BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Kehadiran teknologi telah memberikan nuansa baru bagi kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbagai implikasi. Disamping ada aspek manfaat tentu ada pula aspek

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perubahan hukum baru. Perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. dari TELEMATIKA yang berawal dari istilah perancis TELEMATIQUE

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey,

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. elektronik sudah mengalami perluasan terhadap Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Tidak hanya negara maju saja, namun negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. moderen demi menunjang dan mempermudah kehidupannya.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

Informasi Elektronik Sebagai Bukti dalam Perkara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

berjalan jauh dan bertatap muka secara langsung. Inilah yang dikenal orang

Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang penting bagi sebuah kemajuan bangsa.seiring dengan

NASKAH PUBLIKASI KEDUDUKAN ALAT BUKTI DIGITAL DALAM PEMBUKTIAN CYBER CRIME DI PENGADILAN

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. atau tanpa memasang alat atau perangkat tambahan pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perilaku konsumen mengalami perubahan lebih. mengedepankan kemudahan di segala aspek kehidupan. Dalam melakukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini telah membawa banyak perubahan yang signifikan.demikian juga

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan suatu alat negara yang mempunyai tujuan untuk. menertibkan, mendamaikan, dan menata kehidupan suatu bangsa demi

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

bidang HUMANIORA HETTY HASSANAH Program Studi Ilmu Hukum Universitas Komputer Indonesi

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PENYADAPAN DATA PRIBADI PENGGUNA INTERNET MELALUI MONITORING AKTIVITAS KOMPUTER DIHUBUNGKAN DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang memegang peranan penting dalam pembangunan. Teknologi. menyebabkan dunia menjadi tanpa batas (bordeless) dan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi, komunikasi dan media elektronika memungkinkan

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN MASALAH HUKUM

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada

15 Februari apa isi rpm konten

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL

PENDAHULUAN. teknologi. Pengaruh arus globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung oleh. kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB OPERATOR SELULER TERHADAP PELANGGAN SELULER TERKAIT SPAM SMS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

BAB I PENDAHULUAN. telah mengakibatkan beragamnya pula aneka jasa-jasa (features) sebagai

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. tabu untuk dilakukan bahkan tidak ada lagi rasa malu untuk

PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORPORASI PERBANKAN DENGAN PERMA NO. 13 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER) DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 363 AYAT (5) KITAB UNDANG-

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai langkah

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari masa ke masa. Perkembangan teknologi dan. guna memenuhi kebutuhan dan melakukan interaksi atau komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. negara tidak dapat dipisahkan dari peran para tenaga kerja itu sendiri. Pekerja dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

SANKSI PIDANA SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN HUMAN TRAFFICKING DI DUNIA MAYA

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PIDANA MELALUI MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Pramita Dyah Hapsari, FH UI, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

I. PENDAHULUAN. segala bidanng ekonomi, kesehatan dan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

BAB II INFORMASI ELEKTRONIK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

JURNAL UPAYA YANG DI LAKUKAN OLEH POLISI DALAM MENANGANI PRAKTEK PENIPUAN MELALUI MEDIA KOMUNIKASI DALAM BENTUK SMS

MODEL PENGATURAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

NCB Interpol Indonesia - Fenomena Kejahatan Penipuan Internet dalam Kajian Hukum Republik Indonesia Wednesday, 02 January :00

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP)

teknologi informasi adalah munculnya tindak pidana mayantara (cyber crime). Cyber

KENDALA DALAM PENANGGULANGAN CYBERCRIME SEBAGAI SUATU TINDAK PIDANA KHUSUS

I. PENDAHULUAN. hukum tentang kejahatan yang berkaitan dengan komputer ( computer

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi pada saat ini ditandai dengan berkembang pesatnya teknologi. Kehadiran teknologi telah memberikan nuansa baru bagi kehidupan manusia yang menyentuh semua aspek kehidupan. Perkembangan teknologi, memberi kemudahan bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas demi memenuhi kebutuhannya dan melakukan interaksi dengan manusia lainnya di mana pun berada. Teknologi selain membawa keuntungan seperti memberi kemudahan bagi masyarakat untuk melakukan aktivitasnya, juga menimbulkan kerugian-kerugian seperti maraknya kejahatan-kejahatan yang dilakukan melalui teknologi informasi. Teknologi juga memberikan pengaruh yang signifikan dalam pemahaman mengenai kejahatan terutama terhadap aliran-aliran dalam kriminologi yang menitikberatkan pada faktor manusia, baik secara lahir maupun psikologis.

2 Perkembangan teknologi merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan kejahatan, sedangkan kejahatan itu sendiri telah ada dan muncul sejak permulaan zaman sampai sekarang dan masa yang akan datang. Bentukbentuk kejahatan yang ada pun semakin hari semakin bervariasi. Suatu hal yang patut diperhatikan bahwa kejahatan sebagai gejala sosial sampai sekarang belum diperhitungkan dan diakui untuk menjadi suatu tradisi atau budaya, padahal jika dibandingkan dengan berbgai budaya yang ada, usia kejahatan tentu lebih tua. Kejahatan sebenarnya tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, tidak ada kejahatan tanpa masyarakat. Betapa pun kita mengetahui banyak tentang berbagai faktor kejahatan yang ada dalam masyarakat, namun yang pasti adalah bahwa kejahatan merupakan salah satu bentuk prilaku manusia yang terus mengalami perkebangan sejajar dengan perkembangan masayarakat itu sendiri. 1 Kejahatan telah diterima sebagai suatu fakta, baik pada masyarakat yang paling sederhana (primitif) maupun pada masyarakat yang modern, yang merugikan masyarakat. Kerugian yang ditimbulkan dapat berupa kerugian dalam arti material maupun immaterial. Kerugian material misalnya korban kejahatan dan rusak atau musnahnya harta benda serta meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan bagi penanggulangannya. Kerugian immaterial dapat berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat terhdap pelaksanaan pengakan hukum yang dilakukan oleh para penegak hukum. 2 1 Agus Raharjo, Cybercrime Pemahaman dan Upaya pencegahan KejahatanBerteknologi, (Bandung, PT Citra Aditya Bakti), 2002, hlm.29. 2 Ibid, hlm.30.

3 Kejahatan merupakan perbuatan antisosial, tidak hanya terdapat pada masyarakat yang sedang berkembang, tetapi ada juga dalam masyarakat yang telah maju (dengan peralatan teknologi yang lebih canggih tentunya). Kejahatan tidak hanya di dunia nyata (real), tetapi juga di dunia maya (virtual) yang berbeda bentuknya dengan kejahatan konvensional, karena telah diperluas sedemikian rupa. Keberadaan suatu kejahatan identik dengan keberadan manusia itu sendiri meskipun ada kemungkinan bentuk atau tipe kejahatan dari tiap-tiap masyarakat berbeda. Kecanggihan teknologi elektronik telah memberikan kemudahankemudahan, terutama dalam membantu pekerjaan manusia. Selain itu, perkembangan teknologi komputer menyebabkan munculnya jenis-jenis kejahatan baru, yaitu melalui penyalahgunaan teknologi elektronik/komputer sebagai modus operandinya. Penyalahgunaan elektronik/komputer dalam perkembangannya menimbulkan permasalahan yang sangat rumit, terutama erat kaitannya dengan proses pembuktian suatu tindak pidana (faktor yuridis). Apalagi penggunaan elektronik/komputer untuk tindak kejahatan itu memiliki karakteristik tersendiri atau berbeda dengan kejahatan yang dilakukan tanpa menggunakan komputer (konvensional). Perbutan atau tindakan, pelaku, alat bukti ataupun barang bukti dalam tindak pidana biasa dapat dengan mudah diidentifiksi, tidak demikian halnya untuk kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan komputer/dunia maya. Perkembangan lebih lanjut dari teknologi komputer berupa komputer network yamg kemudian melahirkan suatu ruang komunikasi dan informasi global

4 yang dikenal dengan internet. Kemudahan yang diperoleh melalui internet tentunya tidak menjadi jaminan bahwa aktivitas yang dilakukan di media tersebut adalah aman atau tidak melanggar norma. Di situlah kita harus teliti dalam melihat permasalahan yang berkembang dalam masyarakat. Hukum diyakini sebagai alat untuk memberikan kesebandingan dan kepastian dalam pergaulan hidup. Layaknya suatu alat, hukum akan dibutuhkan jika kemudian timbul suatu kebutuhan atau keadaan yang luar biasa di dalam masyarakat. Belum dianggap sebagai tindak pidana jika suatu perbuatan tidak secara tegas tercantum di dalam peraturan hukum pidana (KUHP) atau ketentuan pidana lainya. Prinsip tersebut hingga sekarang dijadikan pijakan demi terciptanya kepastian hukum. Dalam upaya mencapai kepastian, hukum pidana juga diupayakan untuk mencapai kesebandingan hukum. Dalam konteks inilah peran dari pembuat undang-undang dikedepankan. Fungsi legislasi dari pemerintah merupakan sarana untuk mencapai kesebandingan hukum. Sehingga hakim dan aparat penyidik (kepolisian) tidak selalu berpegang pada asas legalitas saja. 3 Kejahatan melalui penyalah gunaan teknologi informasi semakin banyak dilakukan. Jenis dan modus kejahatannya sendiri pun terus berkembang. Disisi yang lain tingkat keberasilan pengungkapan pelaku kejahatan dengan teknologi informasi ini semakin sangat sulit. Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan masyarakat secara luas. Kerugian yang ditimbulkan akibat kejahatan ini pun tidak 3 Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, (Jakarta, Rajawali Pers, 2003), hlm.388.

5 sedikit. Perkembangan kejahatan sampai saat ini semakin meningkat, termasuk adanya kemajuan teknologi komputer tidaklah menyebabkan kejahatan itu semakin berkurang tapi justru sebaliknya. Kejahatan yang dilakukan makin canggih dan rumit, tidak sederhana yang kita bayangkan. Dunia maya (cyberspace) sebagai suatu perkembangan baru dalam sejarah peradaban manusia menyebabkan sulitnya dilakukan penegakkan hukum sesuai dengan tata cara yang berlaku (criminal justice system). 4 Perkembangan teknologi informasi yang pada awalnya hanya terbatas pada alat penghitung kemudian berevolusi dari waktu ke waktu dengan adanya penemuan dan penciptaan telepon oleh Alexander graham bell yang menjadi sarana telekomunikasi pertama yang tidak memerlukan keahlian khusus untuk menggunakannya, namun dengan kabel-kabel dan satelit-satelit telepon menjadi sarana telekomunikasi yang murah dan berhasil digunakan di seluruh dunia sehingga diyakini akan menjadi alternatif utama bagi penyelenggaraan seluruh aspek kehidupan manusia, dan cara baru ini dipilih karena teknologi informatika yang berkarakteristik lintas-batas di tingkat nasional maupun global (borders world) akan dapat meningkat efesiensi dan kecepatan penyenggaraan kehidupan manusia. Penemuan dan penciptaan telepon tidak berhenti sampai pada telepon yang menggunakan kabel, dimana pada jaman yang mutakhir ini dengan pekembangan IPTEK yang sangatlah pesat, alat komunikasipun menjadi semakin canggih yakni 4 Ibid, hlm.419.

6 dengan ditemukannya telepon tanpa kabel yang lazim diesebut dengan telepon genggam atau hand phone (HP). Keberadaan dari hand phone sendiri sebagai salah satu alat komunikasi yang dewasa ini banyak digunakan oleh masyarakat awam di seluruh dunia merupakan terobosan besar dalam dunia teknologi informasi seperti yang diketahui bahwa pada awalnya penggunaan telepon sebagai salah satu sarana komunikasi dalam dunia infomasi tidak dapat dipindahkan atau statis, namun dengan adanya hand phone maka ada suatu nilai tambah dengan dapat dibawanya hand phone kemana-mana sebagai pemegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat saat ini yang berkembang sesuai dengan perkembangan globalisasi dunia yaitu adanya efisiensi dan efektifitas. Keadaan tersebut juga berlangsung di Indonesia tepatnya pada semua lapisan sosial masyarakat yang penggunanya dapat disaksikan dengan nyata dalam kehidupan mereka sehari-hari. Saat ini seluruh lapisan sosial masyarakat mulai dari lapisan sosial paling tinggi hingga masyarakat dari lapisan sosial yang terendah bisa memiliki hand phone karena murahnya alat komunikasi ini. Salah satu kejahatan yang dilakukan dengan meyalahgunakan kecanggihan teknologi elektronik dan komputer adalah kasus pencemaran nama baik melalui media SMS (short messages service), seperti yang dilakukan oleh A. HAMIDY ARSA Bin Abddurahman. Ia terbukti bersalah dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik, perbutan mana dilakukan

7 oleh terdakwa dengan cara mengirim pesan singkat (SMS) yang isi nya memfitnah, menuduh tanpa bukti-bukti yang ditujukan kepada Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, yang dilakukan terdakwa pada saat sebelum pilkada bergulir. Kejahatan tersebut dalam hukum positif Indonesia telah diatur dalam Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentaransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik yang memilki muatan penghinana dan/atau pencemaran nama baik. Ketentuan Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Convention on Cyber Crime tanggal 23 Nopember 2001 di kota Budapest Hongaria yang mana salah satu kualifikasi cyber crime menurut Convention on Cyber Crime tersebut adalah misuse of devices yaitu penyalahgunaan perlengkapan computer, termasuk program computer, password computer, kode masuk (acces code). Tindak pidana pencemaran nama baik diatur pula dalam Pasal 310 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Adapun isi dari pasal tersebut adalah: Barang siapa dengan sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan suatu hal, dengan maksud yang jelas agar hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan pidana

8 penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Berdasarkan latar belakang diatas, Penulis melihat banyak kasus yang terjadi meskipun Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik telah disahkan selain kasus pencemaran nama baik melalui SMS. Maka penulis akan membahas hal tersebut dan dituangkan ke dalam skripsi yang berjudul: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKU PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK YANG DITAMPILKAN MELALUI MEDIA SMS (Analisa Putusan No. 23/Pid.B/2011/PN-JTH). B. Pokok Permasalahan Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang diatas, maka Penulis mencoba untuk mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pembuktian tindak pidana pencemaran nama baik melalui media SMS (short messages service). 2. Mengapa ancaman hukuman tindak pidana pencemaran nama baik yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi dan Elektronik lebih berat dibanding dengan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana pembuktian tindak pidana pencemaran nama baik yang ditampilkan di media elektronik (SMS) di kategorikan sebagai kejahatan menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi dan Elektronik. 2. Untuk mengetahui ancaman hukum tindak pidana pencemaran nama baik yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi dan Elektronik lebih berat dibandingkan dengan Kitab Undangundang Hukum Pidana (KUHP). D. Definisi operasional 1. Hukum menurut Mochtar Kusumatmadja adalah keseluruhan azas dan kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat termasuk lembaga dan proses dalam mewujudkan berlakunya hukum itu dalam kenyataan. 5 2. Data adalah Semua fakta yang dipresentasikan sebagai input baik dalam bentuk untaian kata (teks), angka (numerik), gambar pencitraan (images), suara (voice) yang telah diproses ataupun telah mengalami perubahan bentuk atau 5 Abdul Wahid, Muhammad labib, Kejahatan Mayantra (Cybercrime), (Bandung, Refika Aditama, 2005). hlm.43.

10 penambahan nilai menjadi sesuatu bentuk yang lebih berarti sesuai dengan konteknya. 6 3. Informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. 7 4. Dokumen elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. 8 5. Short Message Service (Selanjutnya disingkat SMS) adalah salah satu bagian dari Teknologi Informasi yang memiliki pengertian sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi. 6 Mizamil, Modul Kuliah Hukum Telematika, 2011, Universitas Esa Unggul. 7 Indonesia, Undang-Undang No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN. No. 58 TLN No. 4843, Pasal 1 butir 1. 8 Loc.cit, Undang-Undang No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal 1 ayat butir 4.

11 6. Pengirim adalah subjek hukum yang mengirimkan informasi elektronik dan/atau Dokumen Elektronik. 9 7. Penerima adalah subjek hukum yang menerima informasi Elektronik dan/atau dokumen Elektronik dari pengirim. E. Metode Penelitian Dalam rangka mendapatkan data-data yang di perlukan untuk penyelesaian dan pembahasan skripsi ini secara keseluruhan agar mendapatkan hasil yang ilmiah, maka penulis mempergunakan metode penelitian dengan cara sebagai berikut: 1. Jenis penelitian penulis melakukan penelitian hukum normatif, yaitu suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. 10 Adapun bahan penelitian yang penulis gunakan adalah bahan kepustakaan atau yang dikenal sebagai data sekunder, yang meliputi bahan hukum primer, sekunder dantersier. Sehingga penelitian ini selanjutnya disebut sebagai Penelitian Hukum Normatif. 11 9 Loc.cit, Undang-Undang No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal 1 ayat butir 18. 10 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet 3, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 43. 11 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Cet 5, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 13-14.

12 2. Bahan Penelitian dari: Penelitian ini menggunakan berbagai jenis bahan hukum, yang terdiri 1) Bahan Hukum Primer, terdiri atas Undang-Undang yakni Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Undang-Undang No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 2) Bahan Hukum Sekunder, terdiri atas jurnal hukum dan ilmiah, dan penjelasan dari undang-undang. 3) Bahan Hukum Tersier, terdiri dari kamus hukum, kamus besar Bahasa Indonesia. 3. Teknik Pengumpulan Dan Sumber Bahan Hukum Teknik pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan cara studi dokumentasi serta pengumpulan berbagai perundangan yang terkait dengan permasalahan penelitian. Sumber bahan hukum dalam penelitian ini di antaranya di peroleh dari buku-buku, makalah, peraturan perundang-undangan, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul, dan internet.

13 F. Sistematika Penulisan Adapun bentuk sistematika pembahasan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Merupkan pendahuluan yang berisikan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, sistematika penulisan. BAB II SEJARAH MENGENAI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI, LATAR BELAKANG PEMBENTUKKAN UNDANG-UNDANG TELEMATIKA DAN BEBERAPA CYBER LAW DI NEGARA LAIN Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai: 1. Sejarah teknologi informasi. 2. Latar Belakang Pembentukan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. 3. Cyberlaw Di Negara Lain. 4. Macam-macam Kejahatan CyberCrime. BAB III ASPEK HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK DAN PERLINDUNGAN DATA ATAU INFORMASI PRIBADI DI INTERNET

14 Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai: 1. Dasar Hukum Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 2. Pengertian Hukum telematika Serta Aspek-aspek Dalam Hukum Telematika. 3. Perlindungan Data atau Informasi Pribadi Di Internet. 4. Pembuktian Tindak Pidana Pencemaran Nama baik Melalui Media SMS (Short messages service). BAB IV ANALISA TERHADAP PELAKU PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SMS (Analisa Putusan No. 23/Pid.B/2011/PN- JTH) Dalam bab ini akan dibahas analisa dari putusan Mahkamah Agung (Putusan No. 23/Pid.B/2011/PN-JTH), Kasus Pencemaran Nama baik Melalui SMS, Mengapa ancaman hukum tindak pidana pencemaran nama baik yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi dan Elektronik lebih berat dibanding dengan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Serta bagaimana SMS (Short Massages Service) dapat dijadikan alat bukti berdasarkan KUHAP.

15 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan bab terakhir dalam penelitian ini, berisi simpulan dan juga saran.