Implementasi Backward Chaining untuk Diagnosis Low Soft Handover Success Rate pada Jaringan WCDMA

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G

Universal Mobile Telecommunication System

BAB I PENDAHULUAN. teknologi 3G yang menawarkan kecepatan data lebih cepat dibanding GSM.

BAB II LANDASAN TEORI

TEKNOLOGI SELULER ( GSM )

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PERFORMANSI JARINGAN BERDASARKAN PARAMETER KEY PERFORMANCE INDIKATOR 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G. Dian Widi Astuti 1, Dyan Tri Utomo 2

ANALISIS KUALITAS RF PADA JARINGAN SELULER 2G & 3G DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

ANALISIS DROP CALL PADA JARINGAN 3G PADA BEBERAPA BASE STATION DI KOTA MEDAN

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER

ANALISIS PERFORMANSI REHOMMING BR 9.0-EVOLUSION BSC (ebsc) PADA JARINGAN GSM PT TELKOMSEL DI MAKASSAR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pada sistem komunikasi nirkabel dan bergerak sangatlah kompleks

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Abstrak

PENANGANAN BLOCK CALL DAN DROP CALL PADA JARINGAN UMTS BERDASARKAN PENGUKURAN PARAMETER ACCESSIBILITY, COVERAGE AND QUALITY

BAB II ADAPTIVE MULTI-RATE (AMR)

BAB II LANDASAN TEORI

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA

ANALISIS KUALITAS LAYANAN PANGGILAN PADA TELEKOMUNIKASI BERGERAK 3G

TUGAS AKHIR PENGARUH KAPASITAS LOCATIONS AREA CODE (LAC) PADA KUALITAS CSSR YANG DIAMATI DI MSS PADA JARINGAN KOMUNIKASI BERGERAK GENERASI KE 3(3G)

1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih

BAB I PENDAHULUAN. menjaga dan meningkatkan performa pada jaringan telekomunikasi. diharapkan akan diikuti semakin tingginya jumlah trafik.

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

OPTIMASI JARINGAN DAN INVESTIGASI SITE WCDMA 3G MENGGUNAKAN PROGRAM MAP INFO PROFFESIONAL 8.5 DAN TEMS DATA COLLECTION 8.1

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI PADA SKENARIO IMPLEMENTASI 1 ST CARRIER TERHADAP 2 ND CARRIER UNTUK JARINGAN 3G

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

BAB III DATA FAST TRAFFIC HANDOVER

ANALISIS KUALITAS VOICE CALL PADA JARINGAN WCDMA DENGAN DRIVE TEST MENGGUNAKAN TEMS INVESTIGATION

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

BAB III PENGUKURAN DAN PENGAMBILAN DATA STATISTIK PERFOMANSI

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS CALL SETUP SUCCESS RATE (CSSR) PERFORMANCE PT. INDOSAT,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 3G/UMTS. Teknologi WCDMA berbeda dengan teknologi jaringan radio GSM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR ANALISA OPTIMASI COVERAGE AREA NODE B CIANGSANA BOJONG DI TELKOMSEL

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

Analisis Peningkatan Kualitas dan Kapasitas Jaringan Seluler PT. XL Axiata pada Area Jawa Tengah bagian Utara melalui Proyek Swap dan Modernisasi

BAB II TEORI DASAR. Public Switched Telephone Network (PSTN). Untuk menambah kapasitas daerah

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULAR UTRA-TDD

UNJUK KERJA NOISE RISE BASED CALL ADMISSION CONTROL (NB-CAC) PADA SISTEM WCDMA. Devi Oktaviana

ANALISIS LAYANAN VOICE CALL DAN DATA PACKET PADA OPERATOR TELEPON SELULER DI WILAYAH BALI INNER CITY

PENANGANAN INTERFERENSI PADA JARINGAN SELULER 2G PT. INDOSAT UNTUK AREA BANDUNG

BAB IV ANALISA HASIL OPTIMASI THIRD CARRIER

SISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS???

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS PENGARUH KAPASITAS LOCATION AREA CODE TERHADAP PERFORMANSI PADA JARINGAN 3G Cornelis Yulius Ganwarin, [1] Rendy Munadi [2], Asep Mulyana [3]

BAB II LANDASAN TEORI. komunikasi person-to-person dapat disajikan dengan tingkat kualitas gambar dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata kunci : GSM (Global System Mobile), KPI, CDR, seluler

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS AVAILABILITY DAN RSSI TERHADAP TINGGINYA DROP RATE DI JARINGAN 3G UMTS (STUDI KASUS PT.XL Axiata Jakarta)

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab 3 ini akan dibahas mengenai metode penelitian yang dilakukan pada BTS-

ANALISIS UNJUK KERJA MULTI BAND CELL PADA GSM DUAL BAND

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data

BAB II LANDASAN TEORI

Evaluasi Performansi Jaringan UMTS di Kota Semarang menggunakan Metode Drive Test

BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM

BAB IV PENERAPAN DAN ANALISIS HASIL. Pengamatan awal dilakukan dengan capture RTWP menggunakan LMT

Analisis Benchmarking Jaringan 3G Operator HCPT dan XL di Area Jakarta

BAB II TEORI PENDUKUNG

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SELULER. Komponen fundamental dari suatu sistem GSM (Global System for Mobile

BAB I PENDAHULUAN I-1

ANALISA CALL SUCCES RATE PADA JARINGAN CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS ( CDMA )

KUALITAS LAYANAN DATA PADA JARINGAN CDMA x EVOLUTION-DATA ONLY (EVDO)

Analisa Unjuk Kerja Jaringan Operator 3G(WCDMA-UMTS) Menggunakan Metode Drivetest

BAB II TEORI DASAR 2.1 GLOBAL SISTEM FOR MOBILE (GSM)

BAHAN SIDANGTUGAS AKHIR RIZKI AKBAR

BAB I PENDAHULUAN. (browsing, downloading, video streaming dll) dan semakin pesatnya kebutuhan

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA

MENGATASI KONGESTI JARINGAN 3G

ANALISIS PERFORMANSI PADA JARINGAN GSM 900/1800 DI AREA PURWOKERTO

PENS SISTIM SELULER GENERASI 2 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA By: Prima Kristalina

SIA SKRIPSI TEKNIK FAKULTAS DEPOK. Analisis unjuk..., Haris Murpy Hadi, FT UI, 2011

Optimasi Jaringan Wideband Code Division Multiple Access Untuk Meningkatkan Throughput Internet

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. telekomunikasi berkisar 300 KHz 30 GHz. Alokasi rentang frekuensi ini disebut

TUGAS AKHIR ANALISA PERFORMANSI JARINGAN BTS GSM/DCS NOKIA DI SEKITAR AREA UNIVERSITAS MERCU BUANA

ANALISIS PENYEBAB BLOCKING CALL DAN DROPPED CALL PADA HARI RAYA IDUL FITRI 2012 TERHADAP UNJUK KERJA CDMA X

ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN PADA SISTEM CDMA (STUDI KASUS TELKOM FLEXI MEDAN)

Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA PERFORMANSI RECEIVED TOTAL WIDEBAND POWER (RTWP) TERHADAP KUALITAS PERFORMANSI JARINGAN PADA JARINGAN WCDMA IBC TELKOMSEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis

BAB III METODA PENELITIAN

3.6.3 X2 Handover Network Simulator Modul Jaringan LTE Pada Network Simulator BAB IV RANCANGAN PENELITIAN

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ABSTRAK. i ABSTRACT.. ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI.. v DAFTAR TABEL.. viii DAFTAR GAMBAR...

TUGAS AKHIR (RTWP) TERHADAP KUALITAS PERFORMANSI JARINGAN PADA JARINGAN WCDMA IBC TELKOMSEL

Analisis Performa Jaringan 3G Pada Saat Cuaca Bagus dan Cuaca Buruk Menggunakan OPNET

Makalah Seminar Tugas akhir ANALISIS KUALITAS VOICE CALL PADA JARINGAN WCDMA MENGGUNAKAN TEMS INVESTIGATION

ANALISIS PERMASALAHAN OPTIMALISASI VOICE CDMA X UNTUK MENGURANGI KEGAGALAN KONEKSI STUDI KASUS DIVISI TELKOM FLEXI SEMARANG

BAB II DASAR TEORI. Awal penggunaan dari sistem komunikasi bergerak dimulai pada awal tahun 1970-an.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Makalah Seminar Kerja Praktek UPGRADE POWER TRANSMISSION 3G KEADAAN CONGESTION

BAB III LANDASAN TEORI. Dalam konferensi WARC (World Administrative Radio Conference) tahun

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perkembangan sistem telekomunikasi bergerak (selular)

Transkripsi:

197 Implementasi Backward Chaining untuk Diagnosis Low Soft Handover Success Rate pada Jaringan WCDMA Annisa Taufika F., Sholeh Hadi Pramono, Erni Yudaningtyas Abstrak -Proses Soft Handover (SHO) sangat diperlukan pada sistem komunikasi Wideband Code Division Multiple Access (WCDMA) yang bertujuan untuk menjamin kontinyuitas komunikasi saat pengguna mengakses layanan dalam keadaan bergerak. Tidak semua proses SHO berhasil dengan sempurna sehingga menyebabkan rendahnya nilai kesuksesan SHO atau Low SHO Success Rate (SHOSR) pada suatu sel. Paper ini merupakan hasil penelitian tentang diagnosis low SHOSR pada jaringan WCDMA dengan menggunakan inferensi backward chaining. Hasil yang didapat adalah aplikasi program yang dapat mendiagnosis penyebab Low SHOSR berdasar kondisi sel dan rekomendasi penanganannya. Software aplikasi ini dimanfaatkan untuk membantu RF engineer pada provider telekomunikasi untuk menentukan apa yang menjadi penyebab timbulnya low SHOSR, sehingga didapat performansi jaringan yang optimal. Kata kunci WCDMA, sel, SHO, Low SHOSR, Backward Chaining. T I. PENDAHULUAN EKNOLOGI telekomunikasi mengalami perkembangan yang semakin pesat seiring dengan mobilitas masyarakat yang semakin tinggi dan meningkatnya kebutuhan layanan telekomunikasi secara real time dan praktis, serta menjamin mobilitas tanpa putus dan kualitas layanan yang baik. Universal Mobile Telecommunication System (UMTS) yang merupakan salah satu standar teknologi generasi ke tiga (3G) dari International Mobile Telecommunication-2000 (IMT-2000) yang dirumuskan International Telecommunication Union (ITU). UMTS memperkenalkan teknologi radio kecepatan tinggi Wideband Code Division Multiple Access (WCDMA) dengan kecepatan akses mencapai 2 Mbps, sehingga dapat lebih mengeksploitasi kemampuan multimedia. Menurut rekomendasi dari ITU, terdapat tiga kategori pengklasifikasian Key Performance Indicator (KPI) untuk evaluasi jaringan UMTS yaitu: accessibility Annisa Taufika Firdausi adalah mahasiswa Program Magister Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia. (email: annisa.tfirdausi@gmail.com) Sholeh Hadi Pramono adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia, email : sholehpramono@gmail.com Erni Yudaningtyas adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia, email : erni_yudaningtyas@yahoo.co.id (kemampuan user untuk memperoleh layanan), retainability (kemampuan user dan sistem jaringan untuk mempertahankan layanan yang diperoleh), dan integrity (derajad pengukuran saat layanan berhasil diperoleh user) [1]. Saat pengguna mengakses layanan dalam keadaan bergerak, diperlukan adanya kontinyuitas komunikasi. Proses ini dinamakan dengan handover, yaitu proses pengaliha kanal trafik secara otomatis pada Mobile Station (MS) yang sedang digunakan untuk berkomunikasi tanpa terjadinya pemutusan hubungan [2]. Soft handover menjadi salah satu kelebihan pada WCDMA, dimana hubungan baru dibangun sebelum hubungan lama dilepaskan [3]. Keberhasilan proses soft handover harus dipantau untuk mendapatkan detail penyebab terjadinya drop call [4]. Nilai keberhasilan Soft handover diukur dengan menghitung prosentase tingkat keberhasilan proses perpindahan sel pada MS selama melakukan komunikasi mobile tanpa terjadi pemutusan hubungan panggilan, yang disebut dengan Soft Handover Success Rate (SHOSR). Diagnosis faktor-faktor penyebab rendahnya SHOSR atau yang disebut dengan low SHOSR sangat diperlukan dalam pemantauan permasalahan low SHOSR. Pembuatan perangkat lunak yang digunakan untuk diagnosis low Handover Success Rate (HOSR) pada jaringan GSM, membantu proses analisis serta menemukan penyebab terjadinya low HOSR. Pada penelitian sebelumnya menggunakan metode konvensional yang masih berupa aturan if-then, sehingga jika diperlukan adanya perbaikan atau penambahan pengetahuan akan cukup sulit untuk mengubah program di dalamnya [5]. Faktor-faktor penyebab low SHOSR akan didiagnosis menggunakan metode inferensi backward chaining. Metode ini merupakan salah satu metode inferensi dalam sistem pakar, yang tepat digunakan untuk memecahkan masalah diagnosis. Penelitian terkait aplikasi metode backward chaining telah banyak dilakukan untuk beberapa permasalahan. Metode backward chaining telah digunakan untuk mendiagnosis kerusakan monitor pada komputer dan berhasil didapatkan kumpulan data masalah yang dialami komputer berdasar kumpulan pengetahuan yang ada, serta solusi pemecahan masalahnya [6].

198 II. DASAR TEORI A. Sistem Komunikasi WCDMA WCDMA merupakan suatu teknologi modulasi dan metode akses jamak yang bekerja berdasarkan teknologi spread spectrum, khususnya Direct Squence Spread Spectrum. Sinyal informasi ditransmisikan melalui bidang frekuensi yang jauh lebih lebar dari bidang frekuensi sinyal informasi, atau dengan kata lain sinyal informasi ditransmisikan melalui proses penebaran sinyal informasi oleh kode penebar ke dalam bidang frekuensi yang lebar [7]. WCDMA merupakan teknologi radio interface dari sistem UMTS [8]. Sistem WCDMA memiliki standar bandwidth sebesar 5 MHz, yang juga dapat ditingkatkan sampai dengan 10 MHz hingga 20 MHz, serta memiliki kecepatan data yang tinggi sampai 144 kbps untuk mobilitas tinggi, 384 kbps untuk mobilitas rendah dan 2 Mbps pada keadaan statis (diam). B. Arsitektur Jaringan WCDMA UMTS Terrestrial Radio Access Network (UTRAN) terdiri atas Radio Network System (RNS), dimana setiap RNS meliputi Radio Network Controller (RNC) dan NodeB. Arsitektur jaringan 3G WCDMA digambarkan dalam Gambar 1. Um Uu UE BTS BTS Node B Node B Node B GSM BSS ABIS UTRAN Iub C. Soft Handover pada WCDMA Iub Iur BSC Gb RNC RNC Handover adalah peristiwa perpindahan kanal MS, karena pergerakan MS keluar dari cakupan sel asal dan masuk ke cakupan sel baru [9]. Pada jaringan WCDMA terdapat dua jenis handover, yaitu hard handover dan soft handover. Hard handover merupakan pemutusan hubungan dengan kanal trafik lama sebelum terjadi hubungan baru. Soft handover merupakan handover yang terjadi antar sel dengan frekuensi carrier yang sama, pada soft handover UE memulai komunikasi dan membentuk hubungan dengan NodeB yang baru terlebih dahulu sebelum memutuskan hubungan dengan NodeB asal.soft handover adalah intra-frequency handover A TC Iu PS MSC SGSN VLR GMSC OMC VLR HLR AuC Iu CS Gn CORE NETWORK GGSN Gambar 1 Arsitektur Jaringan WCDMA Gi External Network PSTN ISDN PDN INTERNET dimana sel target dan sel asal harus berada pada dua kondisi berikut: Berada pada RNC yang sama. Berada pada RNC yang berbeda, tetapi dengan Iur interface diantaranya. Saat User equipment (UE) bergerak, sistem jaringan akan mengawasi dan mengukur setiap perubahan parameter pada UE. Jika nilai dari parameter mencapai ambang batas yang ditentukan, maka akan terjadi SHO. UE selalu memonitor kualitas koneksi dari sel yang berdekatan dan memberikan informasi ke RNC saat kualitas pengukuran memenuhi kriteria events yang ditentukan [2]. Pada UMTS soft handover termasuk dalam intra-frequency handover. Proses ini akan dibantu oleh measurement report yang dipicu oleh active set dan pengukuran kanal [10]. Active set merupakan radio link (RL) yang terkoneksi secara simultan pada SHO. D. Soft Handover Events Soft handover terjadi karena beberapa kondisi. Terdapat empat kondisi yang memicu terjadinya soft handover, yaitu [1]: Event 1A terjadi saat Primary Common Pilot Channel (P-CPICH) yang tidak terdapat pada active set memasuki reporting range, sehingga RL tersebut akan ditambahkan ke active set. Event 1B terjadi saat P-CIPCH yang termasuk dalam active set keluar dari reporting range, sehingga terjadi pemindahan RL Event 1C terjadi saat P-CPICH yang tidak termasuk dalam active set mempunyai daya lebih besar dibanding daya pada P-CPICH terendah yang termasuk dalam active set, sehingga terjadi penggantian RL pada active set. Event 1D terjadi saat daya P-CPICH yang terdapat dalam active set menjadi lebih besar dari daya pada sel terbaik pada active set. E. Key Performance Indocator (KPI) SHO KPI merupakan pengaturan minimum untuk melacak kemajuan sistem menuju performansi yang ditargetkan. Selama pembangunan jaringan dan optimasi, ditetapkan beberapa set KPI. KPI SHOSR mendeskripsikan rasio kesuksesan soft handover dengan permintaan soft handover, seperti ditunjukkan dalam persamaan (1) [11]. F. Sistem Pakar Secara umum sistem pakar (expert system) adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli. Dengan sistem pakar, orang awampun dapat menyelesaikan masalah yang cukup rumit yang sebenarnya hanya dapat diselesaikan dengan bantuan para ahli [12]. Arsitektur sistem pakar ditunjukkan dalam Gambar 2. (1)

199 BASIS PENGETAHUAN (ATURAN) FASILITAS PENJELASAN MESIN INFERENSI AGENDA ANTAR MUKA PENGGUNA Gambar 2 Arsitektur Sistem Pakar Proses pengalihan keahlian dari para ahli ke komputer untuk kemudian dialihkan lagi ke orang lain yang bukan ahli membutuhkan 4 aktivitas yaitu: Tambahan pengetahuan (dari para ahli atau sumber-sumber lainnya) Representasi pengetahuan (ke komputer) Inferensi pengetahuan Pengalihan pengetahuan ke user G. Inferensi Backward Chaining FASILITAS AKUISISI PENGETAHUAN MEMORI KERJA (FAKTA) Mesin inferensi (inference engine) merupakan pusat pengambilan keputusan pada sistem pakar dengan penyesuaian fakta-fakta pada memori dengan basis pengetahuan untuk mendapatkan kesimpulan dan jawaban dari permasalahan. Backward chaining adalah suatu strategi pengambilan keputusan dimulai dari pencarian solusi dari kesimpulan kemudian menelusuri fakta-fakta yang ada hingga menemukan solusi yang sesuai dengan fakta-fakta yang diberikan pengguna [13]. Alur inferensi backward chaining ditunjukkan dalam Gambar 3. buku panduan vendor telekomunikasi, serta panduan standar 3GPP untuk WCDMA. B. Variabel dan Cara Analisis Data Variabel-variabel pada parameter SHO dilihat dari sisi uplink dan downlink adalah kualitas sinyal, level sinyal, dan interferensi. Parameter SHO factor merupakan parameter untuk melihat keadaan kanal uplink maupun downlink yang akan berpengaruh pada proses SHO. SHO fail sebagai parameter untuk mengetahui tingkat kegagalan di tingkat RNC. C. Kerangka Solusi Masalah Tahapan solusi masalah dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram alir Gambar 4. Tahapantahapan ini merupakan proses dalam membangun sistem yang akan mendiagnosis low SHOSR. Mulai Perancangan Basis Pengetahuan Perancangan Representasi Pengetahuan Perancangan Mesin Inferensi Pembangunan Aplikasi Pengujian Aplikasi Hasil Solusi Sesuai? Tidak A Tujuan Ya Selesai B C D E F G H I J K L Kondisi Awal M N O P Kondisi Awal Kondisi Awal Gambar 3 Inferensi Backward Chaining III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Cara memperoleh Data Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder memberikan kumpulan data hasil pengukuran parameter-parameter soft handover maupun kualitas layanan yang diperoleh dari data KPI harian oleh operator seluler. Data sekunder diperoleh dari buku-buku literatur, jurnal, Gambar 4 Diagram Alir Solusi Permasalahan Penjelasan proses dalam Gambar 4 adalah sebagai berikut: Perancangan Basis Pengetahuan Basis pengetahuan dibentuk dengan mengumpulkan fakta untuk memperoleh data kondisi sel dari faktor SHO, kegagalan SHO, keadaan trafik, permintaan SHO, serta relasi antar sel. Solusi yang diberikan berupa rekomendasi penanganan untuk masing-masing penyebab low SHOSR. Perancangan Representasi Pengetahuan Proses diagnosis menggunakan model representasi pengetahuan yang berbasis aturan (rule based system). Perancangan Mesin Inferensi Mesin inferensi yang digunakan adalah mesin inferensi penalaran balik (backward chaining).

200 Membangun Aplikasi Pembangunan aplikasi dilakukan pembuatan prototype, dengan mengolah dan menyimpan data yang telah didapatkan. Pengujian Aplikasi Pengujian aplikasi dilakukan dengan menerapkan aplikasi, melalui proses simulasi dengan memasukkan fakta-fakta yang ada pada sel yang mengalami low SHOSR. Apabila terdapat ketidaksesuaian, maka kembali pada proses perancangan representasi pengetahuan. Hasil representasi pengetahuan untuk diagnosis low SHOSR ditampilkan dalam Tabel II. Pada representasi pengetahuan untuk kondisi sel, terdapat 11 kondisi sel yang akan menjadi kriteria pada setiap permasalahan penyebab low SHOSR. Setiap kondisi diberikan kode sebagai inisialisasi. TABEL II REPRESENTASI PENGETAHUAN KONDISI SEL DENGAN LOW SHOSR No. Kondisi Sel Kode 1. Call Setup Succes Rate Voice (CSSR Voice) K01 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Representasi Pengetahuan Pada proses representasi pengetahuan, dilakukan pengumpulan fakta-fakta kondisi SHO factor, SHO fail, SHO attempt, dan relasi sel pada sebuah sel yang telah mengalami low SHOSR. Rekomendasi ITU untuk SHOSR adalah < 98 % [11]. Bagan proses representasi pengetahuan disajikan dalam Gambar 5. Low SHOSR Pengumpulan Fakta Sel 2. Call Setup Succes Rate Packet Switch (CSSR PS) K02 3. Call Setup Succes Rate Video (CSSR Video) K03 4. SHO fail K04 5. PS Throughput K05 6. CPICH RSCP K06 7. Jumlah Neighbour Cell K07 8 Jumlah Neighbour Cell K08 9. SHO Blocking K09 10. Node B Controlled SHO Fail K10 11. CPICH E c/i 0 K11 Analisis indikator Penyebab Low SHOSR: 1. SHO Factor 2. SHO Fail 3. Traffic 4. Kesalahan SHO Relative Treshold 5. Kesalahan Koefisien filter SHO 6. Missing Neighbour Cell 7. Redundant Neighbour Cell 8. Turning Corner Effect 9. Needle Point Effect 10.Quick Change of Best Server Signal B. Proses Inferensi Dalam proses inferensi, mesin inferensi memeriksa status dari basis pengetahuan untuk menentukan faktafakta yang diketahui. Hasil dari representasi pengetahuan akan diproses menggunakan inferensi backward chaining dengan mekanisme pohon inferensi, yang ditunjukkan dalam ilustrasi Gambar 6. Diagnosis Low Soft Handover Success Rate pada WCDMA Hasil: 1. Diagnosis penyebab low SHOSR 2. Rekomendasi solusi penanganan low SHOSR Gambar 5 Diagram Alir Solusi Permasalahan Hasil representasi pengetahuan untuk fakta penyebab low SHOSR ditampilkan dalam Tabel I. Sistem akan mendiagnosis sepuluh permasalahan. Setiap permasalahan diberikan kode sebagai inisialisasi. TABEL I REPRESENTASI PENGETAHUAN MASALAH PENYEBAB LOW SHOSR No. Masalah Kode 1. SHO Factor M01 2. SHO Fail M02 3. Traffic M03 4. Kesalahan SHO Relatif Treshold M04 5. Kesalahan pada koefisien filter SHO M05 6. Missing Neighbour Cell M06 7. Redundant Neighbour Cell M07 8. Turning Corner Effect M08 9. Needlepoint Effect M09 10. Quick Change of Best Server Signal M10 M07 K07 M06 K08 K01 K07 M05 K02 M04 K08 K03 K06 Gambar 6 Inferensi Backward Chaining Diagnosis Low SHOSR K04 Pengetahuan mengenai masalah penyebab low SHOSR dan kondisi sel yang mengalami low SHOSR akan disimpan dalam aturan-aturan berbentuk IF- THEN. Tabel III menampilkan tabel susunan aturan yang berhubungan dengan penyebab low SHOSR,pada kondisi sel yang mengalami low SHOSR, dan pencarian letak permasalahan yang menjadi penyebab low SHOSR. M01 M02 K10 K11 M10 K05 M09 K04 K11 M08 M03

201 TABEL III SUSUNAN ATURAN SISTEM DIAGNOSIS LOW SHOSR JARINGAN WCDMA No. If Then 1. K06 AND K11 M01 2. K01 AND K02 AND K03 AND K04 AND K10 M02 3. K05 M03 4. K06 AND K07 AND K08 AND K11 M04 5. K01 AND K02 AND K03 M05 mengalami low SHOS, dengan permasalahan sebagaimana disajikan dalam Tabel IV. No. Masalah Penyebab Low SHOSR 1. SHO Factor TABEL IV HASIL DIAGNOSIS PADA SEL A Bagian yang Memerlukan Optimasi atau Perbaikan Daya sel Pilot Rekomendasi Periksa adanya interferensi oleh radio lain. 6. K07 AND K08 AND K01 AND K02 AND K03 M06 7. K07 AND K01 AND K02 AND K03 M07 8. K01 AND K02 AND K03 AND K11 M08 2. Kesalahan SHO Relative Treshold Nilai reporting range, pada treshold Event 1A dan Event 1B Sesuaikan nilai treshold untuk Event 1A yang berbeda dengan Event 1B. 9. K01 AND K02 AND K03 AND K05 AND K11 M09 10. K04 AND K11 M10 Dalam penelitian ini selain mendiagnosis permasalahan penyebab low SHOSR, juga akan diberikan rekomendasi penanganan permasalahan. B. Pengujian Pada tahap ini sistem akan diuji apakah dapat dijalankan sesuai dengan rancangan susunan if-then rule. Langkah-langkah untuk pengujian sistem ini adalah sebagai berikut: Program dijalankan Data semua sel pada suatu daerah dimasukkan dan akan tersimpan dalam database sistem. Sistem akan menelusuri sel mana saja yang memiliki SHOSR di bawah standar KPI dan akan menggolongkan ke dalam database sel yang mengalami low SHOSR. Sistem akan mendiagnosis sel-sel yang mengalami low SHOSR. Hasil diagnosis ditampilkan dalam Gambar 7. Sel A dengan kondisi sel CPICH RSCP < -85 db dan CPICH Ec/I 0 > -12 db mengalami masalah SHO Factor. Selain itu sel A juga mengalami kesalahan SHO Relative Treshold karena kondisi CPICH RSCP < -85 db, CPICH Ec/I 0 > -12 db, dan jumlah aktif set sel > 32 sel. C. Analisis Tahap analisis pada penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu analisis algoritma inferensi backward chaining, diagram konteks, dan aliran data atau data flow diagram (DFD) yang ada pada sistem diagnosis masalah penyebab low SHOSR. Algoritma inferensi backward chaining yang digunakan untuk menyelesaikan masalah low SHOSR pada penelitian ini digambarkan dalam Gambar 8. Masukkan informasi Goal/Tujuan pada memori kerja Periksa if-then rule Periksa rule selanjutnya Ya Tambahkan hasil diagnosis ke memori kerja Ya Sesuai dengan memori kerja? Tidak Masih terdapat rule? Tidak Tampilkan hasil diagnosis ke pengguna Selesai Gambar 8 Algoritma Diagnosis Low SHOSR dengan Inferensi Backward Chaining Gambar 7 Hasil Diagnosa dan Rekomendasi Solusi Sel dengan Low SHOSR Hasil pengujian didapatkan satu sel, yaitu sel A yang Untuk mendiagnosis low SHOSR, pertamakali ditentukan goal atau tujuan, yaitu fakta yang merupakan bagian simpulan dari aturan. Mesin inferensi akan mencari aturan-aturan dengan fakta kondisi sel yang memenuhi kriteria sesuai dengan himpunan fakta masukan. Apabila fakta-fakta kondisi sel memenuhi kriteria, maka aturan dapat digunakan. Jika tidak, maka dilanjutkan ke aturan berikutnya. Apabila semua aturan telah dianalisis dan tidak ada yang memenuhi, maka tujuan tidak ada. Gambaran diagram konteks pada penelitian ini digambarkan dalam Gambar 9.

202 Diagram konteks pada sistem ini terdiri dari tiga bagian yaitu: Proses dalam sistem ini yaitu proses dalam sistem inferensi backward chaining untuk mendiagnosis low SHOSR pada jaringan WCDMA. Data masukan dan keluaran dalam sistem ini adalah sebagai berikut: o Data Masukan: data masalah low SHOSR, data syarat kondisi sel, data rekomendasi solusi, data kondisi sel dengan low SHOSR o Data Keluaran: data masalah low SHOSR, data rekomendasi solusi, Dalam sistem ini terdapat dua entitas luar yaitu pakar dan pengguna, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: o Pakar: dapat menambah, memperbarui, dan menghapus data, dalam hal ini bisa seorang pakar telekomunikasi atau senior engineer pada provider telekomunikasi X yang telah o berpengalaman. Pengguna: orang yang menggunakan sistem untuk mengetahui masalah penyebab low SHOSR, dalam hal ini pengguna adalah para engineer dari provider telekomunikasi X. DFD level 1 untuk sistem diagnosis low SHOSR ditampilkan dalam Gambar 10. Pakar Pakar Sistem dengan Backward Chaining untuk Diagnosis Low SHOSR pada Jaringan WCDMA Gambar 9 Diagram Konteks 1 Proses Basis Pengetahuan Basis Pengetahuan 2 Proses Sistem Inferensi Data Kondisi Sel dengan Low SHOSR KESIMPULAN Gambar 10 Data Flow Diagram Level 1 Pengguna Data Kondisi Sel dengan Low SHOSR KESIMPULAN Pengguna Dalam sistem diagnosis low SHOSR, semua data masalah penyebab low SHOSR, syarat kondisi sel, dan rekomendasi solusi merupakan proses pembangunan basis pengetahuan. Proses ini berguna untuk mengolah data ke dalam proses sistem inferensi dan akan menghasilkan kesimpulan hasil diagnosis berupa masalah penyebab low SHOSR pada sel yang bermasalah, serta memberkan rekomendasi solusi kepada pengguna. V. KESIMPULAN Hasil seluruh proses penelitian dalam tesis ini dapat disimpulkan sebagai berikut: Penelitian ini menghasilkan aplikasi sistem untuk mendiagnosis 10 permasalahan berdasarkan kondisi pada suatu sel yang mengalami low SHOSR dengan menggunakan metode inferensi Backward Chaining. Aplikasi sistem selain mendiagnosis permasalahan sel yang mengalami low SHOSR, juga memberikan informasi dimana permasalahan terjadi dan merekomendasikan solusi penanganannya. Program aplikasi sistem pakar ini telah berjalan sesuai dengan penelitian terdahulu mengenai penggunaan metode inferensi Backward Chaining untuk mendiagnosis kerusakan pada monitor komputer yang dapat mengetahui letak kerusakan monitor computer serta memberikan solusi untuk memperbaiki monitor computer. DAFTAR PUSTAKA [1] Wardhana, L. 2011. 2G/3G RF Planning and Optimization for Consultant. Jakarta: www.nulisbuku.com. [2] Huawei. 2005. WCDMA RNO Handover Procedure Analysis Guidance. Huawei Technologies Co., Ltd. [3] Huawei. 2009. W-Handover and Call Drop Problem Optimization Guide. Huawei Technologies Co., Ltd. [4] Al-Amin, B. A. 2010 Aplikasi Monitoring dan Analisis Jaringan 3G Berbasis Web. Jakarta: Universitas Mercu Buana [5] Adhi, A. R. 2011. Analisis Optimasi Handover Successfull Rate terhadap TCH Drop Rate pada Jaringan GSM. Semarang: Universitas Diponegoro. [6] Dahria, M. 2012 Implementasi Backward Chaining untuk Mengetahui Kerusakan Monitor Komputer. Jurnal ilmiah SAINTIKOM. [7] Santoso G., 2008. Teknik Telekomunikasi. http://gatsan.dosen.akprind.ac.id/files/2008/09/ebook-gatotsantoso-3.pdf diakses tanggal 30 November 2013. [8] Lempiainen, J., Manninen, M. 2002. Radio Interface System Planning for GSM/GPRS/UMTS. USA: Kluwer Academic Publisher. [9] Kurniawan, U. 2008. Konsep Teknologi Seluler. Penerbit Informatika. [10] Chevalier, C., Brunner, C., Garavaglia, A., Murray, K., P., Baker, K., R. 2006. WCDMA (UMTS) Deployment Handbook. John Wiley and Sons, Ltd. [11] Huawei. 2013. UTRAN Key Performance Indicators. www.huawei.com diakses tanggal 31 Juli 2013. [12] Kusumadewi, S. 2003. Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya). Yogyakarta: Graha Ilmu. [13] Kusrini. 2006. Sistem Pakar Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.