PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1969 TENTANG TARIP UANG TERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
TARIP UANG TERA Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1967 tanggal 6 Pebruari Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1974 TENTANG TARIP UANG TERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1966 TENTANG TARIP UANG TERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1962 TENTANG TARIP UANG TERA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1964 TENTANG TARIP UANG TERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1964 TENTANG TARIP UANG TERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dihapuskan dan diganti sedemikian rupa sehingga bahagian daftar itu merupakan sebagai terlukis dibawah ini: "20 meter 2x8.- -2x ,5 dan 2 meter

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1964 TENTANG TARIP UANG TERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ctarif BIAYA TERA Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1983 Tanggal 11 Juli 1983 Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1951 TENTANG TARIP UANG TERA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 1983 TENTANG TARIF BIAYA TERA Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1986 Tanggal 22 Maret 1986

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 1983 TENTANG TARIF BIAYA TERA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1949 TENTANG PERATURAN PERUBAHAN TARIF UANG TERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG JENIS TERA

PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 2 TAHUN 2016

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2009

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

TARIF RETRIBUSI TERA ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP)

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN TERA/TERA ULANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN2006 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR,

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG

TARIF RETRIBUSI TERA, TERA ULANG ALAT ALAT UTTP, KALIBRASI ALAT UKUR SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS

Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1969 Tentang : Pelaksanaan Undang Undang No. 11 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

VI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI NOMOR 4 TAHUN 2012 TANGGAL 23 JULI 2012

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG

Pengujian/ No Jenis Retribusi Satuan Pengesahan/ Pembatalan. buah 18, buah 3, d. Tongkat duga

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

Undang-undang Nomor I Tahun 1970

Undang Undang No. 1 Tahun 1973 Tentang : Landas Kontinen Indonesia

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TARIF RETRIBUSI TERA, TERA ULANG ALAT ALAT UTTP, KALIBRASI ALAT UKUR SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2016

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA /TERA ULANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1985

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1967 Tentang : Iuran Hak Pengusahaan Hutan Dan Iuran Hasil Hutan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR TAHUN 2010 NOMOR : 26

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

WALIKOTA LANGSA QANUN KOTA LANGSA NOMOR 14 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DALAM KOTA LANGSA

M E M U T U S K A N. Dengan men- : 1. Ordonantie tanggal 6 Juli 1922, Staatsblad 1922 No. 480; cabut

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 08 TAHUN

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JOMBANG dan BUPATI JOMBANG MEMUTUSKAN:

UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL [LN 1981/11, TLN 3193]

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 522/MPP/Kep/8/2003

TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA SURABAYA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamba

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

2015, No Indonesia Nomor 3193); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 19

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 28 TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1962 TENTANG PERDAGANGAN BARANG-BARANG DALAM PENGAWASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA / TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TERA DAN TERA ULANG ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG

WALIKOTA LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1971 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN. Jakarta, 3 Mei DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT PEMBINAAN NORMA-NORMA KESELAMATAN KERJA, HYGIENE PERUSAHAN dan KESEHATAN KERJA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 635/MPP/Kep/10/2004 TENTANG TANDA TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1969 Tanggal 9 Mei 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bentuk: UNDANG-UNDANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1973 (1/1973) 6 JANUARI 1973 (JAKARTA) Sumber: LN 1973/1; TLN NO.

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 Tentang : Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan Dan Penggunaan Pestisida

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

Transkripsi:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1969 TENTANG TARIP UANG TERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa berhubung susunan Tarip Uang Tera sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1967 (Lembaran-Negara tahun 1967 No.4, Tambahan Lembaran Negara No. 2820) sudah tidak sesuai lagi, dipandang perlu untuk meninjau kembali dan merobah susunan Tarip Uang Tera yang berlaku dengan tidak menyimpang dari dasar-dasar semula; Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945; 2. Ijkordonnantie 1949 (Stbl. 1949 : 175); Memutuskan: Dengan mencabut Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1967 (Lembaran- Negara tahun 1967 No. 4, Tambahan Lembaran-Negara No. 2820); Menetapkan : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Tarip Uang Tera. VIII. Pasal 1 Timbangan untuk menimbang biasa dengan kekuatan menimbang lebih dari 3000 kilogram: Pengesahan dan pembatalan pada tera Rp. 60- tiap 1000 kilogram Pengesahan pada tera ulangan Rp. 30,- tiap 1000 kilogram dengan pengertian bahwa bagian-bagian dari 1000 kilogram dihitung 1000 kilogram baik untuk tera maupun tera ulangan Untuk menjustir Rp. 100.- tiap pesawat. IX. a. Timbangan dengan dua skala atau lebih yang masing- masing skala harus diperiksa tersendiri, tiap skala dikenakan pembayaran. b. 1. Alat pencap kartu otomatis (zelfregistrerend kaartdrukapparaat) dikenakan pembayaran Rp. 50,- tiap pesawat. 2. Alat pencap kartu tidak otomatis (niet zelfregistrerend) dikenakan pembayaran Rp. 20,- tiap pesawat. X. Meter Minyak (bensin/kerosin/minyak diesel): a. Pemeriksaan ditempat penjualan minyak (kiosk); pengesahan dan pembatalan pada tera dan tera ulangan 100,- untuk tiap pesawat,

dengan pengertian bahwa mengenai badan ukur, alat penghitung dan keran pistol yang merupakan bahagian dari meter minyak dan dimaksudkan dipergunakan untuk mengganti yang sudah usang bila dari bahagian-bahagian lain dari sesuatu meter minyak dalam bentuk keseluruhan atau terpisah yang satu dari yang lain, dihitung masing-masing Rp. 50,-, Rp. 40,- dan Rp. 10,- tiap bahagian. b. Diinstalasi perusahaan minyak untuk sedikit-dikitanya 5 meter minyak yang dikumpulkan dapat juga diadakan pemeriksaan bersama-sama; jika kurang dari 5 pesawat y yang dikumpulkan dikenakan pembayaran untuk 5 pesawat. Pengesahan dan pembatalan pada tera dan tera ulangan untuk meter minyak yang pemeriksaannya dikumpulkan Rp. 70,- untuk tiap pesawat. c. Untuk meter bensin dua tak dengan kapasitas setinggi- tingginya 2 liter, pengesahan dan pembatalan pada tera dan tera ulangan Rp. 70,- untuk tiap pesawat. d. Meter-meter mekanis guna pengukuran minyak dan minyak gas (L.P.G.) dalam jumlah besar (bulk), dengan kapasitas lebih besar dari 500 liter permenit (30.000 liter per jam) dikenakan pembayaran untuk tiap 1000 liter kapasitas per jam Rp. 3,- XI. Wagon/mobil/cikar/tongkang tangki: a. Pengesahan dan pembatalan pada tera dan tera ulangan Rp. 100,- untuk tiap-tiap 1000 liter (literton) dan bagian- bagian literton dihitung satu literton dan minumum Rp. 200,- tiap tangkai. b. Terhadap bejana ukur dengan kapasitas masing-masing 200 liter, 500 liter dan 1000 liter berturut-turut pada tera dan tera ulangan dihitung tarip Rp. 100,-, Rp. 200,- dan Rp. 300,- tiap bejana. c. Pemeriksaan takaran bensin standar milik pihak luar dengan penimbangan air (termasuk penjustiran) dikenakan pembayaran Rp. 200,- tiap takaran. XII.Gelas takar: 1. Pemeriksaaan atas 1 garis Rp. 10,- 2. Pemeriksaan dilakukan paling sedikit atas 3 garis, yaitu garis permulaan, garis pertangahan dan garis penghabisan; pemeriksaan dilakukan secara "penimbangan air". XIII. Pemeriksaan khusus: a. Untuk alat-alat dan pesawat-pesawat yang tidak termasuk pada angka-angka I sampai dengan XII atau tidak disebut pada huruf b dikenakan pembayaran Rp. 40,- tiap-tiap jam pemeriksaan. Bagian jam dihitung satu jam. b. Untuk alat-alat dan pesawat-pesawat berikut dikenakan pembayaran: 1. Penghitungan detik (stopwatch) Rp. 50,- tiap pesawat;

2. Penghitung cepat (speedometer) Rp. 50,- tiap pesawat; 3. Meter rem (ralentometer) dan lain-lainnya Rp. 50,- tiap pesawat; 4. Neraca analisa Rp. 200,- tiap pesawat; 5. Tangki besar penyerahan crude dan hasil minyak lain dengan pemeriksaan lengkap, taripnya dihitung sebagai berikut: a. 1000 literton pertama Rp. 2,- untuk tiap literton; b. Selebihnya dari 1000 literton sampai dengan 10.000 literton Rp. O,20,- tiap literton; c. Selebihnya dari 10.000 literton sunpai dengan 20.000 literton Rp. 0,02,-; d. Tangki yang lebih besar dari 20.000 literton taripnya sama dengan tarip tangki dari 20.000 literton. Pasal 2. Tarip termaksud pada pasal 1 angka-angka Romawi VI, VIII dan IXa Peraturan Pemerintah ini, pada tera dan tera ulangan ditambah: a. Untuk timbangan majemuk dari jenis timbangan desimal, sentisimal dan milisimal Rp. 40,- tiap pesawat; b. Untuk timbangan bobot-ingsut (majemuk) dan timbangan pegas dengan kekuatan menimbang: 26 kilogram atau lebih dengan Rp. 80,- tiap pesawat; 25 kilogram atau kurang dengan Rp.40,- tiap pesawat; c. Untuk timbangan cepat (timbangan kwadran majemuk) dengan kekuatan menimbang: 26 kilogram atau lebih dengan Rp. 140,- tiap pesawat; 25 kilogram atau kurang dengan Rp. 70,- tiap pesawat; Pasal 3. Untuk pemeriksaan setempat diluar Kantor Metrologi selain biaya sebagaimana yang dimaksud dalam pasal-pasal 1 dan 2 Peraturan Pemerintah ini berlaku penggantian ongkos tambahan sebagai berikut: a. Rp. 200,- untuk tiap pesawat dengan ketentuan bahwa jumlah biaya setempat tidak boleh kurang dari Rp.400,-; b. Biaya perjalanan, penginapan, makan dan lain-lain dari pegawai yang bertugas, termasuk juga biaya pengangkutan perkakas- perkakas dihitung atas dasar peraturan yang belaku dari badan yang bersangkutan atau menurut keadaan setempat yang layak dengan pengertian bahwa perjalanan di kota yang jaraknya, kurang dari 9 kilometer dari tempat dimana Kantor Metrologi berada juga dipungut biaya tersebut. c. Jika karena penggabungan pekerjaan-pekerjaan biaya-biaya termaksud dalam pasal ini dipikul oleh bebarapa badan bersama-sama, maka Kepala Direktorat Metrologi atau seorang pejabat yang ditunjuk olehnya yang menentukan bagian masing-masing dalam membayar biaya-biaya itu. d. Pada umumnya permintaan pemeriksaan setempat hanya di layani

apabila terdapat pesawat yang tidak dipindahkan (ditanam). Tetapi apabila terdapat sedikitnya 5 pesawat yang dapat dipindahkan, dapat juga dilakukan pemeriksaan setempat dengan ketentuan bahwa untuk pemeriksaan itu dipungut pembayaran pemeriksaan setempat sebesar Rp. 1000,- Pasal 4. Biaya sebagaimana dimaksud dalam pasal-pasal 1, 2 dan 3 Peraturan Pemerintah ini harus dipenuhi sebelum benda atau pesawat yang diperiksa dikembalikan kepada sipenyerah. Pasal 5. Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, segala bentuk pungutan lain dibidang kemetrologian dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 6. Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada hari ditetapkan dan mempunyai daya laku surut sampai tanggal 1 Januari 1969. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia. Diundangkan di Jakarta. pada tanggal 8 Desember 1969. SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ALAMSYAH. Mayor Jenderal T.N.I. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 8 Desember 1969. Presiden Republik Indonesia. SOEHARTO. Jenderal T.N.I.

PENJELASAN UMUM: PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1969 TENTANG TARIP UANG TERA. Pengeluaran-pengeluaran Pemerintah yang berkenaan dengan pelaksanaan Undang-undang Tera sejak berlakunya tarip uang tera lama berdasarkan Peraturan Pemrintah Nomor 2 tahun 1967 hingga sekarang telah meningkat. Selanjutnya untuk mengimbangi pengeluaran-pengeluaran Pemerintah tersebut dipandang perlu untuk meninjau kembali tarip uang tera yang sebelum ini berlaku. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL: Pasal 1. Tarip ini disusun menurut kekuatan/kapasitas, alat-alat ukur, takar dan timbang dan juga mengingat akan harga alat-alat tersebut. Demikian pula pada tarip ini dicantumkan uang retribusi terhadap alatalat ukur, takar dan timbang yang dibatalkan adalah untuk menjamin terhadap barang-barang yang ditera itu dikerjakan sungguh-sungguh oleh para pengusaha alat-alat ukur, takar dan timbang yang selanjutnya akan menjamin pula kelancaran dalam pemeriksaan alat-alat itu. Untuk pemeriksaan alat-alat keperluan khusus tidak tersusun tarip uang tera tertentu, maka perhitungannya didasarkan atas banyaknya waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan itu. Pasal 2. Bahwasanya untuk timbangan majemuk uang tera/tera ulangan ditambah, dapat dimengerti karena untuk pemeriksaan pesawat semacam itu diperlukan lebih banyak waktu dari pada pemeriksaan timbangan tunggal dengan kekuatan yang sama. Dalam hal ini dibedakan antara timbangan-timbangan: a. Majemuk yang dalam penggunaannya harus memakai perlengkapan tambahan anak-anak timbangan. b. Bobot ingsut yang dalam penggunaannya tidak mempergunakan anakanak timbangan lagi dan timbangan pegas. c. Cepat (timbangan kwadran majemuk).

Tambahan yang disebut pada huruf b lebih banyak dari pada yang disebut pada huruf a, karena anak-anak timbangan pelengkap dari timbangan majemuk sudah dikenakan retribusi menurut pasal 1. Tambahan yang disebut pada huruf c lebih banyak lagi dari pada tambahan yang dikenakan terhadap b, karena konstruksi timbangan cepat lebih rumit dari pada timbangan bobot ingsut sehingga pemeriksaannya lebih banyak memerlukan waktu. Pasal 3. Pasal 4. Pasal 5. Pasal 6. LN 1969/57; TLN NO. 2913