BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. nasional secara bertahap, terencana, dan berkelanjutan. Untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Akan tetapi pada

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara. Pemerintah negara-negara di dunia menaruh perhatian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam rangka membiayai pelaksanaan pembangunan nasional, Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran negara, pembangunan maupun untuk biaya rutin negara.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut tertuang dalam Anggaran Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber utama penerimaan yang potensial untuk negara dalam. membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan biaya yang tak sedikit jumlahnya. Usaha yang dilakukan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesenjangan antara sisi pengeluaran dan sisi penerimaan negara. Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam nya membutuhkan anggaran yang sangat besar. Anggaran-anggaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara dan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kasus korupsi seperti kasus Gayus Tambunan, Dhana Widyatmika, dan yang baru-baru

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang paling besar sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemitro (1990:2) dalam buku Perpajakan: Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB I PENDAHULUAN. nasional berasal dari penerimaan pajak yang menyumbang sekitar 70% dari

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN.

BAB I PENDAHULUAN. peranan minyak dan gas bumi terhadap penerimaan negara (Munari,2005:120).

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. seoptimal mungkin melalui perluasan sumber penerimaan negara non migas, guna

BAB I. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Pemasukan dari pajak diharapkan terus meningkat salah satunya dengan membuat

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan di Indonesia berubah yang awalnya official assessment system menjadi

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan

BAB I PENDAHULUAN. Rutin dan Pengeluaran Pembangunan. Dalam Negeri dan Hibah. Penerimaan Dalam Negeri terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. sejak saat itulah Indonesia menganut Self Assessment System. di Indonesia memberi kepercayaan kepada pengusaha kena pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari pajak juga perlu ditingkatkan karena pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, negara berkewajiban mendahulukan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber pendapatan utama negara yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. pajak adalah senyawa dengan kepentingan umum. Pajak mengurangi penghasilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. dalam penerimaan negara. Perkembangan kontribusi penerimaan pajak terhadap. Tabel 1. 1

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara. Pajak memiliki peran yang sangat vital dalam sebuah negara,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Terutama di. Indonesia, pajak merupakan komponen penting dan

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Hal ini dikarenakan pajak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin besar untuk masa yang akan datang karena tujuan utama dari penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk

BAB I LATAR BELAKANG PENELITIAN. penting untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur maupun meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang membutuhkan dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan pembangunan nasional yang memerlukan biaya besar yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. objek pajaknya, seiring dengan meningkatnya perekonomian dan taraf hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Konstribusi pajak yang terus mengalami peningkatan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri sebagai sumber utama pembiayaan untuk pembangunan nasional. Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. satu penopang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penerimaan dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu. yang berguna bagi kepentingan bersama Waluyo (2008:2).

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia yang dapat mendukung kegiatan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Negara membutuhkan dana

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia, menjadikan penerimaan dari sektor perpajakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu instrumen suatu negara termasuk Indonesia dalam. memperoleh pendapatan untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak reformasi perpajakan tahun 1983, sistem pemungutan pajak di

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. dipaksakan oleh negara kepada seluruh warga negaranya, peran pajak tentu. sangat besar dalam perkembangan kemajuan ekonomi negara.

BAB I PENDAHULUAN. sektor, khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber penerimaan Negara Indonesia yang paling potensial adalah penerimaan pajak. Penerimaan pajak akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9) Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri. Besar kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam membiayai pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan pembangunan maupun untuk pembiayaan anggaran rutin. Oleh karena itu, semua rakyat yang menurut undang-undang termasuk sebagai wajib pajak harus membayar pajak sesuai dengan kewajibannya. Pengusaha umumnya menghindari pajak karena bagi perusahaan pajak adalah beban, dan banyak perusahaan yang melakukan tax planning untuk mengurangi pajak secara legal. Perencanaan pajak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu tax avoidance dan tax evasion, tujuannya sama tetapi berbeda. Tax avoidance mengurangi pajak secara legal, sedangkan tax evasion mengurangi pajak secara illegal. Banyak wajib pajak yang melakukan tax evasion alasannya banyaknya kasus korupsi di Indonesia, maka timbulah pemikiran wajib pajak, beban pajak yang dibayarkan juga tidak akan masuk ke kas Negara, tidak heran negara banyak berhutang, dan rakyat dirugikan

karena pajak yang dibayarkan tidak dapat digunakan melainkan dikorupsi, dan sisanya untuk membayar hutang negara. Dibawah ini adalah data tentang penerimaan pajak yang telah dihimpun oleh Badan Statistik Republik Indonesia. Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah) Tahun 2009-2013 Sumber Penerimaan 2009 2010 2011 2012 2013 1. Penerimaan Pajak 619.922 723.307 873.874 1.016.237 1.192.994 a. Pajak Dalam Negeri 601.252 694.392 819.752 968.293 1.134.289 1) PPh 317.615 357.045 431.122 513.650 584.890 2) PPN 193.067 230.605 277.800 336.057 423.708 3) PBB 24.270 28.581 29.893 29.687 27.344 4) BPHB 6.465 8.026 - - - 5) Cukai 56.719 66.166 77.010 83.267 92.004 6) Pajak Lainnya 3.116 3.969 3.928 5.632 6.343 b.pajak Perdagangan Internasional 18.670 28.915 54.122 47.944 58.705 1) Bea Masuk 18.105 20.017 25.266 24.738 27.003 2) Pajak Ekspor 565 8.898 28.856 23.206 31.702 2.Penerimaan Bukan Pajak 227.174 268.942 331.472 341.143 332.196 a.penerimaan SDA 138.959 168.825 213.813 217.159 197.205 b.bagian Laba BUMN 26.050 30.097 28.184 30.777 33.500 c.pnpb Lainnya 53.796 59.429 69.361 72.799 77.992 d.pendapatan BLU 8.369 10.591 20.104 20.408 23.499 Jumlah Total 847.096 992.249 1.205.346 1.357.380 1.525.190 % kenaikan penerimaan - 14,29% 17,22% 14,00% 14,81% pajak Sumber: www.bps.go.id Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa setiap tahunnya terjadi peningkatan penerimaan pajak. Pada tahun 2010 kenaikan penerimaan pajak sebesar 14,29%, tahun 2011 sebesar 17,22%, tahun 2012 sebesar 14,00%, tahun 2013 sebesar 14,81%.

Namun menurut Fuad Rahmany, selaku Direktorat Jendral Pajak yang dikutip dari situs Pusdiklat Pajak Badan Pendidikan dan Penelitian Keuangan (www.bppk.depkeu.go.id) menyatakan bahwa: Penerimaan pajak pada semester I (satu) tahun 2013 belum begitu menggembirakan. Hal ini tercermin dari realisasi penerimaan pajak periode Januari hingga Juni 2013 lalu yang masih dibawah rencana penerimaan. Penerimaan pajak yang dapat direalisasikan oleh DJP sampai dengan 28 Juni 2013 mencapai Rp 411,3 triliun atau sekitar 42% dari target penerimaan pajak yang dipatok Pemerintah dalam APBN-P tahun 2013. Di sisi lain, penerimaan pajak dalam APBN-P 2013 ditargetkan sebesar Rp 995,213 triliun dari target pendapatan negara tahun ini sebsesar Rp 1.502,0 triliun. Jadi kalau 42% itu tidak terlalu buruk meskipun dibawah yang kita harapkan. Kita harapkan sebelumnya sebetulnya (bisa mencapai) 45% sehingga semester II 55%. Informasi terakhir sampai dengan tanggal 30 Agustus 2013, penerimaan pajak yang dapat direalisasikan oleh DJP baru mencapai Rp 556,349 triliun atau sekitar 55,90%. Salah satu indikasi adanya penggelapan pajak mungkin dapat kita lihat melalui tidak tercapainya target penerimaan pajak. Dari tiap tahunnya realisasi penerimaan pajak, terutama PPh tidak mencapai target. Seperti yang dikatakan oleh Direktur Penyuluhan Pelayanan dan Humas Ditjen Pajak M. Iqbal Alamsjah dalam surat kabar elektronik ANTARA (www.antaranews.com), dalam keterangannya dia mengatakan bahwa: Penerimaan pajak tahun 2010 meningkat sebesar 19,2% dibandingkan dengan tahun 2009. Akan tetapi penerimaan tersebut tidak mencapai jumlah yang sudah ditargetkan, yaitu hanya mencapai 97,4 persen dari target yang ditetapkan dalam APBNP 2010. Kemanakah yang 2,6 persen lagi? Apakah masih ada wajib pajak yang tidak melaporkan semua penghasilannya ataukah terjadi kasus kerjasama penggelapan pajak antara petugas pajak dengan wajib pajak?.

Bukan merupakan rahasia lagi apabila terdapat petugas pajak yang bekerjasama dengan wajib pajak untuk meringankan beban perpajakan dengan menggelapkan pajak. Salah satu contoh kasusnya adalah yang membuat petugas pajak Gayus Tambunan menjadi tersangka. Hal inilah yang semakin menguatkan adanya tindakan penggelapan pajak selama ini. Sejak reformasi perpajakan tahun 1983, sistem pemungutan pajak di Indonesia mengalami perubahan. Sejak saat itu Indonesia menganut sistem perpajakan self assessement. Dalam sistem ini, wajib pajak dituntut untuk berperan aktif, mulai dari mendaftar diri sebagai wajib pajak, mengisi SPT (Surat Pemberitahuan), menghitung besarnya pajak yang terutang, dan menyetorkan kewajibannya. Sedangkan aparatur perpajakan berperan sebagai pembina, pembimbing, dan pengawas pelaksanaan kewajiban yang dilakukan oleh wajib pajak. Self assessment system akan berjalan dengan baik apabila masyarakat memiliki tingkat kesadaran perpajakan secara sukarela (voluntary tax compliance) yang tinggi. Upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak, dihadapkan pada kondisi masih belum optimalnya sistem perpajakan yang dijalankan. Dalam sistem self assessement yang berlaku saat ini posisi wajib pajak sangat penting karena wajib pajak diwajibkan untuk melaksanakan kewajiban pajaknya secara mandiri (Gunadi, 2012:83). Dengan diberlakukannya sistem self assessement, tingkat penerimaan negara yang sebagian besar bersumber dari pajak akan sangat bergantung pada kemauan masyarakat untuk membayar pajak. Meskipun demikian dalam implementasinya

suatu negara akan menghadapi kendala terutama terkait dengan kepatuhan Wajib Pajak. Berdasarkan data yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak, jumlah Wajib Pajak yang terdaftar secara nasional adalah sebagai berikut: Tabel 1.2 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Nasional Jumlah Wajib Pajak 2008 2009 2010 2011 Orang Pribadi 8.388.816 13.949.750 17.327.184 19.913.904 Bendahara 379.681 434.355 467.984 507.844 Badan 1.443.570 1.580.287 1.737.459 1.942.811 Jumlah 10.212.067 15.964.392 19.532.627 22.364.559 Sumber: Laporan Tahunan Direktorat Jendral Pajak Tahun 2008-2011 (data diolah kembali). Dan tabel 1.3 memberikan gambaran mengenai Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Bandung Tegallega periode 2009-2013. Tabel 1.3 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar pada KPP Pratama Bandung Tegallega Tahun Jumlah Wajib Pajak Kenaikan (Penurunan) % Pertumbuhan Jumlah Wajib Pajak 2009 41.501 - - 2010 49.298 7.797 15,82 2011 55.891 6.593 11,79 2012 63.478 7.587 11,95 2013 70.895 7.417 10,46 Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Bandung Tegallega.

Berdasarkan tabel tersebut, terjadi pertumbuhan jumlah Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Tegallega setiap tahunnya. Pertumbuhan terbesar terjadi tahun 2010 yaitu sebesar 15,82% Sehingga berdasarkan tabel tersebut seharusnya penerimaan pajak setiap tahunnya dapat mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah Wajib Pajak yang terjadi. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa dengan banyaknya kasus penggelapan pajak menyebabkan Wajib Pajak tidak patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Kepatuhan pajak dapat dilihat secara sederhana atau lebih komprehensif. Secara sederhana menurut Gunadi (2012:84) kepatuhan wajib pajak adalah sekedar menyangkut sejauh mana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai aturan perpajakan yang berlaku. Persentase tingkat kepatuhan wajib pajak masih tergolong sangat rendah. Sebagai contoh, pada tahun 2012 Orang Pribadi yang seharusnya membayar pajak atau yang mempunyai penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebanyak 60 juta orang, tetapi jumlah yang mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak hanya 20 juta orang dan yang membayar pajaknya melalui SPT Pajak Penghasilannya hanya 8,8 juta orang dengan rasio SPT sekitar 14,7% (www.krjogja.com).

Tabel 1.4 Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT PPh Uraian 2008 2009 2010 2011 WP Terdaftar Wajib SPT 6.341.828 9.996.620 14.101.933 17.694.317 SPT Tahunan PPh 2.097.849 5.413.114 8.202.309 9.332.626 Rasio Kepatuhan 33,08% 54,15% 58,16% 52,74% Sumber: Laporan Tahunan Direktorat Jendral Pajak Tahun 2008-2011 (data diolah kembali) Berdasarkan laporan tersebut, terdapat kesenjangan yang cukup signifikan antara Wajib Pajak terdaftar wajib SPT dan kepatuhan dalam penyampaian SPT Tahunan PPh. Sehingga didapat rasio kepatuhan Wajib Pajak yang masih sangat rendah dalam menyampaikan SPT Tahunan PPh. Selain laporan mengenai SPT Tahunan yang disampaikan oleh Direktorat Jendral Pajak, terdapat pula data mengenai kepatuhan SPT Tahunan pada KPP Pratama Bandung Tegallega. Data mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 1.5 Rasio Kepatuhan SPT Tahunan pada KPP Pratama Bandung Tegallega Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 WP Terdaftar Wajib SPT 35.276 37.042 41.996 47.697 47.157 Jumlah SPT 32.885 31.546 32.560 34.720 34.714 Rasio Kepatuhan 93,22% 85,16% 77,53% 72,79% 73,61% Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Bandung Tegallega. Berdasarkan data tersebut, masih terdapat kesenjangan antara Wajib Pajak terdaftar wajib SPT dan kepatuhan dalam penyampaian SPT Tahunan. Tetapi dapat

dikatakan tidak terlalu rendah tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Tegallega. Diduga dengan adanya kasus-kasus penggelapan pajak di Indonesia menumbuhkan pandangan atau citra yang buruk dari wajib pajak terhadap perpajakan di Indonesia. Salah satu kasus penggelapan pajak di Indonesia adalah kasus Gayus Holman Tambunan pada tahun 2009. Kasus bermula dari kecurigaan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) terhadap rekening milik Gayus H. Tambunan Rp 370 juta di rekening lainnya di Bank BCA milik Gayus H. Tambunan. Setelah diteliti dan disidik, uang senilai Rp 370 juta tersebut diketahui bukan merupakan korupsi dan money laundering tetapi penggelapan pajak murni (www.pajak.go.id). Berikut adalah contoh kasus-kasus penggelapan pajak di Indonesia tiap tahunnya: Tabel 1.6 Kasus Penggelapan Pajak Tahun Kasus Penggelapan Pajak 2007-2009 Kasus dugaan penggelapan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Desa Notog di Kabupaten Banyumas. 2009 Kasus Gayus H. Tambunan. 2011 Pencurian uang PT Asian Agri Group 2013 Kasus penggelapan pajak AP di Riau. Sumber: www.pajak.go.id

Penggelapan pajak selain merugikan kas negara juga akan membawa dampak buruk terhadap prekonomian. Beberapa kerugian yang akan terjadi adalah: 1. Bila penerimaan dari pajak tidak sesuai dengan anggaran, besar kemungkinan tarif pajak akan dinaikan. 2. Mereka yang seharusnya mendapat subsidi pajak berupa fasilitas negara yang dibangun dari hasil pungutan pajak, akan terbengkalai. 3. Persepsi negative akan timbul dari wajib pajak terhadap citra pajak maka akan timbul perilaku penghindaran pajak oleh wajib pajak yang akan mengurangi kepatuhan membayar pajak. (www.pajak.go.id) Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul Pengaruh Kasus Penggelapan Pajak Di Indonesia Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan maka masalahmasalah dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Bagaimana respon Wajib Pajak yang berada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega terhadap kasus penggelapan pajak? 2. Seberapa besar tingkat Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega?

3. Bagaimana pengaruh kasus penggelapan pajak di Indonesia terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Adapun maksud peneliti mengadakan penelitian ini adalah untuk Memahami bagaimana respon Wajib Pajak terhadap kasus penggelapan pajak yang terjadi di Indonesia. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Serta untuk mengetahui pengaruh kasus penggelapan pajak terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. 1.3.2. Tujuan Penelitian Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data sebagai bukti empiris dari penelitian tentang pengaruh penggelapan pajak terhadap tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. Pengumpulan data dan informasi yang menjadi titik perhatian dalam penelitian ini adalah pengaruh kasus penggelapan pajak di Indonesia terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan antara lain: 1. Bagi penulis Diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan menambah wawasan terkait dengan penggelapan pajak dan kondisi kepatuhan Wajib Pajak. 2. Bagi Pembaca Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan referensi bagi penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan penggelapan pajak. 3. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega diharapkan dapat memperoleh tambahan informasi dan masukan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menanggapi persepsi negatif dari Wajib Pajak tentang kasus penggelapan pajak. 1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dimana penulis memperoleh serta mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan yaitu pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega yang bertempat di Jalan Soekarno Hatta No. 216, Bandung, 40223. Adapun waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai dengan selesai.