IDENTIFIKASI LOKASI AGROWISATA DI DESA TUGU JAYA, KECAMATAN CIGOMBONG, KABUPATEN BOGOR Oleh : Vina Hedyati Ningsih, Priyatna Prawiranegara Abstrak Desa Tugu Jaya yang merupakan wilayah dari Kecamatan Cigombong merupakan salah satu desa yang sangat potensial untuk pengembangan sector pertanian, perkebunan, perikanan dan perternakan.selain sektor-sektor tersebut, sektor pariwisata dengan konsep agrowisata diharapkan dapat dikembangkan dan akan memiliki andil yang cukup berarti bagi perekonomian di Desa Tugu Jaya. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan lokasi objek wisata baru di Desa Tugu Jaya dan menentukan jenis wisata yang dapat dikembang di lokasi-lokasi tersebut.metode analisis data yang digunakan pada dasarnya terbagi menjadi dua bagian, yaitu analisa kebijakan dan análisis sector basis yang menggunakan analisa perhitungan LQ (LocationQuotient).Dengan adanya limitasi dari kebijakan yang berlaku, maka kegiatan wisata di DesaTugu Jaya adalah kegiatan agrowisata, ekowisata, eduwisata serta wisata alam lainnya.hasil perhitungan LQ, terdapat dua komoditi unggulan yaitu, padi sawah dan sayur-sayuran, maka kedua komoditi itulah yang layak secara investasi untuk dikembangkan dimasa mendatang. Beberapa alternatif lokasi objek maupun kegiatan wisata yang dapat dikembang yaitu kegiatan agrowisata dikawasan pertanian yang berlokasi di utara Desa Tugu Jaya, lebih tepatnya di RW 04 yang di alokasikan sebagai kawasan ekowisata. Kata Kunci : Agrowisata, Pertanian dan Kegiatan Wisata 1. PENDAHULUAN Desa Tugu Jaya yang merupakan wilayah dari Kecamatan Cigombong (3.558 ha), Kabupaten Bogor, memiliki luas wilayah 505 ha dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 sebanyak 10.290 jiwa merupakan salah satu desa yang sangat potensial untuk pengembangan sector pertanian, perkebunan, perikanan dan perternakan. Dengan semakin berkembang sektor-sektor tersebut, maka infrastruktur pendukung kegiatannya pun akan semakin meningkat. Peningkatan kegiatan sektor-sektor tesebut diharapkan dapat meningkatkan perekonomian di Desa Tugu Jaya.Selain sektor-sektor diatas, terdapat pula satu sektor yang diharapkan dapat dikembangkan dan akan memiliki andil yang cukup berarti bagi perekonomian di Desa Tugu Jaya yaitu sektor pariwisata, lebih tepatnya agrowisata, dikarenakan latar belakang Desa Tugu Jaya yang merupakan desa agraria. Sektor pariwisata terutama agrowisata yang merupakan salah sektor yang dapat meningkatkan perekonomian di Desa Tugu Jaya yang saat ini belum dioptimalkan potensinya, sehingga perlu adanya suatu kajian yang dapat menentukan lokasilokasi yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. 2. PERUMUSAN MASALAH Sebagaimana dijelaskan diatas, potensi pertanian dan perkebunan di Desa Tugu Jaya dapat dikembangkan menjadi kegiatan pariwisata, terutama agrowisata, hal ini mungkin dikembangkan karena adanya keterkaitan antara agrowisata dan pertanian dan perkebunan. Atas dasar tersebut, timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 1
1) Dimana saja lokasi yang potensial untuk dikembangkan sebagai lokasi kegiatan agrowisata? 2) Jenis kegiatan agrowisata apa saja yang dapat dikembangkan di lokasi-lokasi tersebut? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data dan metode analisa penentuan lokasi Agrowisata. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam dua bagian, yaitu studi literatur dan kebijakan dan observasi. Sedangkan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini pada dasarnya terbagi menjadi dua bagian, yaitu analisis sektor basis, menggunakan perhitungan LQ (Location Quotient) dan analisis deskiptif dari kebijakan yang berlaku di Desa Tugu Jaya. 3. ANALISA DAN PEMBAHASAN Pariwisata secara harfiah berasal dari bahasa Jawa kuno amisata yang artinya bepergian atau berangkat melancong. Ada juga yang mengartikan amisata dalam bahasa Jawanya unga atau leluangan yang memiliki pengertian yang sama. Bila ditinjau dari asal katanya bahwa wisata atau kata kerjanya berwisata artinya bepergian atau melancong untuk bersenang senang ( Soekadijo, 2000 ). Berdasarkan UU RI No. 9 Tahun 1990, pariwisata diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dengan bidang tersebut. Hal ini mengandung arti bahwa pariwisata dikatakan sebagai suatu industri baru atau sektor kompleks yang mempu memberikan pertumbuhan perekonomian yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta memberikan multiplier effect yang besar bagi sektor-sektor produktifitas lainnya, misalnya industri kerajinan tangan, kulit anyaman, pakaian (batik), dan lain sebagainya. Di Indonesia, Agrowisata atau agroturisme didefinisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan,diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya alaminya Sutjipta (dalam Rai Utama, 2007) mendefinisikan, agrowisata adalah sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk pengembangan pariwisata sekaligus pertanian, dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan, peningkatan kesajahteraan masyarakat petani. Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-tourism), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan (Rai Utama, 2007) Antara ecotourism dan agritourism berpegang pada prinsip yang sama. Prinsif-prinsif tersebut, menurut Wood (dalam Rai Utama, 2007) adalah: a. Menekankan serendah-rendahnya dampak negatif terhadap alam dan kebudayaan yang dapat merusak daerah tujuan wisata. b. Memberikan pembelajaran kepada wisatawan mengenai pentingnya suatu pelestarian. c. Menekankan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab yang bekerjasama dengan unsur pemerintah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan penduduk lokal dan memberikan manfaat pada usaha pelestarian. d. Mengarahkan keuntungan ekonomi secara langsung untuk tujuan pelestarian, menejemen sumberdaya alam dan kawasan yang dilindungi. e. Memberi penekanan pada kebutuhan zone pariwisata regional dan penataan serta pengelolaan tanam-tanaman untuk tujuan wisata di kawasan-kawasan yang ditetapkan untuk tujuan wisata tersebut. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 2
f. Memberikan penekanan pada kegunaan studi-studi berbasiskan lingkungan dan sosial, dan program-program jangka panjang, untuk mengevaluasi dan menekan serendah-rendahnya dampak pariwisata terhadap lingkungan. g. Mendorong usaha peningkatan manfaat ekonomi untuk negara, pebisnis, dan masyarakat lokal, terutama penduduk yang tinggal di wilayah sekitar kawasan yang dilindungi. h. Berusaha untuk meyakinkan bahwa perkembangan pariwisata tidak melampui batas-batas sosial dan lingkungan yang dapat diterima seperti yang ditetapkan para peneliti yang telah bekerjasama dengan penduduk lokal. i. Mempercayakan pemanfaatan sumber j. energi, melindungi tumbuh-tumbuhan dan binatang liar, dan menyesuaikannya dengan lingkungan alam dan budaya. Rumusan visi Desa Tugu Jaya dalam waktu 10 tahun mendatang yang tercantum dalam Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Tugu Jaya adalah: Terwujudnya Masyarakat Tugu Jaya Yang Agamis, Sehat, Sejahtera, Maju Dan Lestari Berbasis Agrowisata Di Dukung Sarana Prasarana Memadai. Selanjutnya yang menjadi point penting dalam visi tersebut adalah Berbasis Agrowisata mengandung pengertian bahwa fokus pembangunan di Desa Tugu Jaya adalah berbasis sektor pertanian dengan menangkap potensi pariwisata alam yang dimilikinya. Namun bidang yang lain juga tetap dikembangkan dan dimaksimalkan guna mendukung pengembangan basis sector agrowisata. Agrowisata ini dimaksudkan guna menciptakan nilai tambah, menghasilkan produk untuk dipasarkan/digunakan/ dikonsumsi, meningkatkan daya simpan, menambah pendapatan serta menarik pembangunan sektor pertanian sebagai sektor penyedia bahan baku. Optimalisasi nilai tambah dicapai dengan pola agrobisnis yang berintegrasi langsung dengan usaha tani keluarga dan usaha pertanian. Dengan adanya agrowisata melalui integrasi sektor pertanian dengan wisata baik wisata alam maupun wisata buatan untuk ditawarkan kepada pasar baik tingkat lokal maupun nasional akan mendorong peningkatan daya saing perekonomian Desa Tugu Jaya, peningkatan kualitas perekonomian masyarakat, dan kesejahteraan masyarakat lokal, serta perluasan kesempatan kerja. Pengembangan kepariwisataan memanfaatkan secara arif dan berkelanjutan. 4. POTENSI-POTENSI OBJEK WISATA DESA TUGU JAYA Desa Tugu Jaya merupakan desa dengan penggunaan lahan utama didominasi oleh pertanian dan perkebunan. Kondisi lahan yang subur dan berlokasi di kaki gunung salak sehingga memiliki iklim yang baik untuk menjadi lokasi pertanian dan perkebunan. Lahan pertanian yang subur dan panorama Gunung Salak yang sangat indah menjadi kekuatan utama dalam pengembangan dan pembangunan sektor wisata di Desa Tugu Jaya. Selain lahan pertanian yang sudah berkembang, kawasan hutan lindung yang juga berlokasi di kaki Gunung Salak merupakan salah satu potensi yang dimiliki Desa Tugu Jaya. Dengan adanya faktor-faktor tersebut potensi pengembangan objek wisata di Desa Tugu Jaya tidak akan jauh dari pengembangan pariwisata bebasis agro dan alam. Bedasarkan pengamatan potensi wisata yang layak dan dapat dikembangkan antara lain : 1. Agrowista di kawasan pertanian 2. Wisata alam dan petualangan di kawasan hutan lindung Gunung Salak Dengan adanya limitasi tersebut maka kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di Desa Tugu Jaya adalah kegiatan agrowisata, ekowidata, eduwisata serta wisata alam lainnya yang tidak mengubah pola ruang eksisting maupun pola ruang rencana. Desa Tugu Jaya yang terletak di Kaki Gunung Salak memiliki panorama alam yang sangat indah, dengan kontur yang sangat mendukung untuk sebagai lokasi berlibur dan dikembang sebagai lokasi wisata alam. Panorama yang dapat menjadi daya tarik adalah pemandangan ke arah Gunung Salak yang sangat indah. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 3
Selain panorama alam, sungai yang mengalir di Desa Tugu Jaya, seperti Sungai Cibogo dan Sungai Ciseblak yang relatif belum tercemar dan masih bersih pun dapat menjadi daya tarik yang dapat dipromosikan dengan mengembangkan kegiatan bersifat petualangan seperti arum jeram. Hasil dari perhitungan menggunakan metoda LQ, baik berdasarkan luas lahan maupun hasil produksi, maka dapat diambil kesimpulan komoditi unggulan di Desa Tugu Jaya adalah padi sawah yang memiliki nilai LQ 1,11 (berdasarkan jumlah produksi) dan 1,06 (berdasarkan luas lahan) dan sayur-sayuran yang memiliki nilai LQ 1,05 (berdasarkan jumlah produksi) dan 1,02 (berdasarkan luas lahan). Dengan diketahuinya komoditi unggulan di Desa Tugu Jaya, maka kedua komoditi itulah yang layak secara investasi untuk dikembangkan dimasa mendatang. Sedangkan untuk menambah nilai tambah di kedua komoditi yang akan dikembangkan tersebut, dan terkait tema dari penelitian, maka kegiatan agrowisata dilokasi komoditi padi sawah dan sayur-sayuran sangat layak untuk dikembangkan lebih lanjut. Bedasarkan hasil identifikasi dan analisa yang dilakukan, maka lokasi kegiatan agrowisata yang paling sesuai dengan kebijakan, pola ruang dan komoditas unggulan Desa Tugu Jaya adalah kawasan perkebunan dan kawasan pertanian tanaman pangan (sawah) yang berlokasi di RW 04 yang dalam Rencana Tata Guna Lahan Desa Tugu Jaya tahun 2030 merupakan wilayah yang dialokasikan untuk kegiatan eduwisata. 5. KESIMPULAN Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan di wilayah studi, yaitu Desa Tugu Jaya dengan menggunakan analisa kebijakan dan analisa terhadap pola ruang dan bentang alam, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Berdasarkan kebijakan yang berlaku, pola ruang Desa Tugu Jaya merupakan kawasan yang diprioritaskan untuk perkembangan lahan pertanian baik lahan basah mapun lahan kering dan sebagian kawasan lindung di hutan Gunung Salak. 2) Lokasi yang paling sesuai untuk pengembagan agrowisata di Desa Tugu Jaya berdasarkan kebijakan yang berlaku, baik dilihat dari RDTR Kecamatan Cigombong, maupun RPLP Desa Tugu Jaya, lokasi tersebut adalah di wilayah RW 04. 3) Bedasarkan hasil analisa LQ, baik berdasarkan luas wilayah maupun hasil panen, komoditas unggulan di Desa Tugu Jaya adalah padi sawah dan sayursayuran, sehingga kedua komoditi ini layak untuk dikembangkan sebagai objek agrowisata di Desa Tugu Jaya. DAFTAR PUSTAKA [1] Kantor Pemerintahan Kecamatan Cigombong, 2010. Rencana Strategis Kecamatan Cigombong, Bogor, Pemerintah Kecamatan Cigombong. [2] Rai Utama, I Gusti Bagus, 2011. Agrowisata Sebagai Pariwisata Alternatif, http://www.lintasdhyanapura.com. [3] Soekadijo, R.G, 2000. Anatomi Pariwisata (memahami pariwisata sebagai system linkage ), Jakarta, Gramedia Pustaka Utama. [4] Tim PNPM Mandiri Perkotaan, 2010. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Desa Tugu Jaya, PNPM Mandiri Perkotaan, Bogor. [5] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 4
[6] Undang-undang Republik Indonesai Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang [7] Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor 2005-2025 PENULIS 1. Vina Hedyati Ningsih, ST. Lulusan (2013) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 2. Ir. H.E. Priyatna Prawiranegara, M.Si. Staf Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 5