi kurang usia 6-24 bulan dapat meningkatkan rata-rata konsumsi energi dan protein serta berat badan secara signifikan (p<0,05). Peningkatan ratarata konsumsi energi pada kelompok yang diberi taburia sebesar 695,5,9±74,9 kkalori dan protein sebesar 19,9±3,09 g sedangkan rata-rata peningkatan berat-badan sebesar 0,659±0,17 kg. Micronutrient deficiencies contribute to serious morbidity and mortality in children. Meeting the needs of micro-nutrients can be obtained from foods, fortified foods or supplementation directly. Taburia a multivitamin multimineral given to infants aged 6-24 months malnutrition which aims to help toddlers grow and develop optimally, increase endurance, increase appetite, prevent anemia and prevent nutrient deficiencies. This study aims to determine the effect of taburia on consumption and weight underweight children under five years of age 6-24 months in the village of Shellfish Flower Power Aikmel East Lombok District. Research methods such as Quasi-experimental study with pre and post design-test with control group design. Observations were carried out for 2 months. Subjects in this study were undernourished infants 6-24 months of age in the village of Shellfish Flower Power in Sub Aikmel, East Lombok. The independent variable in this study is Taburia, the dependent variable is consumption and body weight. Statistical analysis was performed by Paired T-test and Independent t-tests. The results showed that administration taburia malnutrition among children 6-24 months of age can increase the average energy and protein consumption and body weight were significantly (p <0,05). Increase in the average energy consumption in the group given taburia of 695,5,9 ± 74.9 kkalori and protein of 19.9 ± 3.09 g, while the average increase in weight-weight 0.659 ± 0.17 kg Kata Kunci: Taburia, konsumsi, berat badan.

PENDAHULUAN Kurang gizi secara langsung disebabkan oleh kurangya konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi. Makin bertambah usia anak maka makin bertambah pula kebutuhannya. Konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan. Konsumsi juga tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat, dan pendidikan keluarga yang bersangkutan (Almatsier, 2009). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007 dan 2010 terjadi peningkatan prevalensi gizi kurang (BB/U) di provinsi NTB sebesar 16,7% pada tahun 2007, meningkat menjadi 19,9% pada tahun 2010, angka ini masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional sebesar 13%. Lombok Timur merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi NTB dengan prevalensi gizi kurang sebesar 18,2% pada tahun 2007, angka ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan angka NTB (Depkes, 2010). Masih tingginya prevalensi gizi kurang, tentunya akan berdampak serius pada balita, terlebih pada dua tahun pertama kehidupan merupakan masa emas pertumbuhan, pada masa ini sel otak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Apabila terjadi kekurangan asupan zat gizi pada masa ini akan menyebabkan gangguan pertumbuhan yang sulit untuk diperbaiki masa selanjutnya, rentan menderita penyakit infeksi dan rendahnya tingkat kecerdasan (Almatsier, 2009). Gizi kurang pada anak balita akan mengakibatkan hambatan pertumbuhan pada panjang badan maupun berat badan dan hambatan mental berpotensi turun sampai 10 poin serta meningkatkan anemia dan kematian anak. Defisiensi zat gizi mikro memberi kontribusi yang serius pada morbiditas dan mortalitas anak. Pemenuhan kebutuhan zat gizi mikro dapat diperoleh dari makanan, makanan yang difortifikasi dan suplementasi langsung (Kartika dkk, 2000). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmadi (2008) menunjukkan bahwa dengan pemberian mikronutrien terjadi peningkatan berat badan dan panjang badan yang lebih tinggi pada kelompok yang diberi perlakukan mikronutrien dibandingkan dengan kelompok kontrol yang diberi MP-ASI. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Mursalim (2009), dengan pemberian multi-mikronutrien terjadi peningkatan status gizi yang bermakna pada balita gizi kurang dengan parameter berat badan menurut tinggi badan pada usia 6-59 bulan dengan asupan zat gizi makro yang cukup. Hasil PSG tahun 2010, memperlihatkan bahwa persentase gizi kurang di Kabupaten Lombok Timur sebesar 20,16%, Aikmel yang merupakan salah satu kecamatan yang ada di Lombok Timur dengan prevalensi gizi kurang lebih tinggi yaitu sebesar 23,9% (Dikes Kab Lotim, 2011). Untuk mengatasi kekurangan mikronutrien mulai tahun 2010 proyek Nutrition Improvement throught Community Empowerment (NICE) memberikan multimikronutrien yang disebut Taburia. Taburia merupakan multivitamin multimineral yang diberikan kepada balita gizi kurang umur 6-24 bulan yang pemberiannya dengan cara ditaburkan pada makanan balita. Tujuan pemberian Taburia untuk membantu balita tumbuh kembang secara optimal, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan nafsu makan, mencegah anemia dan mencegah kekurangan zat gizi (Depkes, 2010). Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian taburia terhadap konsumsi dan berat badan anak balita gizi kurang usia 6-24 bulan di Desa Kembang Kerang Daya Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur.

METODA PENELITIAN Jenis dan Desain Penelitian. Jenis penelitian ini adalah quasi-eksperiment dengan pre and post-test with control group design (Notoatmojo, 2005). Pengamatan dilakukan selama 2 (dua) bulan. Subjek pada penelitian ini adalah anak balita gizi kurang usia 6-24 bulan di desa Kembang Kerang Daya di Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur dengan rancangan seperti pada Gambar 1. Pre-test Intervensi Post-test Gambar Kelompok 1. Rancangan I : penelitian O1 X O2 Kelompok II : O1 O2 (kontrol) Keterangan : Kelompok I : Kelompok yang mendapat taburia Kelompok II (kontrol) : Kelompok yang tidak mendapat taburia X (Intervensi) : Pembarian taburia O1 : Pengukuran berat badan dan konsumsi (recall) awal O2 : Pengukuran berat badan dan konsumsi (recall) akhir Gambar 1. Desain penelitian pre and post-test with control group. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada buan Juni s.d. Agustus 2012 di Desa Kembang Kerang Daya Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur dengan pertimbangan persentase gizi kurang (23,9%) lebih tinggi dari angka kabupaten yaitu 19,6% (Dikes Kab. Lotim, 2011). Desa Kembang Kerang Daya merupakan salah satu desa yang ada di wilayah Puskesmas Aikmel dengan persentase gizi kurang tertinggi yaitu 23,9 % jika dibandingkan dengan desa lain yang ada di puskesmas Aikmel, dengan rata-rata puskesmas sebesar 20,8 %. Populasi dan Sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita gizi kurang (BB/U) usia 6-24 bulan di Desa Kembang Kerang Daya, sesuai dengan hasil Penimbangan Balita bulan Juni 2012. Dari hasil laporan penimbangan balita bulan Juni 2012 diperoleh balita gizi kurang usia 6-24 bulan sebanyak 72 orang. Sampel pada penelitian ini adalah semua populasi dengan kriteria sebagai berikut: 1). Balita memiliki buku kesehatan ibu dan anak (KIA) atau Kartu Menuju Sehat (KMS), 2). Ibu balita bersedia menjadi responden, dan 3). Sampel tidak sedang menderita penyakit infeksi kronis. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh sampel sebesar 64 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara membagi 2 (dua) jumlah sampel yang ada sama besar, sehingga diperoleh jumlah sampel untuk kelompok I dan II adalah masing-masing sebesar 32 orang, dengan mempertimbangkan distribusi umur dan jenis kelamin di masing-masing kelompok. Data Yang Dikumpulkan. Data Primer meliputi: 1). Identitas Reponden (nama, umur, pendidikan dan pekerjaan), 2). Identitas sampel (nama, umur dan jenis kelamin), 3). Berat badan sampel sebelum dan sesudah diberikan taburia, dan 4). Konsumsi (energi dan protein). Dan data Sekunder meliputi: data tentang gambaran umum wilayah penelitian. Data dikumpulkan dengan cara wawancara, penimbangan berat badan sebelum dan sesudah pemberian taburia, recall selama dua hari untuk data konsumsi zat gizi (energi dan protein). Pengolahan Data. Data tentang identitas responden (ibu balita) dan identitas sampel diolah secara deskriptif, data berat badan balita dengan melihat perkembangan berat badan sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan, data konsumsi zat gizi (energi dan protein) dengan program Nutri Survey, kemudian dihitung nilai rata-rata konsumsi sehingga diperoleh

persentase (%) terhadap Angka Kecukupan Gizi yang di Anjurkan (AKG). Untuk analisa secara deskriptif, diklasifikasikan menurut kriteria Depkes, 1990 yaitu : 1) Baik : 100 % dari AKG, 2) Sedang : 80-99 % dari AKG, 3) Kurang : 70-79 dari AKG, dan 4) Defisit : < 70 % dari AKG. Data tentang gambaran umum wilayah penelitian meliputi luas wilayah, letak wilayah, dan jumlah penduduk diolah secara deskriptif. Analisis Data. Analisis perbedaan dilakukan dengan menggunakan Uji Paired T-Test yaitu untuk mengetahui : 1) Perbedaan rata-rata antara konsumsi zat gizi (energi dan protein) sebelum dan sesudah pemberian taburia, 2) Perbedaan rata-rata berat badan antara sebelum dan sesudah pemberian taburia. Untuk mengetahui apakah pengaruh yang terjadi disebabkan oleh pemberian taburia, maka dilakukan uji perbedaan antara kelompok yang diberi taburia dengan kelompok yang tidak diberi taburia (kontrol) dilakukan Uji Independent T-Test. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah Penelitian Desa Kembang Kerang Daya adalah salah satu dari 24 desa yang berada di Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur dengan luas wilayah 4.97 km 2 dan berada pada ketinggian 102-899 m diatas permukaan air laut. Desa Kembang Kerang Daya merupakan salah satu desa yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Aikmel, terdiri dari 10 dusun yaitu dusun Karang Dalem, Pungkasan, Karang Kedatuk, Cempaka Putih, Treng Gading, Karang Gelumpang, Bagik Manis, Azziadah, Kedatuk dan Waldan. Jumlah penduduk di Desa Kembang Kerang Daya sebanyak 7.176 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 3.442 orang (47.9%) dan perempuan 3.734 orang (52.1%). Gambaran Umum Subjek dan Responden Penelitian Identifikasi Karakteristik Sampel Sampel anak balita gizi kurang usia 6-24 bulan yang tercatat pada penimbangan bulan Juni 2012 di Desa Kembang Kerang Daya yaitu sebanyak 64 orang. Sampel dikelompokkan berdasarkan umur menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang diberi taburia dan kelompok yang tidak diberi taburia (kontrol )seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan umur No. Kategori Umur Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol Total n % n % n % 1 7-12 bulan 7 10.9 8 12.5 15 23.4 2 13-18 bulan 9 14.1 8 12.5 17 26.6 3 19-24 bulan 16 25 16 25 32 50 Total 32 50 32 50 64 100 Berdasarkan Tabel 1. terlihat bahwa jumlah anak yang menderita gizi kurang pada penelitian ini lebih tinggi pada kelompok umur 19-24 bulan yaitu masing-masing 16 orang (25%) pada kedua kelompok dan terendah pada kelompok umur 7-12 bulan masing-masing sebesar 7 orang (10,9%) pada kelompok yang diberi taburia dan 8 orang (12,5%) pada

kelompok kontrol. Hal ini disebabkan karena anak dibawah umur satu tahun kebutuhan zat gizi sehari-hari masih dapat terpenuhi sekitar 40-60 % melalui ASI, sehingga kasus gizi kurang jarang terjadi pada usia dibawah satu tahun. Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satusatunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Selama 6 bulan pertama, volume ASI pada ibu sekurang-kurangnya sekitar 500 700 ml/hari, bulan kedua sekitar 400 600 ml/hari dan 300 500 ml/hari setelah bayi berusia satu tahun (Soetjiningsih, 1997). Identifikasi Karakteristik Responden a. Tingkat Pendidikan Responden Gambaran tingkat pendidikan responden dengan anak menderita gizi kurang di Desa Kembang Kerang Daya menunjukkan bahwa sebanyak 58 orang (90,6%) mempunyai tingkat pendidikan dasar dan 6 orang (9,4 %) dengan tingkat pendidikan menengah. Hal ini disebabkan karena pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua lebih mudah menerima informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anak, pendidikannya dan sebagainya (Soetjiningsih, 1995). Pendidikan memegang peranan penting pada setiap perubahan perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan tingginya pendidikan yang ditempuh diharapkan tingkat pengetahuan seseorang bertambah sehingga memudahkan dalam menerima atau mengadopsi perilaku yang positif. (Notoatmodjo, 2000). b. Pekerjaan Responden Gambaran status pekerjaan responden dengan anak menderita gizi kurang di Desa Kembang Kerang Daya menunjukkan bahwa sebanyak 38 orang (59,4%) tidak bekerja dan 26 orang (40,6 %) bekerja. Identifikasi Konsumsi Zat Gizi (Energi dan Protein) Anak Gizi Kurang Usia 6-24 bulan Gambaran rata-rata konsumsi energi dan protein untuk anak gizi kurang usia 6-24 bulan di Desa Kembang Kerang Daya seperti terlihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2. terlihat bahwa terjadi peningkatan rata-rata konsumsi energi dan protein pada kelompok perlakuan (diberi taburia) yaitu untuk rata-rata konsumsi energi dari 76,1% meningkat menjadi 79,3% dan untuk rata-rata konsumsi protein dari 83,3% meningkat menjadi 89,8% pada akhir intervensi. Namun pada kelompok kontrol reatif tidak terjadi perubahan konsumsi energi dan protein artinya rata-rata konsumsi energi dan protein pada awal dan akhir intervensi nilainya hampir sama/tetap. Peningkatan rata-rata konsumsi energi dan protein tertinggi terjadi pada kelompok umur 7-12 bulan yaitu pada konsumsi energi dari 85,4% meningkat menjadi 92,0%, sedangkan untuk konsumsi protein dari 86,3% meningkat menjadi 99,4%.

Tabel 2. Gambaran rata-rata konsumsi energi dan protein (% AKG) pada dua kelompok sampel berdasarkan umur Rata-rata Konsumsi (% AKG) No. Umur Sampel Energi Protein Awal Akhir Awal Akhir A Kelompok Perlakuan 7-12 bulan 85.4 92.0 86.3 99.4 13-18 bulan 65.9 68.0 72.8 78.4 19-24 bulan 74.1 74.7 84.8 87.2 B Rata-rata 76.1 79.3 83.3 89.8 Kelompok Kontrol 7-12 bulan 81.3 82.0 83.8 90.0 13-18 bulan 69.5 69.5 72.4 72.8 19-24 bulan 73.0 72.6 78.0 74.8 Rata-rata 74,2 74,1 74,2 74,8 Pengaruh Pemberian Taburia terhadap Konsumsi (Energi dan Protein) Anak Gizi Kurang 6-24 bulan Konsumsi pangan pada tingkat individu atau rumah tangga dapat diterjemahkan ke dalam bentuk energi, protein, lemak, vitamin dan mineral per orang perhari. Rasio energi dan zat gizi tersebut terhadap kecukupan yang dianjurkan, menggambarkan tingkat konsumsi individu atau rumah tangga (Hardinsyah, 1990). Untuk melihat gambaran rata-rata jumlah konsumsi energi dan protein masing-masing kelompok sampel dapat dilihat Tabel 3. Hasil uji paired sampel t test menunjukkan ada perbedaan yang signifikan untuk konsumsi energi dan protein anak gizi kurang usia 6-24 bulan di Desa Kembang Kerang Daya sebelum dan sesudah pemberian taburia (p<0,05). Peningkatan rata-rata konsumsi energi dan protein pada kelompok yang diberi taburia masing-masing sebesar 695,9±74,9 kkal dan 19,9±3,09 g, sedangkan untuk kelompok kontrol sebesar 669,8±87,4 kkal dan 17,5±2,3 g. Peningkatan konsumsi terjadi salah satunya disebabkan karena beberapa kandungan zat gizi yang terdapat dalam taburia mempunyai efek yang dapat meningkatkan nafsu makan pada anak seperti vitamin B1 (thiamin), B3 (niacin), B12 (sianocobalamin) dan Fe dan berperan dalam peningkatan sistem imun seperti vitamin A, E, C, B6, Fe dan Zink. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmadi (2008) yang mengemukakan kemungkinan mekanisme pada mikronutrien dalam memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dalam hal ini perubahan skor-z yaitu melalui peningkatan imunitas sehingga menurunkan morbiditas, melalui peningkatan nafsu makan yang bedampak pada meningkatkan asupan zat gizi serta terjadinya efek sinergis baik pada tahap penyerapan maupun dalam proses metabolisme.

Tabel 3. Gambaran rata-rata konsumsi energi dan protein pada masing-masing kelompok berdasarkan umur sampel Rata-rata konsumsi No. Umur Sampel Energi (kkal) Protein (gram) Awal Akhir Awal Akhir A Kelompok Perlakuan 7-12 bulan 555.2 598.2 13.8 15.9 13-18 bulan 658.6 680.3 18.2 19.6 19-24 bulan 744.1 747.4 21.2 21.8 B Rata-rata 678.5 695.9 18.75 19.9 Kelompok Kontrol 7-12 bulan 528.7 533.3 13.4 14.4 13-18 bulan 695.4 694.9 18.1 18.2 19-24 bulan 730.4 725.6 19.5 18.7 Rata-rata 671.2 669.8 17.6 17.5 Nilai probabilitas 0,011 0,013 Pengaruh Pemberian Taburia terhadap Berat Badan Anak Gizi Kurang 6-24 bulan Pemberian makanan kepada anak bertujuan untuk mendapatkan gizi yang cukup. Gizi sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani (Suhardjo, 1996). Pemberian taburia merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan dan dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral dan mencegah terjadinya jumlah balita yang mengalami gizi kurang lebih banyak lagi. Kegiatan pemberian taburia bagi anak balita usia 6-24 bulan, dimaksudkan untuk mempercepat peningkatan berat badan balita yang mengalami kurang gizi dan juga merupakan multivitamin multimineral yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan gizi dan tumbuh kembang anak balita (Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat, 2010). Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan berat badan anak balita gizi kurang usia 6-24 bulan di Desa Kembang Kerang Daya sebelum dan sesudah pemberian taburia (p<0,05). Peningkatan rata-rata berat badan anak balita gizi kurang usia 6-24 bulan pada kelompok yang diberi taburia sebesar 0,659±0,17 kg dan pada kelompok kontrol sebesar 0,519±0,14 kg. Untuk melihat peningkatan rata-rata berat badan anak balita gizi kurang usia 6-24 bulan sebelum dan sesudah intervensi untuk setiap kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata peningkatan berat badan anak balita gizi kurang usia 6-24 bulan No. Umur Sampel Rata-rata peningkatan BB (kg) Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol Nilai p 1. 7-12 bulan 0,786 0,638 2. 13-18 bulan 0,644 0,450 3. 19-24 bulan 0,612 0,494 Rata-rata 0,659 0,519 0,001 Berdasarkan Tabel 4. terlihat bahwa rata-rata peningkatan berat badan anak balita gizi kurang usia 6-24 bulan pada kelompok yang diberi taburia lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi taburia. Rata-rata peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok umur 7-12 bulan yang diberi taburia. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmadi,(2008) menunjukkan bahwa dengan pemberian mikronutrien terjadi peningkatan berat badan dan panjang badan yang lebih tinggi pada kelompok yang diberi perlakukan mikronutrien dibandingkan dengan kelompok kontrol yang diberi MP-ASI. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Mursalim (2009), bahwa dengan pemberian multi-mikronutrien fortifikasi dapat meningkatkan berat badan, tinggi/panjang badan, dan status gizi (nilai z-skor) menurut indeks BB/TB(PB) dan BB/U serta menurunkan penyakit ISPA dan diare pada balita keluarga miskin usia 6-59 bulan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Ada perbedaan yang signifikan untuk konsumsi energi dan protein anak gizi kurang usia 6-24 bulan di Desa Kembang Kerang Daya sebelum dan sesudah pemberian taburia (p<0,05). Peningkatan rata-rata konsumsi energi dan protein pada kelompok yang diberi taburia masing-masing sebesar 695,9±74,9 kkal dan 19,9±3,09 g. 2. Ada perbedaan berat badan anak balita gizi kurang usia 6-24 bulan di Desa Kembang Kerang Daya sebelum dan sesudah pemberian taburia (p<0,05). Peningkatan rata-rata berat badan anak balita gizi kurang usia 6-24 bulan pada kelompok yang diberi taburia sebesar 0,659±0,17 kg. Saran 1. Pemberian taburia cukup efektif untuk meningkatkan konsumsi dan berat badan pada anak balita gizi kurang, sehingga perlu diupayakan pengadaannya oleh pemerintah untuk dapat didistribusikan kepada sasaran yang membutuhkan. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh pemberian taburia terhadap perubahan status gizi.

DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2007). Riset Kesehatan Dasar : Departemen Kesehatan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2010). Riset Kesehatan Dasar : Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. (2010). Proyek Perbaikan Gizi melalui Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta. Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur. (2011). Laporan Pemantauan Status Gizi Balita Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. (2010). Panduan Pemberian Taburia. Kementrian Kesehatan RI. Hardinsyah, B. (1990). Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. IPB Bogor. Kartika,V., S. Prihartini, Syafrudin, A.B. Jauhari. (2000). Pola Pemberian Makanan Anak (16-18) bulan dan Hubungannya dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin. Penelitian Gizi dan Makanan. Mursalim. (2009). Pemberian Multi-Mikronutrien Fortifikasi Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Balita Keluarga Miskin di Kota Jakarta Utara. Tesis. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. Notoatmodjo, S. (2000). Pengantar Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset. Notoatmodjo, S. (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Rahmadi, A. ( 2008). Pengaruh Pemberian Mikronutrien terhadap Pertumbuhan Anak Gizi Kurang Usia 12-24 bulan Penerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) di Kabupaten Lampung Utara. Tesis. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Soeharjo. (1996). Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Soetjiningsih. (1997). Asi Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.